Pemateri: Ust. RIKZA MAULAN, Lc. MAg
Taujih Nabawi
Taujih Nabawi #1
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ بَيْعِ الْحَصَاةِ وَعَنْ بَيْعِ الْغَرَرِ (رواه الجماعة إلا البخاري)
Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Nabi SAW melarang jual beli hashoh (jual beli dengan lemparan batu) dan beliau melarang jual beli gharar (jual beli yang objeknya tidak jelas). (HR. Jamaah, Kecuali Imam Bukhari)
Taujih Nabawi #2
وَعَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ، لاَ تَشْتَرُوْا السَّمَكَ فِي الْمَاءِ، فَإِنَّهُ غَرَرٌ (رواه أحمد)
Dari Abdullah bin Mas’ud ra bahwasanya Nabi SAW bersabda, ‘Janganlah kalian membeli ikan di dalam air, karena hal itu adalah gharar.’ (HR. Ahmad)
Taujih Nabawi #3
وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعِ حَبَلِ الْحَبَلَةِ (رواه أحمد ومسلم والترمذي)، وَفِيْ رِوَايَةٍ نَهَى عَنْ بَيْعِ حَبَلِ الْحَبَلَةِ أَنْ تُنْتَجَ النَّاقَةُ مَا فِيْ بَطْنِهَا ثُمَّ يَحْمِلُ الَّتِيْ نُتِجَتْ (رواه أبو داود)، وَفِيْ لَفْظٍ، كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْتَاعُوْنَ لُحُوْمَ الْجَزُوْرِ إِلَى حَبَلِ الْحَبَلَةِ، وَحَبَلُ الْحَبَلَةِ أَنْ تُنْتَجَ النَّاقَةُ مَا فِيْ بَطْنِهَا ثُمَّ يَحْمِلُ الَّتِىْ نُتِجَتْ، فَنَهَاهُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ (متقف عليه)، وَفِيْ لَفْظٍ كَانُوْا يَبْتَاعُوْنَ الْجَزُوْرَ إِلَى حَبَلِ الْحَبَلَةِ، فنََهَاهُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْهُ (رواه البخاري)
Dari Ibnu Umar ra berkata, bahwa Nabi SAW melarang jual beli habalil habalah. (HR. Ahmad, Muslim dan Tirmidzi). Dalam riwayat lainnya, ‘Nabi SAW melarang jual beli habalil habalah (yaitu) onta melahirkan anak onta yang dikandungnya, hingga kemudian anak onta yang baru lahir tersebut hamil.’ (HR. Abu Daud).
Dalam redaksi lain, ‘Bahwasanya orang-orang Jahiliyah memperjualbelikan daging onta dengan model habalil habalah. Habalul Habalah adalah onta melahirkan anak yang dikandungnya, hingga kemudian onta tersebut hamil. Kemudian Nabi SAW melarang transaksi tersebut. (Muttafaqun Alaih).
Dalam redaksi lainnya, ‘Dahulu mereka memperjualbelikan daging onta secara habalil habalah, lalu Nabi SAW melarang jual beli tersebut.’ (HR. Bukhari)
Takhrij Hadits
Hadits #1 dari Abu Hurairah ra, diriwayatkan oleh :
Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Buyu’ bab Buthlani Bai’i Al-Hashah wal Bai’illadzi Fiihi Gharar, hadits no 2783
Imam Tirmudzi dalam Jami’nya, Kitab Al-Buyu’ an Rasulillah SAW, Bab Ma Ja’a fi Karahiyati Bai’ Al-Gharar, hadits no 1151.
Imam Nasa’i dalam Sunannya, Kitab Al-Buyu’, Bab Bai’ Al-Hashah, hadits no 4442.
Imam Ibnu Majah dalam Sunannya, Kitab At-Tijarat, Bab An-Nahyi an Bai’ al Hashah wa Bai’ Al-Gharar, hadits no 2185.
Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, Musnad Al-Muktsirin Minas Shahabah, dalam Musnad Abi Hurairah ra, hadits no 9255.
Hadits #2 dari Ibnu Mas’ud ra, diriwayatkan oleh :
Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, dalam Musnad Al-Muktsirin minas shahabah, Musnad Abdullah bin Mas’ud, hadits no 3494.
Imam Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra, Kitab Al-Buyu’, Bab Ma Ja’a fi An-Nahyi an Bai’ As-Samak Fil Maa’, juz 5, hal 907.
Imam Al-Baihaqi dalam Ma’rifatus Sunan wal Atsar, Kitab Al-Buyu’, Bab An-Nahyi an Bai’ Al-Gharar wa Tsamani Asbil Fahl, Hadits No 3576.
Imam At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, dalam Min Musnad Abdillan bin Mas’ud ra, Juz 9 Halaman 59, hadits no 10341
Hadits #3 dari Ibnu Umar ra diriwayatkan oleh :
Imam Bukhari dalam Shahihnya, dalam Kitab Al-Buyu’, Bab Bai’ Al-Gharar wa Habalil Habalah, hadits no 1999.
Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Buyu’, Bab Tahrim Bai’ Habalil Habalah, hadits no 2784.
Imam Abu Daud dalam Sunannya, Kitab Al-Buyu’, Bab Fi Bai’ al-Gharar, hadits no 2934.
Imam Tirmidzi dalam Jami’nya, Kitab Al-Buyu’ an Rasulillah SAW, Bab Ma Ja’a Fi Bai’I Habalil Habalah, hadits no 1150.
Imam Nasa’I dalam Sunannya, Kitab Al-Buyu’, Bab Bai’ Habalil Habalah, hadits no 4544, 4545 dan 4546.
Imam Ibnu Majah dalam Sunannya, Kitab At-Tijarat, Bab An-Nahyi An Syira’ ma fi buthunil An’am wa Dhuru’iha, hadits no 2188.
Makna Gharar
Gharar adalah sesuatu yang tidak diketahui hasil (akhirnya), apakah akan diperoleh atau tidak.
Atau gharar adalah keraguan atas keberadaan objek suatu akad (antara ada dan tidak ada).
Dengan bahasa singkatnya, gharar adalah ketidakjelasan terhadap apa yang ditransaksikan; baik objeknya, caranya maupun harganya.
Gharar merupakan bentuk muamalah yang dilarang dalam syariah Islam, berdasarkan hadits-hadits di atas.
Sehingga tidak boleh kita memperjual belikan sesuatu yang samar dan tidak jelas.
Larangan Jual Beli Hashoh
Diantara bentuk jual beli atau transaksi gharar yang dilarang adalah jual beli hashoh (bai’ al-hashoh), yaitu jual beli dengan lemparan batu.
Ada beberapa bentuk bai’ al-hashoh, sebagaimana dijelaskan dalam Nailul Authar, yaitu :
Seorang penjual berkata kepada pembeli, ‘Aku jual baju-baju ini kepadamu, tergantung baju mana yang terkena lemparan batumu. Kemudian pembeli melempar batunya. Atau penjual mengatakan, ‘Aku jual tanah ini kepadamu dengan harga sekian, dengan luas sejauh lemparan batumu.
Semua bentuk jual beli sebagaimana gambaran di atas adalah tidak boleh ditransaksikan, karena masuk dalam kategori gharar.
Larangan Jual Beli Ikan Dalam Air.
Diantara jual beli yang bersifat gharar yang dilarang adalah jual beli ikan yang masih terdapat di dalam air.
Maksudnya adalah merujuk kepada umumnya ikan yang terdapat di dalam air habitatnya, seperti di sungai, di danau atau di lautan. Karena ikan-ikan tersebut tidak diketahui keberadaannya; apakah ada atau tidak. Dan juga kalaupun ada, tidak bisa diperkirakan besar dan beratnya.
Oleh karena itulah, jual beli ikan di dalam air termasuk gharar yang dilarang.
Sedangkan Illat atau sebab dilarangnya jual beli ikan dalam air adalah bahwa ikan yang terdapat di dalam air tidak dapat dilihat, tidak dapat diukur dan tidak dapat diserahterimakan.
Namun, apabila illatnya bisa dihilangkan, maka jual belinya boleh dilakukan dan transaksinya sah.
Larangan Jual Beli Habalil Habalah.
Transaksi atau jual beli gharar lainnya yang dilarang adalah bai’ habalil habalah. Adapun makna habalil habalah adalah sebagai berikut :
Sebagaimana dalam hadits, yaitu jual beli anak onta yang terdapat dalam kandungan induknya, dan ketika onta ini lahir, ditunggu hingga dewasa lalu hamil. Anak dari anak onta tersebut merupakan objek akad jual belinya.
Jual beli daging onta dengan pembayaran tangguh, hingga anak onta yang dikandungnya melahirkan anak onta berikutnya.
Jual beli habalil habalah sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas adalah tidak diperbolehkan, karena adanya gharar atau ketidakjelasan dalam waktu penyerahan barang yang diperjualbelikan, juga karena objek akadnya tidak ada (ma’dum), serta karena barang tidak bisa diserahterimakan.
والله تعالى أعلى وأعلم بالصواب
والحمد لله رب العالمين
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130