Ustadz Slamet Setiawan
Assalamualaikum ustad .
Mau bertanya …
Adakah doa khusus atau amalan lain yang harus dibaca sbelum sholat selain membaca niat sholat supaya lebih khusyuk ??
Syukron jazakallah khair 🅰4⃣3⃣
Jawab:
———
و عليكم السلام و رحمة الله و بركاته
Tidak ada doa atau bacaan khusus yang dilakukan sebelum mengerjakan shalat. Namun ada amalan-amalan yang baik untuk dilakukan sebelum mengerjakan shalat, khususnya shalat fardhu.
1. Bersiwak
Menurut Imam An Nawawi, siwak adalah penggunaan sebuah ranting pohon atau semisalnya pada gigi untuk menghilangkan kotoran (Tahriru Alfaazith Tanbih, hal 33). Bersiwak adalah kegiatan membersihkan gigi dengan menggosoknya dengan sesuatu yang keras, misalnya ranting pohon Al Arok (kayu siwak), ranting pohon kurma, ranting pohon zaitun, atau sikat dan pasta gigi seperti yang banyak kita temui di kehidupan sehari-hari. Maksud dari sunnah bersiwak sebelum shalat adalah untuk mengharumkan bau mulut, membersihkan gigi, dan mengeluarkan kotorannya sehingga tidak mengganggu jalannya ibadah shalat.
2. Memperbarui wudhu
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz pernah ditanya:
Manakah amalan yang lebih utama sebelum melaksanakan shalat fardhu? Apakah memperbarui wudhu, i’tikaf di masjid, membaca al-Quran atau melaksanakan shalat sunnah?
Beliau menjawab:
تجديد الوضوء مستحب إذا كان قد توضأ سابقاً إذا جدد فهو أفضل ولا يلزمه تجدد الوضوء, والسنة أن يتقدم إلى الصلاة والجلوس في المسجد ينتظر الصلاة فيه خير عظيم, وإذا سمي اعتكاف فلا بأس؛ لأن اللبث في المسجد يسمى اعتكاف إذا نوى اعتكافاً عند انتظاره الصلاة أو الجلوس في المسجد يقرأ هذه قربة إلى الله-جل وعلا- فالمؤمن يتقرب إلى الله بما شرع فإذا قصد مسجد أن يقرأ فيه ويتعبد, ويصلي ونواه اعتكافا سواء ساعة أو ساعتين, أو يوم, أو يومين كله لا بأس, ولكن عليه أن يحافظ على الصلاة في جماعة في أوقاتها, ويحذر التخلف عن ذلك، وإذا أراد تجديد الوضوء إذا توضأ للظهر وأراد أن يجدد للعصر أو المغرب هذا أفضل, وإن صلى بالوضوء السابق فلا حرج
Memperbaharui wudhu dianjurkan jika orang yang melakukannya telah berwudhu sebelumnya. Jika ia memperbarui wudhu hal itu lebih utama, namun perkara tersebut tidaklah wajib. Dianjurkan bersegera (menuju masjid) untuk melaksanakan shalat dan duduk di dalamnya dalam rangka menunggu pelaksanaan shalat. Sebab padanya terdapat kebaikan yang besar. Tidak mengapa jika duduk di masjid tersebut dinamakan i’tikaf. Karena berada di dalam masjid pun bisa disebut i’tikaf jika diniatkan seperti itu sambil menunggu sholat atau duduk di dalam masjid sembari membaca al-Qur’an. Ini merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah Jalla wa ‘Alaa.
3. Pergi ke Masjid dan Menunggu Waktu Shalat
Setelah bersiwak, dianjurkan untuk bersegera berangkat ke masjid bagi muslim laki-laki, sedangkan bagi muslim perempuan diperbolehkan shalat di rumah. Dianjurkan pula bagi kita untuk berdiam di dalam masjid sambil menunggu waktu shalat tiba. Ketika memasuki masjid, adalah sunnah untuk mendahulukan kaki kanan, sedangkan ketika keluar dari masjid dahulukan kaki kiri.
Saat adzan berkumandang, disunnahkan bagi kita untuk menjawab seruan adzan tersebut, walaupun dalam kondisi berhadats. Namun, terdapat pengecualian kepada orang yang sedang shalat, buang hajat, berjima’, atau mendengarkan khotib (khusus shalat Jumat). Bila kita sedang berada dalam 4 keadaan tersebut, adalah lebih baik untuk menjawab adzan setelahnya. Menjawab adzan pada waktu sedang melaksanakan shalat hukumnya makruh dan tidak membatalkan shalat, namun menjawab adzan ketika selesai shalat adalah lebih baik. Menjawab adzan ketika khotib berdiri di mimbar dapat membatalkan shalat Jumat, karena jama’ah shalat tidak diijinkan berbicara sepatah katapun pada saat itu.
4. Shalat Tahiyyatul Masjid
Apabila seorang muslim memasuki masjid, maka ia dianjurkan melaksanakan shalat tahiyyatul masjid sebelum duduk di dalamnya. Shalat tahiyyatul masjid hukumnya sunnah dan dilakukan dengan 2 rakaat. Bila kita masuk ke masjid ketika khotib sedang menyampaikan khotbah Jumat, maka disunnahkan untuk melakukan shalat 2 rakaat dengan ringan, kemudian segera duduk untuk mendengarkan khotbah.
Dalil yang mendasari pendapat ini adalah riwayat dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Sulaik Al-Ghathafany tiba pada hari Jumat ketika Rasulullah saw sedang menyampaikan khotbah, lalu dia langsung duduk. Beliau bertanya, “Wahai Sulaik, bangunlah dan shalatlah dua rakaat dan lakukan dengan bersegera”. Kemudian beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian datang pada Hari Jum’at, sedang imam sedang menyampaikan khotbah, maka shalatlah dua rakaat dan hendaklah ia bersegera melakukannya”.
5. Shalat Sunnah Rawatib
Shalat rawatib adalah shalat sunnah yang dilakukan sebebelum atau sesudah shalat fardhu. Manfaatnya amalan sunnah ini adalah sebagai penambah kekurangan dari shalat wajib yang kita lakukan. Nabi SAW tidak pernah meninggalkan shalat rawatib dalam keadaan mukim (tidak dalam keadaan safar).
Diriwayatkan dari Ummu Habibah, istri Nabi shalallahu alaihi wa sallam, dia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seorang hamba muslim yang mendirikan shalat karena Allah setiap hari sebanyak dua belas rakaat secara tathawwu’ selain fardhu, melainkan Allah membangunkan sebuah rumah baginya di dalam surga atau dibangunkan sebuah rumah baginya di surga”. (HR. Nasai – no. 1774)
Wallahu a’lam.