Surat Al Fatihah (Bag. 3 – habis)

0
121

Pemateri: Ust. AHMAD SAHAL Lc.

Sub Tema 2: Jalan ibadah yang benar

Barangsiapa yang mengenal Allah dengan sifat-sifat seperti dijelaskan oleh ayat 1 sampai ayat 4 (pada bagian 2 tulisan ini) maka akal sehat dan kejernihan hatinya pasti akan mengantarkannya kepada satu kesimpulan bahwa hanya Dialah yang berhak untuk diibadahi (tauhid & ikhlas).

Namun untuk memastikan bahwa kita telah beribadah dengan benar, kita memerlukan petunjuk dari Allah tentang jalan ibadah itu sendiri berupa tata cara dan contoh yang diberikan oleh mereka yang sebelumnya telah mendapat petunjuk itu.

Ayat 5 dan 6 berbicara tentang sub tema kedua ini.
Jadi sub tema kedua ini mengandung beberapa poin:

١– إِخْلَاصُ الْعِبَادَةِ للهِ
٢- الاِسْتِعَانَةُ بِاللهِ عَلَى تَحْقِيْقِهِ
٣- سُلُوكُ الطَّرِيْقِ الْمُسْتَقِيْمِ

1⃣. Memurnikan ibadah hanya untuk Allah
2⃣ Memohon pertolongan kepada Allah untuk merealisasikannya
3⃣. Menempuh jalan yang lurus

Ayat 5

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya kepadaMu kami beribadah, dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan.

Ini adalah ikrar setiap muslim untuk selalu beribadah hanya kepada Allah – tidak menyekutukanNya dengan apapun dan siapapun, dan untuk memohon pertolongan hanya kepada Allah dalam hal-hal yang tak dapat dilakukan oleh sesama makhluk atau yang dilarang kita melakukannya.

Di dalam ayat ini terdapat beberapa poin penting, diantaranya:

 Penegasan tentang tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah sebagai konsekuensi dari tauhid rububiyah yang disebutkan di ayat sebelumnya.

Maksudnya bahwa Dzat yang menciptakan, mengatur dan memiliki kekuasaan mutlak atas makhlukNya di dunia dan akhirat, maka hanya Dialah yang berhak untuk diberikan segala bentuk peribadatan. (Lihat ayat yang senada dengan hal ini misalnya Al-Baqarah ayat 21-22).

 Ibadah didahulukan daripada isti’anah (mohon pertolongan) karena hamba yang sedang mengucapkan ikrar ini mengedepankan adab kepada Allah sehingga ia lebih memuliakan hak Allah daripada hak dirinya.

Atau karena ibadah lebih
kuat kaitannya dengan ayat sebelumnya sementara isti’anah adalah mukadimah permohonan pada ayat setelahnya.

 Untuk mewujudkan tauhid kepada Allah kita memerlukan pertolongan dariNya, atau dengan kata lain ibadah sebagai tujuan, sedangkan isti’anah sebagai jalan.

 Meskipun seorang muslim membaca ayat ini sendirian, ia tetap membacanya dengan ungkapan “na’budu” (kami beribadah) dan “nasta’in” (kami mohon pertolongan), untuk menegaskan bahwa spirit berjamaah harus selalu ada dalam dirinya, bahwa ia selalu bersama saudara seiman di mana dan kapan pun mereka hidup.

وإذا كان الله وحده هو الذي يُعبد، والله وحده هو الذي يُستعان، فقد تخلص الضمير البشري من استذلال النظم والأوضاع والأشخاص، كما تخلص من استذلال الأساطير والأوهام والخرافات

 Bila hanya Allah yang diibadahi dan dimintai pertolongan, maka nurani manusia telah terbebas dari penindasan berbagai sistem (buatan manusia), situasi (yang direkayasa) dan sosok (yang diktator), juga bebas dari penghinaan keyakinan berdasarkan dongeng, mitos dan khurafat. (Fi Zhilal Al-Quran, 1/25).

Ayat 6

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjuki kami jalan yang lurus.

Setelah mengikrarkan bahwa hanya kepadaMu ya Allah kami mohon pertolongan, maka hal penting dan utama yang diminta dan diperlukan oleh seorang hamba untuk dapat ikhlas dalam beribadah kepada Allah dan mentauhidkanNya adalah jalan yang lurus yang menjelaskan tata cara ibadah yang benar.

Yang dimaksud dengan jalan yang lurus adalah ISLAM sesuai riwayat dari Abdullah bin Abbas ra, atau Al-Quran seperti riwayat dari Ali bin Abi Thalib ra. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/137-138).

Seorang muslim selalu memohon hidayah jalan yang lurus untuk dirinya dan saudara-saudaranya, yaitu hidayah untuk tetap berislam dan berpegang teguh kepada Al-Quran dan penjelas Al-Quran, yakni Sunnah atau Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

 Islam adalah aqidah (keyakinan) dan syari’ah (aturan) yang kita mohonkan kepada Allah agar kita diberi hidayah untuk memahami sekaligus mengikuti dan mengamalkannya.

Hidayah untuk memahami kebenaran dinamanakan “hidayah irsyad/bayan” sedangkan hidayah agar kita mengikuti kebenaran disebut dengan “hidayah taufiq”.

Dalam doa ma’tsur disebutkan:

اللَّهُمَّ أَرِنِي الْحَقَّ حَقًّا وَوَفِّقْنِي لِاتِّبَاعِهِ وَأَرِنِي الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَوَفِّقْنِي لِاجْتِنَابِهِ

Ya Allah, perlihatkan kepadaku bahwa yang benar itu benar dan berikan taufiq (bimbingan) kepadaku untuk mengikutinya, dan perlihatkan kepadaku bahwa yang salah itu salah dan berikan taufiq kepadaku untuk  menjauhinya.

(Manshur bin Yunus Al-Bahuti Al-Hambali dalam Syarah Muntaha Al-Iradat (3/497) menyebutkannya sebagai doa Umar bin Khathab ra, Abu Thalib Al-Makky dalam Qut Al-Qulub (1/142) menyebutkannya dengan sedikit perbedaan redaksi sebagai doa Abu Bakar ra, sedangkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya (1/571) menyebutkannya sebagai doa ma’tsur tanpa menyebutkan siapa pemilik doa).

Beberapa BENTUK HIDAYAH yang kita perlukan agar kita sampai kepada ridhaNya:

Hidayah untuk memiliki keyakinan yang benar tentang seluruh rukun iman

 Hidayah untuk bertaubat dari dosa yang telah kita lakukan karena meninggalkan yang wajib atau mengerjakan yang haram, atau bertobat dari meninggalkan yang sunnah atau mengerjakan yang makruh, atau berlebihan dalam hal-hal yang mubah.

 Hidayah untuk memperbaiki kualitas dan atau kuantitas amal shalih yang telah kita lakukan

 Hidayah berupa keinginan kuat untuk melaksanakan amal shalih yang sebenarnya mampu kita laksanakan tetapi belum kita lakukan karena kemauan yang lemah.

 Hidayah agar mampu melaksanakan amal shalih yang amat ingin kita lakukan.

 Hidayah agar tsabat (tetap dan teguh) dalam kebaikan yang telah kita lakukan dengan baik hingga akhir hayat dan meraih husnul khatimah.

 Hidayah agar kita istiqamah di dalam semua bentuk hidayah di atas bahkan selalu diberi tambahan.

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

Dan orang-orang yang mau menerima hidayah, Allah menambah hidayah mereka dan mendatangkan untuk mereka ketakwaan. (Muhammad: 17).

 Sub Tema 3:

Penjelasan tentang salikin (orang-orang yang menempuh) jalan ibadah yang benar dan munharifin (orang-orang yang menyimpang) darinya.

 Ayat 7

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai, dan bukan pula mereka yang sesat.

Sub tema 3 memberi penjelasan tentang siapakah orang yang telah ditunjuki oleh Allah sehingga mereka dapat menempuh jalan ibadah yang lurus ini?

Mereka adalah orang-orang yang diberi ni’mat oleh Allah berupa:

1. صِحَّةُ الْفَهْمِ

Pemahaman yang benar

2. حُسْنُ الْقَصْدِ

Maksud yang baik

Pemahaman yang benar menghindarkan mereka dari penyakit syubuhat (kerancuan keyakinan) sehingga mereka tidak tersesat, sedangkan maksud atau niat yang baik menjauhkan mereka dari penyakit syahwat (memperturutkan nafsu) sehingga mereka tidak dimurkai oleh Allah.

Mereka adalah para nabi, orang-orang yang shidiq, para syuhada dan orang-orang shalih sebagaimana dijelaskan di surat An-Nisa ayat 69:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan RasulNya (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.

 Ayat ini menjelaskan bahwa satu-satunya jalan yang lurus saat ini adalah agama Islam yang diaplikasikan dalam bentuk ketaatan kepada Allah (Al-Quran) dan Muhammad Rasulullah (Sunnah atau Hadits)

Merekalah yang akan membersamai orang-orang yang sebelumnya telah diberi ni’mat oleh Allah yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin.

Sedangkan orang-orang yang menyimpang dari jalan yang lurus adalah mereka yang dimurkai dan yang tersesat.

Orang-orang yang dimurkai oleh Allah adalah mereka yang telah diberi pengetahuan tentang kebenaran nabi Muhammad tetapi tetap membangkang karena memperturutkan berbagai bentuk syahwat mereka.

Sementara orang-orang yang SESAT adalah mereka yang tidak mengenal jalan kebenaran bisa jadi disebabkan oleh kurangnya usaha menuntut ilmu, atau tidak menelaah lagi keyakinan dan jalan yang mereka tempuh dengan timbangan dalil, baik dalil sam’i (wahyu) maupun dalil aqli (logika akal sehat) yang dibimbing oleh wahyu.

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan (wahyu) atau memikirkan (dengan akal sehat) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Al-Mulk: 10)

Islam sebagai syariat yang dibawa oleh Rasulullah wajib diimani oleh seluruh ummat manusia yang hidup sejak beliau diutus hingga manusia akhir zaman.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لاَ يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّة يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ (رواه مسلم)

“Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, tidak seorangpun yang mendengar tentang aku dari umat (manusia) ini, seorang Yahudi atau Nasrani, kemudian meninggal dunia dan tidak beriman kepada syariat yang aku diutus untuk membawanya, kecuali ia termasuk penghuni neraka”. (HR. Muslim)

Sementara Islam sebagai aqidah tauhid merupakan agama seluruh nabi dan rasul alaihimussalam, tak ada satupun nabi atau rasul yang mengajak ummatnya kepada penyembahan dirinya atau makhluk lain selain Allah, sebagaimana firmanNya tentang Nabi Ibrahim alaihissalam:

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ

Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang hanif (lurus bertauhid) lagi muslim (berserah diri kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 67-68).

Juga firmanNya tentang Isa alaihissalam:

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَاعِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua tuhan selain Allah?”

Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya).

Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu:
“Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”,
dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan segala sesuatu. (Al-Maidah: 116-117).

Dan Allah menamakan semua nabi & pengikutnya sebagai kaum muslimin:

مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ

(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian “orang-orang muslim” dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (Al-Hajj: 78).

والله أعلم بالصواب


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here