ULUWWUL HIMMAH

0
446

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

📝 Khutbah Jum’at Ustadz. Mochammad Arief Makruf, S.Si. (IKADI DIY)

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ رَفَعَ دَرَجَاتِ الْـمُؤْمِنِين، وَفَضَّلَ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ فِيْ اْلأَجْرِ وَنَيْلِ رِضْوَانِهِ فِي جَنَّاتِ النَّعِيْم.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْم، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمّداً عَبدُهُ ورَسُولُهُ الْـمَبْعُوْث لِلثَّقَلَيْنِ أَجْمَعِيْن، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَىٰ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: ((يَٰٓأَ يُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا ٱتَّقُوا ٱللهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ)).

Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah
Marilah senantiasa kita memanjatkan syukur kehadirat Allah subhanahu wata’ala dari lubuk hati yang paling dalam, dan mewujudkan rasa syukur itu dengan bersungguh-sungguh meningkatkan iman dan takwa kita kepada-Nya. Marilah kita berharap sisa umur kita selalu diberkahi Allah dan selalu berada dalam lindungan-Nya. Karena sesungguhnya tidak ada yang lebih kita harapkan di dunia ini kecuali bimbingan dan petunjuk dari Allah ta’ala.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 8)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Salah satu upaya yang harus kita lakukan untuk menatap masa depan yang lebih berkah dan bermanfaat adalah dengan memiliki cita-cita yang tinggi dan berusaha keras mewujudkannya, serta selalu menjaga kemuliaannya di dalam hati kita agar tetap membara. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan nasehat kepada kita dalam sabdanya:

فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ أُرَاهُ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ

“Jika kalian meminta kepada Allah, maka mintalah surga Firdaus, karena ia adalah surga yang terletak paling tengah dan paling tinggi, di atasnya terdapat Arasy Allah, dan darinya sungai-sungai surga memancar”. (HR. al-Bukhari)

Dalam hadist ini Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita untuk bercita-cita setinggi mungkin. Beliau menyuruh kita untuk meminta kepada Allah menganugerahkan Firdaus kepada kita. Kenapa Firdaus? Karena Firdaus adalah surga Allah yang paling tinggi. Sesuatu yang paling tinggi adalah sesuatu yang paling mulia. Di situ para Nabi dan Rasul yang mulia akan kekal menempatinya. Sesuatu yang paling mulia akan menuntut kita untuk memberikan perjuangan yang paling gigih untuk mencapainya.

Itulah rahasianya ketika 313 orang pasukan kaum muslimin dengan peralatan tempur sederhana mampu mengalahkan sekitar 1000 pasukan kafir Quraisy dengan persenjataan lengkap di perang Badar. Motivasi yang tinggi untuk mendapatkan karunia Allah berupa surga tertinggi telah mendorong kaum muslimin untuk maju dalam medan pertempuran dengan jumlah yang tidak seimbang tersebut. Mereka tidak takut mati dalam pertempuran, sebaliknya justru merindukan ke-syahid-an untuk mendapatkan surga-Nya. Di sisi lain, pasukan Quraisy kalah dan terhinakan karena mereka takut kehilangan dunia yang selama ini mereka perjuangkan.

Itu juga sebabnya kenapa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bergeming ketika ditawari pemuka-pemuka Makkah dengan harta, tahta dan wanita agar Rasul menghentikan dakwahnya. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam punya cita- cita tinggi dan mulia, yaitu agar ia mampu melaksanakan tugas membawa risalah ini untuk menyelamatkan umatnya di dunia dan akhirat.

Dikisahkan ketika orang-orang Quraisy mendatangi paman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yaitu Abu Thalib dan memintanya supaya membujuk kepada Rasulullah agar menghentikan dakwahnya. Lalu Abu Thalib menyampaikan hal tersebut kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Maka Rasulullah pun menjawab, “Wahai pamanku, andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku meninggalkan dakwah ini, tidak akan aku meninggalkannya hingga aku binasa.”

Kisah ini menunjukkan betapa tinggi himmah atau cita-cita Rasulullah saw. dalam memperjuangkan agama Allah ini. Beliau tidak lagi memedulikan tawaran harta dan tahta yang menggiurkan, dan menganggapnya sebagai hal yang remeh, demi melaksanakan tugas menyampaikan risalah ini. Bahkan, beliau siap merelakan nyawanya jika hal itu diperlukan.

Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
Cita-cita tinggi dan mulia itulah yang disebut al-himmah al-‘aliyah atau ‘uluwwul himmah, sebaliknya cita-cita yang rendah disebut dengan al-Himmah ad-Dani’ah atau Dunuwwul Himmah. ‘Uluwwul himmah dimiliki oleh para pejuang dan pahlawan yang ikhlas dalam berjuang, sebaliknya dunuwul himmah ini menjadi pakaian para pecundang yang selalu bermalas-malasan serta hanya mementingkan dirinya sendiri.

Selanjutnya, mari kita lihat bagaimana gambaran orang-orang memiliki himmah yang rendah:
Ketika seseorang menuntut ilmu bukan untuk memperoleh manfaat dari ilmu tersebut dan mendakwahkannya serta memberikan kemanfaatan kepada manusia, tetapi semata-mata untuk mendapatkan ijazah atau gelar, maka berarti ia mempunyai himmah yang rendah.

Ketika seorang da’i, penyeru kepada kebaikan berhenti berdakwah di jalan Allah karena takut miskin akan kehilangan dunianya, atau kehilangan pangkat dan derajatnya di masyarakat, maka berarti ia mempunyai himmah yang rendah.
Ketika kita tidak berani menjalankan perintah-perintah syariat karena takut kepada manusia atau khawatir dicap ekstremis, fundamentalis sehingga menjadikan kita meninggalkan perintah-perintah Allah, maka berarti kita mempunyai himmah yang rendah.

Ketika seorang yang memiliki hak pilih lebih tergiur akan tawaran sejumlah uang walaupun harus mengabaikan calon pemimpin Muslim yang baik dan amanah dalam sebuah pemilihan calon kepala daerah, maka berarti ia mempunyai himmah yang rendah.

Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,
Lalu bagaimanakah caranya agar kita menjaga cita-cita yang tinggi dan mulia, terlebih di era yang penuh fitnah ini? Tentunya yang pertama dan utama adalah menjaga dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah ta’ala. Iman dan takwa akan menumbuhkan himmah yang tinggi. Dengan iman, keyakinan akan janji Allah sangat kuat menghunjam dalam dada, sehingga kita akan mampu mengalahkan semua hal yang tidak diridhai Allah dalam rangka memperoleh surga yang dijanjikan-Nya. Sedangkan dengan ketakwaan, kita akan mampu menjaga diri kita dari terjerumus kepada perbuatan-perbuatan yang bernilai rendah di sisi Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil, dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. al-Anfal: 29)

Dengan iman, maka setiap kejadian apapun bisa menjadi pelajaran dan nasihat untuk menjadi lebih baik. Adalah Imam Ahmad, pada masa ketika terjadi fitnah tentang Al Qur’an yang dianggap makhluk. Beliau kemudian dijebloskan ke dalam penjara, dan ditempatkan bersama dengan seorang peminum khamr. Berkatalah sang peminum khamr, “Ya Imam, saya ini masuk penjara karena bermaksiat. Lalu saya dicambuk tapi saya tetap sabar menahan siksa. Sedangkan Anda dipenjara dan disiksa karena mempertahankan kebenaran, tentunya Anda harus lebih kuat dari saya”.

Imam Ahmad, berkata: “Perkataan itulah yang menjadikan aku semakin kuat untuk bertahan dari siksaan.”

Yang kedua; agar kita mampu meningkatkan himmah kita maka hendaklah kita selalu membaca dan mempelajari orang-orang besar dalam sejarah Islam yang telah membuktikan ketinggian himmah mereka. Lihatlah Rasulullah shallallahi alaihi wasallam yang sanggup menghadapi semua tantangan, hinaan, godaan, upaya pembunuhan, penyiksaan dan segala risiko yang harus beliau alami agar berhasil menyampaikan risalah ini. Tidak ada yang lebih berat mendapat cobaan dalam mendakwahkan Islam kecuali Baginda Nabi Muhammad. Bacalah kisah Khalid bin Walid yang seluruh hidupnya setelah masuk Islam beliau gunakan untuk berperang dalam rangka meninggikan agama Allah. Ketika beliau meninggal, ditemukan lebih dari tujuh puluh bekas luka sayatan pedang dan tusukan tombak di seluruh tubuhnya. Lihatlah Ibnu Taimiyyah yang rela mati dalam penjara demi memegang hal yang dianggapnya benar. Lihatlah Sayyid Quthub yang dengan keyakinan yang tinggi akan janji Allah melangkah ke tiang gantungan agar tidak tunduk kepada penguasa zalim. Bacalah kisah hidup mereka semua agar tertanam semangat memperjuangkan nilai-nilai kebenaran.

Dan yang ketiga yang harus kita lakukan untuk menumbuhkan himmah dalam jiwa adalah berkawan dengan orang-orang yang mempunyai himmah yang tinggi. Janganlah merendahkan diri dengan bergaul dengan para perusak, orang yang rendah akhlaknya dan orang-orang yang tidak punya idealisme dalam kehidupan. Karena seseorang akan cenderung mengikuti dan terpengaruh dengan orang dekatnya. Rasulullah saw. bersabda:

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً

“Perumpamaan kawan yang shalih dan kawan yang buruk adalah sebagaimana penjual minyak wangi dan pandai besi. Jika berkawan dengan penjual minyak wangi, maka mungkin ia akan memberimu hadiah minyak wangi, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau wanginya. Sedangkan berkawan dengan kawan yang buruk akan membuat bajumu terbakar atau engkau mendapatkan bau tidak sedap darinya.” (HR. al-Bukhari)

Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Demikianlah penjelasan mengenai uluwwul himmah, semoga Allah selalu melindungi kita, dan selalu memberikan petunjuk agar kita mempunyai cita-cita yang mulia dan istiqamah dalam mewujudkannya. Amin ya rabbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ في اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه، أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ التَّقْوَى، وَأَطِيْعُوْهُ فِي السِّرِّ وَالنَّجْوَى.
ثُمَّ صَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى الْهَادِي الْبَشِيْر، وَالسِّرَاجِ الْـــمُنِيْر، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَاحِبِ الْفَضْلِ الْكَبِيْر. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً﴾
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَّـجِيْد، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْـخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْن، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعَيْن، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّـكَ وَكَرِمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْن.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإسَلَامَ وَالْـمُسْلِمِيْن، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْـمُشْرِكِيْن، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْن
اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الظَّالِــمِيْن بِالظَّالِــمِيْن وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهِمْ سَالِــمِيْن.
اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْيَهُوْدِ الظَّالِـمِيْنَ فَإِنَّهُمْ لاَ يُعْجِزُوْنَك.
اللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا، وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ أُمُورِنَا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَشْكُوْ إِلَيْكَ ضَعْفَ قُوَّتِنَا، وَقِلَّةَ حِيْلَتِنَا، وَهَوَانِنَا عَلَى النَّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، أَنْتَ رَبُّ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ وَأَنْتَ رَبُّنَا فَلاَ تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا. اللَّهُمَّ لاَ تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَلاَ إِلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ يَا نِعْمَ الْمُجِيْبُ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيم.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
والْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَقِيْمُوا الصَّلَاة…

Wallahu A’lam

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here