📝 Pemateri: Slamet Setiawan, S.H.I
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹
Semangat mengulang-ulang hafalan yang tinggi memang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap penghafal al-Qur’an. Dengan adanya semangat yang tinggi inilah hafalan seseorang akan senantiasa terjaga, bahkan bisa terus-menerus menjadi lebih baik dan berkualitas. Sebab, jalan yang paling utama agar hafalan semakin melekat tiada lain adalah dengan banyaknya pengulangan. Jika saja seorang penghafal tidak punya semangat untuk mengulang-ulang hafalannya, maka besar kemungkinan apa yang dihafalkannya itu akan cepat terlupakan, bahkan bisa lenyap sama sekali. Sehingga, penting sekali bagi seorang penghafal al-Qur’an untuk tetap menjaga semangatnya dalam memuraja’ah hafalannya.
Namun, semangat seorang penghafal al-Qur’an dalam mengulang-ulang hafalannya sendiri harus didasari dengan niat dan tujuan yang baik, yaitu semata-mata mengharapkan keridhaan, pahala dan keutamaan dari Allah swt. Sebab, betapapun seorang penghafal al-Qur’an memiliki semangat tinggi dalam memelihara hafalannya, jika ternyata niat dan tujuannya salah, maka semangat yang tinggi itu tidak bernilai apa-apa di hadapan Allah. Abu Bakr ibn al-‘Arabi (w. 543 H) di dalam Aridhah al-Ahwadzi bi Syarh Shahih at-Tirmidzi mengatakan:
وَقَدْ يَكُونُ الْعِلْمُ هِلَاكًا عَلَى صَاحِبِهِ إِذَا طَلَبَهُ لِغَيْرِ وَجْهِ اللهِ
“Terkadang ilmu itu dapat membinasakan pemiliknya ketika ia
mencarinya bukan karena Allah.” Maka, supaya kerja keras menjaga hafala al-Qur’an benar-benar dibalas dengan pahala yang besar dari Allah, tiada lain yang harus diusahakan adalah meluruskan niat dan tujuan menjaga hafalan itu sendiri, agar semata-mata lurus karena Allah, bukan karena pujian makhluk-Nya, atau tujuan-tujuan lain yang hanya bersifat duniawi.
Di antara yang sering terjadi di kalangan penghafal al-Qur’an saat ini adalah ketika ambisi mereka menjaga hafalan al-Qur’an itu ternyata hanya muncul ketika ada lomba hafalan al-Qur’an saja, atau katakanlah karena mengharapkan hadiah atau penghargaan dari orang lain saja. Setelah apa yang mereka harap-harapkan itu tercapai, maka semangat dan gairah mereka untuk mengulang-ulang hafalan pun ikut turun kembali. Lebih-lebih lagi ketika ternyata apa yang mereka harap-harapkan itu tidak tercapai, bisa jadi rasa putus asa yang ada dalam diri mereka itu malah membuat mereka semakin menjauh dari hafalannya.
Kami sebenarnya tidak melarang anda untuk mengikuti lomba hafalan al-Qur’an. Hanya saja, niat menghafal dan menjaga hafalan al-Qur’an anda juga harus tetap dijaga. Agar jangan sampai kerja keras tersebut malah tidak berbuah apa-apa di hadapan Allah. Artinya, jika anda tetap bisa memposisikan niat mengulang-ulang hafalan yang ikhlas karena Allah, maka silahkan saja jika anda mau mengikutinya. Bahkan, jika memang dengan adanya lomba tersebut membuat semangat anda semakin tinggi, bukan hanya sebelum lomba, tetapi juga setelah selesai lomba, maka tentu bisa dikatakan baik. Yang tidak baik adalah ketika selesai lomba, semangat mengulang hafalan itu kembali menurun, apalagi jika justru malah semakin memburuk, sebab kemungkinan besar memang anda mengikuti lomba tersebut bukan semata-mata untuk menambah semangat, apalagi murni karena Allah, tetapi hanya ingin mengejar penghargaan atau hadiah yang diberikan oleh orang lain.
Jika anda menyadari bahwa anda pernah jatuh ke dalam hal-hal seperti ini, maka segeralah mohon ampun kepada Allah. Al-Qur’an yang anda hafal itu sejatinya untuk kebahagiaan anda di akhirat nanti, maka sudah selayaknya anda bersemangat hanya untuk meraih segala bentuk kebahagiaan di akhirat sana. Sebab, jika dengan hafalan al-Qur’an itu anda hanya mengharapkan sesuatu yang bersifat duniawi, maka apa yang anda dapatkan pun hanya sesuatu yang bersifat duniawi pula, sebagaimana sabda Nabi saw.:
وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Dan setiap orang hanya akan mendapatkan sesuatu sesuai apa yang menjadi niatnya.” (HR. al-Bukhari) Di dalam hadits lain, Rasulullah saw. memberikan peringatan:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبُ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa mempelajari ilmu agama yang seharusnya diniatkan karena Allah, tetapi ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan bagian dunia, maka pada hari kiamat nanti ia tidak akan mencium bau surga.” (HR. Abu Dawud)
Wallahul Muwaffiq ilaa aqwamith thoriiq
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678