Senyumlah Agar Harimu Cerah​

📌 Senyum itu murah, yg bikin mahal senyum adalah kerunyaman di hatinya

📌 Senyum itu mudah, yang bikin susah adalah kemarahan di dadanya

📌 Adakah “sihir” yang dibolehkan? Ada, senyummu dihadapan saudaramu .. demikian nasihat para hukama’

📌 Malam pun terasa cerah krn senyuman tulus

📌 Siang terang benderang terasa mendung karena wajah cemberut dan muram

📌 Senyum itu sedekah .. senyum itu kebaikan ..

ِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ
قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

Dari Abu Dzar dia berkata; Nabi ​Shallallahu ‘alaihi wasallam​ berkata kepadaku:

​”Janganlah kamu anggap remeh sedikitpun  kebaikan, walaupun kamu hanya bermanis wajah kepada saudaramu (sesama muslim) ketika bertemu.”​

​(HR. Muslim No. 2626)​

📌 Jadi .. tersenyumlah ..  semoga Allah Ta’ala memberkahi hari-hari kita ..

Jin yang Menyukai Manusia

Assalaamu’alaikum wr.wb ustadz/ ah..
Saya mau tanya ustadz,Apakah benar bahwa ada jin yang menyukai manusia ?
jin yang menyukai manusia akan selalu menghalangi dalam hal jodoh ?
dan tanda-tandanya
Yaitu merasa pusing ktika masuk waktu asar ke atas
Serta merasa tertindih saat tidur tidak bisa bergerak.
Sering merasa lemas padahal tidak melakukan kegiatan apa-apa.
dan ada beberapa tanda lainya..

Lalu.. Bagaimana cara menghilangkan rasa suka jin terhadap manusia?
Manis-A22

Jawaban
————–

‌و عليكم  السلام  و  رحمة  الله  و  بركاته

Ibu, kemungkinan jin menyukai manusia tentu bisa saja terjadi, bahkan terjadi pernikahan antara jin dan manusia telah terjadi dalam rentang sejarah sejak dahulu hingga hari ini.
Adapun jodoh adalah ketetapan dari Allah Swt., maka hendaknya seseorang dapat pro-aktif mencari jodohnya dengan berbagai cara yang disyariatkan dan bernilai mulia.

Di sisi lain, hendaknya manusia sentiasa menjaga dirinya dari gangguan jin yang jahat atau syaithon agar Allah Swt memudahkan seluruh urusannya. Untuk menjaga diri dari gangguan jin dan syaithan, hendaknya kita sentiasa membaguskan kualitas tauhid kita, dan memperbaharui konsep dasar-dasar keimanan kita. Ini adalah pondasi paling asasi.
Berikutnya hendaknya sentiasa meminta perlindungan Allah Swt dengan merutinkan wirid-wirid al-ma’tsurat baik di pagi dan petang hari. Ini menjadi agenda harian kita.

Adapun jika betul-betul nantinya membutuhkan bantuan dari pihak ketiga dapat menghubungi ustadz/ah terdekat.

Semoga Allah Swt melindungi kita dari bisikan, gangguan dan kejahatan syaithan. Perlakukanlah syaithan sebagai musuh, jangan pernah kita takuti.

Wallahu a’lam.

RIYADHUS SHALIHIN: Bab Shiddiq – Anti Gelisah​

Hadits:

عن أبي محمد الحسن بنِ عليِّ بن أبي طالب رضي الله عنهما ، قَالَ :
حَفظْتُ مِنْ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – : دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ ؛ فإنَّ الصِّدقَ طُمَأنِينَةٌ ، وَالكَذِبَ رِيبَةٌ.
رواه الترمذي ، وَقالَ : حديث صحيح .

قوله : يَريبُكَ
هُوَ بفتح الياء وضمها : ومعناه اتركْ مَا تَشُكُّ في حِلِّهِ وَاعْدِلْ إِلَى مَا لا تَشُكُّ فِيهِ

Artinya:

Dari Abu Muhammad, yaitu Hasan bin Ali bin Abu Thalib Radhiallahu ‘anhuma, ia berkata: “Saya hafal sabda dari Rasulullah SAW ungkapan berikut ini:

“Tinggalkanlah apa-apa yang meragukan engkau   dan beralihlah (kerjakanlah) kepada apa-apa yang tidak membuat engkau ragu.

Karena sesungguhnya kejujuran itu melahirkan ketenangan / ketentraman dan sesungguhnya  berdusta itu menyebabkan timbulnya keguncangan/ kegelisahan”

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih.

Imam Nawawi​ berkata:  makna ​yaribuka​ adalah tinggalkan apa yang engkau ragukan dalam kehalalannya dan berpindahlah ke yang tidak engkau ragukan.

           ☆☆☆☆☆

Ustadz Arwani akan membahas detail dalam kajian AUDIO dari Web Manis berikut.

Silahkan menyimak dengan cara klik link dibawah ini:

 http://www.manis.id/p/kajian.html?m=1 

Pemimpin itu Membersamai Anggotanya​

​​Kisah Latihan Memanah, Sahabat Nabi SAW​​

1. Menunjukkan keahlian memanah itu diperbolehkan, bahkan di pasar di tengah banyak orang:

​”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan melewati beberapa orang dari suku Aslam yang sedang menunjukkan keahlian bermain panah di pasar,​

خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَسْلَمَ يَتَنَاضَلُونَ بِالسُّوقِ

2. Memanah adalah keahlian para Nabi dan para pemimpin itu berlatih bersama pasukannya:

maka beliau bersabda: ​”Memanahlah wahai Bani Isma’il, karena nenek moyang kalian adalah ahli memanah dan aku berlatih bersama Bani Fulan” (satu diantara dua golongan yang sedang berlatih) “.​

فَقَالَ ارْمُوا بَنِي إِسْمَاعِيلَ فَإِنَّ أَبَاكُمْ كَانَ رَامِيًا وَأَنَا مَعَ بَنِي فُلَانٍ لِأَحَدِ الْفَرِيقَيْنِ

3. Para pemimpin itu adil dalam membersamai latihan memanah para prajuritnya:

​Lalu mereka (satu kelompok yang lain) menahan tangan-tangan mereka (berhenti berlatih), maka beliau memprotes: “Mengapa mereka tidak terus berlatih?”.​

فَأَمْسَكُوا بِأَيْدِيهِمْ فَقَالَ مَا لَهُمْ

4. Berlatih memanah bersama pemimpin itu meningkatkan semangat juang balatentaranya:

​Mereka menjawab: “Bagaimana kami harus berlatih sedangkan baginda berlatih bersama Bani Fulan?”.​

قَالُوا وَكَيْفَ نَرْمِي وَأَنْتَ مَعَ بَنِي فُلَانٍ

​Maka beliau bersabda: “Berlatihlah, aku bersama kalian semuanya”.​

قَالَ ارْمُوا وَأَنَا مَعَكُمْ كُلِّكُمْ


حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ حَدَّثَنَا سَلَمَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَسْلَمَ يَتَنَاضَلُونَ بِالسُّوقِ فَقَالَ ارْمُوا بَنِي إِسْمَاعِيلَ فَإِنَّ أَبَاكُمْ كَانَ رَامِيًا وَأَنَا مَعَ بَنِي فُلَانٍ لِأَحَدِ الْفَرِيقَيْنِ فَأَمْسَكُوا بِأَيْدِيهِمْ فَقَالَ مَا لَهُمْ قَالُوا وَكَيْفَ نَرْمِي وَأَنْتَ مَعَ بَنِي فُلَانٍ قَالَ ارْمُوا وَأَنَا مَعَكُمْ كُلِّكُمْ

​Telah bercerita kepada kami Musaddad telah bercerita kepada kami Yahya dari Yazid bin Abu ‘Ubaid dari Anas telah bercerita kepada kami Salamah radliallahu ‘anhu berkata; (lihat di atas)​

HR Al-Bukhari no. 3245

​Agung Waspodo​, merasa berhutang budi dengan para pemimpin yang sudi membersamai dirinya dalam berbagai pelatihan.

Manggarai, 10 Januari 2018

Teknis Pembayaran Infaq, Shodaqoh & Zakat

Assalamu ‘alaikum wr wb ustadz/ah…
Bagaimana seharusnya menurut syari’at tentang pembayaran infaq, sedekah dan zakat apakah setelah pemotongan kebutuhan tiap bulan atau disisihkan dl untuk infaq, sedekah dan zakat?
Member MANIS A23

Jawaban
————–

‌و عليكم  السلام  و  رحمة  الله  و  بركاته

📌 Sedekah dan Infaq ada sedikit perbedaan.
📌Sedekah itu ibadah harta dan non harta 
📌 Utk yg harta, seperti ayat:
“khudz min amwaalihim shadaqatan – ambillah dr harta mereka sedekahnya (zakat) ..”

📌Dalam hadits Abu Daud, Ahmad, dll, dari Sa’ad bin ‘Ubadah, Beliau bertanya:
“ayyu shadaqah afdhal? – sedekah apa yang paling baik?, nabi menjawab: saqiyul maa’ – memberikan air.”

📌 untuk yg non harta, sebagaimana dalam beberapa hadits, misal dlm Shahih Muslim:
“Inna fi budh’i ahadikum shadaqah – dikemaluan kalian ada sedekah.”
Atau dalam Shahih Bukhari:
“kalimatuth thayyibah shadaqah – perkataan yang baik adalah sedekah.”

📌 Sedangkan infaq adalah ibadah harta saja. Seperti ayat:
“wa mimma razaqnaahum yunfiquun – dan orang2 yang menginfakan apa yang Kami rezekikan …”

📌atau hadits doa malaikat:
“Allahumma a’thi munfiqan khalafa – Ya Allah, berikanlah ganti bagi org yg berinfaq.”  (HR. Bukhari)

📌 Persamaannya adalah pada keduanya ada yang WAJIB dan SUNNAH.

📌 Yang Wajib seperti zakat dan belanja dari suami kepada istri, juga sedekah yg  dinadzarkan, kaffarat, dan semisalnya.

📌 yang Sunnah, seperti sedekah dan infaq kpd org yang sdg kesulitan, sumbangn membangun masjid, dll.

📌 mana yang di dahulukan? Maka yg wajib didahulukan dibanding yang sunnah

📌 Jika sama2 wajib, seperti zakat dan nafkah kpd keluarga, maka zakat didahulukan, sebab sedekah yang membawa manfaat pribadi dan org banyak secara bersamaan didahulukan dibanding sedekah yg bermanfaat utk diri sndiri. TAPI ini terjadi jika sudah NISHAB dan HAUL,  jika belum maka kebutuhan keluarga didahulukan.

Wallahu a’lam.

Cara Mandi Wajib & Wudhu Bagi Si Sakit

Assalamualaikum wr,wb   ustadzah. saya mau bertanya berkenaan dengan cara mandi wajib orang yang tidak bisa bangun dari tempat tidur (dikarenakan habis operasi). saat operasi dia sedang haid. apakah harus menunggu sembuh dulu baru bisa mandi? mohon bantuannya. terimakasih 🅰1⃣ 0⃣.       

Jawaban
————–

‌و عليكم  السلام  و  رحمة  الله  و  بركاته

Allah SWT berfirman :
“Dia  sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu suatu kesempitan dalam agama.” (QS. Al Hajj [22]: 78)

“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu.” (QS. Al Baqarah [2]: 185)

“Maka bertakwalah kalian kepada Allah sesuai kesanggupan kalian dan dengarlah serta ta’atlah.” (QS. At Taghobun [64]: 16)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya agama ini mudah.” (HR. Bukhari)

“Jika kalian diperintahkan dengan suatu perintah, laksanakanlah semampu kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bersuci (thoharoh) bagi orang yang sakit

1. jika tidak mampu bersuci dengan air karena tidak mampu atau karena khawatir sakitnya bertambah parah, atau khawatir sakitnya bisa bertambah lama sembuhnya, maka dia diharuskan untuk tayamum. (Menepuk kedua telapak tangan ke tanah yang suci dengan satu kali tepukan, lalu mengusap seluruh wajah dengan kedua telapak tangan tadi, setelah itu mengusap kedua telapak tangan satu sama lain.)

2. jika orang yang sakit tersebut tidak mampu bersuci sendiri,  maka orang lain boleh membantunya untuk berwudhu atau tayamum.

3. jika pada sebagian anggota tubuh yang harus disucikan terdapat luka, maka luka tersebut tetap dibasuh dengan air.  Apabila dibasuh dengan air akan membuat luka bertambah parah, cukup bagian yang terluka tersebut diusap dengan satu kali usapan. Caranya adalah tangan dibasahi dengan air, lalu luka tadi diusap dengan tangan yang basah tadi. Jika diusap juga berdampak sesuatu, pada saat ini diperbolehkan untuk bertayamum.

4. jika sebagian anggota tubuh yang harus dibasuh dibalut dengan kain (perban) atau gips, maka cukup anggota tubuh tadi diusap dengan air sebagai ganti dari membasuh. Pada kondisi luka yang diperban seperti ini tidak perlu beralih ke tayamum karena mengusap adalah pengganti dari membasuh. 

5. jika kita telah bertayamum dan si sakit masih dalam keadaan suci hingga masuk waktu shalat berikutnya, maka dia cukup mengerjakan shalat dengan menggunakan tayamum yang pertama tadi, tanpa perlu mengulang tayamum lagi karena ini masih dalam keadaan thoharoh (suci) selama belum melakukan pembatal.

6. wajib bagi orang yang sakit untuk membersihkan badannya dari setiap najis. Jika dia tidak mampu untuk menghilangkannya dan dia shalat dalam keadaan seperti ini, shalatnya tetap sah dan tidak perlu diulangi.

7. wajib bagi orang yang sakit mengerjakan shalat dengan pakaian yang suci. Jika pakaian tersebut terkena najis, maka wajib dicuci atau diganti dengan pakaian yang suci. Jika dia tidak mampu untuk melakukan hal ini dan shalat dalam keadaan seperti ini, shalatnya tetap sah dan tidak perlu diulangi.

8. wajib bagi orang yang sakit mengerjakan shalat pada tempat yang suci. Apabila tempat shalatnya (seperti alas tidur atau bantal) terkena najis, wajib najis tersebut dicuci atau diganti dengan yang suci, atau mungkin diberi alas lain yang suci. Jika tidak mampu untuk melakukan hal ini dan tetap shalat dalam keadaan seperti ini, shalatnya tetap sah dan tidak perlu diulangi.

9. tidak boleh bagi orang yang sakit mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya dengan alasan karena tidak mampu untuk bersuci. Bahkan orang yang sakit ini tetap wajib bersuci sesuai dengan kadar kemampuannya, sehingga dia dapat shalat tepat waktu; walaupun badan, pakaian, atau tempat shalatnya dalam keadaan najis dan tidak mampu dibersihkan (disucikan).   

Wallahu a’lam.

Jadikan Rasa Bersalah Sebagai Tonggak Perubahan

© Kita sering gelisah lantaran rasa bersalah. Kita sering gundah lantaran tak tau harus berbuat apa dari rasa bersalah. Kepekaan rasa dalam bersikap atau kepekaan hati atas rasa bersalah kadang butuh diasah. Banyak diantara kita yang sering merasa benar dibanding rasa bersalah.

▪Entahlah mungkin karena ego pribadi atau memang merasa dirinya sudah baik dibanding orang lain.

® Orang yang bisa merasakan kebersalahannya, mereka peka terhadap kebaikan. Ada dorongan yang kuat untuk berubah menjadi lebih baik. Berbeda dengan orang yang cenderung merasa benar. Dia akan mengalami stagnasi dalam akhlak lantara sudah merasa dirinya benar.

▪Orang-orang yang seperti itu akan sulit untuk berubah. Tak ada manusia satu pun yang lepas dari salah, kecuali Rasulullah Al-Ma’shum. Ini bukan sekedar alibi atau mau legalisasi diri bahwa kita, manusia tempat bersalah.

© Hal yang terpenting dari rasa bersalah adalah mampu mengubah kebiasaan yang kurang baik pada diri kita untuk senantiasa berproses ke arah yang lebih baik.
Peringatan itu bisa berupa nasihat dari sahabat, kerabat, atau siapa saja. Bisa juga teguran dari Allah melalui ayat yang kita baca.

▪Namun ada hal lain seperti didatangkan kesulitan bagi kita yang itu merupakan peringatan bagi manusia. Respon atas kesalahan diri berbeda-beda. Ada yang lambat ada yang cepat. Semua tergantung kepekaan rasa pada diri manusia. Juga keterkaitan diri pada nilai-nilai agama juga masalah keimanan yang membuat respon berbeda.

® Tidak mudah memang untuk menaklukkan rasa bersalah pada diri. Apalagi harus memberdayakan rasa bersalah menjadi energi positif dalam diri manusia. Bisa diibaratkan rasa bersalah itu seperti halnya sampah, namun kita tahu bahwa sampah itu jika diolah akan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang.

▪Jika kita telah menyadari kesalahan diri, bergegaslah untuk bangkit dan lakukanlah perubahan. Ambil pelajaran terbaik dari peristiwa yang terjadi.
Belajar dari pengalaman agar tentuntun langkah dan tak salah arah.
Jangan terperosok hingga kedua kalinya.

© Jika memang kita masih diberi kesempatan segera ambil dan lakukan perbaikan diri. Betapa Allah sangat sayang kepada hamba-Nya. Berulang kali berbuat salah masih diberi kesempatan untuk merubah diri dan memohon maaf.

▪Namun disayangkan bila kesempatan kita sia-siakan begitu saja. Kita tak peduli atas kesalahan kita, bahkan baginya kesalahan itu hal biasa. Tak ada sesal, tak ada tidak ada pilihan lain yang lebih baik, kecuali memulai saat ini dan di sini.

® Sungguh, hidup ini masih menyediakan berbagai hamparan peluang dan berlimpahnya kesempatan. Kalaulah kita pernah gagal, salah, atau terpuruk, itu hanya sebagian kecil dari bertaburnya jalan menuju kesuksesan.

▪Kuncinya ada pada diri kita. Mau berubah ataukah tidak. Mau lebih baik atau tidak. Surga dan neraka telah siap menanti kita.

Bolehkah Menjalankan Wasiat Untuk Membagi Warisan Tidak Menggunakan Hukum Islam

Assalaamu ‘alaikum wr wb ustadz/ ah..
Menurut hukum Islam, bagian harta warisan untuk 2 orang anak perempuan kan sama dengan bagian 1 orang anak laki-laki. Atau, bagian 1 orang anak laki-laki sama dengan 2 kali bagian 1 orang anak perempuan.
Bapak saya baru-baru ini wafat. Ternyata ketika masih hidup, bapak meninggalkan surat wasiat. Isinya bahwa jika bapak meninggal, bapak saya tidak mau mengikuti hukum Islam yang sudah ada bahwa anak laki-laki bagiannya lebih banyak (dua kali lipat) dari perempuan. Tujuan almarhum bapak adalah agar semua anaknya mendapat bagian yang sama rata jumlahnya, tidak ada yg dibedakan.
Ditulis sendiri oleh bapak dengan tulisan tangannya.
Ini bagaimana, ustadz..?? Wasiatnya ini sah atau tidak..?? Boleh dijalankan atau tidak..??
Karena bertentangan dengan batasan/ketentuan hukum Islam tentang bagian warisan.
Mohon penjelasannya.
Jazakumullaah.
Wassalam.
-A13-

Jawaban
————–

‌و عليكم  السلام  و  رحمة  الله  و  بركاته

Sebelumnya kami turut berduka cita atas kembalinya beliau ke sisi-Nya, semoga Allah Swt meluaskan kuburnya, menghapuskan dosa-dosanya, dan memasukkannya ke Jannah.

Pertanyaan Anda terkait dengan masalah waris, maka pembagian waris langsung dibagi oleh Allah Jalla wa ‘Ala, maka makhluknya diharamkan membuat aturan sendiri, sementara Sang Khalik telah menetapkan pembagian untuk masing-masing. Dalam hal ini tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah Jalla wa ‘Ala.

Semoga Allah mengumpulkan kita bersama di Jannah, bersama ketaatan kita kepada perintah-nya, keridhoan kita kepada aturan-nya, dan kesungguhan kita dalam meraih cinta-Nya.

Wallahu a’lam.

Dilarangnya Meninggalkan Suatu Keahlian​

Dalam sebuah hadits yang cukup panjang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menguraikan tentang:

1. Tidak boleh merasa jenuh berlatih memanah atau keahlian kesamaptaan lainnya:

Khalid ibn Zaid dia berkata, ” Uqbah datang kepadaku dan berkata, “Keluarlah bersama kami untuk latihan memanah?” aku pun merasa berat enggan memenuhi ajakannya pada hari itu,

كَانَ عُقْبَةُ يَأْتِينِي فَيَقُولُ اخْرُجْ بِنَا نَرْمِي فَأَبْطَأْتُ عَلَيْهِ ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ تَثَاقَلْتُ

2. Keutamaan dalam memanah dapat mengantar ke syurga; mereka itu adalah  pembuatnya, peluncurnya, dan yang menyiapkan:

ia lalu berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla memasukkan tiga orang ke dalam surga lantaran satu anak panah.

فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُدْخِلُ بِالسَّهْمِ الْوَاحِدِ ثَلَاثَةً الْجَنَّةَ

Yaitu, orang yang membuatnya dengan mengharap kebaikan, orang yang meluncurkannya, dan orang yang menyiapkannya.

صَانِعَهُ الْمُحْتَسِبَ فِيهِ الْخَيْرَ وَالرَّامِيَ بِهِ وَمُنْبِلَهُ

3. Mengombinasikan antara memanah dan berkuda, paling minimal menjaga keahlian memanah:

Karena itu, memanah dan menunggang kudalah kalian. Jika kalian benar-benar memanah, maka itu lebih saya sukai dari pada kalian latihan berkuda.

فَارْمُوا وَارْكَبُوا وَلَأَنْ تَرْمُوا أَحَبُّ إِلَيَّ مَنْ أَنْ تَرْكَبُوا

4. Menyeimbangkan antara latihan dasar serta perhatian pada keluarga:

Dan tidaklah termasuk sia-sia pada tiga hal ini; sendau gurau seseorang bersama isterinya, latihan berkuda dan melepaskan anak panah dari busurnya.

وَلَيْسَ مِنْ اللَّهْوِ إِلَّا ثَلَاثٌ مُلَاعَبَةُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَتَأْدِيبُهُ فَرَسَهُ وَرَمْيُهُ بِقَوْسِهِ

5. Dilarangnya meninggalkan latihan yang sudah terprogram:

Dan barangisapa diajarkan Allah cara memanah kemudian ia meninggalkannya karena enggan dan berpaling darinya, maka sungguh itu adalah nikmat yang telah dikufurinya.”

وَمَنْ عَلَّمَهُ اللَّهُ الرَّمْيَ فَتَرَكَهُ رَغْبَةً عَنْهُ فَنِعْمَةً كَفَرَهَا

Format lengkapnya:

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ أَنَّ أَبَا سَلَّامٍ حَدَّثَهُ قَالَ حَدَّثَنِي خَالِدُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ
كَانَ عُقْبَةُ يَأْتِينِي فَيَقُولُ اخْرُجْ بِنَا نَرْمِي فَأَبْطَأْتُ عَلَيْهِ ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ تَثَاقَلْتُ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُدْخِلُ بِالسَّهْمِ الْوَاحِدِ ثَلَاثَةً الْجَنَّةَ صَانِعَهُ الْمُحْتَسِبَ فِيهِ الْخَيْرَ وَالرَّامِيَ بِهِ وَمُنْبِلَهُ فَارْمُوا وَارْكَبُوا وَلَأَنْ تَرْمُوا أَحَبُّ إِلَيَّ مَنْ أَنْ تَرْكَبُوا وَلَيْسَ مِنْ اللَّهْوِ إِلَّا ثَلَاثٌ مُلَاعَبَةُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَتَأْدِيبُهُ فَرَسَهُ وَرَمْيُهُ بِقَوْسِهِ وَمَنْ عَلَّمَهُ اللَّهُ الرَّمْيَ فَتَرَكَهُ رَغْبَةً عَنْهُ فَنِعْمَةً كَفَرَهَا

Telah meneritakan kepada kami Ishaq bin Isa dia berkata, Telah meneritakan kepada kami Yahya bin Hamzah dari Abdurrahman bin Yazid bahwa Abu Sallam menceritakan kepadanya, ia berkata; telah menceritakan kepadaku Khalid bin Zaid: (lihat di atas)

HR Ahmad no. 16683

Foto lukisan era Kekhilafahan Turki Utsmani menggambarkan Sultan Murad II sedang berlatih memanah sambil mengendarai kuda, Hünername (Book of Skills, İstanbul, 1548).

Agung Waspodo, menasihati dirinya agar tidak meninggalkan kebiasaan baik walau berat.
Depok, 9 Januari 2018

Saling Do’a Dalam Bersin

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ (رواه البخاري)

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ababila salah seorang dari kalian bersin, maka hendaknya ia mengucapkan, ‘Al Hamdulillah’ sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan, ‘Yarhamukallah’ (semoga Allah merahmatimu), dan hendaknya ia membalasnya kembali ; ‘Yahdikumullah wa yushlih baalakum’ (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu).” (HR. Bukhari)

© Hikmah Hadits

1. Diantara adab ketika bersin adalah mengucapkan hamdalah, sebagai bentuk pujian kepada Allah Swt atas segala nikmat, termasuk nikmat ketika bersin. Karena bersin bisa terjadi atas nikmat dari Allah Swt.

2. Disunnahkan bagi yang mendengar bacaan hamdalah dari orang yang bersin, ia mendoakannya dengan mengucapkan Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu). Dan kemudian, ia mendoakan orang yang mendoakannya dengan ucapan, “yahdikumullah wayuslih balakum” (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu).

3. Indahnya akhlak sesama muslim yang saling mendoakan satu dengan yang lainnya. Dan hal ini menunjukkan persaudaraan antara muslim dengan muslim lainnya.

Wallahu A’lam