Keutamaan bersilaturahmi

0
249

Pertanyaan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz… Saya mau bertanya, saya ingin mendapatkan penjelasan tentang keutamaan bersilaturahim. Apa keutamaannya menurut tuntunan syariah? Apakah ada dalilnya? — Saiful, Bogor

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Jawaban

Oleh: Ustadz Dr. Oni Sahroni

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Bersilaturahim itu aktivitas yang prioritas karena disebutkan dan dijanjikan dalam hadis-hadis Rasulullah SAW menjadi aktivitas yang memberikan benefit materi dan ukhrawi.

Bersilaturahim bisa dilakukan dengan banyak cara: dengan bertamu dan berkunjung dalam momentum Idul Fitri dan lainnya, atau dengan cara-cara lain yang memudahkan dan bisa ditunaikan oleh khalayak.

Dalam kitab al-Muntaqa min kitab at-Targhib wa at-Tarhib li al-Mundziri, Syekh Prof Dr Yusuf al-Qardhawi menyebutkan banyak keutamaan bersilaturahim sebagaimana dijelaskan dalam hadis-hadis Rasulullah SAW.
Di antaranya adalah sebagai berikut.

(1) Memenuhi perintah Allah SWT dan Rasul-Nya sebagaimana hadis Rasulullah SAW, “…Wahai ‘Uqbah! Jalinlah silaturahim dengan orang-orang yang memutus hubungan silaturahim denganmu, berilah orang yang tidak mau memberi kepadamu, dan menjauhlah dari orang-orang yang menzalimimu” (HR Ahmad).

Berdasarkan hadis ini, menyambung silaturahim adalah keutamaan. Bahkan menjadi kewajiban saat hubungan terganggu, apalagi putus, maka pada saat tersebut menyambungkan silaturahim menjadi kewajiban.

(2) Pertanda ia beriman kepada Allah SWT, sebagaimana hadis Rasulullah SAW, “Dari Abu Hurairah RA dari Rasulullah SAW. Ia bersabda, ‘Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia menyambung tali silaturahim. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam” (HR Bukhari dan Muslim).
Syekh al-Qardhawi menjelaskan, hadis tersebut disebutkan dalam Lu’lu wa al-Marjan (29), al-Bukhari (47), dan Muslim (6475).

Berdasarkan hadis ini, bersilaturahim (dengan memenuhi tuntunannya) itu sebagai pertanda iman atau bersilaturahim sebagai usaha untuk merawat dan mengokohkan iman.

(3) Membuka pintu rezeki dan pendapatan sebagaimana hadis Rasulullah SAW, “Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa ingin dilapangkan baginya rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia melakukan silaturahim” (HR Bukhari dan Muslim).
Syekh al-Qardhawi menjelaskan, hadis tersebut disebutkan dalam Lu’lu wa al-Marjan (1657), al-Bukhari (5987), dan Muslim (2557).

Berdasarkan hadis tersebut, membiasakan silaturahim untuk membuka pintu rezeki. Karena sudah menjadi lazim saat seseorang bersilaturahim dengan pihak lain, maka komunikasi yang menjadi salah satu hal penting dalam bermuamalah, bertetangga, dan berbisnis tertunaikan.

Bahkan, acap kali silaturahim itu tidak hanya komunikasi tersambungkan, tetapi terwujud hubungan baik, diterima sebagai sosok yang baik, akhirnya memberikan citra dan reputasi yang baik pula.

(4) Memperpanjang usia, sebagaimana hadis Rasulullah SAW, “Dari Ali RA, dari Nabi SAW bersabda, ‘Barang siapa yang menginginkan umurnya dipanjangkan, rezekinya diluaskan, dan dijauhi dari kematian yang buruk, maka bertakwalah dan bersilaturahim” (HR Abdullah bin Imam Ahmad, al-Bazar dan al-Hakim).
Syekh al-Qardhawi menjelaskan, hadis tersebut disebutkan dalam al-Musnad No 1212. Syakir mengatakan, sanadnya sahih.

Berdasarkan hadis tersebut, maka bersilaturahim, berkunjung, dan menjenguk pihak lain itu memperpanjang usia. Faktanya, silaturahim itu membuat hati lapang, happy, dan gembira karena ada komunikasi, teman, dan mitra yang baik.

Sebaliknya, jika tidak silaturahim, maka membuka potensi penyakit mental dan kesehatan mental terganggu karena tidak ada shahib, tidak ada komunikasi, ada masalah dengan teman, dalam kehidupan bertetangga, berbisnis, dan sejenisnya.

(5) Mendapatkan limpahan rahmat dari Allah SWT sebagaimana hadis Rasulullah SAW, “Diriwayatkan dari Anas, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, ‘Sesungguhnya rahim (kekerabatan) itu adalah cabang kuat di ‘Arsy berdoa dengan lisan yang tajam: “Ya Allah sambunglah orang yang menyambungku dan putuslah orang yang memutusku.” Maka Allah SWT berfirman, “Aku adalah ar-Rahman ar-Rahim. Sungguh Aku pecahkan dari nama-Ku untuk rahim (kekerabatan). Barang siapa menyambungnya, niscaya Aku menyambung orang itu, dan barang siapa memutuskannya, pasti Aku memutuskan orang itu’” (HR al-Bazzar dengan sanad baik).

Berdasarkan hadis tersebut, maka Allah SWT memberikan kemudahan kepada mereka yang ingin menyambungkan silaturahim dengan pihak lain. Kemudahan tersebut ditunjukkan dengan sifat rahman dan rahim Allah SWT kepada mereka yang ingin menyambungkan silaturahim dengan membuka hati, memberikan taufik dan hidayah kepada mereka.

(6) Negeri yang makmur dan aset yang produktif, sebagaimana hadis Rasulullah SAW, “Ibnu Abbas RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah pasti akan memakmurkan negeri suatu kaum, membuat aset mereka berkembang, dan sejak menciptakan mereka tidak pernah melihat mereka dengan kemurkaan.’ Ada yang bertanya, ‘Bagaimana itu terjadi, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Dengan silaturahim mereka’” (HR Thabrani dengan sanad hasan).

Berdasarkan hadis tersebut, maka mereka yang merawat dan mengokohkan silaturahim dengan saudaranya atau kerabatnya tidak akan dimurkai Allah SWT. Bahkan sebaliknya, mereka mendapatkan negeri yang makmur dan aset yang produktif.

(7) Tetap menjaga kekeluargaan sebagaimana hadis Rasulullah SAW, “Dari Abu Dzar RA, beliau berkata, ‘Kekasihku menasihatiku agar berbuat kebaikan. Beliau menasihati agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku. Menasihatiku agar aku mencintai orang-orang dhuafa dan dekat dengan mereka. Beliau menasihati aku agar tetap menyambung silaturahimku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku. Beliau menasihatiku agar tidak takut akan celaan orang dalam berdakwah.”

“Aku diperintahkan untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit. Aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan la haula wala quwwata illa billah (Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah SWT), karena itu adalah salah satu khazanah surga” (HR Thabrani dan Ibnu Hibban dalam sahihnya).

Berdasarkan hadis tersebut, maka menyambungkan silaturahim itu menjadi tuntunan, bahkan pada saat silaturahim terganggu atau terputus menjadi kewajiban untuk menyambungkannya walaupun personal atau pihak yang ingin dikunjungi itu tidak menerima atau tidak membuka pintu silaturahim atau komunikasi.

Wallahu A’lam.

Sumber: Konsultasi syariah Republika Online, 08 April 2024

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here