Materi Kajian ManisSiroh dan Tarikh

Asal-usul Gelombang Paranoid atas Islam dan Para Hujaj Hindia Belanda (2)

πŸŒΏπŸŒΊπŸ‚πŸ€πŸŒΌπŸ„πŸŒ·πŸŒΉ

πŸ“ Pemateri: Ustadz Agung Waspodo, SE. MPP

Di Bawah Mata Pengawas – Rahasia Besar Pemantauan Islam oleh Hindia Belanda 1879

Memang benar bahwa semejak diresmikannya Terusan Suez pada tahun 1869, jumlah kapal bertenaga uap (steamship) Eropa yang melintasi Laut Merah meningkat. Pada pelayaran tersebut kapal-kapal pada umumnya dijejali manusia yang naik turun di Jeddah untuk menunaikan hajji.

πŸ“– Ketertinggalan dunia Islam dalam penguasaan teknologi transportasi pada era ini benar-benar menjadi penghambat kebangkitan Ukhuwwah Islamiyah Alamiyah.

Jalur pelayaran ini membawa keuntungan finansial kepada sebagian masyarakat Hadhrami yang berperan ganda; sebagai pemandu perjalanan ‘hadji’ maupun pengelola angkutan. Bahkan, menurut penelitian Vredenbregt (1966) dan Freitag Clarence-Smith (1997), di Temasek** juga ditemukan saudara asal Hadhramaut* yang memiliki kapal untuk bisnis transportasi Singapura-Jeddah.

Secara umum arus pelayaran ke arah Barat dipenuhi para hujaj dan komoditas Hindia Belanda, sedangkan arus ke arah Timur membawa orang Eropa dan juga Hadhrami yang mencari peluang bisnis. Namun, yang lebih dikhawatirkan pemerintah Hindia Belanda adalah gelombang kedatangan kaum Hadhrami ini juga terdiri dari ‘priester’ atau du’at yang membawa da’wah ke bumi Hindia Belanda.

πŸ“– Tidak dapat dipungkiri bahwa perdagangan merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan serta penyebaran Islam. Para ulama berdagang untuk menghindar dari meminta belas kasihan dari para penguasa. Terutama ketika penguasa cenderung otoriter, apalagi jika zalim.

Kedua arus inilah yang paling dikhawatirkan sekaligus juga paling tidak dimengerti oleh pemerintahan Hindia Belanda. Para ‘priester’ dan ‘hadji’ menjadi momok tersendiri bagi kaum kolonial Belanda.

Pada tanggal 7 November 1879 terbitlah sebuah mailrapporten*** nomor 668 dengan nada “mewaspadai kesemangatan para Mohammedan” mengingat suatu peristiwa Makkah, tanpa memperinci apa peristiwa itu. Seluruh pejabat di semua distrik, baik di dalam maupun di luar Pulau Jawa, agar merujuk pada surat Kabinet tertanggal 8 Agustus 1871 tentang bagaimana menyikapi gelombang ‘priester’ dan ‘hadji’ tersebut. Peneliti utama kita, Laffan, hingga jurnalnya tersebut diterbitkan, tidak berhasil menemukan mailrapporten no. 668 tersebut pada Cabinet Letter di arsip Kerajaan Belanda. Sedemikian rahasianya surat tersebut sehingga “sikap yang harus diambil” pun tidak pernah terbit (gazetted) atau terarsip pada Staatsblad tahun 1871.

πŸ“– Menarik untuk terus mendalami misteri 1879 ini guna menguji hipotesis adanya rekayasa “pihak tertentu” yang ingin melahirkan sikap paranoid terhadap Islam di Hindia Belanda atau tidak. Pihak itu telah menghapus jejaknya dengan rapi.

Reaksi yang muncul di Hindia Belanda, menurut penelitian Laffan (2002) adalah lahirnya imajinasi “gelombang kebencian kepada seluruh orang Kristen” yang bersumber dari fatwa ulama Hijaz yang dilindungi oleh Kekhilafahan Turki Utsmani serta tak terbantahkan secara otoritas.

Setelah terbitnya mailrapporten 668 itu, apapun bentuk aktivitas Ummat Islam di Hindia Belanda menjadi suatu kecurigaan; baik itu sekedar;

1. Unjuk rasa atas penerapan pajak baru yang membebani,

2. Meningkatnya frekuensi pedagang Hadhrami yang melalu-lintasi kepulauan Nusantara,

3. Meningkatnya intensitas da’wah di pusat-pusat pendidikan Islam di Hindia Belanda.

Gubernur-Jenderal Hindia Belanda kemudian mengeluarkan instruksi “een wakend oog” yaitu semua pejabat pemerintahan wajib “memata-matai dengan seksama” (a watchful eye) wilayahnya. Pada awalnya “mata” itu dibuka lebar untuk seluruh aktivitas di Hindia Belanda. Lama kelamaan, “mata” itu hanya fokus kepada berbagai aspek Islam; khususnya sosial dan politik.

πŸ“– Memperhatikan penggunaan istilah “oog” atau “mata yang serba melihat” mengingatkan kita akan berbagai perkumpulan rahasia semisal illuminati yang biasa menggunakan “the eye of Horus” dalam simbolisasi. Masih perlu membaca lebih banyak untuk sampai pada kesimpulan awal.

Agung Waspodo, semakin tertarik dengan periode sejarah abad ke-18 hingga awal abad ke-20 pada studi wilayah Samudera Hindia.


Catatan:

* Hadhramaut adalah wilayah di perbatasan Yaman-Oman pada bagian selatan Jazirah Arabiyah.
** Temasek adalah nama lama Singapura.

Foto: ilustrasi pembukaan serta peresmian Terusan Suez tahun 1069

πŸŒΏπŸŒΊπŸ‚πŸ€πŸŒΌπŸ„πŸŒ·πŸ


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D

πŸ“±Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

πŸ’° Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Iman Islam
No Rek BSI : 5512 212 725
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287891088812

Related Posts

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *