Materi Kajian ManisTazkiyatun Nafs

Jangan Pernah Tinggalkan Istighfar

πŸƒπŸƒπŸŒΊπŸƒπŸƒπŸŒΊπŸƒπŸƒ

πŸ“ Pemateri: Ustadzah Rochma Yulika

Tidaklah pantas mengaku cerdas bila tak pernah beristighfar. Lantaran orang yang cerdas selalu ingat akan kematian sehingga selalu khawatir akan dosanya.

Esok belum tentu kita masih ada.
Bekal juga belum cukup untuk kita bawa.
Jika malaikat mau menjemput entah seperti apa kenyataannya.
Kengerian yang tiada tara atau bahagia berpadu suka cita.
Semua tergantung sepak terjang ketika di dunia.

Lantas usaha apa selain kita memperbanyak amal?
Tak cukup amal saja karena belum tentu semua diterima.
Mungkin saja ada tak ikhlas dalam melakukannya.
Sehingga tak ada pahala sedikit pun jua.

Kita butuh membersihkan diri dari segala alpa.
Berkaitan dengan ini Allah SWT berfirman kepada Rasulullah SAW, β€œMaka bertasbihlah kamu (Muhammad) dengan memuji Tuhanmu dan memohon ampunlah kepada-Nya, sesungguhnya Dia-lah Zat yang Maha Pengampun.” (QS an-Nashr [110]: 3)

Allah memerintahkan kepada manusia untuk senantiasa beristighfar tak mengenal waktu dan tempat.
Selagi ia sempat dan ingat kepada Allah maka dianjurkan untuk bisa beristighfar kepada-Nya.

Istighfar dapat dilafalkan sebelum dan sesudah shalat atau juga di akhir malam. Hal inilah yang dilakukan oleh orang-orang yang bertakwa, β€œMereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir malam mereka beristighfar (memohon ampun) kepada Allah.” (QS Adz Dzaariyat [51]: 17-18)

Lantas, berapakah selayaknya seseorang melafalkan istighfar dalam sehari? Rasulullah mencontohkan kepada umatnya untuk bisa beristighfar sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari. Beliau berucap, β€œSesungguhnya, aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari.” (HR Bukhari)

Rasulullah yang ma’shum saja beristighfar sebanyak itu. Sementara kita yang banyak dosa harus jauh lebih banyak melakukannya.

Selain itu beliau melafalkan istighfar dengan lengkap sebagai wujud kesyukurannya kepada Allah SWT, meskipun secara pribadi beliau adalah orang yang ma’sum (terbebas dari salah dan dosa). Dalam salah satu hadisnya Rasulullah menyebutkan, β€œYa Allah, ampunilah bagiku dosa-dosaku yang telah lalu dan akan datang, yang tersembunyi dan tampak, dan apa yang Engkau lebih ketahui dariku. Engkau-lah Zat yang Mahapendahulu dan Zat yang Mahapengakhir. Dan, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (HR Bukhari)

Rabiah Adawiyah, wanita sufi dalam sejarah Islam mempertegas dalam ucapannya, β€œIstighfar kita kepada Allah membutuhkan istighfar yang banyak.” Dengan memperbanyak istighfar, selain sebagai sarana mengingat kepada Allah sang Mahapencipta juga untuk memohon ampun kepada-Nya; dapat mengingatkan hakikat diri sebagai makhluk-Nya yang lemah, tiada terlepas dari salah dan dosa; memberikan jalan keluar dari segala bentuk kesusahan dan kesempitan; dan mendapatkan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.

“Seorang laki-laki bertanya pada Hasan al-Bashri, “Tidakkah salah seorang di antara kita merasa malu terhadap Tuhannya? dia berbuat dosa lalu dia mohon ampun, lalu dia berbuat dosa lagi kemudian dia mohon ampun lagi, dan begitu seterusnya?”. Al-Hasan berkata kepada lelaki itu, “Setan ingin agar seorang di antara kalian berbuat seperti itu. Karena itu, jangan pernah meninggalkan istighfar untuk selama-lamanya.”

Maka mengapa kita terkadang enggan atau berat mengucapkan istighfar?

Semoga Allah mudahkan lisan kita untuk senantiasa memohon ampunan dari Nya.

πŸƒπŸƒπŸŒΈπŸƒπŸƒπŸŒΈπŸƒπŸƒπŸŒΈ


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D

πŸ“±Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

πŸ’° Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Iman Islam
No Rek BSI : 5512 212 725
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287891088812

Related Posts

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *