Materi Kajian ManisMotivasi Islam

Banggalah Dengan Islam

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐ŸŒน

๐Ÿ“ Pemateri : Ustadz Satria Hadi Lubis

Pada perang Qodisiyah tahun 14 H, panglima romawi yang bernama Rustum meminta Saโ€™ad bin Abi Waqash ra selaku panglima perang kaum muslimin untuk memberi penangguhan waktu serta mengirimkan padanya beberapa orang utusan untuk ia tanyai perihal maksud kedatangan kaum muslimin dalam memerangi mereka.

Sa’ad ra mengutus hanya satu orang yang pangkatnya tidak tinggi. Hanya seorang prajurit biasa, tapi yang ia percaya bisa menyampaikan pesan yang jelas kepada Jenderal Rustum.

Beliau adalah sahabat Nabi saw bernama Rib’i bin Amir ra.

Rustum menyuruh para pelayannya untuk menghiasi pertemuan itu dengan bantal-bantal yang dirajut dengan benang emas, serta permadani-permadani yang terbuat dari sutera.

Mereka mempertontonkan berbagai macam perhiasan yang menyilaukan mata, demi menjatuhkan mental Ribโ€™i bin Amir ra.

Sedangkan Rustum duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas dengan mahkota di kepalanya.

Lalu tahukah saudaraku apakah yang dikenakan oleh Ribโ€™i bin Amir ra di hadapan Rustum?

Ia hanya mengenakan pakaian yang begitu sederhana, dengan pedang, perisai, dan kuda yang pendek.

Kemudian ia turun dari kudanya kemudian mengikatkannya ke sebagian bantal-bantal yang terhampar.

Lalu ia pun masuk, tanpa melepaskan baju perangnya dan berjalan dengan kepala yang tegak.

Para penjaga pun menghalanginya untuk masuk dan menyuruhnya untuk meletakkan senjatanya, maka ia menjawab:

โ€œAku tidak pernah berniat untuk mendatangi kalian tetapi kalianlah yang mengundangku datang kemari, jika kalian memerlukanku, maka biarkan aku masuk dalam keadaan begini. Dan jika kalian tidak izinkan, aku akan segera kembali!โ€

Rustum berkata: โ€œBiarkan ia masukโ€.

Maka Ribโ€™i masuk sambil bertumpu dengan tombaknya yang ujungnya mengarah ke bawah hingga permadani yang dilewatinya penuh dengan lubang-lubang bekas tombaknya.

Lihatlah begitu mulia dan beraninya Ribโ€™i bin Amir Ats-Tsaqafi ra.

Tidak ada ketakutan pada wajahnya. Tidak ada gestur merendah karena takut bertemu dengan jenderal perang Rustum, yang terkenal kehebatan dan kekejamannya. Walau ia sadar resikonya mati dibunuh.

Tak ada yang membuat Rib’i bin Amir ra percaya diri seperti itu kecuali Islam.

Rib’i bangga (‘izzah) dengan Islam! Islamlah yang memerintahkan kaum muslimin untuk tidak takut kepada siapapun, kecuali kepada Allah.

Islamlah yang memerintahkan kaum muslimin untuk tidak gentar melawan musuh-musuh Allah.

“Padahal โ€˜izzah itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin.” (QS. Al-Munafiqun ayat 8)

Umar bin Khatab ra telah merangkum makna ‘izzah yang agung ini dalam ungkapan ringkas:

“Dahulu, kita adalah kaum yang paling hina, lalu Allah memuliakan kita dengan Islam. Bila kita mencari kemuliaan dengan selain itu niscaya Allah akan menghinakan kita.”

Namun sayang, fenomena yang kita rasakan saat ini, dimana dengan jumlah kita yang banyak tapi malah dibuat kocar-kacir hanya karena masalah sepele di antara kita. Terpecah belah tanpa ‘izzah.

Sampai mereka yang minoritas tanpa takut dan malu menghina agama kita. Menghina Allah dan Rasul-Nya serta menghina al Qur’an yang mulia.

Maka sudah saatnya kita berani tampil dengan ‘izzah untuk membela dan mendakwahkan Islam.

Jangan malah sebaliknya, merasa mulia dan bangga dengan selain Islam.

Bangga jika ikut nilai-nilai Barat dan Timur yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Bangga dan merasa mulia dengan harta, tahta, gelar, pengikut, keturunan, dan lain sebagainya.

Lalu akhirnya takut dan minder menampilkan identitas dan syi’ar Islam.

Takut dituduh sekterian, partisipan dan radikal. Minder disebut tidak nasionalis dan tidak toleran.

Padahal Islam adalah ajaran yang benar dan baik, yang paling toleran, paling moderat dan paling humanis.

Saudaraku… jika kita tidak bangga tampil dengan Islam, maka ruang-ruang publik akan diisi oleh mereka yang hedon dan sekuler, bahkan benci agama (Islamophobia).

Dalam fatwa agama saja sudah tampak kerusakannya jika orang yang paham agama tidak berani tampil.

Apalagi dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Cara tampilnya bukan dengan mendahulukan kekerasan, tapi dengan bil hikmah (dengan cara yang tepat) dan dengan fastabiqul khairot (berlomba-lomba dalam kebaikan), sehingga muncul kualitas pribadi rahmatan lil alamiin yang berani tampil di atas ‘izzatul Islam.

Mari campakkan rasa malu dan mindermu….wahai kaum muslimin! Terutama untuk engkau…wahai para generasi muda Islam!

Tampillah dengan ‘izzatul Islam dimana-mana!

Sebelum Rasulullah saw menanyakan pertanggungjawabanmu kelak di telaga al Kautsar karena hina dan minder di hadapan orang-orang Islamophobia, kafir dan munafik.

“Barang siapa yang menghendaki kemuliaan (‘izzah) maka (ketahuilah bahwa) Allah-lah yang memiliki kemuliaan itu semuanya.” (QS. Fathir ayat 10)

Allahu Akbar walillahil hamd

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

Follow Media Sosial MANIS :

IG : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D

FB: http://fb.com/majelismanis

TikTok https://www.tiktok.com/@majelis_manis_

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Iman Islam
No Rek BSI : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287891088812

Related Posts

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *