KeluargaMateri Kajian Manis

Berbagi Kiat Mengajari Anak-Anak Mencintai Islam Dari Usia Dini

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁

📝 Pemateri: Ustadzah Dra. Indra Asih

Banyak dari kita khawatir tentang satu hal yang terefleksikan dengan seringnya kita bertanya tentangnya: “Bagaimana mengajar anak-anak tentang Islam sejak usia dini?”

Banyak kita dapati para orang tua dengan cemas mencari sekolah Islami dan guru Al-Qur’an yang sempurna untuk anak-anak mereka.

Benar, keduanya merupakan sarana yang sangat luar biasa dan sangat dibutuhkan, tetapi keduanya bukanlah sarana yang pertama kali untuk dipertimbangkan!

Karena jika kita bersikap seperti itu, seolah-olah kita ingin mendelegasikan tugas kita kepada orang lain. Orang lain itu yang bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada anak-anak kita apa itu Islam, siapa Allah, siapa Rasulullah, dan seterusnya

Sesungguhnya KITA lah penyampai pesan pertama dan utama tentang Islam kepada anak-anak kita.

Pertanyaan sesungguhnya adalah: Apakah KITA sudah melengkapi diri kita sebagai pembawa pesan untuk menyampaikan pesan mulia ini kepada anak-anak kita?

Islam bukan hanya ‘mata pelajaran’ yang akan dipelajari anak-anak kita di sekolah.

Islam adalah kehidupan. Tunjukkan pada mereka kehidupan ini. Jalani dan wujudkan kehidupan islami ini dengan bangga dan anggun dalam rumah tangga kita. Suasana ini akan menciptakan makna dan pengalaman yang tidak dapat dipisahkan dari hati, pikiran, jiwa, dan identitas anak-anak kita.

Maksudnya adalah bahwa alih-alih mengatakan “Islam mengajarkan kebaikan dan penghormatan kepada wanita”, lebih baik para suami langsung menunjukan kebaikan kepada para istri dan contohlah hal itu pada Nabi shallallahu A’laihi Wassalam yang menjalani kehidupan dengan penuh kemuliaan, elegan dan menyentuh hati bersama istri-istri beliau. Dan beliau bersabda:

“Yang terbaik dari kalian adalah orang yang terbaik terhadap istrinya, dan saya yang terbaik dari kalian terhadap istri-istri saya.” (Sunan Ibnu Majah)

Dari pada memberi tahu mereka “Islam mencakup semua aspek kehidupan dan mendorong kita untuk punya kesempatan untuk menikmati hidup bersama Islam tapi juga waktu yang penuh bermakna dengannya,” lebih baik kita benar-benar memperlihatkan hidup dengan cara itu pada anak-anak kita…

Tunjukkan pada mereka bahwa memberi makan ibu mereka dengan menyuapinya adalah amal ibadah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu A’laihi Wassalam dan diberi pahala oleh Allah, dan hal ini menunjukkan betapa indahnya agama ini.

Tunjukkan pada mereka bahwa saling tersenyum satu sama lain dan mengucapkan kata-kata cinta dan kebaikan adalah amal ibadah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu A’laihi Wassalam dan diberi pahala oleh Allah, dan ini juga menjukkan betapa indahnya agama ini.

Tunjukkan pada mereka amalan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Biarkan mereka hidup, mengalami dan menghirup Islam dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati.

Kita tidak perlu harus menemukan kembali cara lain atau menghasilkan teknik lain yang luar biasa, karena kita sudah memiliki jalur para Nabi dan Rasul dan jalur sempurna dan terakhir dari Rasul terakhir shallallahu A’laihi Wassalam untuk diikuti dan ditiru.

Semua hal itu telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Dan kesemuanya bukan tulisan dalam buku-buku biasa ataupun dongeng menjelang tidur. Hal-hal tersebut adalah kehidupan yang kadang-kadang kita abaikan atau sedikit sekali usaha kita untuk mempelajarinya.

Jika kita sendiri tidak menjalani kehidupan ini dengan penuh semangat dan komitmen, kita tidak dapat berharap anak-anak kita untuk mempelajarinya dari sekolah, pesantren, ​​atau kajian-kajian. Islam bukanlah lencana yang ditempel pada dada anak-anak kita saat bereka mereka tumbuh dan bersekolah. Islam adalah perjalanan emosional, intelektual, spiritual, dan fisik yang kita amalkan, dan anak-anak perlu melihat kita memimpin perjalanan ini dengan penuh cinta dan motivasi.

Ada beberapa hal untuk dijalankan bersama anak-anak kita untuk membantu mereka – dan kita – menemukan makna, tujuan, kesenangan dan kepuasan dalamjalan Islam yang indah.

A. Cintailah Istri dan Keluarga Besarnya

Merupakan salah satu aspek yang sekuat tenaga harus kita tumbuh kembangkan dan amalkan di rumah kita. Sebagai usaha untuk menjadikan anak-anak kita mencintai Islam.

Benar-benar membingungkan, bagaimana bisa Islam dan/atau pria Muslim menjadi terkonotasi dengan perlakuan buruk terhadap wanita, sementara secara fakta kebenaran, dengan jujur harus kita akui, tidak akan pernah kita menemukan ajaran lain yang menghormati wanita seperti apa yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya!

Beberapa menuduh bahwa wanita-wanita muslim dianiaya dan didzalimi hak-hak mereka. Padahal, hal inilah yang dilakukan oleh teladan kita, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Sebagai salah satu contoh, romantisme dan kasih sayang yang dibangun beliau bersama istri beliau.

Diriwayatkan bahwa ‘Aisyah Radhiallahu’anha berkata,
“Setelah minum dari gelas, dalam kondisi haid, lalu saya menyerahkan gelas minuman tersebut kepada Nabi shallallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau lalu meletakkan mulutnya dan minum di tempat saya minum…

Dan setelah menggigit tulang di mana ada beberapa potong daging tersisa di situ, saat saya sedang haid, lalu saya memberikan tulang tersebut kepada Nabi shallallahu ‘Alaihi Wassalam dan beliau meletakkan mulutnya dan menggigit di tempat mulut saya sebelumnya.” (HR. an-Nasa’i)

Suatu potret suasana yang hangat dan romantis yang akan memberikan dampak emosional dan spiritual yang dalam dalam kehidupan keluarga kita.

Jika kita bisa mengikuti teladan ini, anak-anak kita akan dibesarkan dalam suasana rumah yang penuh dengan cinta, keakraban dan kasih sayang. Suasana tadi akan memunculkan keyakinan yang dalam pada jiwa mereka dan menjadikan mereka tidak mungkin mempercayai atau menerima tuduhan-tuduhan negatif terhadap Islam.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam telah bersikap dan mewujudkan makna dalam kehidupan yang akan membuat hati kita tersentuh setiap kali kita membacanya.

Suatu ketika beliau ditanya, “Siapakah yang paling Anda kasihi?” Beliau menjawab “Aisyah.”
Kemudian beliau ditanya, “Dan di antara kalangan pria?” Beliau menjawab, “Ayahnya.”

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wassalam memprioritaskan mencintai istrinya daripada orang lain yang masih hidup. Berikutnya, cinta beliau untuk orang yang telah membawa cinta tersebut ke dalam hidupnya, yaitu ayah istrinya.

Apakah kita menganggap kisah ini hanya legenda saja untuk dikagumi, atau akankah kita berusaha sungguh-sungguh untuk meneladaninya?

Mencintai pasangan dan keluarga pasangan kita dengan menyingkirkan semua godaan untuk tidak melakukan nya. Hal ini bertujuan untuk menghidupkan Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Sikap ini akan menghadirkan kebaikan dan bertujuan untuk membawa keberkahan bagi diri kita sendiri, anak-anak kita dan keluarga besar kita.

Cintailah pasangan kita, dan sampaikan pada anak-anak kita bahwa inilah yang diajarkan Islam, dan ini yang harus mereka lakukan juga.

Bermain dan bersenda guraulah dengan istri. Nabi selalu berusaha meluangkan waktu untuk menghibur, mencintai, dan bermain dengan para istri beliau.

Aisyah Radhiallahu’anha sedang dalam perjalanan bersama dengan Rasulullah shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Dia berkata, “Saya berlomba lari dengan beliau (Nabi) dan saya mengalahkan beliau. Ketika saya sudah gemuk saya berpacu lagi dengan beliau (Nabi) dan beliau mengalahkan saya. Beliau berkata, Ini untuk membalas.” (HR. Abu Dawud)

Kapan terakhir kali kita bermain dan bersenda gurau dengan pasangan di hadapan anak-anak kita?

Ada puluhan kisah dan teladan dari kehidupan nabi. Jika kita meneladaninya maka kita akan bisa menanamkan kebahagiaan, kehangatan, dan rasa memiliki yang sangat kuat terhadap Islam dalam jiwa dan pikiran anak-anak kita. Marilah selalu memohon pertolongan pada Allah, berkah-Nya dan perlindungan-Nya dari semua bisikan-bisikan dan kecenderungan-kecenderungan yang tidak baik.

B. Jadikanlah Al-Qur’an bagian dari seluruh kehidupan mereka.

Mengenal Al-Qur’an secara mendalam melalui mendengarkan, membaca, dan merenungkan benar-benar merupakan pengalaman yang akan menjadi sebab anak-anak bertransformasi diri menjadi pribadi Islami.

Akan menjadi hal tak terlupakan bagi anak-anak, yaitu pengalaman di masa kecil mereka, ketika mereka terbangun setiap pagi karena mendengar lantunan Al-Qur’an yang dinyalakan setelah shalat Subuh. Mereka dibangunkan oleh lantunan al-Qur’an yang indah dan syahdu, yang dibaca oleh qori yang indah qiroahnya.

Al-Qur’an akan terhubung dalam pikiran dan hati semua penghuni rumah termasuk anak-anak dengan suasana rumah yang tenang, damai, segar, penuh harapan, rileks, semangat dan penuh motivasi. Semua makna dan rasa itu menjadi konsep yang tumbuh dalam pikiran penghuni rumah termasuk anak-anak.

Jangan menyerahkan seluruh tanggung jawab pada guru untuk mengajarkan anak-anak kandungan dan bacaan Al-Qur’an, orang tua bisa sangat berperan untuk memulai mengkondisikan anak-anak membangun hubungan yang kuat dengan Al-Qur’an sejak dini.

Kiat: Lakukanlah tadabbur kandungan Al-Qur’an bersama anak-anak sesering mungkin atau jadikanlah aktifitas tersebut sebagai bagian dari rutinitas/diskusi mingguan seluruh keluarga.

Orang tua dapat berbagi dengan anak-anak tentang bagaimana menjalani kehidupan dengan Al-Qur’an dan menyaksikan makna ayat tertentu dari Al-Qur’an, hidup nyata dalam ke seharian mereka.

Misal, orang tua dapat berbagi perenungan ayat-ayat berikut bersama mereka:

… وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)

“… Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
(Al-Quran 65: 2-3)

Ceritakanlah pada anak-anak pengalaman ketika orang tua memutuskan untuk memprioritaskan ketaqwaan pada Allah atau ketaatan pada Nya di atas mengejar kepuasan syahwat atau melakukan kemaksiatan, dan langkah tersebut ternyata terbukti menjadi pembuka jalan yang sebelumnya seakan buntu.

Kita semua, termasuk anak-anak kita, akan benar-benar menyaksikan makna-makna di dalam Al-Qur’an itu menjadi nyata dalam kehidupan. Jadi, biarkan anak-anak menjalani kehidupan mereka dan menyaksikan kebenaran Al Qur’an hadir di hadapan mereka.

Contoh lain lagi, berbagilah ayat berikut kepada anak-anak:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Qur’an 94: 5–6)

Lalu ceritakan pada mereka pengalaman orang tua ketika mengalami keadaan yang begitu sulit, yang nampaknya tak ada solusi, tapi akhirnya terselesaikan. Allah menghadirkan kelapangan, penerang dan kemudahan setelah kegelapan dan kesulitan.

Ajak anak-anak untuk mengamalkan Al-Qur’an dan menyaksikan bukti kebenaran Al-Qur’an dan pengamalannya dalam kehidupan mereka bersama orang tua.

Lakukan selalu tadabbur bersama anak-anak tentang kandungan Al-Qur’an dan bagaimana ayat-ayat itu sangat relevan bagi kita dan bagaimana ayat-ayat itu menjelaskan beberapa makna yang sangat mendalam di dalam diri dan lingkungan kita dengan cara-cara yang sempurna.

Allah berfirman:

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْأَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
(Al-Qur’an 41:53)

Ayat di atas terbukti benar!

Allah sudah dan akan terus menunjukkan kepada kita ayat-ayat dan tanda-tanda kebesaranNya di alam semesta ini atau di lingkungan di sekitar kita, juga di dalam diri kita masing-masing serta dalam pengalaman kehidupan kita. Kesemuanya menjadi sarana bagi kita dan anak-anak untuk menyaksikan bukti kebenaran dari Kitab-Nya.

Jadi, mari kita hidupkan kitab ini dalam keseharian kita bersama anak-anak.

C. Hubungkan Anak-Anak Dengan Sumber Keselamatan dan Kesejahteraan.

Allah adalah As-Salam, Maha Pemberi Keselamatan dan Kesejahteraan. Hubungkanlah selalu perjalanan dan pengalaman hidup yang dilalui anak-anak dengan Allah.

Perlu disampaikan pada anak-anak, bahwa mereka bisa berhubungan dengan Allah bukan hanya melalui sholat saja, tetapi anak-anak bisa terhubung dengan Allah dengan mengingatkan mereka bahwa Allah-lah yang menciptakan makanan dan minuman lezat yang baru saja mereka nikmati, Allah-lah yang menciptakan rasa cinta dan sayang yang dimiliki orang tua terhadap anak-anak mereka, Allah-lah yang memberkahi mereka dengan kesehatan dan bentuk tubuh yang sempurna.

Allah-lah yang menciptakan semua keindahan yang mereka lihat di alam sekitar mereka, Allah-lah yang menciptakan apapun yang mereka lihat dengan penuh kekaguman.

Jadikanlah kekaguman, cinta dan hubungan dengan Allah di mana pun mereka berada karena Dia selalu bersama mereka di mana pun mereka berada, kemanapun mereka pergi.

هُوَ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٖ ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِۖ يَعۡلَمُ مَا يَلِجُ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَمَا يَخۡرُجُ مِنۡهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ وَمَا يَعۡرُجُ فِيهَاۖ وَهُوَ مَعَكُمۡ أَيۡنَ مَا كُنتُمۡۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٞ

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
(Al-Qur’an 57: 4)

Kiat: Tanamkan kecintaan kepada Allah dan terhubung dengan-Nya dalam rutinitas harian anak-anak.

Biarkan mereka berkomunikasi dengan-Nya, bersahabat dengan-Nya, bertawakkal pada-Nya (mengandalkan-Nya) dan bersyukur kepada-Nya.

Kita bisa membayangkan, betapa dahsyatnya ikatan yang dalam di usia muda ini, akan sangat membantu mereka di kemudian hari, untuk menghadapi dan melawan semua cobaan, godaan dan ujian dalam kehidupan mereka.

D. Sadarkan Anak-Anak Akan Tujuan Dan Jalan Hidup Mereka

Ajari mereka makna dari setiap yang mereka lakukan dan mengapa hal itu mereka lakukan. Yakinkan mereka bahwa jalan hidup Islam adalah jalan yang benar-benar dinamis, penuh motivasi, makna dan gairah.

Sampaikan pada anak-anak bahwa Allah telah memuliakan dan menciptakan kita semua untuk tujuan mulia,

“ ۞وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا

Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.
(Al-Qur’an 17: 70)

Merupakan hal yang sangat luar biasa, bahwa Allah memuliakan kita…! Bukan karena kita benar-benar mulia dan Allah rendah…! Tapi hal ini benar-benar menunjukkan sifat tawadhu Allah Dzat Yang Maha Sempurna dan Maha Mulia serta Maha Agung dan itulah yang menjadi alasan mengapa kita harus bersyukur kepada-Nya dalam hidup kita.

Allah telah memilih kita di antara semua makhluk ciptaan-Nya yang lain dan memberi kita kemampuan untuk mengetahui tentang-Dia, belajar tentang-Dia dan tumbuh lebih dekat dan lebih dekat kepada-Nya.

Allah berfirman,

” وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
(Qur’an 51: 56)

Ingatkan anak-anak, bahwa ibadah bukanlah gerakan dan ritual simbolis saja seperti robot atau tidak bermakna. Beribadah di sini berarti mengenal secara mendalam tentang Allah, terhubung dengan Nya dan berkomitmen kepada-Nya.

Allah tidak menciptakan alam semesta dan umat manusia, lalu membiarkan mereka tanpa tujuan dan arah. Adakah pencipta yang menciptakan sesuatu karya (ponsel, mobil, TV, atau mesin apa pun) tanpa menjelaskan dan memberikan instruksi mengenai tujuan hasil karyanya tersebut? dan cara terbaik untuk menggunakannya?

Demikian pula dengan Sang Maha Pencipta, Allah, juga mengirimkan kepada kita firman-firmanNya yang menjelaskan tentang kehidupan, menjelaskan tentang alam semesta ini dan menjelaskan tentang diri kita.

Allah menurunkan Al-Qur’an. Dia mengutus para Nabi dan Rasul, dari nabi Adam, nabi Nuh, nabi Ibrahim, nabi Musa, nabi Isa sampai nabi Muhammad (‘alaihumus salam). Semuanya adalah mercusuar cahaya bagi ciptaan-Nya, dan nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wassalam adalah penyempurna dan penutup jalan ini.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda: “Perumpamaan aku dengan Nabi sebelumku ialah seperti seorang lelaki yang membangun sebuah bangunan, kemudian ia memperindah dan mempercantik bangunan tersebut kecuali satu tempat batu bata di salah satu sudutnya. Ketika orang-orang mengitarinya, mereka kagum dan berkata: ‘Duhai, jika batu bata ini diletakkan?’ Akulah batu bata itu dan aku adalah penutup para Nabi.”

Islam adalah jalan hidup sempurna yang harmonis dan terhubung dengan pesan agung yang dikirim oleh Sang Pencipta dari awal penciptaan alam ini hingga akhir zaman, yaitu hanya ada satu Tuhan, sembahlah Dia saja, Sang Pencipta, dan ikuti para Rasul-Rasul Nya.

Sampaikan pula bahwa setiap rukun Islam yang kita ikuti dan amalkan pada dasarnya merupakan aktualisasi tujuan hidup kita.

Jadi, ini bukan hanya tentang mengajar anak-anak cara sholat. Tapi tentang menunjukkan kepada mereka bagaimana berkomunikasi dengan Allah. Sholat adalah hubungan dan komunikasi; kita melafalkan firman-firman Allah, mendengarkan firman-firmanNya, lalu kita berkomunikasi dengan-Nya dalam sholat, bertanya kepada-Nya dan mencurahkan kepada-Nya tentang segala sesuatu yang berkecamuk di dada kita.

Karena cinta, perhatian, dan kasih sayang Allah, kita diistirahatkan lima kali sehari dari hiruk-pikuk kehidupan dunia ini untuk terhubung secara damai dengan Sumber Kedamaian, Keselamatan dan Kesejahteraan dan sekaligus diingatkan tentang tujuan hidup kita, yaitu kita adalah milik Allah, dan kepada Allah-lah kita akan kembali. Tidak ada yang bisa menghalangi hal itu terjadi.

Demikian pula dengan setiap rukun Islam yang lain, masing-masing memiliki makna dan tujuan. Pemahaman tentang syahadat, misalnya, seorang muslim hanya mempercayai Allah sebagai satu-satunya ilah dan tiada ilah yang lain selain Allah. Allah adalah ilah dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang. Dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allah sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.

Pengakuan kerasulan.
Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran Allah yang disampaikan melalui seorang ‘Rasul Allah,’ Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam.

Zakat menanamkan kepedulian yang mendalam pada orang lain, dan keyakinan mendalam pada yang ghaib. Puasa adalah pembersih dan pemurni ruhani dan fisik. Haji adalah perjalanan transformasi yang menyatukan umat manusia dan menghubungkan mereka dengan Pencipta mereka.

E. Latihlahlah Anak-anak agar segala sesuatu yang mereka lakukan memiliki makna.

Kita dapat menjelaskan kepada anak-anak karunia yang Allah berikan pada ibu mereka, misalnya, kecantikan. Sampaikanlah makna di balik karunia kecantikan tersebut adalah bahwa hal itu bukanlah komoditas gratisan yang dapat diakses atau ditampilkan kepada setiap orang asing, di jalan atau di tempat-tempat umum.

Ajari mereka sifat haya’ (malu, rendah hati, dan rasa hormat).
Ajari mereka bahwa pria mulia sejati adalah yang menjaga mata dan hati mereka dan menyalurkan hanya pada istri mereka. Pria yang kuat adalah mereka yang mampu mengendalikan diri mereka, tidak secara membabi buta mengikuti keinginan syahwat mereka.

Dan pada akhirnya Allahlah yang dapat memenuhi pemenuhan kebutuhan secara suci dan bersih dan menyenangkan pada pasangan yang berusaha berkomitmen pada yang halal dan sah, yang akan membuat pasangan tersebut mendapatkan kepuasan hakiki dan sempurna. Bukan kepuasan yang diperoleh melalui tatapan jalang dan liar atau melalui hubungan sesaat.

Akan merupakan hal yang sulit dilakukan anak-anak jika mereka tiba-tiba dipaksa harus mematuhi perintah menjaga pandangan tersebut pada usia kritis (pubertas) tanpa mereka diberikan pemahaman tentang makna dan nilai mulia di balik perintah kebaikan tersebut.

Kiat: Ingatkan anak-anak kita terus-menerus tentang makna setiap apa yang harus mereka lakukan. Jangan hanya meminta mereka untuk melakukan amal fisik tapi kehilangan ruh atau hikmah dari amal itu.

Berbagilah dengan mereka tentang kisah-kisah bagaimana kita berkomunikasi dengan Allah dalam doa kita mengenai masalah yang mengganggu kita, dan bagaimana Allah menjawab dan memberi kita ketenangan dan solusi dengan cara-Nya yang sangat indah dan bijaksana.

Buatlah mereka memahami bahwa makna atau hikmah berdoa adalah jalan bagi mereka untuk mendapatkan solusi untuk masalah mereka, bukan beban yang akan menyibukkan dan menyita waktu mereka.

Ingatkan mereka tentang apa yang Allah persiapkan di akhirat bagi mereka setelah perjalanan singkat dan sementara dalam kehidupan mereka di dunia ini.

Hubungkanlah yang mereka alami di dunia ini dengan balasan pahala di akhirat sehingga mereka tidak panik terhadap apapun yang hadir pada mereka di dunia ini.

Kehidupan setelah kematian adalah memperpanjang kebaikan yang mereka miliki di dunia dengan kondisi yang jauh lebih baik.

Bertemu Allah, yang merupakan Dzat Sumber Segala Keindahan, Sumber Semua Kecintaan, Kasih sayang, Kekuatan, Cahaya, Pengetahuan, Kebijaksanaan, adalah tujuan utama dan kerinduan yang mendalam dari jiwa kita.

F. Saksikanlah Hasil Dari Teladan Kita Pada Anak-anak

Ada suatu renungan yang sangat menarik.

Di dalam Al-Qur’an, ibunda dari Maryam memohon kepada Allah setelah melahirkan putrinya tersebut:

وَإِنِّي سَمَّيۡتُهَا مَرۡيَمَ وَإِنِّيٓ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ

”Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk.”
(QS 3: 36)

Kemudian ketika putrinya, Maryam, tumbuh besar dan seorang lelaki asing mendatanginya di tempat ibadahnya, dia berkata:

“قَالَتۡ إِنِّيٓ أَعُوذُ بِٱلرَّحۡمَٰنِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيّٗا

Dia (Maryam) berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Ar Rahman, Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa.”
(QS 19: 18)

Saksikanlah…! Semangat merendahkan diri sang ibu pada Allah, membangun hubungan yang penuh keikhlasan dan menempa rasa butuh terhadap Allah telah ditransfer dari sang ibu ke putrinya. Sang putripun mengikuti teladan dan makna-makna yang dijalani ibunya tersebut.

Hal ini merupakan contoh untuk kita semua, para orang tua.

Hidupkanlah lebih dahulu pada diri kita nilai-nilai, makna, dan prinsip yang kita ingin lihat berlaku pada anak-anak kita. Jangan mengandalkan mereka mendapatkan dan mempelajarinya dari sumber di luar kita.

Jika kita benar-benar mencintai dan bertakwa kepada Allah dan menjalani hidup dengan selalu berusaha mengingat-Nya, maka hal-hal tersebutlah yang akan dilihat, dicintai dan diikuti oleh anak-anak kita …

Sungguh menakjubkan cara Allah menggambarkan tentang orang-orang yang menginginkan anak-anak mereka menjadi orang-orang yang bertakwa,

“وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا

Dan orang-orang yang berkata, “Ya Robb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin (teladan) bagi orang-orang yang bertakwa.”
(Surat Al-Furqan: 74)

Naaah….
Inilah kuncinya: Allah menghubungkan apa yang ingin kita capai dengan cara kita terlebih dahulu melayakkan dan menjadikan diri kita “imam atau teladan bagi orang yang bertakwa”. Inilah inti pesannya.

Menjadi teladan dan keinginan kita untuk menjadi orang yang bertakwa adalah sarana bagi kita untuk mencapai tujuan kita berupa memiliki pasangan dan keturunan yang benar-benar menghibur mata, pikiran, dan hati kita.

Proses tersebut dimulai dari diri kita. Ajari diri kita terlebih dahulu tentang Islam, cintai dan raihlah dengan sepenuh hati. Anak-anakpun akan menyaksikannya dan mengikuti orang tua mereka mencintai Islam dan mencintai orang tua mereka karena telah menunjukkan pada mereka jalan keselamatan yang sesungguhnya di dunia dan di akhirat, serta karena kita telah memberikan contoh pada anak-anak bagaimana merendahkan diri pada Allah Yang Maha Perkasa dan juga bagaimana membangun hubungan yang kekal dan mendalam dengan Pencipta mereka, Yang Maha Sempurna.

Dan….
Alhamdulillah… Segala puji hanya Allah.

Wallahu a’lam bish showab


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

Follow Media Sosial MANIS :

IG : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D

FB: http://fb.com/majelismanis

TikTok https://www.tiktok.com/@majelis_manis_

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Iman Islam
No Rek BSI : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287891088812

Related Posts

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *