KhutbahMateri Kajian Manis

MENJAGA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹📚

📝Khutbah Jum’at Oleh: Ust. Slamet Abdurrahman, S.Ag., M.S.I. (Bidang Pengkajian dan Litbang, PW Ikadi DIY)

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْن، وَأَوْصَانَا بِالْاِجْتِمَاعِ عَلَى التَّوْحِيْدِ وَنَهَانَا عَنِ التَّفَرُّقِ الْمُشِيْن.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَرَبُّ الْأَرَاضِيْن، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، أَكْرَمَ الْخَلْقِ وَأَفْضَلَ الرُّسْلِ أَجْمَعِيْن.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ: أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: ((يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ))
وَقَالَ أَيْضًا: ((وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ))

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Satu kenikmatan yang harus selalu kita ingat dan syukuri bersama sebagai sebuah bangsa adalah nikmat persatuan dan kesatuan sebagai sebuah bangsa, yaitu Indonesia yang telah kita rasakan selama 80 tahun.

Bila kita merunut sejarah, bangsa Indonesia dahulunya terdiri dari banyak kerajaan yang berdiri sendiri dan tersebar di berbagai pulau dan daerah di seluruh nusantara. Akibat penjajahan yang berkepanjangan (baik dari bangsa Belanda, Portugis, Inggris dan Jepang), muncul adanya perasaan senasib sepenanggungan yang mengkristal menjadi sebuah kesadaran lahirnya rasa sebagai satu bangsa yang terjajah, yaitu Indonesia.

Sebelumnya, perlawanan terhadap kaum penjajah yang bersifat lokalitas (kedaerahan) yang mudah dikalahkan, sebab pemerintah kolonial Belanda menerapkan politik adu domba (divide et impera) diantara sesama penduduk pribumi.

Penderitaan akibat penjajahan ini menumbuhkan perasaan sebagai satu bangsa, yang ditandai beberapa peristiwa penting antara lain: berdirinya Sarekat Islam (1905), Boedi Oetomo (1908) dan Sumpah Pemuda (1928). Akhirnya, kesadaran sebagai satu bangsa Indonesia itu berbuah manis, dengan diproklamirkannya kemerdekaan negara Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Di masa kemerdekaan, untuk memperingati peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia, pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959, tanggal 16 Desember 1959, dengan merujuk pada berdirinya Budi Utomo (BO) yang berdiri tanggal 20 Mei 1908; meskipun “BO” hanya beranggotakan orang-orang dari suku Jawa, sementara Sarekat Islam (SI) beranggotakan seluruh wilayah Hindia Belanda.

Lahirnya kesadaran untuk bersatu padu ini sejak awal dipelopori oleh Sarekat Islam yang memiliki anggota lintas daerah. Kesiapan menerima nilai-nilai keragaman yang mengedepankan persatuan dan kesatuan ini berdasar firman Allah SWT:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِٓ اِخْوَانًا ۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai. Ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu menjadi musuh-musuh (Nya) lalu Allah mempersatukan hatimu, maka menjadilah kamu karena nikmat Allah itu bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu mendapat petunjuk.” (Q.s. Ali ‘Imran: 103)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan, terlukiskan dengan sangat indah dalam satu hadis Nabi SAW:

«لا تَقاطَعُوا، ولا تَدابَرُوا، ولا تَباغَضُوا، ولا تَحاسَدُوا، وكُونُوا إخْوانًا كما أمَرَكُمُ اللَّهُ.»

“Jangan putus-memutus hubungan, jangan belakang-membelakangi, jangan benci-membenci, dan jangan hasud menghasud dan Jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara seperti yang Allah perintahkah.” (Muttafaqun ‘alaih)

Pada saat ini, realisasi nilai persatuan dan kesatuan bangsa yang disebut sebagai “nasionalisme” sangat urgen menjadi perhatian seluruh anak bangsa. Kita harus menjaga dan memperkokoh, serta mewaspadai berbagai bentuk perilaku yang mengarah pada disintegrasi bangsa. Sebab ada saja orang berteriak merasa paling nasionalis dan menganggap pihak lain sebagai kaum ekstrimis radikalis, sementara perilakunya sendiri sangat egois, eksklusif, mementingkan diri sendiri dan golongannya. Dan praktek kolusi dan nepotisme menjadi perilaku yang terus dilestarikan dalam kelompoknya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kita sebagai muslim harus menjadikan kehidupan berbangsa ini sebagai sarana aktualisasi diri dalam beramal salih guna memajukan kehidupan umat. Tidak ada halangan bagi seorang muslim untuk menjadi seorang “nasionalis”, sebab di negeri ini kita hidup, tumbuh dan berkembang; berkarya yang terbaik guna memajukan negeri ini. Akhirnya di tanah ini pula kita akan dikuburkan.

Seluruh jerih payah dan kerja keras kita di saat ini akan menjadi warisan yang berguna bagi generasi penerus kita di masa mendatang. Maka dalam hidup ini janganlah kita berpikir “apa yang akan diberikan negara bagi diri kita”, sebab hal ini menggambarkan keberadaan kita sebagai beban bagi negara. Jangan memiliki orientasi untuk mengambil kesempatan demi kepentingan pribadi, mengambil apa saja dari bangsa ini dan melakukan tindakan yang merugikan; bahkan sampai mencuri, korupsi atau menggadaikan harta negara hanya untuk ambisi pribadi atau pun golongan.

Sebaliknya, kita harus memiliki pikiran “apa yang bisa kita sumbangkan untuk negara”. Maka hal ini akan mendorong kita memberi kontribusi atau pengorbanan terbaik sesuai dengan kapasitas masing-masing; dari hal sederhana sampai persoalan besar yang kompleks dan berdampak luas kepada bangsa dan masyarakat. Karena Allah memerintahkan manusia untuk berkarya sesuai kedudukan masing-masing sebagaimana firman-Nya:

وَقُلِ ٱعْمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.s. At-Taubah:105).

Dengan berkarya, kita sebenarnya sedang membangun ‘citra diri’ dalam pergaulan masyarakat, dan hal ini akan melekat menjadi predikat yang diatribusikan kepada kita hingga kita meninggalkan dunia ini.
Pada sisi yang lain kita harus mau menerima setiap peran kehidupan dalam masyarakat, karena setiap individu memiliki peran penting dalam pergaulan sosial. Sebagaimana filosofi “sapu lidi”; jika beberapa batang lidi diikat maka akan memiliki fungsi untuk membersihkan sampah yang mengotori halaman; tetapi bila berdiri sendiri maka hanya akan memiliki kegunaan yang kecil, semisal untuk tusuk gigi saja.

Di sinilah pentingnya persatuan dan kesatuan.

Seperti apa realisasi konkretnya dalam masyarakat?

Misalnya, bila dalam masyarakat ada gotong royong untuk membangun jembatan, lalu diantara salah seorang warga terbersit anggapan “kalau sekali-kali saya tidak berangkat gotong royong, pasti tidak apa-apa; sebab masih banyak warga lainnya yang datang”. Maka bagaimana bila ide serupa muncul di benak setiap warga pada waktu yang bersamaan? Akibatnya pasti gotong royong itu akan gagal total, sebab tidak ada seorang warga pun yang datang. Maka jembatan yang diimpikan tidak bisa terwujud !

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dalam upaya meraih kebaikan kehidupan juga harus mewaspadai adanya pihak lain yang kadang menjadi penghalang kemajuan masyarakat. Kadangkala ada sebagian orang bermaksud memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok dengan berlindung pada isu hak asasi, kebebasan berpendapat atau pun demokrasi dengan mengatasnamakan ‘ormas’ tertentu. Sementara kiprahnya justru membuat resah dan mengancam ketenteraman masyarakat luas.

Disinilah nilai-nilai kebenaran dan keberanian harus bersatu. Sebab kadang kita mengetahui adanya bentuk perilaku bathil (salah) yang terjadi di masyarakat, tetapi enggan dan takut untuk menyikapi. Akhirnya kebathilan semakin membesar, terorganisir dan dianggap lumrah. Sementara perkara kebaikan kurang diperhatikan dan kalah bersaing sehingga terpinggirkan. Kita perlu ingat adanya satu kata hikmah :

اَلْحَقُّ بِلاَ نِظَامٍ يَغْلِبُهُ اْلبَاطِلُ بِالنِّظَامِ

“Kebenaran yang tidak diorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diorganisir.”
Bila dalam masyarakat ada suatu bentuk perilaku buruk atau kemunkaran (kebathilan), seluruh warga harus “bersatu padu dan seirama” menyatakan penolakan. Hal ini untuk menciptakan norma dan aturan demi stabilitas dalam kehidupan bersama. Namun bila hal itu tidak dilakukan, maka kebiasaan buruk akan mendominasi dan bahkan menguasai kehidupan luas.

Kita bangsa Indonesia harus bersiap menatap masa depan, sebab banyaknya tantangan jaman yang semakin kompleks. Persatuan dan kesatuan bangsa menjadi syarat mutlak bangkitnya negeri kita, apalagi bila mengingat semangat menyambut era “Indonesia Emas” 20 tahun mendatang.
Demikian khutbah siang ini, semoga menjadi pengingat agar kita dapat memantaskan diri untuk berkontribusi dalam membangun dan memajukan bangsa dan negara di masa mendatang. Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أنْ لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
((يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ)).
((يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا)).
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ، سَيِّدِ اْلأَوَّلِيْنَ وَاْلأَخِرِيْنَ، وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنَ
اَلْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَـمِيْن، حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّناَ لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِـمِيْن، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعَبادِكَ الْـمُؤْمِنِيْن.
اللهم وَلِّ عَلَيْنَا خِيَارَنَا، وَلَا تُوَلِّ عَلَيْنَا شِرَارَنَا.
اللهم اجْعَلْ وِلَايَتَكَ فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ.
اللهم أَبْرِمْ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ أَمْرًا رَشِيْدًا، يُعَزُّ فِيْهِ أَهْلُ طَاعَتِك، وَيُذَلُّ فِيْهِ أَهْلُ مَعْصِيَتِك، وَيُؤْمَرُ فِيْهِ بِالْمَعْرُوْف، وَيُنْهَى فِيْهِ عَنِ الْمُنْكَر.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
عِبَادَ اللهِ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
أَقِيْمُوا الصَّلَاة…

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

Follow Media Sosial MANIS :

IG : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D

FB: http://fb.com/majelismanis

TikTok https://www.tiktok.com/@majelis_manis_

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Iman Islam
No Rek BSI : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287891088812

Related Posts

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *