Yasinan & Tahlilan…Bagaimana Hukumnya???

🎀Ustadzah Menjawab🎀
🍀Ustadzah Indra Asih

📆Kamis, 19 Mei 2016 M
                  12 Sya’ban 1437 H
🌿🍁🌺🍄🍀🌷🌻🌹

Assalamualaikum ustadzah saya mau bertanya…
Sebenarnya bagaimana hukumnya yasinan dan tahlilan…
Karena ada saudara kita yang kalau ada undangan untuk yasinan tidak mau datang..dengan alasan yasinan dan tahlilan itu tidak ada.. Maaf karena ada saudara kita yang islamnya maaf islam wahabi… Mohon pencerahannya ustadzah..
Syukron🙏🏽  🅰3⃣8⃣

Jawaban
————-

و عليكم  السلام  و  رحمة  الله  و  بركاته ،
Kalau sekedar mengatakan bahwa perayaan tahlilan atau yasinan tidak ada ajaran atau anjurannya dari Rasulullah SAW, sepertinya semua pihak pasti sepakat. Nyatanya memang tidak ada satu pun hadits shahih, bahkan tidak juga hadits palsu, yang menyebutkan bahwa ada  ritual seperti urusan tahilan 3 hari kematian, 7 hari atau 40 hari. Semua itu memang tidak kita temui contoh langsung dari Rasulullah SAW.

Tapi masalahnya, bagaimana cara mensosialisasikan pengertian ini di tengah saudara2 yang sudah dicecoki doktrin tahlilan dan praktek sejenisnya? Padahal mereka sudah berpikir demikian sejak dahulu?

Memang benar bahwa yang menjadi masalah adalah tinggal tehnik berdakwah.

Masalahnya, saudara-saudara kita justru tidak pernah sepakat dalam tehnik berdakwah. Ada yang cenderung dengan jurus sekali sikat, pokoknya bid’ah, sesat dan masuk neraka, titik dan habis perkara

Memang harus diakui bahwa masalah yasinan, tahlilan dan maulidan ini memang mencakup wilayah perbedaan pendapat yang sangat ekstrim. Di tengah masyarakat berkembang beberapa pandangan yang berbeda. Ada yang yang mewajibkan, menyunnahkan, memubahkan, memakruhkan hingga yang mengharamkan.

Tentu saja masing-masing pihak datang tidak sekedar dengan kesimpulan akhirnya. Mereka bahkan datang dengan sekian banyak hujjah, istidlal, argumentasi serta latar belakang manhaj fiqihnya.
Wallahu a’lam.

🌿🌺🍄🍀🌷🌹🌻

Dipersembahkan Oleh:
www.iman-manis.com

💼Sebarkan! Raih Bahagia…

Beberapa Hal Praktis Yang Perlu Dilakukan Orang Tua Ketika Anak Beranjak Remaja* (lanjutan)

📆 Sabtu, 7 Sya’ban 1437H / 14 Mei 2016

📚 *KELUARGA & TARBIYATUL AULAD*

📝 Pemateri: *Ustadzah Dra. Indra Asih*

📝 *Beberapa Hal Praktis Yang Perlu Dilakukan Orang Tua Ketika Anak Beranjak Remaja* (lanjutan)

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁 🌷

Bag-1 : http://www.iman-islam.com/2016/05/beberapa-hal-praktis-yang-perlu.html?m=1

💐 *Tip 14* : Ajak untuk bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan komunitas masyarakat yang beragam.

Jika anak-anak remaja kita dapat berinteraksi dengan masyarakat yang beragam, maka hal tersebut akan lebih sehat untuk pertumbuhan kedewasaan dan kebijaksanaan mereka.

💐 *Tip 15* : Bantulah remaja kita untuk mulai terlibat di dalam kelompok pemuda.

Setelah berhasil di lingkungan Muslim dan menghadiri kegiatan Islam secara teratur, remaja  dalam banyak kasus akan mampu untuk  mengembangkan persahabatan dengan umat Islam lainnya se-usia mereka.

Lalu bantulah mereka membentuk sebuah kelompok pemuda, tidak hanya untuk belajar tentang Islam, tapi untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif lainnya, seperti rihlah ke taman hiburan bersama-sama, pergi berenang, dan lain-lain.

Melakukan pertemuan di rumah anggota setiap minggu atau dua bulan sekali. Mengajak kelompok mereka untuk terlibat dalam pekerjaan yang berguna bagi sesama seperti membersihkan sampah di sekitar Masjid atau mengunjungi yatim dan dhuafa.

Kegiatan-kegiatan tetsebut harus mendapatkan pengawasan orangtua, meskipun remajalah yang memiliki ‘kekuasaan’ untuk pengambilan keputusan. Jadi orang tua tidak harus ‘mengganggu’ kecuali benar-benar diperlukan.

💐 *Tip 17*: Memiliki pertemuan keluarga mingguan

Tujuannya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dalam kehidupan setiap anggota keluarga dan untuk berkonsultasi pada anggota keluarga lain tentang hal-hal penting.

_Hanan mulai menghadiri halaqah._
_Imran baru saja kembali dari sebuah kamping pemuda Muslim._
_Bilal nilai ulangan Biologi terakhirnya bagus._

Intinya adalah untuk tidak hanya memberikan berita ini dalam bentuk ‘titik’. Tapi untuk _membuka forum diskusi dan komunikasi antara semua anggota keluarga, dan untuk tetap ‘up-to-date’ tentang apa yang sedang terjadi dalam kehidupan masing-masing, yang semakin sulit terutama ketika anak-anak tumbuh menjadi remaja._

Ini juga merupakan tempat untuk berkonsultasi pada keluarga dan memutuskan hal-hal  utama yang mempengaruhi semua orang, seperti:
_Pindah ke kota lain;_
_Pernikahann salah satu anggota keluarga;_
_Kesulitan dengan ‘bully’ di sekolah_
Dan lain-lain

*Catatan:*

Syura dalam keluarga tidak berarti suara mayoritas menentukan apa yang harus dilakukan tentang suatu situasi.

Sementara orang tua tetap bertanggung jawab, remaja kita diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat dan saran kepada orang tua. Saran mereka akan dipertimbangkan dalam membuat keputusan akhir tentang suatu masalah.

💐 *Tip 17*: Memiliki “Malam Hiburan  Halal” sebulan sekali

Hiburan Islam kadang menjadi hal yang diabaikan banyak Muslim.

_Mungkin Jamil 16 tahun bisa menulis, sementara adiknya Amira, 14, dapat  menyanyi dengan baik._ _Biarkan mereka menyajikan lagu Islam mereka sendiri untuk seluruh keluarga. Atau persilahkan Ridwan 12 tahun membacakan beberapa puisi terbaiknya._

Bantu mereka membuat kriteria yang dapat diterima dan tidak dapat diterima sebagai hiburan yang diperbolehkan.

💐 *Tip 18*: Memberikan qudwah dari Rasul SAW dan para sahabat RA

Selain kita menjadi panutan dengan mencoba mengamalkan Islam, pastikan kita memberikan anak remaja kita panutan dengan menyampaikan kisah tentang Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya RA, baik laki-laki maupun perempuan.

Jika tidak, karakter pada program yang anak-anak kita  tonton di televisi dapat menjadi “sahabat” buat mereka .

Diskusikan apa mungkin akan dilakukan para sahabat RA dalam situasi yang relevan dengan kehidupan anak remaja kita sekarang

Apa yang akan Abu Bakar Siddiq lakukan jika ia melihat seseorang menjual jawaban ujian akhir?

Apa yang akan Aisyah lakukan jika ia dihadapkan dengan kondisi untuk membohongi orang tuanya?

💐 *Tip 19*: Membaca buku tentang ‘Positif Parenting’

Bisa buku yang ditulis oleh Muslim, atau bahkan buku oleh non-Muslim dapat membantu. Namun, membaca buku dari sumber non muslim bisa dilakukan jika kita mampu mengidentifikasi mana yang diterima secara Islam dan mana yang tidak.

💐 *Tip 20*: Biarkan mereka menikah dini jika mereka sudah siap

Banyak kondisi di masyarakat sekarang yang memungkinkan anak-anak remaja kita banyak terpapar oleh hal-hal yang bisa merangsang nafsu birahi mereka: di TV, billboard, di jalan-jalan, bus, di film, dan lain-lain.

Seorang remaja Muslim yang menghadapi ini berada dalam posisi yang sulit: menyerah pada godaan atau sungguh-sungguh bertahan dari godaan.

Membantu mereka untuk menikah dini, akan mengurangi tekanan godaan tersebut. Mereka tidak juga harus berhenti studi mereka untuk melakukan hal ini.

Sebagai orangtua kita juga akan ikut bertanggung jawab jika putra atau putri kita sudah ingin menikah, tapi kita melarang mereka dan akhirnya mereka berhubungan seks di luar pernikahan. Naudzu billahi min dzalik.

Kita juga harus ingat untuk tidak melakukan langkah ini, yaitu memaksa putra atau putri kita menikah dengan orang yang tidak mereka sukai.

💐 *Tip 21*: Last but not least, berdoa untuk anak remaja kita.

_Allah lah yang memberi hidayah dan menyesatkan, tetapi jika kita telah melakukan kewajiban kita sebagai orang tua, Insya Allah, mengarahkan remaja kita menjadi seorang Muslim dewasa akan lebih mudah dilakukan dibandingkan jika kita mengabaikan kewajiban ini._

Lalu, berdoa untuk remaja kita di hadapan mereka. Hal ini untuk mengingatkan mereka betapa kita cinta dan peduli pada mereka.

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

💼 Sebarkan! Raih pahala…

Beberapa Hal Praktis Yang Perlu Dilakukan Orang Tua Ketika Anak Beranjak Remaja

📆 Sabtu, 30 Rajab 1437H / 7 Mei 2016

📚 KELUARGA & TARBIYATUL AULAD

📝 Pemateri: Ustadzah Dra. Indra Asih

📝 Beberapa Hal Praktis Yang Perlu Dilakukan Orang Tua Ketika Anak Beranjak Remaja

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁 🌷

Apa yang dibutuhkan bagi orang tua untuk mengarahkan anak remaja untuk menjadi seorang muslim dewasa?

💐Tips 1: Lakukan pengasuhan anak remaja kita lebih serius dari apa yang kita lakukan pada profesi “full-time” kita.

Kedua orang tua harus memahami bahwa anak-anak mereka adalah amanah dari Allah. Dan Allah akan bertanya bagaimana mereka dibesarkan.

Jika anak-anak tumbuh dewasa dan tidak mempraktekkan Islam karena kelalaian orang tua, maka hal itu merupakan hal yang sia-sia dalam kehidupan orang tua.

💐Tips 2: Mengurangi atau mengubah jam kerja dan berikan waktu tersebut untuk keluarga

Lebih baik untuk memiliki waktu lebih banyak dengan keluarga walau hanya memberikan sedikit kemewahan di rumah. Jadi janganlah membanjiri anak dengan banyak materi tapi kehadiran orang tua nyaris tidak ada.

Ini berlaku untuk ibu dan ayah. Orang tua tidak bisa menanamkan nilai-nilai pada anak-anak jika mereka tidak ada di sisi anak-anak.

Kurangilah pekerjaan ekstra di akhir pekan atau di malam hari, agar lebih bisa mendorong anak-anak ke masjid atau untuk pergi halaqah serta kegiatan positif lainnya.

Bisa juga mempertimbangkan beralih jadwal di tempat kerja sehingga kita ada ketika anak-anak di rumah.

💐Tip 3: Rutinkan bersama untuk membaca Al-Quran, memahami maknanya, minimal selama lima menit setiap hari

Hanya lima menit.

Apakah itu di dalam mobil dalam kemacetan lalu lintas, dini hari setelah Subuh, atau tepat sebelum kita pergi tidur, membaca Al-Quran dengan terjemahan dan / atau Tafsir.

Kita akan merasakan efek bola salju. Kita akan, Insya Allah, selalu terhubung kembali dengan Allah.

Jika kita sudah biasa melakukannya, dalam jangka panjang, kita akan menjadi panutan membantu seluruh keluarga, bukan hanya remaja kita, untuk selalu berhubungan dengan Allah.

💐Tips 4: Menghadiri halaqah mingguan

Menentukan waktu rutin untuk halaqah pekanan. Ketika anak-anak melihat orang tua mereka berjuang untuk belajar tentang Islam, mereka dalam banyak kasus akan terdorong untuk melakukan hal yang sama.

💐Tip 5: Hormati remaja kita

Menghormati remaja kita berarti tidak memperlakukan mereka seperti bayi yang tidak kompeten. Tidak berbicara ke mereka dengan isi dan intonasi yang mempermalukan dan menghina mereka.

Ini berarti melibatkan mereka dalam kegiatan yang bermanfaat di sekitar rumah dan meminta pendapat mereka tentang hal-hal penting.

💐Tip 6: Berminatlah pada apa yang mereka lakukan

Apakah Hilmi bermain footsal di tim olahraga setempat? Menghadiri pertandingan/latihan Hilmi seteratur mungkin.

Apakah Muhsin suka membuat website? Kunjungi situs nya, masukkan e-mail ucapan selamat pada papan pesan dan tawarkan beberapa saran untuk situsnya. Beri dia sebuah buku tentang desain web canggih sebagai hadiah lebaran. Dan seterusnya

💐Tip 7: Memahami masalah mereka dan mengatasinya.

Ketika kita menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak remaja, kita akan lebih mampu merasakan jika ada sesuatu yang mengganggu mereka. Selesaikan secara terbuka tapi jangan ungkapkan masalah mereka dalam forum pertemuan keluarga atau di depan orang lain, jika menyangkut hal yang sensitif buat mereka

💐Tip 8: “ngedate” dengan remaja kita

Ngadate atau kencan dengan remaja kita untuk mengenal satu sama lain dengan lebih baik.

Ini terutama penting untuk anak-anak yang menginjak usia remaja karena mereka tidak lagi hanya “salah satu dari anak-anak”. Mereka adalah orang dewasa muda yang membutuhkan perhatian dan bimbingan secara individu. Kita bisa pergi keluar pada saat ketika Hamnah lulus dari sekolah tinggi, ketika Ahmad baru mendapat KTP-nya atau jika kita merasa ada sesuatu yang mengganggu mereka dan kita ingin mengatasinya sendiri.

💐Tip 9: Jangan hanya menjadi orang tua remaja kita, jadilah mitranya

Menjadikan mereka mitra berarti memberi mereka tanggung jawab dalam keluarga. Buatlah Amir, yang baru memasuki usia 16, untuk membantu ibunya berbelanja di hari Sabtu; ajaklah Syifa berusia 15 tahun, yang mencintai bunga, untuk bertanggung jawab atas taman dan memotong rumput. Dengan cara ini, remaja akan merasa menjadi bagian dari keluarga dan diperlukan.

💐Tip 10: Membangun Masjid di rumah kita

Membuatkan bagian tertentu rumah atau ruang tamu sebagai Masjid rumah. Kita dapat melakukan ini tanpa biaya besar.

Membuat Masjid ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab anak-anak. Jadikan anak yang tertua untuk bertanggung jawab dan untuk mendelegasikan tanggung jawab untuk adik-adik. Tanggung jawabnya meliputi menjaga Masjid bersih, membangunkan orang untuk Fajr, dan seterusnya

💐Tip 11: Janganlah melatih laki-laki saja

Itu berarti tidak mengecualikan istri atau anak perempuan. Ketika orang-orang sholat berjamaah, pastikan perempuan juga sholat berjamaah.

💐Tip 12: Membuat perpustakaan Islam

Melengkapi rumah kita dengan sebuah perpustakaan Islam dengan buku-buku, video dan kaset audio tentang berbagai aspek Islam.

Jika Bilal 13 tahun suka novel petualangan, misalnya, pastikan kita memiliki beberapa buku petualangan Islam

Jadikan salah satu remaja kita untuk menjadi pustakawan. Dia diharapkan mengontrol bahan terorganisir dan dalam kondisi baik. Setiap permintaan untuk bahan yang akan ditambahkan ke koleksi harus melalui dia. Berikan pustakawan ini anggaran bulanan untuk memesan buku-buku baru, kaset, dan lain-lain.

💐Tip 13: Mengajak mereka keluar untuk melakukan kegiatan Islam

Alih-alih makan malam mewah di restoran, akan menghemat uang kita untuk mengajak semua orang keluar untuk makan bersama atau melakukan kegiatan lainnya bersama komunitas Muslim. Mengusahakan untuk pergi ke acara di mana remaja Muslim lainnya akan hadir.

Bersambung..

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

💼 Sebarkan! Raih pahala…

Mempertahankan Mahligai Rumah Tangga

📆 Sabtu, 23 Rajab 1437H / 30 April 2016

📚 KELUARGA

📝 Pemateri: Ustadzah Dra. Indra Asih

📋 Mempertahankan Mahligai Rumah Tangga

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁 🌿

Jika cinta bersemi di awal-awal pernikahan, itu wajar; tapi ketika perasaan saling menyayangi dan memahami bertahan untuk selamanya, itu luar biasa!
Di masyarakat, keluarga yang kandas di tengah jalan jumlahnya makin banyak saja. Kasus perceraian dari tahun ketahun meningkat tajam. Rumah tangga yang kelihatannya baik-baik saja, tiba-tiba berakhir di pengadilan. Terkesan, mengakhiri cinta dengan pasanganitu mudah sekali. Semudah membalik telapak tangan. Istilah True love (cinta sejati) atau endlesslove (cinta yang tiada akhir) seolah hanya menjadi impian

Data Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (Ditjen Badilag MA), kurun 2010 ada 285perkararumahtangga.184 perkara berakhir dengan perceraian ke Pengadilan Agama se-Indonesia. Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak 5 tahun terakhir. Dari data Ditjen Badilag 2010, kasus tersebut dibagi menjadi beberapa aspek yang menjadi pemicu munculnya perceraian. Misalnya, ada 10.029 kasus perceraian yang dipicu masalah cemburu. Kemudian, ada 67.891 kasus perceraian dipicu masalah ekonomi. Sedangkan perceraian karena masalah ketidakharmonisan dalam rumah tangga mencapai 91.841 perkara.

Adapun secara geografis, perkara perceraian paling banyak terjadi di Jawa Barat yakni 33.684 kasus, disusul Jawa Timur dengan 21.324 kasus. Di posisi ketiga adalah Jawa Tengah dengan 12.019 kasus. Sedangkan, dalam Proyek Transisi Institut Perceraian Australia, mayoritas laki-laki dan perempuan menyatakan penyebab perceraian mereka antara lain adalah masalah komunikasi, ketidakcocokan, perubahan nilai dan gaya hidup, serta perselingkuhan. Alasan yang cukup mendominasi juga adalah meningkatnya harapan kepuasan diri dalam pernikahan dan penurunan toleransi (Reynolds dan Mansfield 1999; Amato dan Booth 1997, Coontz 1997, Dewan Keluarga di Amerika 1.995 ).

Meskipun mengakhiri pernikahan tidak mudah dan mungkin menimbulkan trauma atau merugikan bagi salah satu atau kedua pasangan dan anak-anak mereka (Waite 1995; Amato dan Booth 1997), sebagian besar perempuan dan laki-laki, apa pun alasan perceraian mereka, menyatakan bahwa merasa mereka tidak ingin kembali dengan mantan pasangan mereka. Bagi wanita, alasa yang paling kuat untuk perceraian adalah perilaku kasar pasangan.

Ternyata, untuk mempertahankan mahligai rumah tangga, tidak harus melalukan hal-hal besar dan sulit. Dari studi tentang pernikahan jangka panjang (Kaslow dan Robinson 1996, Levenson et al 1993; Wallerstein dan Blakeslee 1995) diidentifikasi beberapa karakteristik hubungan pasangan yang sehat, yaitu rasa hormat dan merasa dihargai, kepercayaan dan kesetiaan, hubungan seksual yang baik, komunikasi yang baik, berbagi, kerjasama dan saling mendukung serta kebersamaan, rasa spiritualitas, dan kemampuan masing-masing untuk fleksibel ketika dihadapkan dengan suasana transisi dan perubahan.

Para peneliti juga menggambarkan karakteristik sebuah keluarga yang kuat (Schlesinger 1998, Curran 1983). Menurut Stinnett dan Defrain (1985), keluarga yang kuat memiliki semangat untuk memajukan kesejahteraan dan kebahagiaan masing-masing, menunjukkan penghargaan satu sama lain, memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan berbicara satu sama lain, menghabiskan waktu bersama-sama, memiliki rasa spiritualitas, dan menggunakan krisis sebagai kesempatan untuk tumbuh.

Jadi bisa disimpullkan, mahligai rumah tangga dapat dipertahankan dengan suasana hubungan yang sehat dan penuh cinta, melalui beberapa hal berikut:

🌷 1. Yakinlah pada kekuatan kebersamaaan. Salah satu kekuatan yang sangat penting adalah bekerja sama dengan baik. Tidak ada beban yang terlalu berat saat mengangkatnya bersama.

🌷 2. Ingatlah selalu hal-hal yang menyenangkan dari pasangan Anda. Ketika istri sedang melipat baju suami, bayangkankan etos kerja, kesabaran, dan kemurahan hatinya. Suami, tersenyumlah dengan meingat-ingat lelucon dan humoristri. Dengan menghabiskan waktu untuk selalu merenungkan sifat-sifat baik dari pasangan Anda, cinta, kasih sayang, pemujaan terhadap satu sama lain akan terus tumbuh.

🌷 3.Tertarik dan berbagilah tentang dunia masing-masing. Tetap terhubung dan berkomunikasi ketika Anda terpisah.

🌷 4. Saling menghormati dan menghargai. Jangan pernah merendahkan pasangan. Perhatikan nada suara ketika Anda berkomunikasi satu sama lain. Belajarlah untuk menyenandungkan pujian. Jangan memiliki harapan yang berlebihan. Berlatihlah untuk menerima apa adanya.

🌷 5.Saling mendorong dan meningkatkan semangat untuk maju. Jangan meragukan kemampuan pasangan. Memberikan dorongan, saran dan kebijaksanaan dengan cara yang penuh kasih.

🌷 6. Siap jika dibutuhkan pada saat-saat penting terutama melewati saat-saat sulit dalam hidup

🌷 7. Membuat kejutan-kejutan untuk pasangan. Hindari kehidupan rutin.Ya, bila Anda bosan sesuatu cobalah sesuatu yang berbeda dengan pasangan. Kesempatan tidak terbatas!

🌷 8. Kenalilah apa-apa yang pasangan Anda suka dan tidak suka. Semakin banyak Anda tahu dan memahami dunia pribadi masing-masing, maka persahabatan Anda akan makin terjalin kuat.

🌷 9. Terus mensyukuri apa yang sudah dijalani dan mengandalkan kekuatan doa. Milikilah keyakinan yang kuat bahwa segala sesuatu akan selesai dengan baik dan menyenangkan.

Perlu terus dikuatkan keyakinan bahwa pernikahan adalah karunia dari Allah swt. Ya, pernikahan adalah ibadah dan hal itu adalah motivasi paling kuat bagi kaum muslim sehingga kita mampu bersabar atas kekurangan pasangan masing-masing.

Referensi:
-Amato, P. & Booth, A. (1997), A Generation at Risk: Growing Up in an Era of Family Disheaval, Harvard University Press, Cambridge.
-Coontz, S. (1997), The Way We Really Are, Basic Books, New York.
-Curran, D. (1983), Traits of a Healthy Family: Fifteen Traits Commonly Found in Healthy Families by Those Who Work With Them, Winston Press, Minneapolis.
-Kaslow, R. & Robinson, J. (1996), ‘Long-term satisfying marriages: perceptions of contributing factors’, American Journal of Family Therapy, vol. 24, no. 2, pp. 69 78.
-Levenson, R., Carstenson, L. & Gottman, J. (1993), ‘Long-term marriage: age, gender and satisfaction’, Psychology and Aging, vol. 8, no. 2, pp. 310-313
-Reynolds, J. & Mansfield, P. (1999), ‘The effect of changing attitudes to marriage on its stability’, in Simons, J. (ed.) High Divorce Rates: The State of the Evidence on Reasons and Remedies: Reviews of Evidence on the Causes of Marital Breakdown and the Effectiveness of Policies and Services Intended to Reduce its Incidence, Research Series, vol. 1, pp. 1-38, Lord Chancellor’s Department, London.
-Schlesinger, B. (1998), ‘Strong families: a portrait’, Transition, June, pp. 4-15.
-Stinnett, N. & DeFrain, J. (1985), Secrets of Strong Families, Little Brown, Boston.
-Waite, L. (1995), ‘Does marriage matter?’, Demography, vol. 32, no. 4, pp. 483 507.
-Wallerstein, J. & Blakeslee, S. (1995), The Good Marriage, Warner Books, New York.

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

💼 Sebarkan! Raih pahala…

Hubungan Yang Tak Jelas

🎀Ustadzah Menjawab🎀
✏Ustadzah Dra Indra Asih

📆Kamis, 28 April 2016 M
                  21 Rajab 1437 H
🌿🍁🌺🍄🍀🌷🌻🌹

Assalamu’alaikum Wr. Wb.Ustadz/Ustadzah..
Begini Ustadz/Ustadzah , saya punya teman dan kebetulan dia sudah pernah menikah dan kenal dengan seorang laki2. Berjalannya waktu hubungan mereka semakin dekat tapi pada akhirnya si laki2 tadi memutuskan hubugan dengan teman saya karena katanya dia mau dijodohkan dengan saudara dekatnya dan mereka katanya sudah saling sayang juga. Tapi yang laki2 tadi msih sering menghubungi teman saya masih suka bilang masih sayang jadi teman saya itu kayak tidak mau lepas sedangkan laki2nya sudah bilang milih saudaranya. Bagaimana solusi yang terbaik untuk teman saya.
Jazakumullah.

Jawaban
————

Wa’alaikumsalam wr wb..
Solusinya tidak ada lain, tinggalkan laki-laki itu. Karena hubungan yang tidak jelas seperti itu bisa mengarahkan pada maksiat pada Allah. Maksiat dalam pikiran, hati dan perbuatan

Berdoa dan memohon pada Allah agar Alllah ganti yang lebih baik dari dia.

Orang yang beriman dan percaya akan pertolongan  Allah insya Allah mampu mengatasi masalah itu. Bersama Allah tidak ada masalah yang tidak mungkin diselesaikanNya. Allah sudah menjanjikan  dalam surat At Thalaq ayat 2-3 :

“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. 3. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Qs.At Thalaq : 2-3)

Allah hanya memberikan pertolongan seperti yang disebutkan diatas kepada orang yang bertakwa dan yakin akan pertolonganNya.  Kebanyakan  kita sulit untuk keluar dari berbagai masalah karena kurang bertakwa dan yakin akan pertolongan Allah. Kebanyakan kita hanya mengandalkan akal dan kemampuan diri, enggan bergantung dan memohon pada Allah. Bahkan beranggapan berdoa dan memohon pada Allah sebagai usaha yang sia sia saja.

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
( Qs.Al Hadid : 22-23)

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa tidak ada satu bencanapun yang menimpa kita melainkan sudah tertulis dalam kitab (lauhilmahfuz) sebelum terjadinya. Allah mengabarkan hal ini agar kita jangan sedih atas apa yang luput dari kita dan jangan sombong dan bangga atas apa nikmat yang diberikan Allah pada kita. Kita sadar sepenuhnya bahwa semua itu sudah ada dalam perencanaan Allah, tanpa izin dan kehendak Allah semua itu tidak akan terjadi dan menimpa kehidupan kita. Rasa ikhlas dan ridho akan melapangkan dada kita, sehingga kita tidak diliputi rasa gelisah, panik, dan tertekan dengan demikian kita bisa berfikir dengan tenang untuk berusaha mengatasi masalah tersebut.

Orang yang tidak ikhlas selalu bertanya kenapa ini terjadi, kemudian protes pada Allah dan lingkungan, menyalahkan berbagai pihak, menyesal berkepanjangan. Rasa panik, gelisah, menyesal, tertekan, menyebabkan fikiran jadi buntu , bagaiamana dia akan mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Ia akan terpuruk bertambah dalam pada kesulitan yang dihadapinya.

“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”      
(Qs. At Taubah : 51)

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa tidak akan menimpa kita sesuatu melainkan dengan izin dan kehendak Allah. Dialah pelindung dan pemimpin kita, dan hanya kepada Allah saja orang yang beriman bertawakal.

Tanpa izin dan kehendakNya semua itu mustahil terjadi. Keyakinan ini akan menimbulkan rasa ikhlas dan ridho akan segala ketetapanNya.

Dalam ayat ini Allah mengingatkan bahwa Allahlah pelindung dan pemimpin orang yang beriman, hanya pada Allah orang yang beriman bertawakal dan berserah diri. Ayat ini akan menimbulkan keyakinan bahwa Allah akan melindungi kita dari berbagai efek buruk kejadian yang menimpa kita. Rasa ikhlas dan ridho akan membangkitkan rasa tawakal dan berserah diri pada Allah. Rasa ikhlas dan tawakal inilah yang menjadi sebab datangnya pertolongan Allah sebagaiman disebutkan dalam surat at Thalaq ayat 2-3.
Wallahu a’lam.

🌿🌺🍄🍀🌷🌹🌻

Dipersembahkan Oleh:
www.iman-manis.com

💼Sebarkan! Raih Bahagia….

Suami Perokok Berat, Tak Nyaman Berhubungan Intim

🎀 Ustadzah Menjawab 🎀
✏ Ustadzah Dra Indra Asih

📆Kamis, 28 April 2016 M
                  21 Rajab 1437 H
🌺🍁🍂🌻🌿🌹🌷🍄

Assalamualaikum ustadz/ah..
Apakah berdosa jika saya tidak melayani suami dengan maksimal dikarenakan ada beberapa faktor yang menjadi kendala. Suami saya adalah seorang perokok berat, padahal sebagaimana yang kita tahu merokok adalah hukumnya haram. Sementara saat ini saya menderita bronkhitis dan beberapa keluhan penyakit lainnya. Saya melihat suami saya juga mulai batuk2 dan nafasnya sangat bau karbon akibat rokok sehingga kalau berhubungan suami istri saya kurang maksimal dan tdk semangat, bahkan kadang saya menolak. Saya sudah menyuruh suami berhenti tapi beliau menolak bahkan sampai kadang terbersit dipikiran saya untuk minta cerai tapi saya memikirkan banyak kemudharatan jika kami bercerai. Bagaimana saya harus bersikap dalam hal ini ustad/ustadzah? Mohon pencerahannya. Jazakumullah

Jawaban :
—————

Wa’alaikumsalam wr wb..
Selama berkomitmen untuk bertahan menjadi istri, maka berlaku bahwa:

Menolak suami yang mengajak berhubungan intim tentu saja adalah perbuatan yang haram dilakukan oleh seorang istri. Allah dan Rasul-Nya tidak mencintai seorang wanita berlaku seperti itu kepada suaminya.

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda:
“Apabila laki-laki mengajak istrinya ke tempat tidurnya kemudian ia menolak untuk datang lalu laki-laki itu tidur semalam dalam keadaan marah kepadanya, maka ia dilaknat oleh malaikat sampai subuh.”
(HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim).

Dari Abdullah bin Abu Aufa, ia berkata: Tatkala Muadz tiba dari Syam, maka sujudlah ia kepada nabi saw.Lalu Nabi bertanya,
“Apakah ini hai Muadz?
Muadz menjawab, “Aku telah datang ke Syam kemudian kujumpai mereka pada sujud kepada uskup-uskup dan panglima-panglima mereka, lalu aku ragu-ragu dalam hatiku untuk berbuat seperti itu terhadapmu.”
Kemudian Rasulullah saw bersabda,”Janganlah engkau lakukan itu, karena sesungguhnya kalau seandainya aku (boleh) menyuruh seseorang sujud kepada selain Allah, tentu aku suruh perempuan sujud kepada suaminya. Demi Dzat yang diri Muhammad dalam kekuasaan-Nya, tidaklah seorang perempuan menunaikan hak Tuhannya sehingga ia menunaikan hak suaminya dan kalau seandainya suaminya menghendaki dirinya sedang ia di atas kendaraan, maka ia tidak boleh menolaknya.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Melaksanakan ketaatan kepada Allah dalam melayani suami memang tidak selamanya menyenangkan dan mulus-mulus saja. Ada kesulitan dan kelemahan-kelemahan sang istri ketika menjalankannya. Namun, jika seorang istri meniatkannya untuk beribadah hanya kepada Allah, lalu dia memohon kepada Allah agar diberi kemudahan dalam ketaatan tersebut, niscaya Allah akan memberikan kemudahan dan keberkahan dalam hubungan suami istri tersebut. Istri akan melayani suami dengan sukacita dan bersungguh-sungguh hingga membuat suami puas terhadap dirinya. Maka Surga menjadi hak bagi sang istri.
Wallahu a’lam.

🌺🍀🌷🌻🍄🍁🌹

Dipersembahkan oleh:
www.imas-manis.com

💼Sebarkan! Raih pahala…

Masa Iddah

🌎Ustadzah. Menjawab
✏Ustadzah  Drs Indra Asih

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹.
📌 Assalamualaikum ustadzah
Bagaimana ketentuan masa idah seorang istri setelah suaminya meninggal?
Terimakasih, member🅰1⃣0⃣

🍀Jawaban nya
Wa’alaikum salam wa Rahmatullahu wa Barakatuh
🌷 Iddah adalah masa dimana wanita yang baru saja berpisah dengan suaminya tidak boleh untuk menikah dan tidak boleh melakukan hal-hal yang menjadi wasilah kepada pernikahan.

Adapun bagi wanita yang berpisah dari suaminya karena kematian maka:

1. dalam keadaan hamil  maka iddahnya adalah sampai dia melahirkan kandungannya, walaupun itu hanya beberapa hari setelah kematian suaminya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.” (QS. Ath-Thalaq: 4)

Diperjelas dalam hadits Al-Miswar bin Makhramah radhiallahu anhu dia berkata:
أَنَّ سُبَيْعَةَ الْأَسْلَمِيَّةَ نُفِسَتْ بَعْدَ وَفَاةِ زَوْجِهَا بِلَيَالٍ فَجَاءَتْ النَّبِيَّصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَتْهُ أَنْ تَنْكِحَ فَأَذِنَ لَهَا فَنَكَحَتْ
“Subai’ah Al Aslamiyyah melahirkan beberapa hari setelah suaminya wafat, lalu ia pun menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan meminta izin untuk menikah. Maka beliau pun mengizinkannya.” (HR. Al-Bukhari)

2. Tidak dalam keadaan hamil, maka iddahnya adalah selama 4 bulan 10 hari, jadi bukan hanya 4 bulan saja.

Berdasarkan firman Allah Ta’ala yang artinya, “Orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari.” (QS. Al-Baqarah: 234)

Dan juga hadits Ummu Athiyah radhiallahu anha dia berkata:
كُنَّا نُنْهَى أَنْ نُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍوَعَشْرًا وَلَا نَكْتَحِلَ وَلَا نَتَطَيَّبَ وَلَا نَلْبَسَ ثَوْبًا مَصْبُوغًا إِلَّا ثَوْبَعَصْبٍ وَقَدْ رُخِّصَ لَنَا عِنْدَ الطُّهْرِ إِذَا اغْتَسَلَتْ إِحْدَانَا مِنْ مَحِيضِهَافِي نُبْذَةٍ مِنْ كُسْتِ أَظْفَارٍ وَكُنَّا نُنْهَى عَنْ اتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ
“Kami dilarang berkabung atas kematian di atas tiga hari kecuali atas kematian suami, yaitu selama empat bulan sepuluh hari. Selama masa itu dia tidak boleh bercelak, tidak boleh memakai wewangian, tidak boleh memakai pakaian yang berwarna kecuali pakaian ashab. Dan kami diberi keringanan bila hendak mandi seusai haid untuk menggunakan sebatang kayu wangi. Dan kami juga dilarang mengantar jenazah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Wallahu A’lam

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com

💼 Sebarkan! Raih pahala

Ilmu Yang Bermanfaat

👑Ustadzah Menjawab
Ustadzah Dra. Indra Asih

📆Kamis, 21 April 2016 M
                  13 Rajab 1437 H
🌿🌺🍂🍀🌼🌿🌺🍂🍀🌺🌻🌼🌿

Assalamu’alaikum wr.wb

Ustadzah…..Apakah amalan seorang guru ngaji masih mengalir pd sang guru itu (karena ilmu yg dia ajarkan masih di amalkan sama murid2 nya sampai saat ini)tetapi sekarang sang guru itu sudah tdk serajin dulu dlm beribadah.
🅰2⃣1⃣

💖Jawaban💖

Wa’alaikumsalam Wr.Wb

In shaa Allah pahala akan terus mengalir pada beliau selama msh ada yg terus mengamalkan ajarannya…bahkan walau beliau sudah wafat… sesuai hadits berikut:

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim).

Kebaikan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah kebaikan agama maupun kebaikan dunia.

Termasuk dalam memberikan kebaikan di sini adalah dengan memberikan wejangan, nasehat, menulis buku tentang ilmu yang bermanfaat.

Hadits di atas semakna dengan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ

“Barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikit pun.” (HR. Muslim)

Bentuk pengajaran ilmu yang bisa diberikan ada dua macam:

Dengan lisan seperti mengajarkan, memberi nasehat dan memberikan fatwa.

Dengan perbuatan atau tingkah laku yaitu dengan menjadi qudwah hasanah, memberi contoh kebaikan.
Wallahu a’lam

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹🌺🌻🌼🌿

Dipersembahkan Oleh :
www.iman-islam.com

💼 Sebarkan ! Raih pahala..

Tanggung Jawab Pendidikan Anak-Anak Kita Ada Pada Siapa?

📆 Sabtu, 09 Rajab 1437H / 16 April 2016

📚 KELUARGA & PARENTING

📝 Pemateri: Ustadzah Dra. Indra Asih

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁 🌿
 
Serasa terkoyak sembilu hati ini, membaca berita seorang anak yang gusar pada ibundanya karena menganggap sang bunda yang sudah renta terlalu lama membelikan nasi uduk untuk sarapan si anak. Kegusaran yang mendorong sang anak tega memukul kepala sang bunda dengan gagang cangkul hingga sang bunda yang naas ini menghembuskan nafas terakhirnya di tangan anak semata wayangnya. Sebelum kejadian menyedihkan itu berlangsung, sang bunda renta yang sedang sibuk mencuci baju kotor sudah berusaha tergopoh berlari membelikan nasi uduk untuk sang anak yang baru bangun kesiangan, merasa lapar, dan dengan kasar memerintahkan ibundanya untuk segera menyiapkan sarapan. Bukannya, merasa malu dan segera mengambil alih kerepotan ibundanya. Satu contoh dari sekian kasus yang relatif sama yang cukup banyak kita baca atau dengar. Duh, ada apa dengan kalian nak?

Sebagai seorang ibu, tercenung aku membaca headline berita, “Kenakalan Remaja Sudah Tak Wajar Dan Mulai Bergeser Ke Arah Kriminal”. Atau membaca opini yang berisi kekurangyakinan atas efektifitas pemberlakuan kurikulum pendidikan.

Muncul pertanyaan pada diri sendiri, sebagai seorang ibu, siapakah yang paling dominan membentuk kepribadian anak-anak kita? Pemerintah? Lingkungan? Masyarakat? Guru-guru atau sekolah? Pembantu? Atau..berat dan lirih aku menyebutkannya, orang tua? Ibu? Kita? Saya?

Apakah kita masih ingat untuk terus menanamkan nilai-nilai mulia ini pada anak-anak kita? “…Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya . Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS Al-Israa’ : 23-24)

Bagaimana dengan konsep, prioritas keutamaan manusia di hadapan anak-anaknya, “ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu” ?

Sesuai hadits berikut,

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

Atau apa yang terjadi dengan mengajarkan keyakinan bahwa doa restu orang tua adalah sesuatu yang begitu sakral untuk memotivasi dan mendorong kesuksesan seorang anak?

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

“Tiga do’a yang tidak tertolak yaitu do’a orang tua, do’a orang yang berpuasa dan do’a seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro)

Dalam pembicaraan sehari-hari, ada istilah ibukota, untuk menggambarkan kota yang utama di suatu wilayah atau negeri, tempat berpusat semua aktifitas-aktifitas penting. Ada juga ibu jari, untuk menyebut jari yang paling besar dan menonjol di telapak tangan kita. Pada sebuah computer, motherboard adalah bagian tempat pusat pemrosesan. Ada juga ibu pertiwi, ada sel induk,ada pasar induk dan seterusnya. Tentu saja, maksud tulisan ini bukan untuk membahas istilah-istilah, tapi lebih untuk mengangkat bahwa sadar ataupun tidak sadar, ketika kita ingin menyebut satu bagian dalam suatu sistem, adalah bagian yang terpenting atau sebagai pusat pengorganisasian bagian-bagian lain, maka tak ayal, kata ibu, mother atau induk akan digunakan.

Masihkah anak-anak kita menganggap bahwa kita adalah bagian terpenting di rumah-rumah kita? Ketika, wujud dan keberadaan kita hampir-hampir tidak nampak di mata anak-anak kita, dengan berbagai alasan. Mengejar karir, eksistensi diri, atau bahkan kegiatan-kegiatan menghabiskan waktu untuk keasyikan dan kesenangan diri kita semata. Bagaimana dengan anak-anak? Cukup kita sediakan buat mereka pembantu-pembantu yang dengan sigap melayani kebutuhan mereka. Pendidikan mereka? Cukup kita sekolahkan mereka pada sekolah-sekolah yang kita anggap baik seharian penuh, ditambah dengan kursus-kursus tambahan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.

Sebagian ibu sekarang ketika ditanya, “Sekarang kerja dimana?”, meresponnya dengan berat, atau bahkan berusaha mengalihkan pembicaraan atau menjawab dengan suara lirih sambil tertunduk “Saya adalah ibu rumah tangga”. Malu!
Apalagi jika yang menanyakan itu, seorang ibu yang “sukses” berkarir di sebuah perusahaan besar.
Apalagi jika yang ditanya adalah ibu lulusan universitas ternama dengan prestasi bagus atau bahkan berpredikat cumlaude tapi telah “menyia-nyiakan kepandaiannya” dengan menjadi ibu rumah tangga.

Wahai ibu, posisi dan peran kita begitu mulia.

Realitanya sekarang menyedihkan! Tidak semua memang, tapi banyak dari para ibu yang sibuk bekerja dan tidak memperhatikan bagaimana pendidikan anak mereka.
Bagaimana mungkin pekerjaan menanamkan budi pekerti yang baik di dada-dada anak-anak kita bisa dikalahkan dengan gaji jutaan rupiah di perusahaan bergengsi? Atau kepuasan eksistensi diri kita?

Tapi, bisa saja banyak ibu-ibu penuh waktu mereka di rumah, namun tidak juga mereka memperhatikan pendidikan anak-anak mereka, bagaimana kepribadian anak mereka dibentuk. “Full” di rumah tapi tidak perduli dengan pendidikan anak-anak mereka. Membesarkan anak seolah hanya sekedar memberinya makan dan uang jajan saja.

Bukan masalah bekerja atau tidak bekerja, atau masalah keluar atau tidak keluar rumah, tapi yang utama adalah kesadaran kita bahwa mendidik anak-anak kita bukanlah hanya bertujuan menginginkan serta mengarahkan anak-anak kita bahwa kesuksesan mereka adalah keberhasilan akademis dan karir mereka, meraih hidup yang berkecukupan, cukup untuk membeli rumah mewah, cukup untuk membeli mobil mentereng, cukup untuk membayar sekian pembantu, mempunyai keluarga yang bahagia, berakhir pekan di tempat-tempat rekreasi.

Bukan hanya itu!

Wahai ibu…

Di usia tua kita, dalam kondisi makin lemah, apakah anak-anak kita akan teringat keutamaan kita kalau kita tidak optimal mendidik anak-anak kita?

Apakah justru mereka sedang sibuk dengan karir mereka yang dulu selalu kita bangga-banggakan melebihi kebanggaan atas keberhasilan mereka belajar menata perilaku dan akhlak mereka?
Atau mungkin mereka sedang asyik dengan istri dan anak-anak mereka?

Sedangkan kita? Sosok renta yang membebani mereka, tidak berguna, dan mengganggu kesenangan mereka?

Hangat terasa air mataku mengalir, tak sanggup membayangkannya..

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

💼 Sebarkan! Raih pahala…

Larangan Rasulullah Tentang Istinja

APAKAH CAIRAN KEWANITAAN MEMBATALKAN WUDHU?

Pertanyaan

Assalammu’alaikum… afwan pertanyaanku mengenai cairan kewanitaan apakah membatalkan wudhu atau ngga?

JAWABAN:

✏ Oleh: Ustadzah Dra.Indra Asih

Ada 3 jenis cairan, yaitu:

Mani

Mani adalah cairan berwarna putih yang keluar memancar dari kemaluan, biasanya keluarnya cairan ini diiringi dengan rasa nikmat dan dibarengi dengan syahwat. Mani dapat keluar dalam keadaan sadar (seperti karena berhubungan suami-istri) ataupun dalam keadaan tidur (biasa dikenal dengan sebutan “mimpi basah”). Keluarnya mani menyebabkan seseorang harus mandi besar / mandi junub. Hukum air mani adalah suci dan tidak najis ( berdasarkan pendapat yang terkuat). Apabila pakaian seseorang terkena air mani, maka disunnahkan untuk mencuci pakaian tersebut jika air maninya masih dalam keadaan basah. Adapun apabila air mani telah mengering, maka cukup dengan mengeriknya saja. Hal ini berdasarkan perkataan Aisyah, beliau berkata “Saya pernah mengerik mani yang sudah kering yang menempel pada pakaian Rasulullah dengan kuku saya.” (HR. Muslim)

Wadi

Wadi adalah air putih kental yang keluar dari kemaluan seseorang setelah kencing. Keluarnya air wadi dapat membatalkan wudhu. Wadi termasuk hal yang najis. Cara membersihkan wadi adalah dengan mencuci kemaluan, kemudian berwudhu jika hendak sholat. Apabila wadi terkena badan, maka cara membersihkannya adalah dengan dicuci.

Madzi

Madzi adalah air yang keluar dari kemaluan, air ini bening dan lengket. Keluarnya air ini disebabkan syahwat yang muncul ketika seseorang memikirkan atau membayangkan jima’ (hubungan seksual) atau ketika pasangan suami istri bercumbu rayu (biasa diistilahkan dengan foreplay/pemanasan). Air madzi keluar dengan tidak memancar. Keluarnya air ini tidak menyebabkan seseorang menjadi lemas (tidak seperti keluarnya air mani, yang pada umumnya menyebabkan tubuh lemas) dan terkadang air ini keluar tanpa disadari (tidak terasa). Air madzi dapat terjadi pada laki-laki dan wanita, meskipun pada umumnya lebih banyak terjadi pada wanita. Sebagaimana air wadi, hukum air madzi adalah najis. Apabila air madzi terkena pada tubuh, maka wajib mencuci tubuh yang terkena air madzi, adapun apabila air ini terkena pakaian, maka cukup dengan memercikkan air ke bagian pakaian yang terkena air madzi tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah terhadap seseorang yang pakaiannya terkena madzi, “cukup bagimu dengan mengambil segenggam air, kemudian engkau percikkan bagian pakaian yang terkena air madzi tersebut.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanad hasan). Keluarnya air madzi  membatalkan wudhu. Apabila air madzi keluar dari kemaluan seseorang, maka ia wajib mencuci kemaluannya dan berwudhu apabila hendak sholat. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah, “Cucilah kemaluannya, kemudian berwudhulah.” (HR. Bukhari Muslim)

🌿🌺🍁💐🌸🌻🍄🌹🌷


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678