Maksud saya pandangan soal ikhtilat gimana? Katanya bisa dihindari dgn misal saat pertemuan ada pembatasnya/hijab antar laki2 dan perempuan, sdgkan kita berprofesi sbg tenakes yg berinteraksi dgn banyak org, jd harus gimana, tp katanya selama gak ada ketertarikan antar lawan jenis sih masih gapapa, maaf itu maksud saya ๐๐ป
Jawaban
———-
โู ุนูููู ุงูุณูุงู ู ุฑุญู ุฉ ุงููู ู ุจุฑูุงุชู
Ikhtilat ada yang โmamnu’โ (terlarang), ada yang โmasyru’โ (dibolehkan).
๐ โMamnu’โ itu jika bercampur baur laki perempuan:
– tanpa hajat syar’i
– tanpa adab Islami (misal tidak menutup aurat, menjaga ucapan, tabarruj)
Seperti yang terjadi di diskotik, konser2, dan semisalnya.
๐ โMasyruโ itu jika ikhtilat tersebut:
– terjadi karena hajat syar’i
– tetap menjaga adab-adab Islami.
Perhatikan riwayat-riwayat berikut ..
Dalam kitab Shahih-nya Imam Al Bukhari dalam Bab โโIyadatun Nisaa Ar Rijaalโโ yang artinya wanita menjenguk kaum laki-laki.
Tertera di sana:
ููุนูุงุฏูุชู ุฃูู ูู ุงูุฏููุฑูุฏูุงุกูุ ุฑูุฌูููุง ู ููู ุฃููููู ุงูู ูุณูุฌูุฏูุ ู ููู ุงูุฃูููุตูุงุฑู
Ummu Ad Darda menjenguk seorang laki-laki ahli masjid dari kalangan Anshar. โ(HR. Al Bukhari, 7/116)โ
Begitu pula โAisyah Radhiallahu โAnha, Beliau menjenguk ayahnya dan Bilal bin Rabah Radhiallahu โAnhu yang sedang demam. Padahal Aisyah bukanlah mahramnya Bilal.
โAisyah Radhiallahu โAnha berkata:
ููู ููุง ููุฏูู ู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุงูู ูุฏููููุฉูุ ููุนููู ุฃูุจูู ุจูููุฑู ููุจููุงููู ุฑูุถููู ุงูููููู ุนูููููู ูุงุ ููุงููุชู: ููุฏูุฎูููุชู ุนูููููููู ูุงุ ููููุชู: ููุง ุฃูุจูุชู ูููููู ุชูุฌูุฏูููุ ููููุง ุจููุงููู ูููููู ุชูุฌูุฏูููุ
Ketika Rasulullah ๏ทบ sampai di Madinah, Abu Bakar dan Bilal mengalami demam. Lalu aku masuk menemui keduanya. Aku berkata: โWahai ayah, bagaimana keadaanmu? Wahai Bilal bagaimana keadaanmu?โ โ(HR. Al Bukhari No. 5654)โ
Namun, pembolehan ini terikat oleh syarat bahwa tetap menutup aurat secara sempurna dan aman dari fitnah. โ(Al Hafizh Ibnu Hajar, Fathul Bari, 10/118)โ
Bahkan syarat ini mesti ditambah yakni tidak tabarruj dan tidak khalwat (berdua-duaan), alias mesti ditemani oleh mahramnya atau orang lain yang bisa dipercaya.
Riwayat lain .., Imam Al Bukhari dalam kitab Shahih-nya, membuat enam bab tentang peran muslimah dalam peperangan yang dilakukan kaum laki-laki.
1. Bab Ghazwil Marโah fil Bahr (Peperangan kaum wanita di lautan)
2. Bab Hamli Ar Rajuli Imraโatahu fil Ghazwi Duna Baโdhi Nisaโihi (Laki-laki membawa isteri dalam peperangan tanpa membawa isteri lainnya)
3. Bab Ghazwin Nisaโ wa Qitalihinna maโa Ar Rijal (Pertempuran wanita dan peperangan mereka bersama laki-laki)
4. Bab Hamlin Nisaโ Al Qiraba Ilan Nas fil Ghazwi (Wanita membawa (tempat) minum kepada manusia dalam peperangan)
5. Bab Mudawatin Nisaโ Al Jarha fil Ghazwi (Pengobatan Wanita untuk yang terluka dalam peperangan)
6. Bab Raddin Nisaโ Al Jarha wal Qatla Ilal Madinah (Wanita Memulangkan Pasukan terluka dan terbunuh ke Madinah)
Semua ini menunjukkan keterlibatan wanita dalam kehidupan manusia secara wajar: pada dunia pendidikan, kedokteran, bahkan jihad, dan di sana ada kaum laki-laki. Namun, dengan tetap menjaga adab-adab Islam saat di luar rumah dan bersama laki-laki yang bukan mahramnya.
Wallahu a’lam.