cropped-logo-manis-1.png

Menjadi Dosen di Universitas Kristen

Pertanyaan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz… Bagaimana hukumnya menjadi dosen di Universitas Kristen? Diminta mengajar karena kepakaran yang saya miliki. Bukan melamar pekerjaan.
Atas nasihatnya, jazaakumulloh khoiron

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸

Jawaban

Oleh: Ustadz Farid Nu’man Hasan

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Pada prinsipnya, interaksi sosial yang setara, antara muslim dan non muslim adalah dibolehkan, khususnya kepada non muslim yang bukan kafir harbi. Salah satunya masalah proses belajar mengajar; mereka yang jadi murid atau kita yang menjadi murid.

Hal ini berdasarkan keumuman ayat:

Allah ﷻ berfirman:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang (kafir) yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al Mumtahanah: 8)

Kemajuan Eropa di masa lampau juga disebabkan Sarjana-sarjana Muslim menjadi guru-guru mereka. Bahkan sampai saat ini tidak sedikit ilmuwan muslim yang mengajar di kampus-kampus bergengsi di Eropa dan Amerika. Yang penting seorang muslim/ah harus tetap tegak, berwibawa, dan memiliki ‘izzah, tidak merunduk dan menjadi kacung mereka, sebab itu terlarang.

Allah Ta’ala berfirman:

وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ “…

dan kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman. (QS. Ali ‘Imran, Ayat 139).

Dalam hadits:

الإسلام يعلو ولا يعلى

“Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi (darinya).” (HR. Ad Daruquthni, No. 30, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra, 6/205. Keduanya dari ‘A’idz bin Amru Al Muzanni. Dihasankan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar)

Dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah tertulis:

اتفق الفقهاء على أنه يحرم على المسلم حرا كان أو عبدا أن يخدم الكافر، سواء أكان ذلك بإجارة أو إعارة، ولا تصح الإجارة ولا الإعارة لذلك؛ لأن في ذلك إهانة للمسلم وإذلالا له، وتعظيما للكافر، واحتجوا بقوله تعالى: {ولن يجعل الله للكافرين على المؤمنين سبيلا}

Para fuqaha sepakat haram atas seorang muslim -baik orang merdeka atau budak- melayani orang kafir, baik itu dengan akad ijarah (sewa atas jasa) dan i’arah (pinjaman), keduanya tidak sah, sebab di dalamnya terdapat penghinaan dan perendahan bagi seorang muslim dan pengagungan kepada orang kafir. Mereka berhujjah dengan firman-Nya: “Allah tidak akan memberikan jalan kepada orang kafir untuk menguasai orang-orang beriman.” (QS. An Nisa: 141).

(Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 19/38).

Namun, jika muslim/ah bekerja dengan mereka dalam posisi setara, tidak merendahkan diri, dan tetap berhati-hati dengan potensi keburukan dan bahaya yang ada, maka tidak masalah. Apalagi jika muslim/ah itu ada misi dakwah di sana. Dahulu di Jakarta, ada kampus Kristen yang mahasiswa Islamnya mampu bikin pengajian angkatan, dan didukung dosennya yang muslim.

Demikian. Wallahu A’lam

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

cropped-logo-manis-1.png

Batas Interaksi Memeluk & Mencium Anak

Pertanyaan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz… Saya mau bertanya, bagaimana batas interaksi antara ibu dan anak laki-laki? Untuk bisa memeluk dan mencium anak laki-laki tersebut, begitu juga batas interaksi seorang ayah dengan anak perempuannya, syukron. A_20

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸

Jawaban

Oleh: Ustadz : Slamet Setiawan

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Pada dasarnya memeluk anak laki-laki bagi seorang ibu dan memeluk anak perempuan bagi seorang ayah diperbolehkan meskipun mereka sudah dewasa. Hal itu merupakan bukti cinta dan kasih sayang kepada mereka. Imam al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dimana Rasulullah saw. bersabda,

مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ

“Barangsiapa yang tidak mengasihi, dia tidak akan dikasihi.”

Begitu juga halnya hukum mencium kepalanya, keningnya, atau kedua pipinya. Syaratnya, aman dari fitnah.

Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang mencium perempuan mahramnya. Beliau menjawab, “Boleh, jika ia baru datang dari pergi jauh dan ia tidak khawatir terhadap dirinya sendiri.”

Tidak diperbolehkan sama sekali mencium bibir, sebab yang boleh melakukannya hanya pasangan suami istri. Di samping itu mencium bibir kemungkinan akan membangkitkan syahwat. Pun demikian dengan pelukan atau ciuman yang dibolehkan; jika membangkitkan syahwat ia jadi terlarang.

Wallahu a’lam.

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

cropped-logo-manis-1.png

Hukum Bekerja dari Sumber Yang Tidak Halal

Pertanyaan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz… Saya mau bertanya, jika bekerja tapi sumber penghasilannya itu tidak halal, kemudian keluar dari pekerjaan tersebut, tapi uang dari hasil pekerjaannya itu masih ada, bagaimana hukumnya?

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸

Jawaban

Oleh: Ustadz Oni Sahroni, MA.

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Pertama, kalau kita merujuk kepada tuntunan ayat-ayat Al-Qur’an di antaranya adalah:

عَفَا اللَّهُ عَمَّا سَلَفَ ۚ وَمَنْ عَادَ فَيَنْتَقِمُ اللَّهُ مِنْهُ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ

“Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.” (QS. Al-Maidah: 95)

Dan sebagaimana firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah: 278)

Intinya menegaskan bahwa apabila seseorang bertaubat, maka Allah SWT mengampuni, memaafkan transaksi sebelumnya. Menurut para ulama ahli tafsir yang diperkenankan untuk diambil adalah modalnya saja, sementara ribanya itu tidak boleh diambil.

Kedua, oleh karena itu, jika yang dimaksud dengan sisa uang itu adalah modalnya, maka modal itu boleh diambil, tetapi jika yang dimaksud sisa uang itu adalah bunga atau keuntungan dari penempatan kita sebelumnya itu tidak boleh diambil.

Ketiga, jika sisa uang itu bunga, maka tidak boleh diambil dan harus didonasikan layaknya infaq dan sedekah kepada fakir miskin, sebagaimana penegasan dari standar syariah internasional AAOIFI di Bahrain:

لَا يَجُوْزُ الْاِنْتِفَاعُ بِالْعُنْصُرِ الْمُحَرَّمِ الْوَاجِبِ التَّخَلُّصِ مِنْهُ – بِأَيِّ وَجْهٍ مِنْ وُجُوْهِ الْاِنْتِفَاِع. وَلَا التَّحَايُلُ عَلَى ذَلِكَ بِأَيِّ طَرِيْقٍ كَانَ وَلَوْ بِدَفْعِ الضَّرَائِبِ

“Pendapatan non halal tidak boleh dimanfaatkan untuk kegiatan apapun, walaupun dengan cara hilah, seperti digunakan untuk membayar pajak”

Keempat, kecuali jika kondisinya darurat, misalnya bapak/ibu setelah memutuskan untuk hijrah atau bertaubat ternyata tidak ada uang, tidak ada biaya untuk memenuhi kebutuhan primer, sementara belum ada pekerjaan baru, itu diperkenankan sekedarnya, sebagaimana ditegaskan oleh sebagian ulama:

بجواز انتفاع التاءب بما يسد حاجاته الاساسية من ذلك الكسب

“Orang yang bertaubat (dari transaksi ribawi) itu boleh memanfaatkan sekedar yang bisa memenuhi kebutuhan dasarnya dari usaha tersebut”.

Jawaban selengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini:

Kriteria darurat

Kondisi semi darurat

Penyaluran dana non halal

 

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

cropped-logo-manis-1.png

Allah Mencintai Perubahan

📝 Pemateri: Ustadz Faisal Kunhi M.A

🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’du: 11)

Penjelasan:

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Asy’ats dari Jahm dari Ibrahim, dia berkata, “Allah telah menurunkan wahyu kepada setiap nabi di antara nabi-nabi dari kalangan Bani Israil berupa: ‘ Katakanlah kepada kaummu, bahwa tidaklah penghuni desa atau penghuni rumah yang ta’at kepada perintah Allah kemudian berubah menjadi bermaksiat kepada-Nya maka Allah akan merubah kesenangan mereka menjadi apa yang mereka benci.'” Kemudian dia berkata, “Hal itu dibenarkan oleh firman Allah yang disebutkan dalam kitab-Nya: ‘Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.'”

Maksud dari ayat di atas adalah nikmat bisa berubah menjadi azab ketika kebaikan dan anugerah yang Allah berikan kita balas dengan kedurhakaan, maka ketika berusaha untuk berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari, Allah pun tidak akan pernah menyia-nyiakan kebaikan tersebut dan membalasnya dengan limpahan rahmat dan berkah.

Surah Ar-Ra’d ayat 11 menegaskan bahwa Allah SWT tidak mengubah keadaan sesuatu kaum dari positif ke negatif atau sebaliknya dari negatif ke positif sampai mereka mengubah terlebih dahulu apa yang ada pada diri mereka, yakni sikap mental dan pikiran mereka sendiri.

Ada kelompok manusia yang hidup dalam kesengsaraan, dan kelompok lainnya hidup dalam gelimang harta dan kenikmatan yang berlimpah. Kelompok pertama terus mencari jalan keluar dari kesengsaraa itu dengan berpegang kepada ayat Allah:

{ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ }

Namun kelompok lainnya takut akan kehilangan semua yang mereka nikmati itu, tapi sesungguhnya keselamatan hanya akan berpihak kepada siapa yang melihatnya.

{ ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ }

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri” (Al-Anfal: 53). Demikian jelas Prof. Dr. Umar bin Abdullah Al-Muqbil.

Di dalam ayat ini Allah mengabarkan tentang sunnah yang Dia berlakukan bahwa Dia tidak akan menghilangkan nikmat dari suatu kaum berupa kesehatan, keamanan, kelapangan karena keimanan dan amal saleh mereka hingga mereka mengganti apa yang jiwa mereka miliki berupa kebersihan dan kesucian dengan melakukan dosa dan tenggelam di dalamnya, sebagai hasil dari berpalingnya mereka dari kitab Allah, tidak peduli dengan syariat-Nya, tidak memperhatikan batasan-batasan-Nya, tenggelam di dalam syahwat, dan mengikuti jalan kesesatan. Demikian jelas Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi

Di dalam ayat ini Allah juga mengajak kita untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik karena semuanya berubah dan yang tetap hanya perubahan itu sendiri.

Pertanyaanya kenapa kita harus berubah Jawabannya adalah:

Pertama: Kita tidak hidup selamanya di zaman sekarang, sehingga jika kita tidak berubah maka kita akan ditinggalkan orang atau kita akan tertinggal.

Kedua: Jangan buat dirimu menyesal karena waktu tidak bisa diulang.

Imam Syafi’i memberikan nasihat, “Waktu itu seperti pedang, jika kita tidak memotongnya, maka kita yang akan dipotong oleh waktu tersebut.”

Ali bin Abi Thalib berpesan, “Rezeki yang luput darimu hari ini masih bisa engkau raih esok, tetapi waktu yang berlalu tidak akan kembali lagi.”

Ketiga: Kesuksesan itu diraih bukan ditunggu.
Dikatakan dalam sebuah pepatah, “Engkau mengharapkan kesuksesan tetapi engkau tidak menjalani prosesnya, ketahuilah perahu itu tidak berjalan di atas daratan.”

Keempat: Kamu adalah penentu masa depanmu.
Kita esok adalah pilihan kita hari, maka jangan sampai salah dalam memilih sesuatu yang bisa menentukan masa depan kita.

Kemudian apa yang membuat seseorang sulit untuk berubah?

Pertama: Mental block, yakni terlalu banyak “sampah” dan “virus” dalam pikiran dan mental yang terus melekat seperti bayangan mengakibatkan sangat sulit bagi dirinya untuk keluar dari kubangan negatif.

Kedua: Suka menunda, orang bijak berkata:

لاَ تُؤَخِّرْ عَمَلَكَ إِلىَ الغَدِ مَا تَقْدِرُ أَنْ تَعْمَلَهُ اليَوْمَ

“Jangan menunda sampai besok apa yang bisa engkau lakukan hari ini.”

Ketiga: Tidak meluangkan waktu untuk mengevaluasi dirinya. Setiap muslim hendaknya mengevaluasi dirinya setiap hari, agar ia bisa berubah lebih baik; jika ternyata setelah evaluasi ia termasuk orang yang merugi, sebab lebih banyak maksiat yang dilakukan dari pada kebaikan.

Umar bin Khattab berkata:

“حَا سِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا “

“Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab oleh Allah.”

Keempat: Tidak mengakui kesalahan. Seseorang tidak akan bisa merubah dirinya kepada arah yang lebih baik selama ia tidak mengakui bahwa ada kesalahan dalam dirinya. Ulama berkata:

أَوَّلُ طَرِيْقٍ لِإصْلاَحِ النَّفْسِ الإِعْتِرَافُ بِالخَطَاءِ

“Jalan pertama untuk memperbaiki diri adalah mengakui kesalahan.”

🍃🍃🌺🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

cropped-logo-manis-1.png

Amalan Sederhana Yang Membuahkan Tempat Istimewa di Dalam Surga

📝 Pemateri: Ustadz Rikza Maulan, Lc, M.Pd

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَغُرَفًا، يُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا، فَقَامَ إِلَيْهِ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ هِيَ لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ، وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَدَامَ الصِّيَامَ، وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ (رواه الترمذي واحمد)

Dari Ali ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga ada kamar-kamar, yang bagian luarnya dapat terlihat dari dalam, dan bagian dalamnya dapat terlihat dari luar.” Seorang badui menghampiri beliau, ia bertanya: Itu untuk siapa, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Bagi yang bertutur kata yang baik, bagi yang memberi makan (kepada orang-orang yang membutuhkan), bagi yang membiasakan diri berpuasa, dan bagi yang selalu shalat malam untuk Allah saat orang-orang tidur. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

Hikmah Hadits :

1. Di dalam surga ada tempat khusus yaitu serupa seperti kamar yang besar dan sangat indah, yang keindahannya mempesona penghuninya baik di bagian dalam nya maupun bagian luar nya. Dari luar, keindahan kamarnya memanjakan mata untuk selalu memandanginya. Sedangkan ketika berada di luar kamar, keindahan view sekelliling kamar juga menyejukkan mata dan mempesona untuk selalu ditatapnya. Masya Allah, gambaran tentang keindahan baik di dalam maupun di luarnya.

2. Kamar indah tersebut ternyata Allah Swt siapkan untuk orang-orang yang melakukan amalan sebagai berikut ;

(1) Orang selalu bertutur kata yan baik dan benar ( لمن أطاب الكلام ) Ucapannya membawa manfaat, menyejukkan hati, santun, lembut dan tidak melukai perasaan orang lain.

(2) Orang yang memberikan makan kepada orang yang membutuhkan ( واطعم الطعام ). Gambaran untuk orang yang suka berbagi membantu orang-orang yang susah dan membutuhkan bantuan.

(3). Orang yang membiasakan diri berpuasa (sunnah) ( وآدام الصيام). Tidak hanya mengerjakan ibadah puasa yang fardhu seperti puasa Ramadhan, namun juga gemar berpuasa sunnah, apakah senin kamis, ayyamul bidh, dsb.

(4). Orang yang rajin shalat malam karena Allah Swt, saat kebanyakan manusia terlelap tidur ( وصلى لله بالليل والناس ميام ). Gambaran orang yang dekat dengan Allah Swt yang selalu memiliki waktu khusus dengan-Nya.

3. Ada baiknya kita berusaha mengamalkan empat amalan ini, agar kelak kita dapat memiliki tempat yang indah sebagaimana di gambarkan dalam hadits di atas. Kalaupun kita belum terbiasa, maka coba kita mulai secara bertahap. Atau kalaupun belum bisa semuanya, maka coba kita mulai sebagiannya, lalu sebagian lainnya kita coba di waktu berikutnya.

4. Mudah-mudahan Allah berikan kita taufiqnya untuk senantiasa bisa melakukan amal shaleh semata karena-Nya yang kelak dapat mengantarkan kita pada ridha dan jannah-Nya. Amiin Ya Rabbal Alamiinnnn

Wallahu A’lam

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

cropped-logo-manis-1.png

Jika Balita Non Muslim Wafat, Surga atau Neraka?

Pertanyaan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz… Saya mau bertanya, jika balita non muslim wafat; surga atau neraka?

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸

Jawaban

Oleh: Ustadz Farid Nu’man Hasan

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

📌 Jika anak Balita Muslim, Imam An Nawawi berkata:

أجمع من يُعتدّ به من علماء المسلمين أن من مات من أطفال المسلمين فهو من أهل الجنة لأنه ليس مكلفا

Semua ulama Islam yang terpercaya sepakat bahwa siapa pun yang meninggal dari kalangan anak-anak Muslim maka dia menjadi salah satu penghuni surga karena dia tidak tidak termasuk mukallaf (golongan yang terkena beban syariat). (Syarh Shahih Muslim, jilid. 16, hal. 289)

📌 Ada pun Balita Non Muslim, menurut penjelasan Syaikh Sayyid ‘Alwi bin Abdullah bin Husein Al ‘Idrus, ada lima pendapat:

1. Tawaquf, diam, no coment, menyerahkan urusan ini kepada Allah Ta’ala.

2. Masuk Neraka, mengikuti ayahnya.

3. Diuji terlebih dahulu di akhirat, jika lulus ujian maka surga, jika tidak maka neraka.

4. Di alam barzakh, antara surga dan neraka. Ini pendapat Abul Abbas Al Qurthubi.

5. Masuk surga. Inilah pendapat yang shahih, yang dipilih para muhaqqiqun (peneliti). Berdasarkan hadits Imam Ahmad, ketika di surga Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, disekitanya banyak anak-anak kecil, orang-orang bertanya apakah itu anak-anak kaum musyrikin? Beliau bersabda: “Anak-anak kaum musyrikin” (HR. Ahmad)

(Asy Syarh Al Sadid Li Kitab Diurus At Tauhid, Hal. 44-45. Dar Ushuluddin, 2018)

Demikian. Wallahu A’lam

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

cropped-logo-manis-1.png

Menjemput Asa dengan Sepenuh Keyakinan

📝 Pemateri: Ustadzah Rochma Yulika

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

Sungguh…
Betapa banyak jalan keluar dihadirkan diantara gundah jiwa dan rasa putus asa.
Betapa banyak jalan kemudahan diberikan diantara kesedihan dan derai air mata
Semua kembali pada persangkaan hamba pada Rabbnya.

Kita akan merasakan manis bila pernah menikmati kepahitan.
Kita akan mengatakan tentang kebagaiaan bila merasakan kenestapaan.
Gunung pun tak nampak tinggi menjulang bila tak pernah kita lihat lembah yang terhamparkan.
Kita juga tak akan mampu merasakan nikmatnya jalan lurus bila tak pernah berjumpa kelokan.

Begitulah hidup, semua rasa akan dipergilirkan.
Senyum dan tangis, suka dan duka, sedih dan bahagia, air mata dan tawa ceria hadirnya bergantian.

Allah menceritakan keadaan mereka saat kekalahan yang mereka alami dalam perang uhud.

‎وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاس وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِين

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah ingin memberi bukti kebenaran kepada beriman (dengan orang-orang kafir) dan menjadikan sebagian diantara kalian sebagai syuhada’. Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim” (QS. Ali Imran: 140).

Berharap Allah beri jalan keluar. Iringi semuanya dengan memerbanyak istighfar. Cukuplah Allah yang jadi tempat bersandar.

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

cropped-logo-manis-1.png

Apakah Tadarusan Termasuk Riya’?

Pertanyaan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz… Saya mau bertanya, di grup kami ada tadarusan anggota di bagi-bagi Tiap orang 2 juz, apakah perbuatan ini ria apa tidak?

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸

Jawaban

Oleh: Ustadz Farid Nu’man Hasan

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Bismillahirrahmanirrahim..

Riya’ itu melakukan perbuatan dengan tujuan dilihat orang lain agar mendapat pujian. Kalau membaca Al Quran dihadapan orang lain atau melaporkan kegiatan kebaikan itu tidak ada maksud sama sekali untuk dipuji, tentu bukan riya. Bahkan itu bagus bisa menjadi ajang saling berlomba dalam kebaikan.

Perhatikan ayat-ayat berikut ini:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al Baqarah 274)

Al Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah menerangkan:

هذا مدح منه تعالى للمنفقين في سبيله، وابتغاء مرضاته في جميع الأوقات من ليل أو نهار، والأحوال من سر وجهار، حتى إنالنفقة على الأهل تدخل في ذلك أيضا

Ini adalah sanjungan dari Allah Ta’ala bagi para pelaku infak dijalanNya, dan orang yang mencari ridhaNya disemua waktu, baik malam dan siang, dan berbagai keadaan baik tersembunyi atau terang-terangan, sampai–sampai nafkah kepada keluarga juga termasuk dalam kategori ini. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/707. Cet. 2. 1999M/1420H. Daruth Thayyibah.)

Ayat lainnya:

وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ

Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (QS. Ar Ra’du: 22)

Ayat lainnya:

قُلْ لِعِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا يُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خِلَالٌ

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: “Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan.” (QS. Ibrahim: 31)

Lihat ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan berinfak baik secara sembunyi atau terang-terangan, Allah Ta’ala tidak memerintahkan yang sembunyi saja, tapi juga memerintahkan yang terang-terangan. Tidak mencelanya, justru memerintahkannya.

Al Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan:

وأمر تعالى بالإنفاق مما رزق في السر، أي: في الخفية، والعلانية وهي: الجهر، وليبادروا إلى ذلك لخلاص أنفسهم

Allah Ta’ala memerintahkan untuk berinfak secara as sir, yaitu tersembunyi, dan al ‘alaaniyah yaitu ditampakkan, dan hendaknya mereka bersegara melakukan itu untuk mensucikan diri mereka. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 4/510)

Terang-terangan atau tersembunyi, keduanya bisa dilakukan pada amal yang wajib atau sunah. Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di Rahimahullah:

{سِرًّا وَعَلانِيَةً} وهذا يشمل النفقة الواجبة كالزكاة ونفقة من تجب عليه نفقته، والمستحبة كالصدقات ونحوها

(Tersembunyi dan terangan-terangan) hal ini mencakup infak yang wajib seperti zakat, dan nafkah kepada orang yang wajib baginya untuk dinafkahi, dan juga yang sunah seperti berbagai sedekah dan semisalnya. (Taisir Al Karim Ar Rahman fi Tafsir Kalam Al Manan, Hal. 426. Cet. 1. 2000M/1420H. Muasasah Ar Risalah)

Demikian. Wallahu a’lam.

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

cropped-logo-manis-1.png

Menolak Ketika Diminta Menjadi Imam Shalat

📝 Pemateri: Slamet Setiawan, S.H.I

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

Hal lain yang terkadang disia-siakan oleh seorang penghafal al-Qur’an adalah ketika ia diminta untuk menjadi imam shalat kemudian menolaknya. Padahal, justru salah satu yang membuat hafalan seorang penghafal al-Qur’an semakin kuat adalah ketika hafalan tersebut dibaca di dalam shalat, terlebih ketika ia menjadi imam ketika shalat berjamaah. Sebab, bacaannya tidak lagi hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk makmumnya, bahkan mereka akan menyimak bacaan hafalan tersebut. Sehingga, mau tidak mau ia harus bertanggungjawab untuk memersiapkan hafalannya dengan sebaik-baiknya agar tidak salah ketika membacanya di dalam shalat, baik dalam hal kerapihan bacaan maupun kelancaran hafalannya, terlebih jika ternyata makmumnya tidak ada yang hafal al-Qur’an, sehingga tidak ada yang dapat membenarkan bacaan tersebut ketika keliru atau lupa.

Para penghafal al-Qur’an yang menolak ketika diminta untuk menjadi imam shalat sebenarnya punya alasan masing-masing dan terkadang berbeda-beda satu sama lain. Tetapi setidaknya kebanyakan mereka menolaknya karena dua alasan. Alasan pertama, bisa jadi karena mereka merasa belum pantas menjadi imam, mengingat keilmuannya, terutama tentang fiqih shalat masih minim. Yang mereka miliki hanya baru sebatas hafalan saja, sehingga mereka khawatir masih ada kekurangan dalam hal shalatnya karena pengetahuan fiqihnya juga yang masih kurang.

Alasan ini memang bisa dibenarkan, terlebih jika masih ada orang lain yang memang lebih pantas menjadi imam, yaitu mereka yang bukan cuma paham fiqih tetapi juga punya hafalan al-Qur’an yang banyak. Atau minimal masih ada yang lebih paham fiqih walaupun hafalannya sedikit tetapi paling tidak bacaan surah al-Fatihahnya bagus, sebab bacaan surah al-Fatihah inilah yang menjadi rukun di dalam shalat. Di dalam fiqih sendiri memang ada aturan bahwa yang menjadi imam itu harus yang qari’, dan tidak boleh yang ummi menjadi imam bagi yang qari’, kecuali memang yang menjadi makmum pun sama-sama ummi. Namun, Imam asy-Syafi’i (w. 204 H)-sebagaimana dikemukakan oleh Abu al-Husain al-‘Imrani (w. 558 H) di dalam al-Bayan fi Madzhab al-Imam asy-Syafi’i- menjelaskan bahwa ukuran qari’ atau ummi-nya seseorang itu dilihat dari bacaan al-Fatihahnya saja, artinya jika ada seseorang yang mampu membaca al-Fatihah dengan baik dan benar walaupun bacaan pada surah-surah lainnya tidak bagus, maka ia sudah masuk kategori qari” dan boleh menjadi imam. Sebaliknya, walaupun seseorang pandai membaca al-Qur’an, bahkan mungkin hafal, namun jika bacaan al-Fatihahnya buruk dan banyak salahnya, bahkan kesalahan tersebut sampai merubah makna, maka ia masuk dalam kategori ummi yang tidak boleh menjadi imam kecuali jika makmumnya juga ummi.

Alasan yang kedua, bisa saja menolaknya para penghafal al-Qur’an untuk menjadi imam shalat adalah semata-mata karena malu dan kurangnya rasa tidak percaya diri, padahal sebenarnya mereka memang pantas, baik dari sisi hafalan dan bacaan al-Qur’annnya maupun dari sisi penguasaan ilmu fiqih, terutama tentang shalat. Rasa malu dan kurang percaya diri inilah yang terkadang membuat penghafal al-Qur’an tidak berani membaca hafalannya di hadapan makmum di dalam shalat. Adanya rasa malu itu biasanya timbul jika ia merasa suaranya ketika melantunkan bacaan al-Qur’an kurang indah. Sedangkan rasa kurang percaya diri biasanya muncul karena hafalannya memang kurang lancar, sehingga ia takut salah ketika membacanya, maka tak jarang di antara mereka yang walaupun bersedia menjadi imam, tetapi mereka tidak berani membaca hafalannya yang lain selain apa yang memang biasa dibacanya di dalam shalat.

Jika rasa malu dan kurang percaya diri inilah yang menjadi alasan anda tidak mau menjadi imam shalat, maka ketahuilah bahwa selamanya anda akan terus digoda oleh rasa malu dan kurang percaya diri tersebut jika anda tidak mau memberanikan diri.

Dan memang biasanya, rasa malu dan kurang percaya diri ini paling hanya menyerang anda awal-awal saja, karena pada akhirnya dengan terbiasanya anda menjadi imam shalat, maka justru anda akan merasakan ketenangan dan keberanian untuk membaca hafalannya di hadapan orang lain, baik di dalam shalat maupun di luar shalat.

Anda tidak perlu malu nada bacaan al-Qur’an anda tidak seindah penghafal lain selama anda mampu membacanya dengan tajwid yang bagus. Sebab tajwid inilah sebenarnya yang menjadi penghias utama bacaan al-Qur’an. Betapapun seseorang bagus suaranya, tetapi ketika ia tidak membacanya dengan tajwid, maka tetap saja tidak akan indah didengar. Meski demikian, jika anda terus berlatih, pada akhirnya bukan hanya sekedar tajwid yang bagus, tetapi juga nadanya menjadi indah, dan semuanya tentu butuh proses.

Wallahul Muwaffiq ilaa aqwamith thoriiq

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

cropped-logo-manis-1.png

Kenapa Sulit Memperbaiki Diri?

📝 Pemateri: Ustadz Faisal Kunhi MA

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃

‏أول خطوة إلى طريق الإصلاح النفسي هو الاعتراف بالخطأ و النقص

Langkah paling pertama untuk proses perbaikan diri adalah pengakuan kesalahan dan kekurangan.

Penjelasan:

1. Selama seseorang tidak merasa bersalah maka selama itu ia sulit memperbaiki diri.

2. Ketika terjadi masalah dalam keluarga maka yang harus pertama kali disalahkan adalah suami karena ia pemimpin rumah tangga.

3. Jadilah seperti nabi Yunus “alaihissalam ketika ia ditelan ikan paus karena meninggalkan dakwah, beliau berkata
‘”.Tiada Tuhan selain Mu, sungguh aku termasuk orang- orang yang zhalim”.

Ia tidak mencari kambing hitam melainkan ia mengakui kesalahannya.

4. Seseorang tidak akan bisa berhenti merokok selama ia tidak merasa bahwa merokok itu kezhaliman dan sikap mubazzir.

5. Mengakui kesalahan adalah modal awal perbaikan diri. Dan membela diri terus menerus lalu mencari sejuta alasan adalah tanda diri ini sulit untuk berubah.

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678