Pemateri: Ust. AHMAD SAHAL HASAN, Lc.
بسم الله الرحمن الرحيم
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
SABAB NUZUL
Surat Al-Kafirun termasuk surat MAKIYAH, diturunkan terkait negosiasi yang dilakukan beberapa tokoh Quraisy kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar beliau mau melakukan kompromi dan pencampuran aqidah dan ibadah. Mereka yang menawarkan kompromi ini, semuanya meninggal dalam kekafiran.
Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah dengan sanadnya meriwayatkan peristiwa ini:
لَقِيَ الْوَلِيْدُ بْنُ الْمُغِيْرَة وَ الْعَاصُ بْنُ وَائِلٍ وَ الأَسْوَدُ بْنُ الْمُطَّلِبِ وَ أُمَيَّةُ بْنُ خَلَفٍ رَسُوْلَ اللهِ فَقَالُوا: يَا مُحَمَّدُ، هَلُمَّ فَلْنَعْبُدْ مَا تَعْبُدُ، وَتَعْبُدْ مَا نَعْبُدُ، ونُشْرِككَ فِي أَمْرِنَا كُلِّهِ، فَإِنْ كَانَ الَّذِي جِئْتَ بِهِ خَيْرًا مِمَّا بِأَيْدِيْنَا، كُنَّا قَدْ شَرِكْنَاكَ فِيْهِ، وَأَخَذْنَا بِحَظِّنَا مِنْهُ، وَإِنْ كَانَ الَّذِي بِأَيْدِيْنَا خَيْرًا مِمَّا فِي يَدَيْكَ، كُنْتَ قَدْ شَرِكْتَنَا فِي أَمْرِنَا، وَأَخَذْتَ مِنْهُ بِحَظِّكَ. فَأَنْزَلَ اللهُ: {قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ} حَتَّى انْقَضَتِ السُّوْرَةُ. (تفسير الطبري، 24/662)
Al-Walid bin Al-Mughirah, Al-‘Ash bin Wa-il, Al-Aswad bin Al-Muthalib dan Umayah bin Khalaf telah menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka berkata: Wahai Muhammad, marilah (bersepakat), kami menyembah apa yang engkau sembah, dan engkau menyembah apa yang kami sembah dan kami akan melibatkanmu dalam semua urusan kami. Jika yang engkau bawa lebih baik daripada yang ada pada kami, berarti kami telah membersamaimu dan mengambil bagian kami darinya. Dan bila yang ada pada kami lebih baik dari yang ada padamu, berarti engkau telah membersamai kami dan mengambil bagianmu darinya. Maka Allah menurunkan “Qul Ya Ayyuha-l Kafirun” hingga akhir surat. (Tafsir Ath-Thabari, 24/662).
Cukup banyak riwayat seperti ini tentang sabab nuzul surat Al-Kafirun. Meskipun satu persatu dari riwayat-riwayat itu tidak sampai pada derajat shahih, namun secara keseluruhan saling menguatkan satu sama lain, sehingga disimpulkan bahwa substansi atau makna riwayat tersebut adalah shahih.
KEUTAMAAN SURAT AL-KAFIRUN
PELEPAS DIRI DARI KEMUSYRIKAN
عَنْ فَرْوَةَ بْنِ نَوْفَلٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ لِنَوْفَلٍ: «اقْرَأْ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ثُمَّ نَمْ عَلَى خَاتِمَتِهَا، فَإِنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنَ الشِّرْكِ» (رواه أبو داود – صحيح)
Dari Farwah bin Naufal dari ayahnya (Naufal) bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Naufal: Bacalah Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruun kemudian tidurlah setelah selesai membacanya, karena sesungguhnya ia adalah pembebasan dari kemusyrikan. (HR. Abu Dawud – Shahih).
SURAT AL-KAFIRUN SETARA SEPEREMPAT AL-QURAN
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ – رضي الله عنهما – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: «{قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ} تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ، وَ {قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ} تَعْدِلُ رُبُعَ الْقُرْآنِ» (رواه الترمذي وابن ماجه – حسن)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Qul Huwa-Llaahu Ahad setara sepertiga Al-Quran, dan Qul Yaa Ayyuhal-Kaafirun setara seperempat Al-Quran. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah – Hadits hasan).
Maksudnya setara pahalanya dengan membaca seperempat Al-Quran, seperti penjelasan tentang surat Al-Ikhlas di materi sebelum ini.
Syihabuddin Al-Alusi rahimahullah mencoba menemukan alasan mengapa surat Al-Kafirun setara dengan seperempat Al-Quran. Diantara penjelasannya:
Maksud kandungan Al-Quran ada empat, yaitu: penegasan kekhususan ibadah hanya untuk Allah, penegasan berlepas diri dari ibadah kepada selain Allah, penjelasan hukum-hukum syariat, dan penjelasan tentang keadaan akhirat. Surat Al-Kafirun berisi salah satunya yakni berlepas diri dari ibadah kepada selain Allah, sehingga ia setara dengan seperempat Al-Quran.
Atau karena Al-Quran berisi empat hal: ibadat, muamalat, jinayat (hukuman atas kejahatan), dan munakahat (hukum pernikahan), dan surat Al-Kafirun berbicara tentang yang pertama. (Ruh Al-Ma’ani, 15/485).
BACAAN PENUTUP MALAM DAN PEMBUKA PAGI
Surat Al-Kafirun adalah salah satu bacaan Al-Quran penutup malam karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca surat Al-Kafirun di dalam shalat witirnya bersama surat Al-A’la dan Al-Ikhlas:
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يُوتِرُ بـ {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى} وَ {قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ} وَ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} (رواه ابن ماجه في السنن – إسناده صحيح)
Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat witir dengan “Sabbihisma Rabbikal-A’laa”, “Qul Yaa Ayyuhal-Kaafirun” dan “Qul Huwa-Llahu Ahad”. (HR. Ibnu Majah dalam Sunan-nya – Isnadnya shahih).
Maksudnya: surat Al-A’la dibaca setelah Al-Fatihah pada rakaat pertama, Al-Kafirun pada rakaat kedua, dan Al-Ikhlas dibaca pada rakaat yang ketiga.
Dalam hadits shahih riwayat Ibnu Hibban dan Abu Dawud disebutkan juga bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selain membaca tiga surat itu, beliau membaca surat Al-Falaq dan An-Nas dalam shalat witir. (Shahih Mawarid Azh-Zham-an, Al-Albani, 1/309).
Maksudnya: surat Al-Falaq dan An-Nas dibaca pada rakaat ketiga setelah Al-Ikhlas.
Bacaan penutup malam dapat juga diartikan sebagai bacaan yang dibaca menjelang tidur, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan sahabatnya, Naufal radhiyallahu ‘anhu, untuk membaca surat Al-Kafirun sebelum tidur seperti hadits yang telah disebutkan sebelumnya.
Surat Al-Kafirun juga menjadi salah satu bacaan Al-Quran pembuka aktifitas menjelang pagi, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membacanya dalam shalat sunnah qabliyah Subuh:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي رَكْعَتَيِ الْفَجْرِ {قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ}، وَ{قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ}. (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca di dua rakaat sunnah Fajar “Qul Yaa Ayyuhal-Kaafirun” dan “Qul Huwa-Llahu Ahad”. (HR. Imam Muslim)
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Membaca Qul Ya Ayyuhal-Kaafirun dan Qul Huwa-Llahu Ahad di dua rakaat sunnah Fajar lebih aku sukai (daripada yang lain).” (Al-Umm, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, 1/170).
HIKMAHNYA
Surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas dijadikan sebagai bacaan menjelang tidur atau penutup malam sekaligus pembuka hari. Hal ini merupakan isyarat bahwa seorang muslim harus selalui memperbarui tauhidnya dan melakukan aktifitas ibadah kepada Allah serta menjaga imannya sejak ia memulai sampai ia menutup harinya, serta menjauhkan diri dari kekafiran dan kemusyrikan.
Surat Al-Kafirun yang diawali dengan perintah “Qul” (katakanlah) dijadikan sebagai bacaan menjelang tidur atau penutup malam sekaligus pembuka hari. Hal ini juga isyarat bahwa aktifitas dakwah (mengajak manusia kepada iman dan kebaikan serta menyebarkannya) adalah kegiatan yang tak terpisahkan dari kegiatannya sehari-hari melalui berbagai media dan cara yang dibenarkan. Bahkan ia menjadi sesuatu yang selalu ia pikirkan baik menjelang tidur maupun setelah bangun tidur dan ketika memulai aktifitas di pagi hari.
HUBUNGAN YANG ERAT ANTARA SURAT AL-KAFIRUN DENGAN AL-IKHLAS
Surat Al-Ikhlas berisi pembebasan dari syirik ‘ilmi i’tiqadi (syirik di dalam keyakinan dan pemahaman), sedangkan surat Al-Kafirun mengandung pembebasan dari syirik ‘amali (syirik di dalam perbuatan). (Zad Al-Ma’ad, Ibnu Qayim Al-Jauziyah, 1/306).
Surat Al-Ikhlas menyucikan Allah dari semua yang tak laik bagi-Nya, sedangkan surat Al-Kafirun membebaskan hamba dari segala sesembahan selain Allah. (Mafatih Al-Ghaib, Fakhruddin Ar-Razi, 32/385).
TEMA SURAT AL-KAFIRUN
تَقْرِيْرُ التَّوْحِيْدِ بِالْبَرَاءَةِ مِنَ الشِّرْكِ، وَإِعْلاَنُ الفُرْقَانِ بَيْنَ الإِسْلاَمِ وَالْكُفْرِ
Penetapan tauhid dengan berlepas diri dari syirik dan pernyataan sikap furqan (perbedaan) antara Islam dengan kekafiran.
Dr. Wahbah Az-Zuhaili rahimahullah menyebutnya sebagai:
سُوْرَةُ الْبَرَاءَةِ مِنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ وَأَعْمَالِ الْمُشْرِكِيْنَ
Surat pembebasan dari kemusyrikan, kekafiran dan perbuatan orang-orang musyrik. (At-Tafsir Al-Munir, 30/440).
🔹(Bersambung)🔹
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130