Menjadi Mustarih atau Mustarah Minhu?
HaditsMateri Kajian Manis

Menjadi Mustarih atau Mustarah Minhu?

๐Ÿ“ Pemateri: Ustadz Rikza Maulan, Lc., M.Ag

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‚ูŽุชูŽุงุฏูŽุฉูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู…ูุฑู‘ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุจูุฌูู†ูŽุงุฒูŽุฉู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูุณู’ุชูŽุฑููŠุญูŒ ูˆูŽู…ูุณู’ุชูŽุฑูŽุงุญูŒ ู…ูู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ููˆุง ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู…ูŽุง ุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽุฑููŠุญู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽุฑูŽุงุญู ู…ูู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ู ูŠูŽุณู’ุชูŽุฑููŠุญู ู…ูู†ู’ ู†ูŽุตูŽุจู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุฃูŽุฐูŽุงู‡ูŽุง ุฅูู„ูŽู‰ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู’ููŽุงุฌูุฑู ูŠูŽุณู’ุชูŽุฑููŠุญู ู…ูู†ู’ู‡ู ุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฏู ูˆูŽุงู„ู’ุจูู„ูŽุงุฏู ูˆูŽุงู„ุดู‘ูŽุฌูŽุฑู ูˆูŽุงู„ุฏู‘ูŽูˆูŽุงุจู‘ู (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ)

Dari Abu Qatadah ra, bahwa Rasulullah shallallahuโ€™alaihiwasallam pernah diiringkan jenazah melewati beliau, kemudian beliau bersabda, โ€œKelak seseorang (ketika meninggal dunia) ia akan menjadi mustarih (mendapatkan ketenangan dan kenyamanan) atau menjadi mustarih minhu (menjadikan orang lain nyaman dan tenang)โ€.

Para sahabat bertanya; โ€˜Wahai Rasulullah, apa dimaksud dengan Mustarih dan Mustarah Minhu? Nabi Saw bersabda, โ€˜Seorang muโ€™min ketika meninggal dunia, ia akan mustarih (beristirahat dan nyaman) dari segala beban kehidupan dan keburukan dunia menuju rahmat Allah Swt. Sebaliknya seorang fajir (ahli maksiat), ia akan menjadi mustarah minhu yaitu manusia, negara, pepohonan atau hewan menjadi nyaman dan istirahat dari keburukan-keburukannya karena kematiannya.โ€ (HR. Bukhari)

ยฎ Hikmah Hadits :

1. Di waktu ajal menjemputnya kelak, manusia akan dihadapkan pada dua pilihan di hari kematiannya, yaitu menjadi mustarih (beristirahat dan terbebas) dari segala keburukan dan kemunafikan kehidupan dunia, atau menjadi mustarah minhu (orang lain yang beristirahat dan merasa nyaman) dari kematiannya, karena sudah terhenti dari segala keburukan-keburukannya.

2. Menjadi mustarih (tenang dan nyaman saat meninggalnya) adalah karena selama hidup ia selalu berusaha sabar atas segala keburukan dan kemunafikan-kemunafikan kehidupan dunia serta berusaha istiqamah dengan amal shalehnya mengharap ridha Allah Swt semata. Maka oleh karenanya, ia tenang dan nyaman ketika meninggalnya, karena sudah terputus dari keburukan dan kemunafikan dunia.

3. Sementara mustarah minhu (orang lain beristirahat dari segala keburukan-keburukannya), adalah karena ia fajir (pelaku maksiat) yang sering mengganggu dan menyusahkan orang lain, serta membuat mereka tidak nyaman dan tidak tentram, ketika ia meninggal dunia, semua manusia, bahkan bumi, tumbuhan serta hewan merasa senang, tentram dan nyaman. Karena berarti mereka terhenti dari ketika ia meninggal dunia, semua manusia, bahkan bumi, tumbuhan serta hewan merasa senang, tentram dan nyaman. Karena berarti mereka terhenti dari keburukan-keburukan dirinya.

Wallahu Aโ€™lam

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐Ÿƒ


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

Related Posts

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *