Oleh: Ahmad Sahal Hasan, Lc
بسم الله الرحمن الرحيم
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
1. Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa
2. Allah adalah Ash-Shamad (yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu)
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4. Dan tidak ada yang setara dengan Dia, siapapun/apapun.
NAMA SURAT
Dinamakan Surat Al-Ikhlash karena surat ini berbicara tentang ikhlas (pemurnian) dalam beribadah kepada Allah atau tentang tauhid terutama dalam Nama dan Sifat kesempurnaanNya. Oleh karena itu kalimat tauhid “Laa ilaaha illallaah” disebut juga dengan kalimat ikhlas, seperti dalam salah satu lafal dzikir:
أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الإِسْلاَمِ، وَكَلِمَةِ الإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ (رواه الإمام أحمد وصححه الألباني)
Kami berpagi hari di atas fitrah Islam, kalimat ikhlas (laa ilaaha illallaah), di atas agama Nabi kami Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan di atas millah (ajaran) bapak kami Ibrahim yang lurus, dan sekali-kali ia tidak termasuk orang-orang yang berbuat syirik. (HR. Imam Ahmad dan dinilai shahih oleh Al-Albani).
Ikhlas merupakan lawan dari syirik besar maupun syirik kecil, sehingga ia mengandung dua makna sekaligus:
1. Memurnikan ibadah hanya kepada Allah untuk menghindarkan kaum muslimin dari syirik besar yang dilakukan oleh orang-orang kafir yang menyembah selain Allah dan tidak beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam atau mengingkari salah satu rukun iman, sehingga Dia memberitahukan di dalam Al-Quran bahwa seluruh amal baik mereka tidak diterima. (Lihat surat At-Taubah ayat 17, Ibrahim ayat 18, Al-Kahfi ayat 105, An-Nur ayat 39-40, Al-Furqan ayat 23, Muhammad ayat 8, 9,28).
2. Memurnikan niat hanya untuk Allah dalam amal yang dilakukan seorang muslim sehingga ia terhindar dari syirik kecil yaitu riya yang membatalkan pahala amal yang dikotori olehnya.
SABAB NUZUL (SEBAB TURUN) SURAT AL-IKHLAS
Surat Al-Ikhlas menurut mayoritas ulama adalah MAKIYAH (At-Tahrir wa At-Tanwir, 30/611), yakni diturunkan SEBELUM HIJRAH Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah, sebagai jawaban dari pertanyaan musyrikin Quraisy:
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، أَنَّ الْمُشْرِكِينَ قَالُوا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: انْسُبْ لَنَا رَبَّكَ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ} (رواه الترمذي)
Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu bahwa sesungguhnya kaum musyrikin berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Jelaskan kepada kami nasab Rabb-mu !” Maka Allah menurunkan: “Qul Huwallahu Ahad Allahush-Shamad..” (HR. Tirmidzi – hadits hasan).
KEUTAMAANNYA
Selain sebagai salah satu dari tiga surat perlindungan (mu’awwidzat) bersama surat Al-Falaq dan An-Nas, surat Al-Ikhlas memiliki keutamaan lain, diantaranya:
SETARA DENGAN SEPERTIGA AL-QURAN
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta para sahabat untuk berkumpul karena beliau akan membacakan sepertiga Al-Quran. Setelah mereka berkumpul beliau membaca surat Al-Ikhlas, kemudian bersabda:
«إِنِّي قُلْتُ لَكُمْ سَأَقْرَأُ عَلَيْكُمْ ثُلُثَ الْقُرْآنِ، أَلَا إِنَّهَا تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ»
Sesungguhnya aku telah berkata kepada kalian bahwa aku akan membacakan kepada kalian sepertiga Al-Quran, ingatlah sesungguhnya ia setara dengan sepertiga Al-Quran. (HR. Muslim).
Yang dimaksud dengan setara sepertiga Al-Quran adalah setara dengan pahala membaca sepertiga Al-Quran, namun tidak menggantikan fungsi sepertiga Al-Quran, baik dalam penyucian jiwa, kandungan petunjuk maupun syarat sah amal.
Misalnya orang yang membaca surat Al-Ikhlas tiga kali di dalam shalat maka pahalanya berdasarkan hadits di atas sama dengan pahala membaca seluruh Al-Qur’an (termasuk Al-Fatihah), akan tetapi surat Al-Ikhlas yang dibaca tiga kali itu tidak dapat menggugurkan kewajiban membaca surat Al-Fatihah itu sendiri. Artinya shalatnya tetap tidak sah jika ia tidak membaca surat Al-Fatihah walaupun ia telah membaca Al-Ikhlas tiga kali.
Dari sudut pandang temanya, para ulama berupaya menjelaskan maksud keutamaan surat Al-Ikhlas setara sepertiga Al-Quran, diantaranya penjelasan Al-Imam Al-Ghazali rahimahullah:
“Fungsi utama Al-Quran adalah menjelaskan ma’rifatullah (mengenal Allah), ma’rifatul akhirah (mengenal akhirat) dan ma’rifatush-shirathil mustaqim (mengenal jalan yang lurus). Tiga hal ini adalah fungsi utama, sedangkan yang lain adalah turunan. Surat Al-Ikhlas berisi salah satu dari tiga fungsi tersebut, yaitu ma’rifatullah…” (Dikutip oleh Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi dalam tafsirnya Mahasin At-Ta’wil 9/572 dari kitab Jawahir Al-Quran karya Al-Imam Al-Ghazali).
CINTA SURAT AL-IKHLAS MENJADI SEBAB DICINTAI ALLAH
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ رَجُلًا عَلَى سَرِيَّةٍ، وَكَانَ يَقْرَأُ لِأَصْحَابِهِ فِي صَلاَتِهِمْ فَيَخْتِمُ بِـ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ}، فَلَمَّا رَجَعُوا ذَكَرُوا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «سَلُوهُ لِأَيِّ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ؟»، فَسَأَلُوهُ، فَقَالَ: لِأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ، وَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ» (رواه البخاري)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengutus seorang laki-laki memimpin pasukan perang. Ia mengimami shalat para sahabatnya dan menutup bacaan surat (setelah surat Al-Fatihah) dengan Qul HuwaLlahu Ahad. Ketika kembali, mereka menyebutkan hal itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda: Tanyakan padanya, mengapa ia berbuat seperti itu? Maka merekapun bertanya kepadanya, lalu ia menjawab: Karena ia adalah sifat Ar-Rahman, dan aku cinta membacanya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Beritahukan padanya bahwa Allah mencintainya. (HR. Al-Bukhari).
DIBANGUNKAN RUMAH DI SURGA BAGI PEMBACANYA
عَنْ سَهْلِ بنِ مُعَاذِ بن أَنَسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَن رَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ: «مَنْ قَرَأَ: {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} عَشْرَ مَرَّاتٍ، بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ»، فَقَالَ عُمَرُ بن الْخَطَّابِ: إِذنْ نَسْتَكْثِرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «اللَّهُ أَكْثَرُ وَأَطْيَبُ». (رواه الإمام أحمد، وصححه الألباني)
Dari Sahal bin Mu’adz bin Anas, dari ayahnya, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa membaca “Qul Huwallahu ahad” sepuluh kali, Allah akan membangun untuknya rumah di surga. Maka Umar bin Khathab berkata: Kalau begitu, kita perbanyak Ya Rasulullah ? Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Allah lebih banyak dan lebih baik (karuniaNya daripada amal yang dilakukan hambaNya). (HR. Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
(Bersambung)
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678