📆 Selasa, 6 Jumadil Akhir 1437H / 15 Maret 2016
📚 Fiqih dan Hadits
📝 Ustadz Farid Nu’man Hasan, SS.
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁
📚Hadits ke 9:
وَعَنْ رَجُلٍ صَحِبَ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: – نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – “أَنْ تَغْتَسِلَ اَلْمَرْأَةُ بِفَضْلِ اَلرَّجُلِ, أَوْ اَلرَّجُلُ بِفَضْلِ اَلْمَرْأَةِ, وَلْيَغْتَرِفَا جَمِيعًا – أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ. وَالنَّسَائِيُّ, وَإِسْنَادُهُ صَحِيحٌ
📌 Dari seorang laki-laki, sahabat NabiShallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang seorang wanita mandi dengan air sisa yang dipakai laki-laki, atau seorang laki-laki terhadap air sisa yang dipakai wanita, dan hendaknya mereka menyiduk air bersama-sama.” Dikeluarkan oleh Abu Daud, An Nasa’i, dan isnadnya shahih.
📚Takhrij Hadits:
-🔹 Imam Abu Daud dalam Sunannya No. 81, dan ini adalah lafaz beliau
-🔹 Imam An Nasa’i dalam Sunannya No. 238
-🔹 Imam Ahmad dalam Musnadnya No. 23132
-🔹 Imam Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 869
📚Status Hadits:
-🔹 Imam Ibnu Hajar mengatakan dalam kitab ini: shahih.
-🔹 Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: isnadnya shahih. (Ta’liq Musnad AhmadNo. 23132)
-🔹 Syaikh Al Albani mengatakan: shahih. (Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 238)
📚Kandungan Global hadits ini:
Hadits ini memiliki beberapa pelajaran:
📋1⃣ . Hadits ini diriwayatkan dari seorang sahabat nabi yang tidak disebutkan siapa dia?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullah mengatakan:
وهو مجهول لكن جهالة الصحابي لا تضر لأن الصحابة كلهم ثقاة كلهم لا يمكن أن يكذب عن رسول الله – صلى الله عليه وسلم
📌Dia tidak diketahui, tetapi tidak diketahuinya identitas seorang sahabat nabi tidaklah mengapa, karena semua sahabat nabi adalah terpercaya, tidak mungkin mereka mendustakan riwayat dari RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallam. (Asy Syarh Al Mukhtashar ‘Ala Bulughil Maram, 2/7)
Lalu, siapakah sahabat nabi ? Telah banyak penjelasan dari para ulama, di antaranya tercatat dalam Al Qamus Al Fiqhiysebagai berikut:
Imam Al Jurjani Rahimahullahmengatakan:
من رأى النبي صلى الله عليه وسلم، وطالت صحبه، وإن لم يرو عنه
📌Siapa saja yang melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan bersahabat dalam waktu yang lama, walau pun mereka tidak meriwayatkan hadits darinya.
Pendapat ahli hadits, mayoritas ahli fiqih baik salaf dan khalaf, dan yang shahih dari Madzhab Syafi’iyah, Hanabilah, dan Ibadhiyah, sahabat nabi adalah:
هو كل مسلم رأى النبي صلى الله عليه وسلم، سواء جالسه، أم لا.
📌 Dia adalah setiap muslim yang melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sama saja apakah dia pernah duduk bersamanya atau tidak.
Imam Sa’id bin Al Musayyib Radhiallahu ‘Anhu (menantu Abu Hurairah), menjelaskan:
من أقام مع النبي صلى الله عليه وسلم سنة، فصاعدا، أو غزا معه غزوة.
📌Siapa saja yang menetap bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selama setahun atau lebih atau berperang bersamanya dalam sebuah peperangan.
Menurut madzhab Malikiyah:
من اجتمع بالنبي صلى الله عليه وسلم في حياته، مؤمنا به، ومات على ذلك.
📌Siapa saja yang berkumpul bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hidupnya, dia mengimaninya, dan mati dalam keadaan demikian.
Sebagian ahli ushul mengatakan:
من لقي النبي صلى الله عليه وسلم مسلما، ومات على الاسلام، أو قبل النبوة ومات قبلها على الحنفية، كزيد بن عمرو بن نفيل، أو ارتد وعاد في حياته.
📌Siapa saja yang berjumpa NabiShallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai seorang muslim, dan dia mati dalam Islam, atau dia hidup sebelum masa kenabian dan mati sebelum masa kenabian dalam keadaan agama yang hanif, seperti Zaid bin Amru bin Nufail, atau orang yang murtad dan kembali kepada Islam pada masa hidupnya (Nabi).(Lihat Syaikh Sa’diy Abu Jaib, Al Qamus Al Fiqhiy, Hal. 208. Cet. 2, 1988M. Darul Fikr)
Syaikh ‘Athiyah Muhammad Salim menjelaskan:
من رآه ولو لحظة وهو مؤمن به ومات على الإسلام
📌Siapa saja yang melihatnya walau sesaat dan dia mengimaninya dan dia mati dalam keadaan Islam. (Syarh Bulughul Maram, 7/178)
Sedangkan mayoritas ulama terdahulu dan belakangan mengatakan:
هو أن الصحابي من لقى النبي صلى الله عليه وسلم مؤمنا به ومات على الاسلام
📌Sahabat nabi adalah siapa saja yang berjumpa dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mengimaninya dan dia mati dalam keadaan Islam. (Imam Al ‘Ijliy, Ma’rifah Ats Tsiqat, hal. 95. Cet. 1, 1985M-1405H. Maktabah Ad Dar)
Dan inilah definisi yang anggap kuat oleh Al Hafizh Ibnu Hajar. (Al Ishabah fi Tamyizish Shahabah, 1/7)
📋2⃣ . Dalam hadits ini terdapat larangan bagi kaum laki-laki (suami) untuk mandi dengan berendam menggunakan air sisa kaum wanita (istri), dan sebaliknya. Tetapi, menurut sebagian ulama larangan ini adalah untuk pendidikan saja, bukan menunjukkan haram. Melainkan sebagai bimbingan kepada suami istri agar lebih melahirkan keakraban di antara mereka berdua.
Berikut ini keterangannya:
أن النبي – صلى الله عليه وسلم -نهى أن يغتسل الرجل بفضل المرأة أو المرأة بفضل الرجل وليغترفا جميعا هذا هو الأفضل والمشروع يعني مثلا رجل وزوجته عندهما إناء يمكن أن يغتسل الرجل قبل المرأة ثم تأتي المرأة فتغتسل أو تغتسل المرأة ثم يأتي الرجل فيغتسل فنهى النبي – صلى الله عليه وسلم – نهي إرشاد لا نهي تحريم وأمر بحال أفضل من هاتين الحالتين وهى أن يغترفا جميعا فيجلس الرجل إلى جانب الإناء والمرأة إلي الجانب الأخر لأن هذا أوفر للماء وأجمع للقلب وأشد للمحبة بين الزوجين ولهذا أرشد النبي – صلى الله عليه وسلم -إلى ذلك
📌Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang seorang suami mandi dengan bekas air istrinya, atau seorang istri memakai sisa air laki-laki, dan hendaknya mereka berdua menyiduk air bersama-sama. Inilah yang lebih utama yakni dan disyariatkan, yakni misalnya seorang suami dan istrinya yang memiliki sebuah bejana yang memungkinkan suami mandi dulu sebelum istrinya, kemudian datang istrinya lalu dia mandi, atau si istri mandi duluan kemudian datang suaminya lalu dia mandi, maka larangan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah larangan untuk bimbingan bukan larangan pengharaman, atau Beliau memerintahkan cara yang lebih utama dibanding dua cara tersebut, yakni dengan menyiduk bersama-sama. Si suami duduk di hadapan bejana dan si istri di sisi lainnya, karena hal ini bisa mengambil air lebih banyak, menyatukan hati, dan menguatkan cinta di antara suami istri. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membimbing ke arah sana. (Asy Syarh Al Mukhtashar, 2/7)
Ulama lain ada yang memahami bahwa larangan ini adalah benar adanya, tetapi makruh tanzih, sebagaimana penjelasan nanti. Ada pula yang mengatakan bahwa larangan ini adalah larangan menggunakan air bekas yang terjatuh dari anggota badan.
📋3⃣ . Al Fadhl secara bahasa artinya lebih. Maka, dalam konteks pembahasan ini, Fadhl adalah air lebih yang berada di dalam wadah (bak, ember, kolam kamar mandi) yang sebelumnya dipakai mandi. Bukan air menetes dari anggota tubuh, kalau itu dinamakan air musta’mal.
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹
Dipersembahkan:
www.iman-islam.com
💼 Sebarkan! Raih pahala…