SYARAT-SYARAT DITERIMANYA SYAHADATAIN (Bag 5)

0
91

Pemateri: Ustadzah Prima Eyza

SYARAT KELIMA:

اَلْمَحَبَّةُ اَلْمُنَافِيَةُ لِلْبُغْضِ

KECINTAAN YANG MENGHILANGKAN KEMARAHAN/KEBENCIAN

Orang yang bersyahadat harus memiliki cinta yang sempurna kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dalam menyatakan syahadat tersebut, ia harus mendasarkan pernyataannya itu dengan cinta. Cinta ialah rasa suka yang melapangkan dada. Cinta merupakan ruh dari ibadah, sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling utama. Dengan berlandaskan rasa cinta, segala beban akan terasa ringan, sehingga segala tuntutan syahadatain akan dapat dilaksanakan dengan mudah.

Cinta kepada Allah yang teramat sangat merupakan sifat utama orang beriman. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah (2) ayat 165 :

 وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

”Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”

💠 Mencintai Allah dengan kecintaan yang sama terhadap sesuatu selain Allah saja tidak boleh, apalagi mencintai Allah dengan kecintaan yg lebih kecil dibanding kecintaan kepada sesuatu selain-Nya.

💠 Orang-orang yang beriman mencintai Allah dengan cinta yang amat sangat bersangatan, bukan dengan kecintaan yang biasa-biasa saja, bukan dengan cinta yang tipis dan sekedarnya saja.

💠 Yang dimaksud dengan orang-orang yang berbuat zhalim adalah orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan Allah (mempersekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya).

Demikian pula firman Allah dalam QS. At Taubah (9) ayat 24 :

قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

💠 Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya haruslah diatas segalanya (bapak-bapak, anak-anak, istri, kaum keluarga, harta, perniagaan, dan rumah tempat tinggal).

Jadi, mencintai Allah itu haruslah dengan cinta yang sempurna (كَمَالُ الحُبِّ). Yakni bahwa Allah SWT kemudian Rasul-Nya lebih dicintai daripada yang lain.
Artinya:

🔹Tidak boleh SAMA CINTAnya kepada Allah dan Rasul-Nya dengan kecintaan kepada yang lain.

(orang yang menyembah selain Allah →  يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ “mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah”) [QS. Al Baqarah : 165]

🔹 Tidak boleh LEBIH CINTA kepada yang lain dibandingkan kepada Allah dan Rasul-Nya.
(orang yang lebih mencintai selain Allah dan Rasul-Nya →  أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ   “adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya”) [QS. At Taubah : 24]

🔹 Harus AMAT SANGAT CINTAnya kepada Allah.
(orang-orang beriman →  أَشَدُّ حُبًّا لِلهِ   “amat sangat cintanya kepada Allah”) [QS. Al Baqarah : 165]

Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menyebabkan datangnya halawatul iman (manisnya/lezatnya keimanan), sebagaimana sabda Rasulullah saw :

قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

”Ada tiga perkara yang barangsiapa pada dirinya terdapat perkara itu akan mendapatkan manisnya iman; (pertama) Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selainnya. (kedua) Mencintai seseorang atau membencinya karena Allah. (ketiga) Dan benci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci jika dilemparkan ke neraka.” (Muttafaq Alaihi)

Syaikh Sa’id Hawwa dalam bukunya Tazkiyatun Nafs menulis, Imam Ghazali mengatakan bahwa sesuatu yang berhak dicintai hanyalah Allah SWT. Jika puncak-puncak kecintaan seseorang diberikan kepada selain Allah, maka hal itu merupakan suatu kebodohan dan tanda ketidaktahuannya akan hakikat Allah.

Mencintai selain Allah yang ada hubungannya dengan kecintaan kepada-Nya merupakan cinta yang juga dibenarkan, seperti halnya cinta kepada Rasulullah, para ulama yang sholeh, orang-orang yang bertaqwa. Karena hal itu merupakan buah kecintaan kepada Allah.

Maka kecintaan kita kepada Allah kemudian Rasul-Nya yang menempati tingkatan kecintaan yang tertinggi, akan menghilangkan segala ketidaksukaan/kebencian kita kepada segala apa yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Segala apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah, larangan, arahan, pengajaran, aturan-aturan, semuanya akan kita terima dengan penuh kecintaan dan kemudian dilaksanakan/diamalkan dengan penuh kecintaan pula.

Saat ini banyak sekali kita saksikan fenomena-fenomena kebencian terhadap Islam, yang notabene itu sebenarnya menunjukkan kebencian pula terhadap Allah dan Rasul-Nya. Hal ini yang kita kenal dengan istilah “Islamophobia”.  Misal, kalangan musuh-musuh Islam yang sangat antipati terhadap Islam. Kebencian mereka kepada Islam diwujudkan dengan berbagai tuduhan, seperti menyebut Islam sebagai terorisme, fundamentalisme, kelompok radikal garis keras, dan berbagai cap buruk lainnya dan bahkan mereka memerangi Islam dengan peperangan fisik (Irak, Somalia, Afghanistan, Palestina, dll). Dan sikap ini pun banyak ditiru oleh orang-orang Islam yang ikut-ikutan tidak suka dengan Islam dan umat Islam, padahal mereka sendiri muslim.

Bagaimana jika orang yang bersyahadat tapi tidak menyukai syariat Islam, membenci ajaran-ajaran Islam, curiga terhadap umat Islam sendiri, bahkan ikut mengelompokkan Islam ke dalam terorisme misalnya? Bagaimana syahadatnya?

Maka jangan sampai kita terikut seperti demikian, sebab hal itu adalah salah satu fenomena yang disebutkan dalam Al Quran yakni senang kepada kemusyrikan:

وَإِذَا ذُكِرَ اللهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ

“Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati.” (QS. Az Zumar [39] : 45)

Maka, janganlah kita merasa berat dan tidak bersuka hati terhadap Allah dan agama-Nya. Na’udzubillaahi min dzaalik.

Salah satu contoh kecil misalnya, janganlah malu menyebut “الله”, lalu menggantinya dengan sebutan “Yang Di atas”, seperti yang banyak dilakukan oleh orang-orang saat ini.

Banggalah kita dengan Islam kita, cintalah kita kepada Allah dan Rasul-Nya dengan kecintaan yang sempurna. Sehingga dengan demikian syahadat kita diterima di sisi Allah dan semoga menjadi kunci pembuka pintu surga. Aamiiin…

Wallaahu a’lam bishshowab

Bersambung…


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here