πππΊπππΊππ
π Pemateri: Ustadz Umar Hidayat, M.Ag
Meski engkau orang yang kaya, pejabat, tokoh atau sekalipun engkau orang yang berpengaruh. Atau juga Guru, Ustadz, Ajengan dan bahkan Kyai (afwan) sekalipun. Maka sungguh suatu kesombongan, terlalu mentakjubi diri jika menganggap setiap orang yang datang kepadamu itu memerlukan atau membutuhkanmu. Jangan lakukan itu. Tawadhu’lah dan muliakan dirimu.
Boleh jadi justru sebaliknya. Karena sungguh kita sama sekali tidak tahu siapa diantara kita yang lebih mulia di mata makhluk langit. Apalagi di ‘mata’ Allah Swt. Umbaran jumawa atau merasa paling hanya akan mengundang bencana dan kesusahan dikemudian hari.
Biarkan orang lain yang menganggap, atau bahkan engkau melarang mereka untuk beranggapan yang berlebihan. Betapa sakit ketika engkau ‘kejlungup’ (baca; jatuh yang tak sengaja) saat engkau merasa di ketinggian. Maka sebaik engkau adalah orang kaya yang rendah hati dan mau peduli mau berbagi. Maka sebaik engkau adalah menjadi punggawa pejabat yang mencerminkan khadimul ummat. Maka sebaik engkau menjadi maha guru, ustadz maupun Kyai yang mau mengayomi dan meneduhkan ummat. Maka sebaik engkau menjadi orang yang mau menyapa dan berdoa kepada siapa saja meski tidak dimintanya.
Karena sifat tawadhu adalah sifat hamba Allah (QS. Al-Furqan: 63); sebagaimana Rasulullah Nabi dan hamba terbaik mentauladankan kepada kita. Suatu hari sahabat Abu Hurairah RA memasuki pasar bersama Rasulullah SAW. Beliau kemudian membeli beberapa barang dan Abu Hurairah bergegas ingin membantu Rasulullah, akan tetapi Rasulullah berkata: “Pemilik barang lebih berhak membawa barangnya sendiri”. Begitulah ketawadhu’an baginda Nabi. Semua aktivitas di rumah dilakukannya sendiri dan tidak menyuruh orang lain (dan hanya beberapa hal saja beliau menyuruh orang lain).
Begitupun dulu, saat terjadi peristiwa pembukaan Kota Makkah, Rasulullah SAW bersama tentara muslim berjumlah puluhan ribu, Beliau masuk ke dalamnya dalam keadaan menundukan kepalanya yang mulia hingga hampir jenggot beliau menyentuh pelana kendaraan. Rasulullah tidak pernah berbusung dada atau berbangga diri meski dirinya seorang pemimpin pasukan bahkan pemimpin umat ini. Beliau memasuki Kota Makkah dalam keadaan tawadhu’ kepada pemiliknya Allah ‘Azza wa Jalla, Tuhan semesta Alam.
Bagaimana dengan kita?
πππΈπππΈπππΈ
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
π±Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
π° Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678