AqidahUstadz Menjawab

Mimpi Bertemu dengan Orang Tua

Pertanyaan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة

Ustadz… Saya mau bertanya, apa orang tua yang sudah meninggal dapat merasakan ketika anaknya merindukannya dan sebaliknya juga?

-Bagaimana cara agar orang tua yang sudah meninggal tahu kalau anaknya yang di dunia sangat menyayanginya?

-Apa arti mimpikan orang tua itu tanda bahwa beliau merasakan apa yang kita rasakan?

-Apa nanti di akhirat kita dapat berjumpa kembali dengan orang tua dengan wujud seperti di dunia?

A_03

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Jawaban

Oleh: Ustadz Farid Nu’man Hasan

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Bismillahirrahmanirrahim..

Hubungan orang yang masih hidup dan orang yang sudah wafat, tidaklah total terputus. Menurut para ulama, orang hidup masih mungkin bisa berkomunikasi dengan orang yang sudah wafat melalui mimpi berdasarkan Al Quran dan penjelasan salaf.

Perlu diketahui, saat manusia tertidur, sebenarnya manusia mati sementara. Ruhnya ambil, dan dikembalikan saat bangunnya. Oleh karena itu doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ saat bangun tidur adalah:

الحَمْدُ لِلَّهِ الذي أحْيَانَا بَعْدَ ما أمَاتَنَا، وإلَيْهِ النُّشُورُ

“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kita setelah mematikan kita dan kepada-Nyalah kita akan kembali.” (HR. Bukhari no. 7349)

Ada pun orang yang sudah wafat ruhnya ditahan dan tidak dikembalikan. Nah, saat tidur itulah ruh mereka saling berjumpa. Demikian penjelasan sebagian ulama saat menjelaskan ayat berikut:

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir.” (QS. Az-Zumar, Ayat 42)

Imam Ibnu Jarir Ath Thabari Rahimahullah mengatakan:

ذكر إِنَّ أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ تَلْتَقِي فِي الْمَنَامِ فَتَتَعَارَفُ مَا شَاءَ اللَّهُ مِنْهَا، فَإِذَا أَرَادَ جَمِيعُهَا الرُّجُوعَ إِلَى الْأَجْسَادِ أَمْسَكَ اللَّهُ أَرْوَاحَ الْأَمْوَاتِ عِنْدَهُ، وَأَرْسَلَ أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ إِلَى أَجْسَادِهَا

“Diceritakan bahwa sesungguhnya ruh orang yang hidup dan ruh orang mati bertemu dalam mimpi. Mereka saling mengenal sesuai yang Allah kehendaki. Ketika masing-masing hendak kembali ke jasadnya, Allah menahan ruh orang yang sudah mati di sisi-Nya, namun Allah melepaskan ruh orang yang masih hidup ke jasadnya..” (Tafsir Ath Thabari, 9/7078)

Lalu, apakah orang yang sudah wafat tahu apa yang sedang dialami atau dilakukan oleh keluarganya yang masih hidup? Ya, berdasarkan keterangan sunah dan kaum salaf memang demikian.

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ menceritakan tentang dialog antar arwah, salah satu dialognya adalah menceritakan kabar Si Fulan  di dunia:

إِنَّ فُلَانًا قَدْ فَارَقَ الدُّنْيَا

“Si Fulan telah meninggal dunia.” (HR. Al Bazar no. 9760. Syaikh Al Albani mengatakan: HASAN. Lihat Al Ayat Al Bayyinat, hal. 91)

Dari Abu Hurairah pula, Rasulullah ﷺ menceritakan dialog antara arwah yang sudah wafat. Mereka bertanya kabar si Fulan di dunia, lalu dijawab:

دَعُوهُ فَإِنَّهُ كَانَ فِي غَمِّ الدُّنْيَا

“Biarkan saja, dia telah tenggelam dalam kehidupan dunia.” (HR. An Nasa’i no. 1833. Hadits ini dinyatakan SHAHIH oleh Imam Ibnu Taimiyah. Lihat Majmu’ al Fatawa, 5/450)

Selain itu, hal ini juga disampaikan generasi salaf dalam beberapa atsar shahih dari mereka.

Imam Abdullah bin Al Mubarak Rahimahullah, meriwayatkan bahwa Abu Ayyub Al Anshari Radhiallahu ‘Anhu berkata:

فَيُعْرَضُ عَلَيْهِمْ أَعْمَالُهُمْ ، فَإِذَا رَأَوْا حَسَنًا فَرِحُوا وَاسْتَبْشَرُوا ، وَقَالُوا: هَذِهِ نِعْمَتُكَ عَلَى عَبْدِكَ فَأَتِمَّهَا ، وَإِنْ رَأَوْا سُوءًا قَالُوا: اللَّهُمَّ رَاجِعْ بِعَبْدِكِ

Perbuatan mereka (orang hidup) akan diperlihatkan kepada orang yang wafat, jika mereka lihat baik maka mereka bergembira dan senang, lalu berkata: “Ini nikmatMu atas hambaMu maka sempurnakanlah.” Jika mereka lihat amalnya buruk, mereka berdoa: “Ya Allah, ambillah kembali hambaMu.” (Az Zuhd no. 443. SHAHIH. Lihat Ash Shahihah no. 2758)

Dalam atsar ini, orang wafat bukan hanya tahu kondisi orang hidup tapi sampai-sampai mereka  “mendoakan” orang masih hidup.

Imam Ath Thabari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu:

إن أعمالكم تعرض على أقربائكم من موتاكم ، فإن رأوا خيرا فرحوا به ، وإن رأوا شرا كرهوه

Amal kalian akan diperlihatkan dihadapan kerabat kalian yang telah wafat, jika mereka lihat ada kebaikan maka mereka senang, jika mereka lihat keburukan maka mereka membencinya. (Tahdzibul Atsar, 2/510. Sanadnya: HASAN, dengan berbagai jalur yang menjadi syawahid/pendukungnya)

Imam Ibnu Rajab, dari Tsabit al Bunani Rahimahullah, Beliau berkata:

بلغنا أن الميت إذا مات احتوشته أهله وأقاربه الذين تقدموه من الموتى، فلهم أفرح به وهو أفرح بهم من المسافر إذا قدم إلى أهله

Telah sampai kepadaku, bahwa mayit jika wafat diiringi oleh keluarga dan kerabatnya yang mengantar dia pada kematiannya maka mayit tersebut bahagia dengan hal itu, dan dia lebih berbahagia dibanding musafir yang datang ke keluarganya. (Imam Ibnu Rajab, Ahwalul Qubur, hal. 25)

Dari Ubaid bin Umair Rahimahullah:

أهل القبور يتوكفون الأخبار فإذا أتاهم الميت قالوا ما فعل فلان فيقول صالح ما فعل فلان فيقول ألم يأتكم أو ما قدم عليكم فيقولون إنا لله وإنا إليه راجعون سلك به غير سبيلنا

Penghuni kubur itu saling berikan berita, jika datang kepada mereka mayit, mereka bertanya: “Bagaimana kabar si Fulan?” Beliau jawab: “Dia baik-baik saja.” Apa yang dilakukan Fulan? Dia jawab: “Apakah belum datang beritanya kepada kalian?” mereka menjawab: “Innalilahi wa innaa ilaihi raaji’un, dia telah menempuh jalan bukan jalan kami.” (Ibid, hal. 26)

Sufyan Ats Tsauri Rahimahullah berkata:

إن الميت ليعرف كل شيء حتى إنه ليناشد غاسله بالله إلا خففت علي غسلي، قال: ويقال له وهو على سريره: اسمع ثناء الناس عليك

Mayit benar-benar mengetahui segala hal sampai-sampai dia mengadukan kepada Allah tentang orang yang memandikan dirinya, “kecuali jika kamu meringankan cara memandikan diriku.”  Dia (Sufyan) berkata: “Dikatakan kepadanya dan dia masih di atas kasurnya: Dengarkanlah pujian manusia atas dirimu.” (Imam As Suyuthi, Busyra Al Kaib bi Liqail Habib, hal. 33)

Dan masih banyak lagi dalil dan perkataan salaf tentang masalah ini.

Masalah ini adalah perkara ghaib yang tidak dapat dijangkau akal, dan membutuhkan dalil dari wahyu dan keterangan yang shahih untuk membenarkannya. Maka, Ucapan para salaf ini – dan kita berbaik sangka kepada mereka- tidaklah mereka ucapkan melainkan berasal dari berita yang shahih. Oleh karena itu Imam As Suyuthi Rahimahullah pernah mengatakan dalam kesempatan yang lain:

المقرر في فن الحديث والأصول أن ما روي مما لا مجال للرأي فيه كأمور البرزخ والآخرة فإن حكمه الرفع لا الوقف ، وإن لم يصرح الراوي بنسبته إلى النبي صلى الله عليه وسلم

Ketetapan dalam ilmu hadits dan Ushul, bahwa apa-apa yang diriwayatkan tentang hal yang bukan domainnya akal seperti urusan alam barzakh dan akhirat maka dihukumi sebagai berita yang marfu’ (sampai ke Rasulullah ﷺ) bukan mauquf (sampai ke sahabat saja), walau si perawinya tidak menerangkan bahwa itu berasal dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. (Imam As Suyuthi, Al Hawil Lil Fatawi, 2/217)

Hal serupa dikatakan oleh Imam Al Qurthubi Rahimahullah dalam At Tadzkirah, setelah Beliau memaparkan beberapa atsar tentang ini, Beliau berkata:

هذه الأخبار ، وإن كانت موقوفة ؛ فمثلها لا يقال من جهة الرأي

Berita-berita ini jika statusnya mauquf (hanya sebagai ucapan sahabat) maka yang seperti ini tidaklah mungkin diucapkan berasal dari (semata-mata) pendapat. (At Tadzkirah, hal. 61)

Maksudnya, tidak mungkin sahabat nabi mengatakan hal ini berdasarkan akalnya semata, ini tidak lain hanya berasal dari Rasulullah ﷺ.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah menegaskan:

أَن الْأَرْوَاح قِسْمَانِ : أَرْوَاح معذبة ، وأرواح منعمة . فالمعذبة فِي شغل بِمَا هى فِيهِ من الْعَذَاب عَن التزاور والتلاقي ، والأرواح المنعمة الْمُرْسلَة غير المحبوسة تتلاقي وتتزاور وتتذاكر مَا كَانَ مِنْهَا فِي الدُّنْيَا وَمَا يكون من أهل الدُّنْيَا “.

Arwah itu ada dua macam:
1. Arwah yang sedang diazab,
2. Arwah yang mendapatkan nikmat. Untuk arwah yang diazab mereka sedang sibuk dengan azab itu sehingga mereka tidak saling berjumpa dan mengunjungi. Untuk arwah yang mendapatkan nikmat, mereka bebas saling berjumpa dan mengunjungi, serta saling mengingat tentang apa yang mereka alami di dunia dan apa yang sedang terjadi/dilakukan oleh penduduk dunia. (Ar Ruh, hal. 17)

Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani Rahimahullah menulis:

وَأما قَوْله إِذا دفن الْمَيِّت ، قَرِيبا من قبر آخر ، أَو بَعيدا ؛ هَل يعرفهُ ويسأله عَن أَحْوَال الدُّنْيَا ؟ فَالْجَوَاب : نعم ، قد ورد فِي ذلك عدَّة أَحَادِيث

Ada pun perkataannya, jika mayit dikuburkan dekat kubur lain atau jauh, apakah dia mengetahui dan menanyakan keadaan di dunia? Jawabnya: Ya, hal itu diterangkan dalam banyak hadits.. (Al Imta’ bil Arbain, hal. 86)

Maka, berbagai dalil, atsar, dan penjelasan ulama, ini menunjukkan bahwa orang beriman yang sudah wafat tahu dan melihat apa yang dilakukan oleh saudara-saudaranya yang masih hidup di dunia. Hanya saja para ulama berbeda pendapat apakah pengetahuan tersebut secara umum saja, ataukah begitu detil tentang perilaku orang yang masih hidup.

Demikian. Wallahu a’lam

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

Related Posts

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *