๏Selasa, 10 Ramadhan 1437 H/ 15 Juni 2016
๏Akhlak
๏Ustadz Farid Num’man Hasan, S.S
๏ALLAH TUJUAN KITA
=====================
๏๏๏บ๏๏๏บ๏๏๏บ
Sikap dan perbuatan seorang muslim kepada Allah Subhanahu wa Taโala adalah sebagai pancaran jiwa hamba yang taat, patuh, taqwa, dan pasrah karena sebuah kesadaran. Si muslim sangat yakin bahwa apa-apa yang dimilikinya semuanya semata-mata karena pemberian Allah Subhanahu wa Taโala.
Allah Subhanahu wa Taโala berfirman:
โDan apa saja yang (dimiliki) olehmu berupa nikmat,
kesemuanya adalah pemberian Allahโ
(QS. An-Nahl (16): 53)
โDan jika kamu ingin menghitung-hitung nikmat Allah kepadamu, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnyaโ (QS. Ibrahim (14) : 34)
Sikap dan perbuatan seorang Muslim kepada Allah Subhanahu wa Taโala berlandaskan keyakinan bahwa Allah Subhanahu wa Taโala yang menciptakan dirinya dan apa saja yang merupakan sarana hidupnya. Dan ia pun sangat yakin Allah Subhanahu wa Taโala berkuasa untuk mencabut apa saja yang dimilikinya itu. Ia pun sadar bahwa Allah Subhanahu wa Taโala mengetahui bukan saja yang nyata tapi juga yang tersembunyi.
Firman Allah Subhanahu wa Taโala:
โAllah mengetahui apa yang kamu sembunyikan
dan apa yang kamu nyatakanโ
(QS. Al Baqarah (2): 77)
Setiap Muslim sadar bahwa tidak ada satupun perbuatannya di dunia baik yang kecil dan besar, kecuali akan dipertanggungjawabkannya di hadapan Allah Subhanahu wa Taโala di akhirat kelak. Oleh sebab itu, seorang Muslim akan senantiasa bersikap sebagai seorang Muslim yang benar.
1. Mengabdi hanya kepada Allah
Bertaqwa dan mengabdi hanya kepada Allah Subhanahu wa Taโala, tidak mempersekutukannya dengan apapun dalam bentuk apapun dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun.
โDan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepadakuโ.
(QS. Adzariyat (51): 56)
โMereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan agama karenanya dengan menjauhi kesesatan, dan (agar) mereka mendirikan sholat, dan memberikan zakat. Yang demikian itulah agama yang lurusโ
(QS. Al Bayyinah (98): 5)
Dahulu, pada masa Khalifah Umar bin Al Khathab Radhiallahu โAnhu ada pangima perang nan gagah berani, Khalid bin Walid Radhiallahu โAnhu, dia adalah panglima besar yang selalu memimpin berbagai peperangan dan selalu menang. Akhirnya banyak manusia yang memuji-muji dan sangat menyanjungnya. Umar bin Al Khathab mengkhawatiri itu akan mengurangi keikhlasannya, maka Khalid bin Walid dicopot dari jabatannya sebagai panglima tertinggi dan diturunkan menjadi prajurit biasa.
Orang-orang saat itu bertanya kepada Khalid bin Walid, kenapa dia mau begitu saja diturunkan menjadi prajurit biasa padahal dahulunya panglima tertinggi? Kenapa dia tidak protes atas keputusan itu?
Khalid bin Walid menjawab: โTidak apa-apa, karena aku berperang bukan untuk khalifah Umar, tetapi aku berperang untuk Tuhannya Khalifah Umar.โ
2. Tunduk dan Patuh hanya kepada Allah
Tunduk dan patuh kepada Allah Taโala merupakan suatu keharusan bagi setiap Muslim, karena ketentuan dan ketetapan Allah bersifat abadi. Tidak berubah sepanjang masa dan tidak bisa dirubah oleh siapapun. Berbeda dengan ketentuan dan ketetapan yang dibuat oleh manusia.
Allah Subhanahu wa Taโala berfirman :
โWahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan Rasul๏ญNya, dan janganlah kamu berpaling dari pada๏ญNya padahal kamu mendengarโ
(QS. An Anfal (8): 20)
Dan bagi mereka yang taat kepada Allah Subhanahu wa Taโala akan dibalas dengan ganjaran pahala berupa hidup berdampingan di surga๏ญNya bersama para Nabi, orang-orang yang benar (shidiq), orang-orang yang mati syahid (syuhada) dan orang-orang shalih.
Seorang Muslim dilarang untuk taat, takut, dan tunduk kepada makhluk melebihi taat, tunduk, dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Taโala. Ketaatan kepada makhluk hanya dibolehkan apabila tidak bertentangan dengan perintah Allah Subhanahu wa Taโala. Perintah Allah Subhanahu wa Taโala adalah di atas segala-galanya. Apabila Allah Subhanahu wa Taโala melarang kita berdusta, maka janganlah berdusta meskipun kita diperintah berdusta oleh orang tua kita, guru, kakak, teman, pejabat, atasan, bos, dan yang lain. Apabila Allah Subhanahu wa Taโala menyuruh kita sholat, maka shalatlah walaupun dilarang oleh orang lain.
Sabda Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam:
ููุง ุทูุงุนูุฉู ููู ู
ูุนูุตูููุฉู ุงูููููู ุฅููููู
ูุง ุงูุทููุงุนูุฉู ููู ุงููู
ูุนูุฑูููู
โTidak boleh taat dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya taat itu hanya dalam hal yang maโruf (baik).โ (HR. Bukhari No. 4340, 7145 dan Muslim No. 1840)
Justru yang ada adalah takut bila tidak melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Taโala; tidak sholat lima waktu, tidak puasa, tidak berinfaq, tidak mengasihi anak-anak yatim, tidak memberi makan fakir miskin. Dan takut apabila melanggar larangan Allah Subhanahu wa Taโala; dilarang untuk melawan orang tua, takut bila berdusta, takut bila berzina, takut bila mencuri, takut bila menyakiti sesama Muslim, takut bila tidak menutup aurat, takut bila berkelahi, takut bila menceritakan keburukan orang lain, dsb โฆ
Jadi hanya Allah-lah yang berhak untuk ditakuti dan ditaati. Firman Allah Subhanahu wa Taโala:
_”Allah lah yang lebih berhak kamu takuti jika kamu benar-benar orang yang berimanโ_
(QS. At Taubah (9): 13)
_”Sesungguhnya (yang pantas) memakmurkan masjid Allah adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, mendirikan sholat dan mengeluarkan zakat; dan tidak takut kepada yang lain kecuali hanya kepada Allahโ_
(QS. At Taubah (9): 18)
3. Bersyukur hanya kepada Allah
Bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Allah Subhanahu wa Taโala, baik nikmat kesehatan, akal pikiran, maupun nikmat-nikmat lainnya yang sulit bagi manusia untuk menghitungnya.
Allah Subhanahu wa Taโala berfirman :
_โDan Tuhanmu telah memaklumkan kamu (bahwa) jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan tambah nikmat bagi kamu, apabila kamu tidak bersyukur, maka azab๏ญKu itu sangat pedihโ_ (QS. Ibrahim (14): 6 ๏ญ 7)
4. Ridha dan Ikhlas Menerima Keputusan Allah
Sesudah manusia berusaha, bekerja sungguh-sungguh dan bertawakal, maka ia dituntut untuk ikhlas dan ridha terhadap semua keputusan Allah Subhanahu wa Taโala. Dia selalu siap menerima semua itu tanpa sedikit pun keberatan di dalam hatinya. Apalagi berburuk sangka kepada Allah Subhanahu wa Taโala . Yang dia rasakan adalah bahwa keputusan Allah Subhanahu wa Taโala apapun bentuknya, itu adalah yang terbaik baginya.
Orang yang tidak ridha dengan keputusan Allah Subhanahu wa Taโala, sama saja menuduh Allah Subhanahu wa Taโala berbuat tidak adil. Padahal Allah lah zat yang Maha Adil. Keadilan Allah Subhanahu wa Taโala tidak pilih kasih, tidak pandang bulu. Allah Subhanahu wa Taโala memberikan rasa keadilan kepada semua orang tanpa kecuali. Keikhlasan ini senantiasa dituntut oleh Allah kepada setiap Muslim. Firman Allah Subhanahu wa Taโala :
_โDan alangkah baiknya jika mereka ridha dengan apa yang Allah dan Rasul๏ญNya berikan kepada mereka . . ._
(QS. At Taubah (9) : 59)
_”Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan ridho dan diridhoi. Yaitu masuklah di dalam golongan hamba-hamba๏ญKu. Dan masuklah ke dalam syurga๏ญKuโ_
(QS. Al๏ญFajr (89): 27 ๏ญ 30)
5. Selalu Berharap kepada Allah
Setiap manusia pasti punya keinginan dan cita-cita. Keinginan yang macam-macam dan banyak. Ingin memiliki masa depan yang cerah, ingin sekolah yang baik, ingin punya pekerjaan yang layak, dsb, dsb. Namun, ingatlah keinginan itu tidak mungkin tercapai hanya dengan mengandalkan usaha sendiri. Oleh sebab itu, gantungkanlah harapan, keinginan, dan cita-cita itu kepada Allah Subhanahu wa Taโala saja. Manusia tidak boleh menggantungkan harapannya kepada sesama makhluk apalagi kepada benda-benda mati. Karena banyak juga orang-orang yang menggantungkan harapan, keinginan, dan cita-citanya kepada kuburan orang terkenal, paranormal, dan dukun, ramalan bintang, roh-roh halus, dsb. Hal ini disamping tidak masuk di akal juga akan terkena dosa paling besar yakni dosa syirik (menduakan Allah dengan makhluk).
Firman Allah Subhanahu wa Taโala:
โBarang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (pertemuan) dengan Allah akan tiba. Dia Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahuiโ
(Q.S Al๏ญAnkabut (29) : 5)
Allah Subhanahu wa Taโala pun melarang kita berputus asa kepada๏ญNya. Firman Allah Subhanahu wa Taโala:
โJanganlah kamu putus asa kepada๏ญKu, karena sesungguhnya tidaklah putus asa kepada Allah, kecuali orang-orang yang kafirโ
(QS. Yusuf (12): 87)
โJanganlah kamu berputus asa dari Allah. Sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamuโ
(QS. Az๏ญZumar (39): 53)
6. Berdoโa (Memohon Pertolongan Allah)
Salah satu perbuatan yang sangat dicintai oleh Allah Taโala adalah berdoโa kepadanya dan hanya kepadaNya. Kenapa Allah Taโala senang diminta oleh hamba๏ญNya. Karena Allah Maha Kaya. Dialah pemiliki tunggal apa ayang ada di alam semesta beserta isinya. Sedangkan manusia adalah makhluk yang miskin. Miskin segala-galanya. Kenapa ? Karena pada hakekatnya semua yang ada pada manusia sangat sedikit dibandingkan kekayaan alam semesta. Yang sedikit itupun bukan miliknya karena ketika datang ke dunia, manusia tidak membawa apa-apa, satu potong pakain pun tidak, bahkan dirinya sendiri adalah kepunyaan Allah Subhanahu wa Taโala.
Oleh sebab itu, manusia yang tidak pernah berdoโa adalah orang yang sombong, yang merasa kaya dan tidak butuh pertolongan Allah Subhanahu wa Taโala.
Islam mengajarkan agar kita selalu berdoโa sambil merendahkan diri kepada๏ญNya. Firman Allah Subhanahu wa Taโala:
โDan apabila hamba-hamba๏ญKu bertanya tentang Aku, katakanlah : bahwa Aku dekat, Aku akan mengabulkan doโa, orang yang berdoโa kepada๏ญKuโ
(QS. Al๏ญBaqarah (2): 186)
Berdoโa kepada Allah Subhanahu wa Taโala diajarkan oleh Rasul Shallallahu โAlaihi wa Sallam untuk kita baca di setiap kesempatan dan di mana saja. Berdoโalah ketika hendak makan dan selesai makan, ketika hendak tidur dan bangun tidur, ketika belajar, ketika keluar rumah, dan naik kendaraan, ketika berpakaian, dan bercermin, dan ketika melakukan kegiatan-kegiatan yang lainnya.
Agar doโa dikabulkan seorang hamba diharapkan suci diri dan pakaian, dengan penuh harap, ikhlas, dengan suara perlahan-lahan dan dengan menyebut nama Allah yang Mulia (Asmaโul Husna).
7. Menjadi pembela agamaNya
Seorang muslim yang baik, tentunya tidak ingin menjadi muslim yang biasa-biasa saja. Harus menjadi istimewa dibanding orang lain. Di antaranya adalah hendaknya dia menjadi muslim pejuang yang membela agama Allah Taโala yang diturunkanNya melalui risalah NabiNya yang mulia, Islam.
Membela agamaNya, bisa dilakukan dengan berbagai cara, dari yang paling ringan sampai yang paling berat mengorbankan harta dan nyawa; seperti menyantuni kaum muslimin yang lemah, membela yang tertindas dan terusir, memberikan infaq untuk para pejuang, pendirian masjid, Islamic Center, menjadi pemikir dan penulis muslim yang handal, sampai ikut berjihad fi sabilillah di medan tempur.
Allah Taโala berfirman:
ููุง ุฃููููููุง ุงูููุฐูููู ุขู
ููููุง ุฅููู ุชูููุตูุฑููุง ุงูููููู ููููุตูุฑูููู
ู ููููุซูุจููุชู ุฃูููุฏูุงู
ูููู
ู
Wahai orang-orang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah niscaya Allah akan menolong kalian dan meneguhkan pendirian kalian. (QS. Muhammad: 7)
Wallahu Aโlam
๏๏๏บ๏๏๏บ๏๏๏บ
Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com
๏ฒSebarkan! Raih pahala….