Tsiqoh Terhadap Guru

0
54

📆 Rabu, 16 Muharram 1440 H / 26 September 2018
📚 *MOTIVASI*

📝 Pemateri: Ustadz Solikhin Abu Izzuddin
Saya selalu mengingat kisah yang diceritakan oleh guru saya, Ustadz Fakhruddin Nursyam, Lc tentang pentingnya menjaga adab dan ketsiqohan ataupun kepercayaan yang tinggi kepada guru meskipun sang guru kadang tidak lagi menyakini apa yang diajarkannya sehingga bisa dikatakan sebagai qaul qadimnya (kata-katanya di masa lampau). Sedangkan qaul jadidnya (narasi barunya) sudah melenceng jauh dari apa yang dikatakan dahulu.
Saya termasuk yang pilih untuk memegang nasihat sang guru meskipun sang guru tidak lagi Istiqomah dengan nasihat yang disampaikannya.
Begini. Menurut cerita Ustadz Fakhruddin ada seorang murid yang biasa-biasa saja namun patuh dan tsiqoh dia pada gurunya sungguh luar biasa. Tidak ada kecurigaan sedikit pun. Karena sang murid menyadari keterbatasannya dan ingin berprestasi di tengah keterbatasan tersebut.
Suatu hari sang murid ingin mendapatkan sebuah ilmu khusus dari gurunya. “Guru, saya sudah belajar lama kepada guru. Tolong ajarkan padaku suatu ilmu agar aku bisa berjalan di atas air.” Begitu pinta sang murid dengan penuh ta’zhim.
“Ya. Bacalah kalimat-kalimat ini dengan penuh niat, keyakinan dan fokus. Lalu berjalan tanpa ragu sedikitpun.” Sang guru mengajar dengan sangat mantap jiwa.
Merasa mendapat ilmu khusus, maka sang murid mempraktekkan ilmu itu sepenuh pemahaman, keikhlasan, beramal penuh kesungguhan karena benar-benar tsiqoh pada sang guru. Hasilnya sungguh luar biasa. Sang murid dikenal luas sebagai murid yang arif dan bijak sehingga diundang untuk mengajarkan ilmunya kemana-mana. Berbahagialah.
Suatu ketika sang guru heran. Mengapa muridnya kini begitu hebat padahal dia hanya menyampaikan dengan sekadarnya. Dia sendiri tidak terlalu yakin dengan apa yang diajarkannya itu sehingga memilih jalan pintas untuk mencari hal hal lain yang lebih mempercepat hidupnya.
Suatu ketika sang guru mencoba apa yang dikatakan kepada muridnya beberapa tahun yang lalu. Dia melapalkan kalimat kalimat yang diajarkannya itu. Sambil memulai berjalan di atas air di sebuah sungai yang dalam.
Baru saja memulai. namun dia tidak terlalu yakin. Dan ternyata sang guru kecemplung sungai dan akhirnya terbawa arus entah kemana. Tidak tahu rimbanya.
® Pesan moral:
1. menjadi manusia yang dipegang adalah kata katanya. Jika engkau tidak lagi jujur dengan apa yang engkau katakan maka engkau akan dihukum oleh kata-katamu sendiri.
2. Ajining diri dhumunung Ono lathi. Harga diri seseorang terletak pada lisannya.
3. Hormati gurumu yang telah mengajarkan kebaikan dan mendidik karakter meskipun beliau tidak lagi berkarakter seperti yang beliau ajarkan. Betapa pun dia adalah gurumu.
4. Doakan gurumu agar kembali bersamamu untuk membangun kapling surga yang luas.
5. Bersihkan hati dari prasangka. Jangan komentar negatif padanya dan jangan nyinyir. Jika engkau tidak setuju dengan tulisan ini jangan berkomentar negatif. Karena tulisan ini untuk muhasabah diri agar saya pun berkomitmen dengan apa yang saya tuliskan dan ajarkan. Ingat kan saya kalau melakukan kesalahan.
6. Jaga ukhuwah sampai ke Jannah.
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁
Dipersembahkan oleh : manis.id
📲 info & Pendaftaran member : bit.ly/mediamanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Dhuafa
💳 A.n Yayasan Manis,
No Rek BSM 7113816637
📱INFO lebih lanjut: bit.ly/donasidakwahmanis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here