🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁
📝 Pemateri: Ustadzah Rochma Yulika
Cinta itu perlu perjuangan.
Cinta itu butuh pengorbanan.
Perjuangan untuk menjaganya, perjuangan untuk mempertahankannya, dan perjuangan agar bertahan hingga akhir hayat manusia.
Mengapa cinta itu butuh pengorbanan?
Kita harus menyediakan waktu untuk membuktikannya, kita harus merelakan diri agar mampu meraih perhatian dari yang kita cintai.
Begitulah hakikat mencintai.
Berupaya banyak memberi dari pada sekedar menerima.
❣Saatnya menakar cinta.
Bila kita mengaku mencintai Allah, seberapa betah kita berada dekat bersama Nya?
* Ketika harus bersujud untuk menjalankan kewajiban kita untuk beribadah.
* Ketika harus meluangkan waktu bercengkerama untuk khusyu’ bertilawah.
* Ketika harus berdzikir untuk mensucikan keagungan nama Nya.
* Dan ketika harus berjihad menyampaikan kebenaran kepada manusia.
Seberapa waktu yang mampu kita berikan untuk Allah dan setiap hari kita?
Terutama ketika harus mengkhususkan waktu membaca surat cinta dari Nya.
Dalam sebuah riwayat hadits.
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Siapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah jika dia mencintai Al Quran maka sesungguhnya dia mencintai Allah dan rasul-Nya.”
(Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi).
Seharusnya kita malu membaca hadits ini bila 1 juz saja harus selesai dalam waktu hampir 24 jam.
Atau untuk mampu membaca 1 juz kadang terlewatkan dalam satu hari kita.
❣ Mari kita segera berhitung dari kesempatan yang tersisa
Renungan dari salafusshalih seharusnya membuat kita merasa jauh dalam beramal untuk bisa bersanding dengan kekasih sejati kita yakni Allah SWT.
❣Kisah Salafusshalih untuk menunjukkan besarnya cinta mereka kepada Allah
Kisah Pertama:
Kisah seorang ahli ibadah Abdullah bin Idris (190-192 H).
Dari Husain al-’Anqazi, ia bertutur: Ketika kematian mendatangi Abdullah bin Idris, maka putrinya pun menangis, maka Dia pun berkata, “Wahai putriku, jangan menangis! Sungguh, aku telah mengkhatamkan Al-Qur`an di rumah ini 4000 kali.”
(Tarikh Al-Islam karya Ad-Dzahabi, ats-Tsabat ‘inda al-Mamat karya Ibnul Jauzi).
Kisah kedua:
Abu Bakr bin ‘Ayyasy (193 H).
Tatkala kematian mendatangi Abu Bakr bin ‘Ayasy maka saudara perempuannya pun menangis. Maka Abu Bakr pun berkata kepadanya, “Janganlah menangis, lihatlah di pojok rumah ini, sesungguhnya saudara laki-lakimu ini telah mengkhatamkan Al-Qur`an di situ sebanyak 18 ribu kali.” (Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim dan Tarikh Baghdad).
Ahli ibadah ini Abdullah bin Idris telah mengkhatamkan Al-Qur`an sebanyak 4000 kali. Abu Bakr bin ‘Ayyasy telah mengkhatamkan Al-Qur`an sebanyak 18 ribu kali… semuanya demi menghadapi waktu yang sangat kritis ini. Waktu untuk meninggalkan dunia ke alam akhirat yang abadi.
Kisah ketiga:
Urwah bin Zubair seorang alim yang amil. Urwah yang sejak remaja mampu menyelesaikan seperempat Al Qur’an dalam sehari belum lagi ditambah hafalan yang dibaca kala qiyamullailnya. Begitulah yang dilakukan Urwah bin Zubair hingga akhir hayatnya.
Dan kita…???
Mari segera memperbaiki kualitas diri dengan semakin mendekat kepada Ilahi.
Mudahkan kami Ya Rabb.
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130