🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃
📝 Pemateri: Ustadz Faisal Kunhi M.A
وَأَنفِقُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا تُلْقُوا۟ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى ٱلتَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوٓا۟ ۛ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah: 195)
Penjelasan
Atha bin Sa’ad meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Ayat ini turun bukan berkenaan dengan peperangan, namun berkenaan dengan infak yaitu jika kamu enggan mengeluarkan infak fisabillah maka (dapat) dikatakan kepadanya, janganlah kamu menjatuhkan dirimu dalam kebinasaan.”
Hamam bin Salamah meriwayatkan dari Adhahak bin Abi Jabarah bahwa ia berkata, “Orang-orang Anshar selalu bersedekah dan berinfaq dengan sebagian harta mereka. Suatu saat musim paceklik menimpa mereka sehingga merekapun tidak mengeluarkan infak di jalan Allah, maka turunlah ayat: ‘Dan jangan menjatuhkan diri kalian dalam kebinasaan.'”
Samak bin Harb meriwayatkan bahwa Nu’man bin Basyir berkata, “Seorang laki-laki yang mengerjakan satu dosa lalu ia mengatakan, ‘Allah tidak akan mengampuniku.’ Lalu Allah menurunkan ayat, ‘Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik,'” demikian diuraikan dalam tafsir “Ibnu Katsir”.
Di dalam “Shofwatu Tafasir” karya Ali Ashobuni disebutkan bahwa makna ayat ini adalah, “Berinfaklah di jalan jihad dan dalam berbagai hal yang bisa mendekatkan dirmu kepada Allah, dan jangan kikir untuk berinfaq dimana akan membuat musuhmu semakin kuat,” dan ada juga yang mengatakan bahwa maknanya adalah, “Janganlah engkau meninggalkan jihad kemudian membuatmu sibuk dengan harta dan anak-anak dan akhirnya engkau menjadi celaka dan berbuat baiklah dalam setiap aktivitasmu dan akhirnya engkau menjadi wali dari wali-wali Allah.”
Assyahid Sayid Qutub berkata, “Tidak mau berinfaq adalah tindakan membinasakan jiwa dengan sifat kikir, oleh sebab itu siapa yang Allah selamatkan dari sifat itu maka mereka adalah orang-orang yang beruntung.”
Adapun di dalam tafsir “Allubab” disebutkan bahwa, “Berjihad dengan harta mempunyai kedudukan yang tidak kalah dari berjihad dengan jiwa raga, mengabaikannya dapat mengakibatkan kebinasaan individu dan masyarakat.”
Di dalam ayat ini Allah memerintahkan berbuat ihsan dan itu merupakan derajat yang paling tinggi, hal ini disebutkan oleh Rasulullah saw:
“أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ»
“Engkau menyembah Allah dalam keadaan seolah-olah melihat-Nya, jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Al-Bukhari no. 50 dan Muslim no. 8).
Assyahid Sayyid Qutub berkata, “Bila jiwa telah sampai pada derajat ini, maka ia akan mengerjakan seluruh keta’atan, menjauhi semua larangan dan merasakan pengawasan Allah dalam setiap yang kecil dan besar, dalam sepi ataupun dalam keramaian.”
Orang yang sudah mencapai derajat ihsan akan konsisten dalam berbuat baik, bagi dia sama saja apakah ada yang memberikan apresiasi atau tidak, dia akan tetap semangat dalam beramal, baik ada yang melihat atau tidak karena Allah selalu menatapnya.
Mereka yang mencapai derajat ihsan akan tetap melakukan kebaikan kepada orang yang tidak pernah membalas kebaikannya, karena baginya Allah tidak pernah tidur untuk menyaksikan amal shalihnya dan baginya perilaku baiknya kepada orang lain adalah bukan sebuah transaksi yang mengandung untung dan rugi, baginya jika sudah bisa membahagiakan orang lain itu sudah untung walau apa yang dilakukannya bertepuk sebelah tangan.
Berbuat ihsan menurut Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi adalah melakukan sesuatu secara professional dan bagus, dan itu Allah perintahkan dalam segala hal sampai ketika seseorang menyembelih binatang pun, Allah memerintahkan untuk berbuat ihsan. Dalam hal ini terdapat sebuah hadits:
Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih.” (HR. Muslim, no. 1955).
Dr. Sulaiman Al-Asyqor mengomentari bagian akhir dari ayat ini dengan ungkapan yang sangat indah, “Kebaikan senantiasa membahagian hati, dan melapangkan dada, dan mendatangkan kenikmatan, dan menolak musibah, adapun meninggalkannya adalah kesalahan dan menimbulkan kesusahan, dan menghalangi datangnya rezeki, maka orang pengecut adalah yang meninggalkan kebaikan dengan anggota badannya, sedangkan orang kikir adalah yang meninggalkan kebaikan dengan hartanya, padahal Allah telah berfirman :
{ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ }
Ayat ini juga mengajarkan kita untuk menjauhi setiap tindakan yang membawa petaka kepada kita, seperti merokok, mengkonsumsi narkoba, meminum minuman keras dan makan secara berlebihan sehingga bisa mendatangkan penyakit, kemudian tidak rutin berolah raga, sebab itu semua bisa menyebabkan tubuh seseorang menjadi tidak sehat dan Islam memerintahkan untuk menjauhi itu, sebab di antara tujuan diturunkannya syari’at Islam adalah untuk menjaga dan merawat jiwa, yang mana merupakan amanah dari Allah azza wa jalla.
🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130






