๐ฟ๐บ๐๐๐ผ๐๐ท๐น
๐ Pemateri: Ustadz Rikza Maulan, Lc., M.Ag
ุนู ุนูุงู ูุฑู ุจููู ุณูุนูุฏู ููุงูู ููุงูู ุณูุนูุฏู ุจููู ุฃูุจูู ูููููุงุตู ููู ุฅูุจูููููุ ููุฌูุงุกููู ุงุจููููู ุนูู ูุฑู ููููู ููุง ุฑูุขูู ุณูุนูุฏู ููุงูู ุฃูุนููุฐู ุจูุงูููููู ู ููู ุดูุฑูู ููุฐูุง ุงูุฑููุงููุจูุ ููููุฒููู ููููุงูู ูููู ุฃูููุฒูููุชู ููู ุฅูุจููููู ููุบูููู ููู ููุชูุฑูููุชู ุงููููุงุณู ููุชูููุงุฒูุนูููู ุงููู ููููู ุจูููููููู ูุ ููุถูุฑูุจู ุณูุนูุฏู ููู ุตูุฏูุฑูููุ ููููุงูู ุงุณูููุชูุ ุณูู ูุนูุชู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููููููู ุฅูููู ุงูููููู ููุญูุจูู ุงููุนูุจูุฏู ุงูุชููููููู ุงููุบูููููู ุงููุฎูููููู (ุฑูุงู ู ุณูู ูุฃุญู ุฏ)
Dari Amir bn Saโd ra berkata, bahwa Suatu ketika Saโd bin Abi Waqash sedang mengurus onta-ontanya. Lalu datanglah putranya, yaitu Umar. Maka ketika Saโd melihat Umar datang, Saโd berkata, โAku berlindung dari keburukan (apa yang dibawa) oleh pengendara ini.โ Lalu turunlah Umar dari kendaraannya dan berkata kepada ayahnya Saโd, โEngkau turun tangan mengurusi onta-ontamu dan hewan ternakmu. Sementara engkau membiarkan manusia memperebutkan kekuasaan diantara mereka?โ Maka Saโd menepuk dada Umar lalu berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, โSesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, yang berkecukupan dan tersembunyi. (HR. Muslim & Ahmad)
ยฉ๏ธ Takhrij Hadits :
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Az-Zuhud wa Al-Raqaโiq, hadits no 5266. Diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, dalam Musnad Al-Asyrah Al-Mubasyarun Bil Jannah, Musnad Abi Ishaq Saโd bin Abi Waqqash ra, hadits no 1447.
ยฎ๏ธ Hikmah Hadits :
1. Urgensi saling mengingatkan antara sesama muslim, terlebih antara muslim yang memiliki hubungan keluarga dan kekerabatan. Karena diantara konsekwensi keimanan adalah saling memberikan nasehat dan saling menguatkan agar sama-sama istiqamah di jalan Allah SWT. Hadits di atas menggambarkan perihal seorang anak yaitu Umar bin Saโd bin Abi Waqash yang menegur ayahnya yaitu Saโd bin Abi Waqash ra yang terlihat asyik mengurus onta-onta dan hewan ternak miliknya, serta seolah tidak perduli dengan hiruk pikuk kehidupan di Madinah yang situasinya sedang menghangat karena aspek kekuasaan yang ada di Madinah. Lalu kemudian Saโd memberikan penjelasannya, bahwa hal tersebut beliau lakukan demi menjaga ketakwaannya kepada Allah SWT, karena Allah SWT mencintai seorang hamba yang bertakwa, berkecukupan dan tersembunyi. Saling mengingatkan antara Saโd bin Abi Waqash sebagai seorang sahabat Nabi SAW yang mulia, dengan putranya yaitu Umar, terlihat sangat indah karena spirit yang terbangun dari keduanya adalah semangat untuk istiqamah di jalan Allah SWT.
2. Bahwa kondisi zaman tidaklah selalu akan sesuai dengan harapan dan keinginan pribadi kita; ada kalanya kondisi baik dan menentramkan jiwa, namun sebaliknya ada kalanya kondisi buru dan menyedihkan hati kita. Ibarat bahtera yang sedang berlayar mengarungi samudra, ada kalanya cuaca cerah, angina berhembus sesusai harapan, banyak ikan yang dapat ditangkat, kondisi kapal baik, seluruh penumpangnya harmonis, dsb. Namun adakalanya juga badai menghalang dan topan menerjang, kondisi kapal tidak baik, dan penumpang saling menyalahkan. Di zaman salafuna shaleh pun yang merupakan generasi terbaik dari umat Islam pernah mengalami hal yang sama. Seolah Allah SWT ingin memberikan pesan kepada kita, bahwa roda zaman berputar dan kondisi juga berganti, dan siapakah diantara hamba-hamba-Nya yang tetap istiqamah dalam ketakwaan? Termasuk di zaman yang sedang kita lalui sekarang ini, bisa jadi banyak kondisi yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan, yang haq menjadi bathil dan yang bathil menjadi haq. Orang-orang yang istiqamah di jalan Allah SWT dianggap berkhianat, sementara orang-orang yang berkhianat dianggap sebagai pejuang. Penistaan terhadap agama merebak, Al-Qurโan dihina, shalat menjadi bahan tertawaan dan tik-tokan, anjing dimasukkan ke dalam masjid, dan masih banyak lagi kondisi-kondisi dimana symbol-simbol agama Allah SWT menjadi bahan tertawaan dan hinaan. Di sisi lainnya, orang yang ingin membela agama Allah mendapatkan stigma negative; intoleran, anti kebhinekaan, dsb.
3. Urgensi ketakwaan bagi seorang muslim. Bahwa ketakwaan akan dapat mengantarkan seorang muslim menjadi hamba yang dicintai Allah SWT. Di samping itu, ketakwaan juga merupakan benteng bagi setiap muslim yang akan menyelematkannya dari segala bentuk fitnah yang sedang melanda kehidupannya, baik dalam skala diri pribadinya sendiri, maupun dalam skala sosial yang lebih luas sebagaimana dijelaskan di atas. Dan itulah sebabnya, mengapa Saโd bin Abi Waqqash lebih memilih untuk tidak turut campur dalam masalah hiruk pikuk kekuasaan yang terjadi pada waktu itu, dan memilih untuk mengasah ketakwaannya dan menyibukkan diri dengan hewan-hewan ternaknya? Bukan berarti beliau tidak peduli dengan urusan kaum muslimin. Namun ada saat-saat dimana dengan menyendiri dan tersembunyi adalah lebih baik, yang apabila dengan kehadiran dirinya bisa jadi akan semakin menjadi fitnah lebih membara. Mengingat beliau adalah termasuk salah seorang sahabat Nabi SAW yang senior dan disegani di masanya. Bahkan kemudian, Saโd mengemukakan hadits Nabi SAW, โSesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertakwa, berkecukupan dan tersembunyi.โ Namun sekali lagi, sikap Saโd bin Abi Waqash tidak dimaksudkan agar kita duduk dan asyik dengan kesendirian kita dengan Allah SWT serta acuh dengan kondisi yang ada. Namun sikap ini lebih untuk sementara waktu menghindari fitnah, agar tidak semakin membesarkan api yang sedang menyala.
4. Terkait dengan hadtis di atas, dalam Al-Durar As-Saniyah disebutkan, bahwa โat-taqiyโ ( ุงูุชูู ) yaitu takwa artinya mengerjakan segala yang telah diwajibkan Allah SWT kepadanya, dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Adapun โal-ghaniyโ ( ุงูุบูู ) yaitu berkecukupan maksudnya adalah memiliki kekayaan hati dan memiliki sifat qanaโah. Orang yang qanaah adalah orang yang berkecukupan, dan yang dimaksud bukanlah semata-mata orang yang banyak hartanya. Sedangkan yang dimaksud dengan al-khafiy ( ุงูุฎูู ) tersembunyi adalah orang yang fokus ibadah kepada Allah SWT dan menyibukkan dirinya mengasah ketakwaannya. Khafi juga memiliki makna menghindarkan diri dari ketenaran dan popularitas. Karena umumnya orang yang menghindarkan diri dari ketenaran dan popularitas berpotensi lebih selamat.”
5. Oleh karena itulah, setelah ibadah Ramadhan usai kita lakanakan dengan berbagai bentuk ibadah yang sangat besar pahalanya, dan setelah nilai-nilai ketakwaan Allah SWT tanamkan dalam diri dan jiwa kita, mari sama-sama kita jaga dan pertahankan. Jangan sampai spirit takwa dalam jiwa kemudian luntur setelah usai bulan Ramadhan. Sehingga kita lupa dengan shalat malam kita, lupa dengan shaum sunnah kita, lupa dengan dzikir dan tilawah kita, lupa dengan infak shadaqah kita, lupa dengan segala hal yang menjadikan kita merasakan nikmat saat hanya berdua-an dengan Allah SWT. Terlebih kemudian asyik tenggelam dengan hiruk pikuk yang ada; perdebtan di media sosial, saling sindir di grup-grup WA, dsb, lalu melupakan spirit Ramadhan yang telah dibangun selama bulan Ramadhan yang lalu. Padahal Allah Swt mencintai sorang hamba yang bertakwa, berkecukupan, dan tersembunyi. Meskipun juga ingat bahwa tersembunyi bukan berarti tak peduli, namun lebih kepada mengoptimalkan energy yang dimiliki untuk amal shaleh yang diridhai Allah SWT.
Wallahu Aโlam
๐๐๐บ๐๐๐บ๐๐
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
Follow Media Sosial MANIS :
IG : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D
FB: http://fb.com/majelismanis
TikTok https://www.tiktok.com/@majelis_manis_
๐ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis
๐ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Iman Islam
No Rek BSI : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287891088812







