KEJUJURAN

0
74

Pemateri: Ust. Dr. Abas Mansur Tamam

Kejujuran merupakan anak kandung dari iman.
Itu sebabnya salah satu ciri orang munafik adalah suka berbohong ketika berbicara.

Sedangkan orang beriman meskipun ia belum bisa menghilangkan sebagian sifat buruk, seperti pelit atau penakut, tetapi tidak boleh memiliki sifat pembohong.

Di bawah ini ayat Alquran dan hadis yang mengajarkan sifat kejujuran.

1. Ayat Alquran

QS Al-Baqarah [2]: 42
Allah Swt. berfirman:

وَلاَ تَلْبِسُواْ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُواْ الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ (البقرة [2]: 42)

Artinya: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil, dan janganlah kamu menyembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahui” (Al-Baqarah [2]: 42).

Ayat di atas mengajarkan akhlak kejujuran.

Kejujuran akan berdampak baik dalam kehidupan bermasyarakat, karena orang-orang akan menyukainya sebagai orang yang jujur.

Kejujuran juga akan berdampak baik dalam kehidupan beragamanya, karena akan membuatnya bersikap terbuka dengan kebenaran, mau menerima serta melaksanakan kebenaran.

Dan ketika ajaran-ajaran Islam semuanya merupakan kebenaran, maka orang yang jujur sangat bersemangat dalam menjalankan agamanya.

Sebaliknya kebohongan akan berakibat buruk.

Berdampak buruk terhadap kehidupan bermasyarakat, karena orang-orang tidak akan menyukainya sebagai seorang pembohong.

Kebohongan juga akan berdampak buruk dalam kehidupan beragama, karena akan membuatnya antipati terhadap kebenaran.

Karena itu sangat mungkin dari kebohongannya itu akan melahirkan sikap memerangi agama Allah dengan cara menyesatkan orang lain.

Menurut ayat di atas, ada dua cara seorang pendusta dalam menyesatkan manusia:

a. Mencampur-adukkan hak dengan batil, sehingga seolah-olah kebenaran dan kebatilan itu relatif alias abu-abu. Inilah yang dimaksud dengan tidak boleh mencampur-adukkan haq dengan batil.

b. Menolak kebenaran dan menyembunyikannya, sehingga tidak Nampak.
Ini yang dimaksud dengan larangan untuk menyembunyikan haq.

2. Hadis Kejujuran:

Nabi Saw. bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فإن الصِّدْقَ يهدى إلى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يهدى إلى الْجَنَّةِ، وما يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حتى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

Artinya: “Berbuat jujurlah kalian! Karena kejujuran menunjukkan pada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan ke surga.

Dan tidaklah seseorang terus berbuat jujur dan dengan sadar mengupayakan kejujuran, hingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang jujur” (Muslim, 4/2607).

Hadits tadi menyebutkan tata-cara seorang Muslim membina dirinya menjadi orang yang jujur.

Bahwa ada beberapa tips menjadi seorang yang jujur:

a. Penghayatan iman tentang surga dan neraka. Bahwa kebaikan berbalas surga, dan keburukan berbalas neraka.

b. Pengetahuan bahwa kejujuran menjadi gerbang kebaikan, dan kebohongan menjadi gerbang keburukan. Kejujuran menjadi sifat dasar seorang Muslim.

c. Terus mengupayakan kejujuran. Karena memiliki sifat jujur membutuhkan proses, yaitu upaya terus-menerus untuk jujur, meskipun banyak godaan untuk berbohong.

d. Berhati-hati agar tidak berbohong. Misalnya, ketika dalam pembicaraan telepon seseorang ditanya sedang dimana? Dia menjawab sedang di luar kota. Dalam hatinya dia bermaksud bahwa ia berada di kota yang berbeda dari penelepon.

Dia sadar bahwa penelpon akan menangkap bahwa dia benar-benar sedang pergi ke luar kota.

Gaya pembicaraan seperti ini jika terus dilakukan bisa membuatnya terbiasa berbohong.

3. Kriteria Kejujuran:

Dalam bahasa Arab, jujur (sidq) adalah lawan dari berbohong  (kadzib).

Kejujuran aselinya disebutkan dalam konteks pembicaraan.

Karena itu jujur didefinisikan sebagai kesesuaian antara perkataan dengan hati dan objek yang dikabarkan (Al-Munawi, At-Ta’arif, 451).

Sehingga jika suatu pembicaraan tidak sesuai dengan objek yang dikabarkan, ia merupakan kebohongan.

Tetapi jika pembicaraan sesuai dengan objek berita, tetapi tidak sesuai dengan hati, maka dari segi kesuaiannya dengan objek berita disebut benar. Tetapi dari sisi perbedaannya dengan hati disebut kebohongan.

Seperti orang munafik yang menyebut bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Perkataan itu benar, tetapi karena tidak sesuai dengan keyakinan dalam hatinya, mereka disebut telah berbohong.

Firman Allah:

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya. Tetapi Allah mengetahui sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta” (Al-Munafiqun [63]: 1).

Wallahu a’lam.


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here