๐ฟ๐บ๐๐๐ผ๐๐ท๐น
๐ Pemateri : Ustadz Satria Hadi Lubis
“Jika doaku dikabulkan Allah, maka aku bahagia. Namun jika doaku tidak dikabulkan Allah, maka aku lebih bahagia.
Mengapa? Sebab yang pertama pilihanku, sedang yang kedua adalah pilihan Allah” (Ali bin Abu Tholib ra).
Kadangkala kita menganggap jika doa kita tidak dikabulkan Allah berarti Allah itu jauh, bahkan Allah menghukum kita.
“Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah menghinakankuโ (Qs. 89 ayat 16).
Lalu kita protes dan marah kepada Allah dan semakin jauh dari-Nya.
Sebaliknya, ketika doa dikabulkan kita merasa sebagai hamba Allah yang paling benar dan taat serta menganggap Allah sayang kepada kita.
“Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakankuโ (Qs. 89 ayat 15).
Padahal dikabulkan atau tidaknya doa itu semua adalah kebaikan. Perkataan Ali ra di atas mencerminkan betapa dalamnya pemahaman beliau terhadap hakikat doa dan kebahagiaan.
Maka jangan jadikan ukuran dikabulkan atau tidaknya doa sebagai cara kita berhubungan dengan Allah.
Tugas kita adalah berusaha mendekatkan diri kepada Allah (taqorub billah) dan melaksanakan perintah-Nya. Sambil berdoa panjang lebar. Sudah itu saja. Titik.
Tak peduli apakah ada feed back (balasan) atau tidak dari Allah di dunia ini. Sebab balasan sesungguhnya dari Allah hanyalah SURGA. Sedang balasan di dunia (dalam bentuk rezeki, bantuan dan perhatian orang lain, ketenaran, kepangkatan, atau apa pun) sifatnya masih ujian.
Ujian tentang keteguhan kita terhadap KEIKHLASAN. Apakah kita masih pamrih atau tidak ketika beribadah dan berdoa kepada Allah SWT.
Allah ingin melihat kita bahagia. Dan Allah yang Maha Kasih telah menetapkan bahwa hakikat kebahagiaan itu hanya bisa didapatkan dengan ikhlas.
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu. Dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah dia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata” (Qs. 22 ayat 11).
Ibnu Mawardi meriwayatkan dari jalur Athiyyah dari Ibnu Masโud, tentang asbabun nuzul ayat 11 surat al Hajj ini. โAda seorang laki-laki Yahudi yang masuk Islam. Setelah itu penglihatannya hilang, begitu pula dengan harta dan anaknya. Dia menganggap Islam membawa sial baginya, kemudian dia berkata, โAku tidak mendapatkan kebaikan pada agama ini. Penglihatanku hilang, hartaku habis dan anakku meninggal dunia.”
Astaghfirullahal adzim….
Kita berlindung dari perilaku seperti orang Yahudi tersebut dalam berhubungan dengan Allah ‘Azza Wa Jalla.
Maka berhati-hatilah engkau terhadap sangkamu kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
”Rahmat (kasih sayang)-Ku meliputi segala sesuatu” (Qs. 7 ayat 156).
๐๐๐บ๐๐๐บ๐๐
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
๐ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis
๐ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130
๐พ๐ฟ๐พ๐ฟ







