🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹
📝 Pemateri: Ustadz Rikza Maulan
عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بَعَثَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِهِ فِي بَعْضِ أَمْرِهِ قَالَ بَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا وَيَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا (رواه مسلم)
Dari Abu Musa dia berkata, “Apabila Rasulullah Saw mengutus seseorang dari kalangan sahabatnya untuk melaksanakan suatu urusan, beliau berpesan, “Berilah mereka kabar gembira dan janganlah menakut-nakuti mereka. Mudahkan urusan mereka dan janganlah kamu mempersulit.” (HR. Muslim, hadits no. 3262)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin, yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam. Kehadiran Islam utamanya memberikan kesejukan, ketentraman, kebahagiaan dan kedamaian di hati objek da’wahnya. Oleh karena itulah dalam berda’wah, Islam menganjurkan untuk memberikan kabar gembira dan kebaikan bukan memberikan “ketakutan” dan “kecaman” pada objek da’wahnya. Demikianlah yang selalu dipesankan Nabi Saw terhadap para sahabat yang akan diutus dalam tugas menyampaikan dakwah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas.
2. Karena da’wah secara bahasa berarti ajakan dan undangan. Seorang da’i hakikatnya adalah seperti seseorang yang sedang mengundang orang lain untuk menikmati suatu hidangan, yang dengan hidangan tersebut orang yang diundang akan merasa senang. Hidangan ini adalah hidangan rohani (baca ; ruhiyah) yang apabila mereka bisa merasakannya, maka mereka akan merasa bahagia dalam kehidupannya. Itulah sebabnya, kita selalu melihat bagaimana da’wah Nabi Saw yang selalu mengedepankan kebaikan dan harapan akan kebahagian di masa mendatang. Tidak pernah Nabi Saw mencontohkan untuk bersikap menyalahkan dalam da’wah, terlebih dengan bahasa menjelekkan, menakut-nakuti, dsb. Da’wah beliau justru memberikan kesejukan dan kedamaian serta membuat para sahabat menjadi selalu rindu dan rindu terhadap untaian kata yang terlahir dari lisan beliau Saw. Kecuali terhadap orang yang dengan “jelas” menistakan agama Allah Swt. Maka Nabi Saw bersikap sangat tegas dan keras, seperti pengusiran beliau terhadap kaum Yahudi Bani Qunaiqa’ dari Madinah, lantarakan mereka menghinakan seorang wanita muslimah, dengan menyingkap aurat muslimah ini ketika ia sedang berbelanja di pasar.
3. Tersirat dari hadits di atas juga sebuah makna tentang pentingnya sebuah organisaai da’wah terorganisir dan ter-manage dengan rapi, baik dan profesional, yang selalu concern memberikan bekal kepada para da’inya sebelum mengutus dan atau menerjunkan mereka dalam medan da’wah. Agar da’wah yang dilakukan para dainya tidak kontra produktif dengan substansi da’wah itu sendiri yaitu mengajak dan merangkul orang lain, bukan justru membuat mereka takut, antipati dan lari dari da’wah.
4. Sebuah untaian kata indah dari salafuna shaleh perihal da’wah yang semoga bisa menjadi inspirasi untuk kita semua, “Perbaikilah akhiratmu, kelak duniamu akan menjadi baik. Dan perbaikilah pula batinmu, kelak lahirmu pun akan menjadi baik.” (Umar bin Abdul Azis). Subhanallah..
Wallahu A’lam
🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130