Materi Kajian ManisTazkiyatun Nafs

Dusta dan Ketenangan Hati

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

๐Ÿ“ Pemateri: Ustadz Umar Hidayat, M.Ag

Orang yang gemar dusta hatinya tidak tenang, begitupun hidupnya.

Pada dasarnya setiap hati manusia itu cenderung pada kejujuran (fitrah), hanya gegara nafsu kepentingan materi dan duniawi orang tega mendustai hatinuraninya sendiri. Nah… kalau sudah begitu, hampir bisa dipastikan jika hatinurani sendiri saja didustai apalagi Tuhannya? Apalagi orang lain? Waduh bahaya juga ya…

Orang yang kerap berdusta hati tak bakalan tenang hidupnya. Sejenak mungkin iya, tetapi itu tak akan berlangsung lama. Akan terus terjadi perang batin. Semakin parah lagi bila yang didustakan itu agama, alamat tidak tenang dunia akhirat. Bagaimana membebaskannya?

Nampaknya ini dua urusan besar yang bertemu; kedustaan dan ketenangan hati. Bisa ada hubungannya. Bisa juga saling mempengaruhi. Atau masing-masing berdiri sendiri mematuk masalah. Atau malahan bertemu melahirkan masalah besar. Nampaknya yang terakhir justru yang lebih potensial.

Dalam sebuah dialog dengan para sahabatnya, Rasulullah Saw. bertanya, ”Apakah kalian menginginkan hati yang tenang dan terpenuhinya kebutuhan hidupmu ?” Para sahabat menjawab dengan antusias, ”Benar, kami menginginkannya.” Lalu Rasulullah Saw. bersabda, ”Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, berilah makanan yang sama dengan makananmu, maka akan tenang hatimu dan akan terpenuhi pula kebutuhan hidupmu.” (HR Imam Thabrani dari Abu Darda).

Kunci menenangkan hati anak yatim dengan memenuhi kebutuhan makannya dan menenangkan jiwanya dengan menanda “kelekatan” mengusap kepalanya (yang menandai rasa sangat sayang dan dekat dengannya). Demikian pula menjadi kunci ketenangan hidup (Allah pun memberi imbalan atas tindakan kita terhadap yatim) dengan dicukupkannya kebutuhan hidup kita oleh Allah Swt. Subhanallah.

Soal ketenangan hati memang sering menjadi efek atas kebutuhan hidup. Misal, hati menjadi tenang bila terpenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak muncul rasa khawatir maupun gelisah. Diantara keuntungan memiliki hati yang tenang; seseorang akan mampu memecahkan berbagai persoalan hidupnya, betapapun kompleks dan berat masalah yang dihadapinya. Disamping sang empunya akan mudah membangun optimisme dalam mencari dan mendapatkan rezeki yang halal hingga terpenuhi kebutuhannya.

Sedang siapa yang termasuk mendustakan agama? Menghardiknya, dan membiarkan anak yatim terlunta-lunta (terutama dari keluarga atau tetangga dekat) dianggap perbuatan yang mendustakan agama; dinyatakan dalam firman Allah Qs. 107: 1-3:
”Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak memberi bagian makanan pada orang miskin.”

Mengapa dianggap mendusta agama? Diantara jawaban yang paling dekat adalah karena agama Islam mengajarkan keselamatan, peduli dan kasih sayang. Orang yang melakukan pembiaran terhadap nasib hidup (mininal enggan memberi makan) anak yatim, ia berarti telah mendustai apa yang diajarkan Islam. Ia mendustai agama. Ini menandakan betapa pentingnya memperhatikan nasib mereka hingga Rasulullah SAW menyatakan, ”Aku akan bersama para pengurus anak yatim di surga nanti, seperti dua jari tangan (berdekatannya).”

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒธ


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

Related Posts

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *