📝 Pemateri: Slamet Setiawan, S.H.I
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹
Sebagaimana sebelumnya telah kami kutip perkataan Ibn al-Jazari bahwa hafalan al- Qur’an sebenarnya fungsinya sebagai perantara agar seseorang memperoleh kemudahan dalam memahami al-Qur’an, maka jelaslah bahwa seorang penghafal al- Qur’an hendaknya tidak merasa cukup hanya dengan menghafalnya. Lebih jauh lagi, ia juga harus mengejar target selanjutnya, yaitu memahaminya secara mendalam untuk kemudian mengamalkannya dengan sebaik-baiknya. Telah kami kemukakan juga bahwa tujuan menghafal al-Qur’an bukanlah semata-mata agar seseorang hafal al- Qur’an dengan selancar-lancarnya, tetapi lebih dari itu, yang juga harus menjadi tujuan seseorang menghafal al-Qur’an adalah bagaimana agar ia dapat memahami dan mengamalkannya.
Namun, tak sedikit ternyata mereka yang belum menyadari sepenuhnya tujuan sebenarnya dari menghafal al-Qur’an ini, sehingga tak jarang di antara mereka yang merasa puas hanya dengan hafal, merasa puas hanya dengan kelancaran hafalannya. Ketika ditanya tentang hafalan, mereka memang benar-benar dapat menjawabnya dengan sempurna, hafalannya kuat, bacaannya pun fasih. Namun, ketika ditanya tentang makna ayat-ayat yang dihafalnya, ternyata tak sedikit mereka yang masih bingung karena pengetahuannya yang sangat minim. Jangankan untuk menafsirkan atau menyimpulkan isi kandungannya, terkadang untuk menerjemahkannya pun mereka masih salah.
Para penghafal al-Qur’an yang hanya puas dengan hafalan yang dimilikinya saja sehingga tidak mau belajar lebih lanjut apa yang dibutuhkan demi menambah kualitas hafalannya, dalam hal ini pengetahuan tentang tafsir, termasuk juga ilmu fiqih, tauhid dan lain-lain yang sebenarnya bersumber dari al-Qur’an, paling tidak dilatarbelakangi oleh tiga faktor. Pertama, bisa jadi karena rasa ujub di dalam diri mereka, yaitu dengan hafalan al-Qur’annya mereka merasa lebih baik dan lebih mulia daripada orang lain, sehingga akhirnya mereka merasa cukup dengan apa yang dimilikinya sendiri dan tidak mau belajar hal-hal lain kepada orang lain, apalagi jika orang yang mengajarinya tidak hafal al-Qur’an, walaupun sebenarnya ia ahli dalam bidang-bidang ilmu tersebut.
Yang kedua, bisa jadi juga karena tidak adanya keinginan di dalam hati untuk mempelajari lebih lanjut berbagai ilmu lainnya, baik itu karena mereka tidak tahu apa pentingnya mempelajari ilmu-ilmu lainnya, termasuk pemahaman tentang ayat-ayatnya, maupun karena mereka sebenarnya tahu, tapi tidak ada minat sedikit pun di dalam dirinya.
Yang ketiga, bisa jadi juga karena seorang penghafal merasa takut hafalannya tidak akan terpelihara dengan baik jika ia sibuk mempelajari hal-hal lain sehingga menuntutnya untuk tidak terlalu mementingkan hafalan. Termasuk juga dalam hal ini jika seorang penghafal tidak punya banyak waktu lagi yang dapat ia sempatkan karena mungkin banyaknya kesibukan lainnya. Artinya, mereka sebenarnya tidak merasa cukup hanya dengan menghafal, tetapi karena banyak pertimbangan akhirnya mereka lebih memilih untuk menjaga yang ada.
Jika anda termasuk yang merasa puas hanya dengan hafalan karena didasari rasa ‘ujub yang ada di dalam hati anda, maka ketahuilah bahwa hafalan yang anda bangga-banggakan itu terancam hangus pahalanya karena adanya ‘ujub tersebut. Sehingga pada akhirnya anda tidak ada bedanya dengan mereka yang tidak hafal, karena apa yang seharusnya anda peroleh dari hafalan itu lenyap karena ‘ujub. Rasulullah saw bersabda:
فَأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ: فَشُحٌ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعُ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
Adapun tiga hal yang membinasakan adalah kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar, dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri (‘ujub).” (HR. ath-Thabrani di dalam al-Mujam al-Ausath)
Jika anda termasuk yang memang tidak punya minat untuk memahami apa yang anda hafal itu, maka ketahuilah bahwa banyak sekali hal-hal yang perlu anda ketahui tentang apa yang anda hafalitu. Betapapun al-Qur’an adalah petunjuk, tetapi ketika anda salah dalam memahaminya karena tidak mau belajar, maka dikhawatirkan justru apa yang anda pahami itu bertentangan dengan apa yang benar.
Adapun jika anda sebenarnya punya keinginan untuk belajar lebih jauh berkaitan dengan hafalan anda, tetapi anda merasa takut justru anda akan banyak mengabaikan hafalan yang sudah selama ini dengan susah payah anda dapatkan, atau karena anda tidak punya waktu untuk meluangkannya sebab kesibukkan yang tiada henti, maka sebenarnya anda tetap bisa mengusahakannya tanpa banyak menggangu hafalan. Penulis yakin anda pasti bisa meluangkan waktu walau hanya lima menit saja untuk membaca buku-buku tafsir dan lain semisalnya, dan itu tidak akan mengganggu kewajiban mengulang hafalan anda. Jangan dulu berpikiran bahwa untuk mempelajari tafsirnya anda harus mengorbankan banyak waktu, jika anda benar-benar sibuk, lima menit saja sebenarnya dapat memberikan banyak manfaat untuk anda. Bahkan, mempelajari tafsir ayat-ayat al-Qur’an itu justru malah akan membuat hafalan anda semakin kuat di samping anda akan mudah mentadabburinya karena anda paham apa yang dibaca.
Wallahul Muwaffiq ilaa aqwamith thoriiq
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678