Al Qur'an Surat Cinta dari Allah

SURAT AL-IKHLAS (Bag-2)

Oleh: Ust. AHMAD SAHAL HASAN, Lc.

materi sebelumnya bisa dilihat di ๐Ÿ‘‡๐Ÿป

SURAT AL-IKHLAS (Bag-1)

TEMA

Tema surat Al-Ikhlas adalah:

ุชูŽููŽุฑู‘ูุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุจูุงู„ู’ูƒูŽู…ูŽุงู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูู„ููˆู’ู‡ููŠู‘ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุชูŽู†ูŽุฒูู‘ู‡ูู‡ู ุนูŽู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽู‚ู’ุตู

Keesaan Allah taโ€™ala dalam segala sifat kesempurnaan dan uluhiyah, dan kesucianNya dari segala kekurangan.

AYAT 1

ู‚ูู„ู’ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุญูŽุฏูŒ

Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa

Diawalinya surat ini dengan โ€œQulโ€ (Katakanlah) merupakan isyarat bahwa Nabi Muhammad shallallahu โ€˜alaihi wasallam adalah utusan Allah yang diperintahkan untuk menyampaikan firman-Nya apa adanya.

Ada lima surat di dalam Al-Quran yang diawali dengan โ€œQulโ€ yaitu: Surat Al-Jin, Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas. Tiga surat pertama terkait hal-hal khusus yang harus disampaikan, dan dua surat terakhir terkait permohonan perlindungan khusus yang harus dilafalkan. (At-Tahrir wa At-Tanwir, 30/580-581).

Kata โ€œAllahโ€ adalah nama-Nya subhanahu wataโ€™ala yang menghimpun segala Nama dan Sifat kesempurnaan-Nya, serta tidak boleh digunakan sebagai nama makhluk, seperti juga Ar-Rahman. Oleh karena itu, Dia menggunakan Nama Agung ini saat memperkenalkan diri-Nya kepada Nabi Musa alaihissalam:

ุฅูู†ู‘ูŽู†ููŠ ุฃูŽู†ูŽุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ูŽุง ููŽุงุนู’ุจูุฏู’ู†ููŠ ูˆูŽุฃูŽู‚ูู…ู ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉูŽ ู„ูุฐููƒู’ุฑููŠ

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang sebenarnya) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. (QS. Thaha: 14).

Setelah perintah untuk memperkenalkan nama-Nya yang teragung, Allah menyebutkan Nama-Nya yang menafikan persekutuan dan segala bentuk keberbilangan, yaitu Ahad.

Makna Al-Ahad adalah:

ุงูŽู„ู’ู…ูู†ู’ููŽุฑูุฏู ุจูุงู„ู’ูƒูŽู…ูŽุงู„ู

Yang Esa dalam segala kesempurnaan.

Maha Esa secara mutlak dalam segala kesempurnaan, baik dalam Dzat, hakikat Nama, Sifat dan Perbuatan-Nya, semua Maha Sempurna. (Tafsir As-Saโ€™di, Abdurrahman As-Saโ€™di, hlm 937)

AYAT 2

ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุงู„ุตู‘ูŽู…ูŽุฏู

Allah adalah Ash-Shamad.

Kata โ€œAllahโ€ diulang – tanpa kata ganti โ€“ untuk menunjukkan bahwa hanya Allah yang memiliki sifat Al-Ahadiyah, maka yang tidak memiliki sifat keesaan mutlak ini tidak berhak disembah dan diibadahi.

Ayat pertama dan kedua tidak dipisahkan dengan kata sambung apapun, karena ayat kedua bagaikan natijah (buah/konsekuensi) dari ayat pertama, maksudnya: Allah yang memiliki sifat Al-Ahadiyah dan Al-Uluhiyah pastilah memiliki sifat Ash-Shamadiyah. (Fath Al-Qadir, Muhammad bin Ali Asy-Syaukani, 5/634).

Makna Ash-Shamad adalah:

ุงู„ู’ู…ูŽู‚ู’ุตููˆุฏู ูููŠ ุงู„ู’ุญูŽูˆูŽุงุฆูุฌู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุฏู‘ูŽูˆูŽุงู…ู

Yang dituju oleh semua makhluk dalam memenuhi segala keperluan mereka terus menerus tanpa henti. (Tafsir Al-Jalalain, Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuthi, hlm 826).

Penjelasan seperti ini dengan redaksi yang sedikit berbeda juga diriwayatkan oleh Ikrimah dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu โ€˜anhuma. (Tafsir Ibnu Katsir, Abul Fida Ismail bin Umar bin Katsir, 8/528).

Sedangkan Allah tak sedikitpun memerlukan makhluk-Nya karena Dia Maha Mengetahui yang sempurna pengetahuan-Nya, Maha Kaya yang sempurna kekayaan-Nya, Maha Pengasih dan Penyayang yang sempurna kasih sayang-Nya, Maha Kuat dan Perkasa yang sempurna kekuatan dan keperkasaan-Nya…

Karena itulah, Dia menjadi satu-satunya yang berhak disembah dan diibadahi.

Diantara ulama, ada yang berpendapat bahwa ayat berikutnya adalah penjelasan makna Ash-Shamad, yakni Ikrimah, Abul โ€˜Aliyah, Muhammad bin Kaโ€™ab, dan Ar-Rabiโ€™ bin Anas rahimahumullah. (Tafsir Ath-Thabari, Abu Jaโ€™far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, 24/691-692; Tafsir Ibnu Katsir, 8/528).

AYAT 3

Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan

Diantara tanda keesaan-Nya adalah Dia tidak beranak, karena beranak menandakan ada zat yang berpisah dari Zat-Nya berupa keturunan. Anak pasti satu jenis dengan induk dan itu menunjukkan adanya kesamaan. Keturunan maupun kesamaan keduanya bertentangan dengan sifat keesaan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Allah juga mustahil dilahirkan, karena sesuatu yang dilahirkan berarti membutuhkan induk dan hal ini bertentangan dengan sifat Ash-Shamadiyah.

Mustahil Allah mempunyai anak karena Dia adalah Al-Ahad.

Dan mustahil Allah dilahirkan karena Dia adalah Ash-Shamad.

Ungkapan โ€œtidak beranakโ€ didahulukan dari pada โ€œtidak dilahirkanโ€, karena penyimpangan keyakinan umat manusia adalah keyakinan mereka bahwa โ€œAllah mempunyai anakโ€, dan tidak ada informasi berarti yang memberitakan ada keyakinan ummat beragama bahwa Allah itu dilahirkan. (Fath Al-Qadir, 5/634).

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู ุงู„ู’ูŠูŽู‡ููˆุฏู ุนูุฒูŽูŠู’ุฑูŒ ุงุจู’ู†ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู ุงู„ู†ู‘ูŽุตูŽุงุฑูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูŽุณููŠุญู ุงุจู’ู†ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ูู…ู’ ุจูุฃูŽูู’ูˆูŽุงู‡ูู‡ูู…ู’ ูŠูุถูŽุงู‡ูุฆููˆู†ูŽ ู‚ูŽูˆู’ู„ูŽ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ูƒูŽููŽุฑููˆุง ู…ูู†ู’ ู‚ูŽุจู’ู„ู ู‚ูŽุงุชูŽู„ูŽู‡ูู…ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽู†ู‘ูŽู‰ ูŠูุคู’ููŽูƒููˆู†ูŽ

Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih itu putra Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?! (QS. At-Taubah: 30).

Allah subhanahu wataโ€™ala tidak hanya menolak kebohongan bahwa Dia melahirkan, tetapi juga menolak anggapan bahwa Dia mengambil hamba-Nya – yang shalih sekalipun – sebagai anak, sebagaimana firman-Nya dalam kisah kelahiran Nabi Isa alaihissalam: bahwa kelahirannya tanpa ayah hanya untuk menunjukkan kekuasaan Allah yang tiada batas, bahwa kekuasaan-Nya sama sekali tak terikat dengan hukum kausalitas (sebab akibat) yang biasa berlaku di alam yang diciptakanNya. Nabi Isa alaihissalam bukanlah anak-Nya dan tidak pula diangkat sebagai anak-Nya.

ุฐูŽู„ููƒูŽ ุนููŠุณูŽู‰ ุงุจู’ู†ู ู…ูŽุฑู’ูŠูŽู…ูŽ ู‚ูŽูˆู’ู„ูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ูููŠู‡ู ูŠูŽู…ู’ุชูŽุฑููˆู†ูŽ (34) ู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุชู‘ูŽุฎูุฐูŽ ู…ูู†ู’ ูˆูŽู„ูŽุฏู ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽู‡ู ุฅูุฐูŽุง ู‚ูŽุถูŽู‰ ุฃูŽู…ู’ุฑู‹ุง ููŽุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ูŠูŽู‚ููˆู„ู ู„ูŽู‡ู ูƒูู†ู’ ููŽูŠูŽูƒููˆู†ู (35) ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ุฑูŽุจู‘ููŠ ูˆูŽุฑูŽุจู‘ููƒูู…ู’ ููŽุงุนู’ุจูุฏููˆู‡ู ู‡ูŽุฐูŽุง ุตูุฑูŽุงุทูŒ ู…ูุณู’ุชูŽู‚ููŠู…ูŒ (36)

Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mengambil anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. (QS. Maryam: 34-36).

Begitu pula firman-Nya dalam hadits qudsi:

ุนูŽู†ู ุงุจู’ู†ู ุนูŽุจู‘ูŽุงุณู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุงุŒ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู: ยซูƒูŽุฐู‘ูŽุจูŽู†ููŠ ุงุจู’ู†ู ุขุฏูŽู…ูŽ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒูู†ู’ ู„ูŽู‡ู ุฐูŽู„ููƒูŽุŒ ูˆูŽุดูŽุชูŽู…ูŽู†ููŠุŒ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒูู†ู’ ู„ูŽู‡ู ุฐูŽู„ููƒูŽุŒ ููŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุชูŽูƒู’ุฐููŠุจูู‡ู ุฅููŠู‘ูŽุงูŠูŽ ููŽุฒูŽุนูŽู…ูŽ ุฃูŽู†ู‘ููŠ ู„ุงูŽ ุฃูŽู‚ู’ุฏูุฑู ุฃูŽู†ู’ ุฃูุนููŠุฏูŽู‡ู ูƒูŽู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุดูŽุชู’ู…ูู‡ู ุฅููŠู‘ูŽุงูŠูŽุŒ ููŽู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ู„ููŠ ูˆูŽู„ูŽุฏูŒุŒ ููŽุณูุจู’ุญูŽุงู†ููŠ ุฃูŽู†ู’ ุฃูŽุชู‘ูŽุฎูุฐูŽ ุตูŽุงุญูุจูŽุฉู‹ ุฃูŽูˆู’ ูˆูŽู„ูŽุฏู‹ุงยป (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ)

Dari Ibnu โ€˜Abbas radhiyallahu โ€˜anhuma dari Nabi Muhammad shallallahu โ€˜alaihi wasallam, beliau bersabda:
Allah berfirman: Anak Adam (manusia) telah mendustakanKu padahal ia tidak berhak atas hal itu, dan ia juga telah mencaciKu padahal ia tidak berhak atas hal itu. Ia mendustakanKu yaitu menganggap bahwa sesungguhnya Aku tak sanggup mengembalikannya seperti semula (setelah ia mati). Adapun caciannya kepadaKu adalah perkataannya bahwa Aku punya anak. Mahasuci Aku dari perbuatan mengambil istri atau anak. (HR. Al-Bukhari).

AYAT 4

ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒูู†ู’ ู„ูŽู‡ู ูƒููููˆู‹ุง ุฃูŽุญูŽุฏูŒ

Dan tidak ada untuk-Nya yang setara, siapapun/apapun.

Makna al-kufu adalah:

ุงู„ู†ู‘ูŽุธููŠุฑู

Yang setara atau sebanding.

โ€œTak ada untuk-Nya yang setara, siapapun/apapunโ€

Begitulah terjemahannya sesuai urutan kata pada ayat. Kata โ€œkufuโ€ (yang setara) didahulukan daripada kata โ€œahadโ€ (siapapun atau apapun), karena yang ingin dinegasikan adalah kesetaraan itu sendiri, sementara siapapun atau apapun yang dianggap setara dengan Allah, apalagi yang menganggap dirinya setara dengan Allah tidak terlalu penting.

Ayat terakhir ini sebagai kesimpulan dari ayat-ayat sebelumnya. Bahwa Allah yang memiliki semua sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan yang disebutkan di ayat 1 sampai ayat 3, pastilah tidak dapat disetarakan dengan siapapun atau apapun dari ciptaan-Nya. (Fath Al-Qadir, 5/635).

ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูƒูŽู…ูุซู’ู„ูู‡ู ุดูŽูŠู’ุกูŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู…ููŠุนู ุงู„ู’ุจูŽุตููŠุฑู

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. (QS. Asy-Syura: 11).

KESIMPULAN

Surat Al-Ikhlas MENEGASKAN semua sifat kesempurnaan untuk Allah taโ€™ala dan MENEGASIKAN semua kekurangan.

1. Ayat pertama menegaskan sifat Al-Ahadiyah (keesaan mutlak) dan menegasikan keberbilangan.

2. Ayat kedua menegaskan sifat Ash-Shamadiyah (kesempurnaan kekayaan-Nya dalam segala hal) dan menegasikan keperluan-Nya kepada makhluk.

3. Ayat ketiga menegasikan bahwa Dia melahirkan untuk menegaskan sifat baqa-Nya (kekal).
Juga menegasikan kelahiran-Nya untuk menegaskan sifat azali-Nya (tak bermula).

4. Ayat keempat menegasikan kemiripan apalagi kesamaan dengan makhluk dalam hal apapun untuk menegaskan kembali keesaan-Nya, disamping keagungan dan keperkasaan-Nya.

ูˆุงู„ู„ู‡ ุฃุนู„ู… ุจุงู„ุตูˆุงุจ


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Iman Islam

Pengantar Memahami Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaโ€™ah (Bag. 2)

Oleh: Ust. Farid Nu’man Hasan SS.

Materi sebelunnya bisa dilihat di tautan berikut:

Pengantar Memahami Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaโ€™ah (Bag. 1)

3. As Sawadul Aโ€™zham (Kelompok besar/mayoritas)

Ini juga nama lain dari Ahlus Sunnah wal Jamaโ€™ah. Imam Ibnu Rajab Rahimahullah dalam Fathul Bari, menuliskan:

ูˆุญูƒุงู‡ ุงุจู† ุดุงู‡ูŠู† ุนูŽู† ุนุงู…ุฉ ุฃู‡ู„ ุงู„ุณู†ุฉ ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ : ูˆู‡ู… ุงู„ุณูˆุงุฏ ุงู„ุฃุนุธู…

โ€œIbnu Syahin menghikayatkan tentang semua Ahlus Sunnah, dia berkata: mereka adalah Sawadul Aโ€™zham.โ€ (Imam Ibnu Rajab, Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, 5/200)

Nama ini ditegaskan langsung dalam beberapa hadits. Dari ย Ibnu Umar Radhiallahu โ€˜Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

ู„ุง ูŠุฌู…ุน ุงู„ู„ู‡ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุฃู…ุฉ ุนู„ู‰ ุงู„ุถู„ุงู„ุฉ ย ุฃุจุฏุง ย  ูˆู‚ุงู„ : ย  ูŠุฏ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ู‰ ุงู„ุฌู…ุงุนุฉ ูุงุชุจุนูˆุง ุงู„ุณูˆุงุฏ ย  ย ุงู„ุฃุนุธู… ุŒ ูุฅู†ู‡ ู…ู† ุดุฐ ุดุฐ ููŠ ุงู„ู†ุงุฑ

โ€œTidaklah Allah kumpulkan umat ini dalam kesesatan selamanya.โ€

Dan beliau juga bersabda: โ€œTangan Allah atas jamaah, maka ikutilah As Sawadul Aโ€™zham, maka barangsiapa yang menyempal, maka dia menyempal ke neraka.โ€ (HR. Al Hakim, Al Mustadrak โ€˜Alash Shahihain, No. 391)

Hadits lain, dari Abu Umamah Radhiallahu โ€˜Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

ุงุฎุชู„ูุช ุงู„ูŠู‡ูˆุฏ ุนู„ู‰ ุงุญุฏู‰ ูˆุณุจุนูŠู† ูุฑู‚ุฉ ุณุจุนูˆู† ูุฑู‚ุฉ ููŠ ุงู„ู†ุงุฑ ูˆูˆุงุญุฏุฉ ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ูˆุงุฎุชู„ู ุงู„ู†ุตุงุฑู‰ ุนู„ู‰ ุงุซู†ุชูŠู† ูˆุณุจุนูŠู† ูุฑู‚ุฉ ุฅุญุฏู‰ ูˆุณุจุนูˆู† ูุฑู‚ุฉ ููŠ ุงู„ู†ุงุฑ ูˆูˆุงุญุฏุฉ ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ูˆุชุฎุชู„ู ู‡ุฐู‡ ุงู„ุงู…ุฉ ุนู„ู‰ ุซู„ุงุซุฉ ูˆุณุจุนูŠู† ูุฑู‚ุฉ ุงุซู†ุชุงู† ูˆุณุจุนูˆู† ูุฑู‚ุฉ ููŠ ุงู„ู†ุงุฑ ูˆูˆุงุญุฏุฉ ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ูู‚ู„ู†ุง ุงู†ุนุชู‡ู… ู„ู†ุง ู‚ุงู„ ุงู„ุณูˆุงุฏ ุงู„ุงุนุธู…

โ€œYahudi berselisih menjadi 71 kelompok, 70 ke neraka dan satu ke surga. Nasrani juga berselisih menjadi 72 kelompok, 71 ke neraka dan satu ke surga. Dan Umat ini juga berselisih mejadi 73 kelompok, 72 ke neraka dan satu ke surga.โ€
Kami berkata: โ€œSifatkanlah mereka untuk kami?โ€ Beliau bersabda: โ€œAs Sawadul Aโ€™zhamโ€. (HR. Ath Thabarani, Al Muโ€™jam Al Kabi No. 8051. Imam Al Haitsami mengatakan: rijal (perawi) hadits ini tsiqat (kredibel), Majmaโ€™ Az Zawaid, 6/234)

4. As Salafiyah (Yang Terdahulu)

Ini adalah istilah paling tenar setelah Ahlus Sunnah wal Jamaโ€™ah itu sendiri.

Istilah ini diinspirasikan dari hadits Aisyah Radhiallahu โ€˜Anha berikut, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya:

ูˆูŽู†ูุนู’ู…ูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽูู ุฃูŽู†ูŽุง ู„ูŽูƒู

โ€œAku adalah sebaik-baiknya salaf (pendahulu) bagimu.โ€ (HR. Muslim No. 2450. Ibnu Majah No. 1621, ย Ahmad No. ย 26413)

Dalam Al Quran pun ada istilah โ€˜salafโ€™ namun tidak ada kaitan sama sekali dengan โ€˜komunitasโ€™ dan pemikiran aqidah yang sedang kita bahas.

Allah Taโ€™ala berfirman:

ูˆูŽู„ุง ุชูŽู†ู’ูƒูุญููˆุง ู…ูŽุง ู†ูŽูƒูŽุญูŽ ุขุจูŽุงุคููƒูู…ู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูุณูŽุงุกู ุฅูู„ุง ู…ูŽุง ู‚ูŽุฏู’ ุณูŽู„ูŽููŽ ุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ูƒูŽุงู†ูŽ ููŽุงุญูุดูŽุฉู‹ ูˆูŽู…ูŽู‚ู’ุชู‹ุง ูˆูŽุณูŽุงุกูŽ ุณูŽุจููŠู„ุง

โ€œDan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu Amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). (QS. An Nisa (4): 22)

Dalam ayat lain:

ู‚ูู„ู’ ู„ูู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ูƒูŽููŽุฑููˆุง ุฅูู†ู’ ูŠูŽู†ู’ุชูŽู‡ููˆุง ูŠูุบู’ููŽุฑู’ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ู…ูŽุง ู‚ูŽุฏู’ ุณูŽู„ูŽููŽ ูˆูŽุฅูู†ู’ ูŠูŽุนููˆุฏููˆุง ููŽู‚ูŽุฏู’ ู…ูŽุถูŽุชู’ ุณูู†ู‘ูŽุฉู ุงู„ุฃูˆู‘ูŽู„ููŠู†ูŽ

โ€œKatakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi Sesungguhnya akan Berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang dahulu “. (QS. Al Anfal (8): 38)

Namun makna โ€˜salafโ€™ yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah sebagaimana yang tertera dalam kitab Iโ€™tiqad Ahlis Sunnah Syarh Ashhabil Hadits, dalam bab Ittibaโ€™us Salaf (mengikuti salaf):

ู…ู† ุฃุตูˆู„ ู…ุฐู‡ุจ ุฃู‡ู„ ุงู„ุญุฏูŠุซ ุงุชุจุงุน ุฃู‚ูˆุงู„ ุงู„ุตุญุงุจุฉ ูˆุงู„ุชุงุจุนูŠู† ู„ู‡ู… ุจุฅุญุณุงู† ู…ู† ุฃุฆู…ุฉ ุงู„ุฏูŠู† ููŠ ุฃุตูˆู„ ุงู„ุนู‚ูŠุฏุฉ ุฎุงุตุฉ ูˆููŠ ุงู„ุฏูŠู† ุนุงู…ุฉ

โ€œDi antara dasar-dasar madzhab ahli hadits adalah mengikuti perkataan para sahabat dan tabiโ€™in (pengikut) mereka dengan baik dari para imam-imam agama, dalam perkara aqidah secara khusus, dan perkara agama secara umum.โ€ (Syaikh Muhammad bin Abdirrahman Al Khumais, Iโ€™tiqad Ahlis Sunnah Syarh Ashhabil Hadits, Hal. 134)

Jadi, salafiyah adalah mengikuti salafush shalih (pendahulu yang baik), yakni Rasulullah, para sahabat, ย tabiโ€™in, dan tabiโ€™ut tabiโ€™in.

Dari Ibnu Masโ€™ud Radhiallahu โ€˜Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ู‚ูŽุฑู’ู†ููŠ ุซูู…ู‘ูŽ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ูŠูŽู„ููˆู†ูŽู‡ูู…ู’ ุซูู…ู‘ูŽ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ูŠูŽู„ููˆู†ูŽู‡ูู…ู’

โ€œSebaik-baik manusia adalah zamanku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya.โ€ (HR. Bukhari No. 2652, Muslim No. 2533)

Tidak mengapa seseorang mengaku mengikuti jejak salafus shalih, namun yang penting adalah kesesuaian antara pengakuan dan perbuatan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan:

ู„ูŽุง ุนูŽูŠู’ุจูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุธู’ู‡ูŽุฑูŽ ู…ูŽุฐู’ู‡ูŽุจูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽูู ูˆูŽุงู†ู’ุชูŽุณูŽุจูŽ ุฅู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุงุนู’ุชูŽุฒูŽู‰ ุฅู„ูŽูŠู’ู‡ู ุจูŽู„ู’ ูŠูŽุฌูุจู ู‚ูŽุจููˆู„ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู ุจูุงู„ูุงุชู‘ูููŽุงู‚ู . ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ู…ูŽุฐู’ู‡ูŽุจูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽูู ู„ูŽุง ูŠูŽูƒููˆู†ู ุฅู„ู‘ูŽุง ุญูŽู‚ู‘ู‹ุง

โ€œTidak aib bagi siapa saja menampakkan madzhab salaf dan menyandarkan diri dengannya, dan berbangga dengannya, bahkan wajib menerimanya (madzhab salaf) menurut kesepakatan ulama. Sebab madzhab salaf tidaklah ia melainkan kebenaran semata.โ€ (Majmuโ€™ Fatawa, 1/321)

Al Ustadz Hasan Al Banna Rahimahullah juga berkata ketika mengunggulkan madzhab salaf tentang masalah sifat-sifat Allah Taโ€™ala, mengatakan:

ูˆู†ุญู† ู†ุนุชู‚ุฏ ุฃู† ุฑุฃูŠ ุงู„ุณู„ู ู…ู† ุงู„ุณูƒูˆุช ูˆุชููˆูŠุถ ุนู„ู… ู‡ุฐู‡ ุงู„ู…ุนุงู†ูŠ ุฅู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุชุจุงุฑูƒ ูˆุชุนุงู„ู‰ ุฃุณู„ู… ูˆุฃูˆู„ู‰ ุจุงู„ุงุชุจุงุน ุŒ ุญุณู…ุง ู„ู…ุงุฏุฉ ุงู„ุชุฃูˆูŠู„ ูˆุงู„ุชุนุทูŠู„ ุŒ ูุฅู† ูƒู†ุช ู…ู…ู† ุฃุณุนุฏู‡ ุงู„ู„ู‡ ุจุทู…ุฃู†ูŠู†ุฉ ุงู„ุฅูŠู…ุงู† ุŒ ูˆุฃุซู„ุฌ ุตุฏุฑู‡ ุจุจุฑุฏ ุงู„ูŠู‚ูŠู† ุŒ ูู„ุง ุชุนุฏู„ ุจู‡ ุจุฏูŠู„ุง

โ€œKami meyakini bahwa pendapat salaf yakni diam dan menyerahkan ilmu makna-makna ini kepada Allah Taโ€™ala adalah lebih selamat dan lebih utama untuk diikuti, dengan memangkas habis takwil dan taโ€™thil (pengingkaran), maka jika Anda adalah termasuk orang yang telah Allah bahagiakan dengan ketenangan iman, dan disejukkan dadanya dengan salju embun keyakinan, maka janganlah mencari gantinya (salaf).โ€ (Al Imam Hasan Al Banna, Majmuโ€™ah Ar Rasail, Hal. 368. Al Maktabah At Taufiqiyah)

Menghidupkan Manhaj Salaf Bukan Komunitasnya

Tidak dibenarkan mengaku-aku mengikuti salaf tapi tidak dibarengi dengan perilaku sebagaimana salafus shalih, dan membuat โ€˜gayaโ€™ dan โ€˜komunitasโ€™ sendiri yang tidak sesuai salaf itu sendiri, karena salafiyah adalah manhaj, bukan komunitas.

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih โ€˜Utsaimin Rahimahullah:

ูˆู„ุง ุดูƒ ุฃู† ุงู„ูˆุงุฌุจ ุนู„ู‰ ุฌู…ูŠุน ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ุฃู† ูŠูƒูˆู† ู…ุฐู‡ุจู‡ู… ู…ุฐู‡ุจ ุงู„ุณู„ู ู„ุง ุงู„ุงู†ุชู…ุงุก ุฅู„ู‰ ุญุฒุจ ู…ุนูŠู† ูŠุณู…ู‰ ุงู„ุณู„ููŠูŠู†ุŒ ูˆุงู„ูˆุงุฌุจ ุฃู† ุชูƒูˆู† ุงู„ุฃู…ุฉ ุงู„ุงุณู„ุงู…ูŠุฉ ู…ุฐู‡ุจู‡ุง ู…ุฐู‡ุจ ุงู„ุณู„ู ุงู„ุตุงู„ุญ ู„ุง ุงู„ุชุญุฒุจ ุฅู„ู‰ ู…ู† ูŠุณู…ู‰ ( ุงู„ุณู„ููŠูˆู†) ูู‡ู†ุงูƒ ุทุฑูŠู‚ ุงู„ุณู„ู ูˆู‡ู†ุงูƒ ุญุฒุจ ูŠุณู…ู‰ (ุงู„ุณู„ููŠูˆู†) ูˆุงู„ู…ุทู„ูˆุจ ุงุชุจุงุน ุงู„ุณู„ู

โ€œTidak ragu lagi, bahwa wajib bagi seluruh kaum muslimin menjadikan mazdhab mereka adalah madzhab salaf, bukan terikat dengan kelompok tertentu yang dinamakan Salafiyyin.

Wajib bagi umat Islam menjadikan madzhab mereka adalah madzhab salafus shalih, bukan berkelompok kepada siapa-siapa yang dinamakan Salafiyyun. Maka, di sana ada jalan salaf, dan ada juga hizb (kelompok) yang dinamakan Salafiyun, dan yang dituntut adalah mengikuti salaf.โ€
(Syaikh Muhammad bin Shalih โ€˜Utsamin, Syarh Al Arbain An Nawawiyah, Hal. 263. Al Mausuโ€™ah Asy Syamilah)

Sedangkan Syaikh Shalih Fauzan Hafizhahullah berkata:

โ€œAda ย orang yang mengklaim bahwa dirinya ย di atas madzhab salaf, tetapi mereka menyelisihinya, mereka melampaui batas (ghuluw) dan menambah-nambahkan, dan keluar dari metode As Salaf.

Di antara mereka juga ada yang mengaku bahwa dirinya di atas madzhab salaf, tetapi mereka menggampangkan dan meremehkan, hanya cukup menyandarkan diri (intisab).

Orang yang di atas manhaj salaf itu adalah lurus dan pertengahan antara melampaui batas (ifrath) dan meremehkan (tafrith), demikianlah thariqah salaf, tidak melampaui batas atau meremehkan.

Untuk itulah Allah Taโ€™ala berfirman: โ€œ โ€ฆdan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik โ€ฆ.โ€
Maka, jika engkau hendak mengikuti jejak salaf, maka engkau harus mengenal jalan (thariqah) mereka, tidak mungkin mengikuti mereka kecuali jika engkau telah mengenal jalan mereka, dan itqan dengan manhaj mereka lantaran engkau berjalan di atasnya.

Adapun bersama orang bodoh, engkau tidak mungkin berjalan di atas thariqah mereka (salaf), dan engkau tidak mengetahuinya dan tidak mengenalnya, atau menyandarkan kepada mereka apa-apa yang tidak pernah mereka katakan atau yakini.

Engkau berkata: โ€˜Ini madzhab salaf,โ€™ sebagaimana yang dihasilkan oleh sebagian orang bodoh saat ini, orang-orang yang menamakan diri mereka dengan salafiyyin, kemudian mereka menyelisihi kaum salaf, mereka amat keras, mudah mengkafirkan, memfasiq-kan, dan membidโ€™ahkan.

Kaum salaf, mereka tidaklah membidโ€™ahkan, mengkafirkan, dan memfasiq-kan kecuali dengan dalil dan bukti, bukan dengan hawa nafsu dan kebodohan.

Sesungguhnya engkau menggariskan sebuah ketetapan: โ€œBarangsiapa yang menyelisihinya, maka dia adalah mubtadiโ€™ (pelaku bidโ€™ah) dan sesat,โ€ Tidak ย yaa akhi, ini bukanlah manhaj salaf.

Manhaj salaf adalah ilmu dan amal, ilmu adalah yang pertama, kemudian beramal di atas petunjuk.

Jika engkau ingin menjadi salafi sejati (salafiyan haqqan), maka wajib bagimu mengkaji madzhab salaf secara itqan (benar, profesional), mengenal dengan bashirah (mata hati), kemudian mengamalkannya dengan tanpa melampau batas dan tanpa meremehkan.

Inilah manhaj salaf yang benar, adapun mengklaim dan sekedar menyandarkan dengan tanpa kebenaran, maka itu merusak dan tidak bermanfaat.โ€

Demikian perkataan Syaikh Shalih Fauzan. (Syaikh Mutโ€™ab bin Suryan Al โ€˜Ashimi, Kasyful Haqaiq Al Khafiyah โ€˜Inda Mudaโ€™i As Salafiyyah, Hal. 15-16. Dar Ath Tharafain)

Anjuran Mengikuti Ahlus Sunnah wal Jamaah

Dari Irbadh bin Sariyah Radhiallahu โ€˜Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุนูุดู’ ู…ูู†ู’ูƒูู…ู’ ุจูŽุนู’ุฏููŠ ููŽุณูŽูŠูŽุฑูŽู‰ ุงุฎู’ุชูู„ูŽุงูู‹ุง ูƒูŽุซููŠุฑู‹ุง ููŽุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุจูุณูู†ู‘ูŽุชููŠ ูˆูŽุณูู†ู‘ูŽุฉู ุงู„ู’ุฎูู„ูŽููŽุงุกู ุงู„ู’ู…ูŽู‡ู’ุฏููŠู‘ููŠู†ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุดูุฏููŠู†ูŽ ุชูŽู…ูŽุณู‘ูŽูƒููˆุง ุจูู‡ูŽุง ูˆูŽุนูŽุถู‘ููˆุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ุจูุงู„ู†ู‘ูŽูˆูŽุงุฌูุฐู

โ€œBarang siapa di antara kalian hidup setelah aku, maka akan melihat banyak perselisihan, maka hendaknya kalian berada di atas sunahku, dan sunah khulafaโ€™ur rasyidin yang yang mendapat petunjuk, maka berpegang teguhlah padanya dan gigitlah dengan geraham kalian.โ€
(HR. Abu Daud No. 4607, ย At Tirmidzi ย No. 2676, katanya: hasan shahih. Ibnu Majah No. 42, ย  Ahmad No. 17142, 17144, ย Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 20215, Al Hakim, Al Mustadrak No. 329, ย katanya: hadits ini shahih tak ada cacat. Syaikh Al Albani mengatakan: sanadny shahih. As Silsilah Ash Shahihah No. 2735)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu โ€˜Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุจูุงู„ู’ุฌูŽู…ูŽุงุนูŽุฉู ูˆูŽุฅููŠู‘ูŽุงูƒูู…ู’ ูˆูŽุงู„ู’ููุฑู’ู‚ูŽุฉูŽ

โ€œHendaknya kalian bersama jamaah, dan hati-hatilah terhadap perpecahan.โ€ (HR. At Tirmidzi No.2165, Katanya: hasan shahih gharib. An Nasaโ€™i, As Sunan Al Kubra, 5/389. Syaikh Al Albani menshahihkan, lihat Irwaโ€™ul Ghalil, 6/215)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu โ€˜Anhuma, bahwa Rasulullsh Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

ูู…ู† ุฃุฑุงุฏ ู…ู†ูƒู… ุจุญุจูˆุญุฉ ุงู„ุฌู†ุฉ ูู„ูŠู„ุฒู… ุงู„ุฌู…ุงุนุฉ ุŒ ูุฅู† ุงู„ุดูŠุทุงู† ู…ุน ุงู„ูˆุงุญุฏ ูˆู‡ูˆ ู…ู† ุงู„ุงุซู†ูŠู† ุฃุจุนุฏ

โ€œBarang siapa di antara kalian menghendaki tamannya surga, maka berpeganglah pada jamaโ€™ah, sebab syaitan itu bersama orang yang sendirian, ada pun bersama dua orang, dia menjauh.โ€ (HR. At Tirmidzi No. 2165, katanya: hasan shahih gharib. Ahmad No. 177, Ibnu Hibban No. 4576. Al Hakim, Al Mustadrak โ€˜alash Shahihain No. 387, ย katanya: shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam As Silsilah Ash Shahihah No. 430)

Para ย salaf juga banyak memberikan nasihat agar kita mengikuti jalan para pendahulu, Ahlus Sunnah wal Jamaโ€™ah.

Berkata Ubai bin Kaโ€™ab Radhiallahu โ€˜Anhu:

ุนู„ูŠูƒู… ุจุงู„ุณุจูŠู„ ูˆุงู„ุณู†ุฉ ูุฅู†ู‡ ู„ูŠุณ ู…ู† ุนุจุฏ ุนู„ู‰ ุณุจูŠู„ ูˆุณู†ุฉ ุฐูƒุฑ ุงู„ุฑุญู…ู† ููุงุถุช ุนูŠู†ุงู‡ ู…ู† ุฎุดูŠุฉ ุงู„ู„ู‡ ูุชู…ุณู‡ ุงู„ู†ุงุฑ ูˆุฅู† ุงู‚ุชุตุงุฏุง ููŠ ุณุจูŠู„ ูˆุณู†ุฉ ุฎูŠุฑ ู…ู† ุงุฌุชู‡ุงุฏ ููŠ ุฅุฎู„ุงู

โ€œHendaknya kalian bersama jalan kebenaran dan As Sunnah, sesungguhnya tidak akan disentuh neraka, orang yang di atas kebenaran dan As Sunnah dalam rangka mengingat Allah lalu menetes air matanya karena takut kepada Allah Taโ€™ala.

Sederhana mengikuti kebenaran dan As Sunnah adalah lebih baik, dibanding bersungguh-sungguh dalam perselisihan.โ€

Dari Abul โ€˜Aliyah, dia berkata:

ุนู„ูŠูƒู… ุจุงู„ุฃู…ุฑ ุงู„ุฃูˆู„ ุงู„ุฐูŠ ูƒุงู†ูˆุง ุนู„ูŠู‡ ู‚ุจู„ ุฃู† ูŠูุชุฑู‚ูˆุง ู‚ุงู„ ุนุงุตู… ูุญุฏุซุช ุจู‡ ุงู„ุญุณู† ูู‚ุงู„ ู‚ุฏ ู†ุตุญูƒ ูˆุงู„ู„ู‡ ูˆุตุฏู‚ูƒ

โ€œHendaknya kalian mengikuti urusan orang-orang awal, yang dahulu ketika ย mereka belum terpecah belah.โ€ โ€˜Ashim berkata: โ€œAku menceritakan ini kepada Al Hasan, maka dia berkata: โ€˜Dia telah menasihatimu dan membenarkanmu.โ€™ โ€œ

Dari Al Auzaโ€™i, dia berkata:

ุงุตุจุฑ ู†ูุณูƒ ุนู„ู‰ ุงู„ุณู†ุฉ ูˆู‚ู ุญูŠุซ ูˆู‚ู ุงู„ู‚ูˆู… ูˆู‚ู„ ุจู…ุง ู‚ุงู„ูˆุง ูˆูƒู ุนู…ุง ูƒููˆุง ุนู†ู‡ ูˆุงุณู„ูƒ ุณุจูŠู„ ุณู„ููƒ ุงู„ุตุงู„ุญ ูุงู†ู‡ ูŠุณุนูƒ ู…ุง ูˆุณุนู‡ู…

โ€œSabarkanlah dirimu di atas As Sunnah, berhentilah ketika mereka berhenti, dan katakanlah apa yang mereka katakan, tahanlah apa-apa yang mereka tahan, dan tempuhlah jalan pendahulumu yang shalih, karena itu akan membuat jalanmu lapang seperti lapangnya jalan mereka.โ€

Dari Yusuf bin Asbath, dia berkata:

ู‚ุงู„ ุณููŠุงู† ูŠุง ูŠูˆุณู ุฅุฐุง ุจู„ุบูƒ ุนู† ุฑุฌู„ ุจุงู„ู…ุดุฑู‚ ุฃู†ู‡ ุตุงุญุจ ุณู†ุฉ ูุงุจุนุซ ุฅู„ูŠู‡ ุจุงู„ุณู„ุงู… ูˆุฅุฐุง ุจู„ุบูƒ ุนู† ุขุฎุฑ ุจุงู„ู…ุบุฑุจ ุฃู†ู‡ ุตุงุญุจ ุณู†ุฉ ูุงุจุนุซ ุฅู„ูŠู‡ ุจุงู„ุณู„ุงู… ูู‚ุฏ ู‚ู„ ุฃู‡ู„ ุงู„ุณู†ุฉ ูˆุงู„ุฌู…ุงุนุฉ

โ€œBerkata Sufyan: Wahai Yusuf, jika sampai kepadamu seseorang dari Timur bahwa dia seorang pengikut As Sunnah, maka kirimkan salamku untuknya. Jika datang kepadamu dari Barat bahwa dia seorang pengikut As Sunnah, maka kirimkan salamku untuknya, sungguh, Ahlus Sunnah wal Jamaโ€™ah itu sedikit.โ€

Dari Ayyub, dia berkata:

ุฅู†ูŠ ู„ุฃุฎุจุฑ ุจู…ูˆุช ุงู„ุฑุฌู„ ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุณู†ุฉ ููƒุฃู†ูŠ ุฃูู‚ุฏ ุจุนุถ ุฃุนุถุงุฆ

โ€œSesungguhnya jika dikabarkan kepadaku tentang kematian seorang dari Ahlus Sunnah, maka seakan-akan telah copot anggota badanku.โ€

Dan masih banyak lagi nasihat yang serupa. (Lihat semua ucapan salaf ini dalam Talbisu Iblis, hal. 10-11, karya Imam Abul Faraj bin Al Jauzi )

Sementara Al Ustadz Hasan Al Banna Rahimahullah menegaskan tentang fikrah dakwahnya:

ุฏุนูˆุฉ ุณู„ููŠุฉ : ู„ุฃู†ู‡ู… ูŠุฏุนูˆู† ุฅู„ู‰ ุงู„ุนูˆุฏุฉ ุจุงู„ุฅุณู„ุงู… ุฅู„ู‰ ู…ุนูŠู†ู‡ ุงู„ุตุงููŠ ู…ู† ูƒุชุงุจ ุงู„ู„ู‡ ูˆุณู†ุฉ ุฑุณูˆู„ู‡. ูˆุทุฑูŠู‚ุฉ ุณู†ูŠุฉ : ู„ุฃู†ู‡ู… ูŠุญู…ู„ูˆู† ุฃู†ูุณู‡ู… ุนู„ูŠ ุงู„ุนู…ู„ ุจุงู„ุณู†ุฉ ุงู„ู…ุทู‡ุฑุฉ ููŠ ูƒู„ ุดูŠุก ุŒ ูˆุจุฎุงุตุฉ ููŠ ุงู„ุนู‚ุงุฆุฏ ูˆุงู„ุนุจุงุฏุงุช ู…ุง ูˆุฌุฏูˆุง ุฅู„ู‰ ุฐู„ูƒ ุณุจูŠู„ุง

โ€œDaโ€™wah Salafiyah: karena mereka menyeru kembali kepada Islam dengan maknanya yang murni dari Kitabullah dan Sunnah RasulNya.

Thariqah ย sunniyah: karena mereka membawa jiwa untuk beramal dengan sunnah yang suci dalam segala hal, khususnya dalam hal aqidah dan ibadah, sejauh yang mereka mampu.โ€ (Al Imam ย Hasan Al Banna, Majmuโ€™ah Ar Rasail, Hal. 183. Al Maktabah At Taufiqiyah)


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Berkumpul Bersama Keluarga di Surga

LAPIS-LAPIS TUJUAN PENDIDIKAN (TUJUAN PENDIDIKAN )

Oleh: Ustzh. Wulandari Eka Sari

Ketika membahas tentang pendidikan anak, maka sejatinya kita adalah sedang membahas tentang Pendidikan Keluarga. Kenapa keluarga? Karena pendidikan itu berlaku madal hayah, seumur hidup. Pelakunya dalam keluarga inti adalah orang tua dan anak. Ketika orang tua menuntut anak untuk belajar, maka orang tua pun perlu belajar. Hakikat wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasul saw ‘iqro bismirobbika aladzi kholaq’ merupakan prinsip bahwa pendidikan itu akan berlangsung sepanjang ruh masih melekat di raga.

Merangkai tujuan pendidikan di keluarga sama dengan menggali hakikat keberadaan manusia di bumi ini. Mengapa kita diciptakan? Apa tujuan penciptaan kita? Dari sanalah kita kemudian membuat turunan apa saja yang menjadi langkah demi langkah tujuan hidup kita. Sementara proses pendidikan adalah tools atau alat untuk menuju ke sana.

Seringkali dalam menjalani proses, kita kebingungan di tengah jalan. Berhenti dan bertanya, sebenarnya kita mau apa sih? Mau ke mana? Kita sudah melakukan ini dan itu, tapi mengapa begini jadinya? Trus habis ini apa lagi? Dan seabrek teka teki lainnya..

Ketika setiap hari kita berdoa “Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qinaa ‘adzabannar” sebenarnya kita pun setiap hari sudah mengucapkan tujuan hidup kita dan dengannya kita melakukan hal-hal untuk bisa meraihnya. Tujuan itu perlu diucapkan, diceritakan, disampaikan bahkan dituliskan.

Sekelumit kisah mimpi besar khalifah Umar bin Abdul Aziz. Umar bin Abdul Aziz adalah seorang pemuda yang sangat kuat bercita-cita. Ia memiliki mimpi-mimpi besar dalam hidupnya. Saat masih lajang, cita-citanya adalah menikahi Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan, gadis cantik putri seorang khalifah. Ia persiapan dirinya dengan serius hingga cita-citanya terkabul. Mimpi besarnya yang lain adalah ingin menjadi Gubernur Madinah. Sebuah posisi prestius saat itu yang menjadi idaman keluarga besar Bani Umayah. Ia pun berusaha dengan kuat dan terwujudlah cita-citanya. Kemudian ia pun ingin menjadi seorang khalifah. Tekad yang kuatnya pun membawanya menjadi seorang khalifah. Masya Allah. Hingga ketika ia sampai pada cita-cita tertinggi yaitu masuk surga Allah. Maka upaya terkuatnya adalah dengan memilih gaya hidup baru yaitu : Zuhud. Itu ia lakukan semasa menjadi khalifah.

Umar bin Abdul Aziz muda tak segan mengurai mimpi besarnya. Semua itu mampu ia lakukan karena ia yakin kuasa Allah mampu mewujudkan mimpinya. Maka ketika kita merangkai tujuan-tujuan hidup kita, setinggi apapun, langkah selanjutnya sandarkan semuanya pada Allah. Karena hanya Allah yang Maha Mengetahui yang terbaik untuk kita.

Lalu apa tujuan keluarga kita? Tujuan kita memiliki keluarga? Tujuan kita memiliki anak? Tujuan pendidikan di keluarga kita?

Saya membagi tahapan tujuan pendidikan keluarga dalam lima lapis.

1. Lapis pertama

Tujuan Pendidikan Keluarga sesuai doa yang biasa kita haturkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla yang tersurat pada surah al Furqon : 74.

ู„ู„ู…ุชู‚ูŠู† ุงู…ุงู…ุง

Dalam doa tersebut kita meminta kepada Allah untuk menjadikan kita pemimpin bagi umat. Secara bahasa kata imam berarti al mu’tammu bih (orang yang diikuti) yaitu yang diteladani ucapan dan perbuatannya baik dalam kebaikan maupun kebatilan. Pengertian itulah diambil para mufassir dalam menafsirkan ayat ini. Ibnu ‘Abbas, al Hasa, al Sudi, Qatadah dan al Rabi’ bin Anas berkata : Mereka menjadi para pemimpin yang diteladani dalam kebaikan. Ibnu ‘abbas sebagimana dikutip al Qurthubi, ayat ini berarti “Jadikanlah kami sebagai pemimpin yang memberi petunjuk”. Sebagaimana gambaran Allah ‘Azza wa Jalla pada surah as Sajdah : 24″Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk degan perintah Kami ketika mereka sabar”. Juga sebagaimana sabda Rasul saw bahwa setiap kita adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya, maka visi melahirkan pemimpin yang mulia adalah tujuan besar dalam pendidikan keluarga.

2. Lapis ke dua

Ketika hamil anak ke dua, saya pernah membaca sebuah bait doa dari seorang syaikh dari Kuwait. Doa ini untuk ibu hamil yang ditujukan untuk janinnya. Di antara bait doa ada yang bertuliskan

ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฌุนู„ู†ุง ู…ู† ุงู„ู…ุฌุฏุฏูŠู† ู„ุฏูŠู†ูƒ ูˆู…ู† ุงู„ู…ุญูŠูŠู† ู„ู„ุณู†ุฉ ุฑุณูˆู„ูƒ ู…ุญู…ุฏ ุตู„ูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู…

“Ya Allah, jadikan kami bagian dari para mujadid untuk agamaMu dan bagian dari para penghidup sunnah RasulMu Muhammad saw”

Doa itu menjadi inspirasi saya dalam mengukuhkan pendidikan keluarga. Makna mujadid atau pembaharu bukan berarti membuat hal-hal baru dalam agama. Mujadid berarti menjadi orang yang selalu menghidupkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari seakan-akan hal itu adalah hal yang baru dan selalu bergelora dalam menjalankannya. Sementara aplikasi dalam kehidupan tidak akan bisa berjalan baik tanpa kita mengenal dan memahami sunnah Rasulullah Muhammad saw.

Lapis ini akan membuat kita memahami mengapa mempelajari dinuLlah baik melalui Al Quran, sunnah Rasulullah saw dan ayat-ayat kauniyah Allah perlu selalu dan selalu terus diulang. Kehidupan yang berputar, inti sejarah yang berulang, masalah yang terjadi pun berulang. Pedoman hidup yang tidak pernah berubah membuat kita mampu mengurai masalah umat dan memberinya solusi.

3. Lapis ke tiga

Anggota keluarga dengan kepribadian seperti apa yang ingin kita lahirkan sebagai persembahan kita untuk peradaban Robbani? Allah al Hadi menggambarkan dalam surah Ali Imron : 110 bahwa kita adalah umat terbaik yang dilahirkan ke muka bumi ini untuk kebaikan manusia.
Bayangan saya mengenai kepribadian umat terbaik seperti yang termaktub dalam surah al Ahzab : 35. Pemimpin itu adalah :
1. ย Seorang Muslim yang kaafah dengan keIslamannya (al Muslim)
2. ย Seorang Mukmin yang benar dalam keimanannya (Al Mukmin)
3. ย Seorang yang tetap dalam ketaatan (al Qonit)
4. ย Seorang yang menjaga integritas atau kejujuran dalam kebenaran (as Shodiq)
5. ย Seorang yang sabar dalam menjalani proses (as Shobir)
6. ย Seorang yang khusyu’ sehingga mampu tuma’ninah dalam bersikap (al Khosyi’)
7. ย Seorang yang bersedekah baik dalam keadaan lapang dan sempit (al Mutashodiq)
8. ย Seorang yang berpuasa sehingga mampu mengendalikan hawa nafsunya (as Shoim)
9. ย Seorang yang menjaga harga diri dan kehormatannya (al Hafidz farjihi)
10. Seorang yang selalu ingat kepada Allah (adz DzakiruLlah)

Apa yang terjabar di atas, membuat kita memiliki gambaran pribadi manusia seperti apa yang akan kita wujudkan dalam keluarga kita.

4. Lapis ke empat

Setelah terwujud gambaran pada lapis ke tiga, selanjutnya saya memerlukan tools dalam upaya mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Tools yang saya gunakan adalah 10 model pembentuk kepribadian muslim. Model tersebut adalah :

1. Aqidah Salimah (ุนู‚ูŠุฏุฉ ุณู„ูŠู…ุฉ)
Aqidah yang selamat. Hal ini meliputi pengenalan dan pemahaman terhadap Allah, RasulNya dan Islam secara jelas dan menyeluruh.

2. Shohihul ibadah (ุตุญูŠุญ ุงู„ุนุจุงุฏุฉ)
Pelaksanaan kemurnian aqidah ada pada ibadah yang benar yang sesuai tuntunan Rasulullah Muhammad saw.
3. Matiinul Khuluq (ู…ุชูŠู† ุงู„ุฎู„ู‚)
Akhlaq yang kokoh sebagai upaya mewujudkan Islam rohmatan lil alamin
4. Mutsaqoful fikri (ู…ุซู‚ู ุงู„ููƒุฑ)
Akal yang berwawasan luas
5. Qowiyul jismi (ู‚ูˆูŠ ุงู„ุฌุณู…)
Tubuh yang sehat dan kuat
6. Harishun ‘ala waqtihi (ุญุฑูŠุต ุนู„ู‰ ูˆู‚ุชู‡)
Pandai menjaga dan menghargai waktu
7. Munadzhom fi syu-unihi (ู…ู†ุธู… ูู‰ ุดุคูˆู†ู‡)
Teratur dalam urusan
8. Qodirun ‘ala kasbi (ู‚ุงุฏุฑุนู„ู‰ ูƒุณุจ)
Mandiri secara ekonomi
9. Mujahidun linafsihi (ู…ุฌุงู‡ุฏู„ู†ูุณู‡)
Mampu melawan hawa nafsu dalam kesungguhan amal
10. Nafi’un lighoirihi (ู†ุงูุน ู„ุบูŠุฑู‡)
Bertekad untuk mampu memberi manfaat bagi manusia dan alam seisinya

Model tersebut di atas saya buat turunannya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Disesuaikan dengan usia, kapasitas dan kemampuannya.

5. Lapis ke lima

Inilah adalah lapis terakhir. Di mana lapis ini suami dan saya membuat 10 pilar keluarga kami sebagai gambaran yang mengokohkan kami, inilah keluarga yang kami bangun. Poin-poinnya tertulis Pada 10 Pilar keluarga yang kami bangun.
1.Keluarga ini kami bangun dengan atas landasan cinta kami kepada Allah, Rasul Nya dan perjuangan di jalanNya

2.Keluarga ini kami bangun dengan cita-cita mendapat ridho Allah serta dipertemukanNya kami kembali di tempat pertemuan terbaik yaitu Syurga

3.Keluarga yang kami bangun adalah keluarga Robbani yang berbahagia karena kedekatan kami kepada Allah SWT dengan sunnah-sunnah Rasulullah saw dan dengan aktivitas-aktivitas dakwah

4.Setiap anggota keluarga kami senang mengkaji dan menghafal Al Qurโ€™an, Al Hadits serta kajian-kajian tentang Islam secara keseluruhannya sebagai bekal kami dalam beribadah, beramal shalih dan berdakwah

5.Setiap anggota keluarga kami memancarkan cahaya akhlaq terpuji, terlihat dalam perbuatan, perkataan maupun pakaian kami

6.Setiap anggota keluarga kami senang mengembangkan wawasan intelektual dan emosional, memiliki keahlian dalam belajar dan berkomunikasi, senantiasa melakukan penelitian dan memproduksi karya-karya intelektual

7.Keluarga yang kami bangun sangat memperhatikan pendidikan yang berkualitas bagi setiap anggotanya

8.Keluarga yang kami bangun mencintai hidup sehat. Setiap anggota keluarga kami mengerti dan memperhatikan keseimbangan gizi, mengerti dan memelihara dan mengembangkan kesehatan tubuh dan lingkungan

9.Setiap anggota keluarga kami peduli sanak saudara, teman, tetangga dan seluruh anggota masyarakat pada umumnya. Keluarga kami menyadari fungsi kami sebagai contoh, pembina dan anggota masyarakat yang baik

10.Keluarga yang kami bangun adalah keluarga yang merdeka secara keuangan. Setiap anggota keluarga kami senang menabung, berbisnis, berinvestasi dan mengembangkan kekayaan

Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan ridho Nya serta memberi kekuatan dan kemudahan kepada kami sekeluarga.

Lapis-lapis yang terangkai adalah upaya kita melahirkan generasi Robbani yang akan membangun peradaban umat dalam pondasi kebenaran. Insya Allah

* Setiap keluarga dapat merumuskan tahapan pendidikan anak secara aplikatif, menyesuaikan dengan karakter keluarga masing-masing.

Allahu ma’ana
Nashrun minaLlah wa fathun qoriib

***

Sharing session dari ummahat yang atas ijin Allah menghantarkan anak-anaknya huffazh Qur’an dengan Metode home schooling.


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Dosa Menggelisahkan Jiwa

Ustadz Menjawab : Apakah Dosa Kita Berakibat Buruk untuk Orang Lain?

Pertanyaan

ุงู„ุณู‘ูŽู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุจูŽุฑูŽูƒูŽุงุชูู‡ู

Ana mau tanya. Apakah dosa2 yg dikerjakan seorang ayah bisa mengakibatkan anaknya/istrinya/saudaranya merasakan akibat dosa2 tsb..? Begitu jg sebaliknya..???
(Hidayat – I26]

Jawaban

Oleh: Ust. Farid Nu’man Hasan

Wa ‘alaikum salam wa rahmatullah wa barakatuh.

Bismillah wal hamdulillah, wash shalatu was salamu ‘ala rasulillah wa ba’d:

Langsung aja ya …

Dosa2 yang dilakukan seseorg pada dasarnya ditanggung dirinya sendiri, sbgmn ayat:

Wa allaysa lil insaan illa maa sa’aa …, tidaklah manusia mendapatkan balasan kecuali yg dia kerjakan sendiri

Ayat lainnya:

Kullu nafsim bimaa kasabat rahiinah .., tiap jiwa bertanggungjawab atas perbuatannya masing2.

Nah, ini pada dasarnya …., TAPI, bisa saja seseorg mendapatkan dosa krn perbuatan org lain dengan beberapa sebab:

1. Dia memberikan contoh keburukan, atau mengajarkan keburukan, lalu orang lain mengikuti. Maka, walau dia sdh tdk melakukan, namun dialah yg mengawalinya atau inisiator keburukannya. Maka, dia jg berdosa bahkan mwnanggung dosa semua yg mengikutinya setelahnya, KECUALI dia bertobat dr keburukannya.

Dalilnya hadits SHAHIH MUSLIM, ..

ู…ู† ุณู† ูู‰ ุงู„ุงุณู„ุงู… ุณู†ุฉ ุณูŠุฆุฉ ูู„ู‡ ูˆุฒุฑู‡ุง ูˆ ูˆุฒุฑ ู…ู† ุนู…ู„ ุจู‡ุง ู…ู† ุจุนุฏู‡ ู…ู† ุบูŠุฑ ุงู† ูŠู†ู‚ุต ุงูˆุฒุงุฑู‡ู… ุดูŠุก

“Brg siapa yg dlm Islam berbuat kebiasaan jelek, mk dia berdosa, dan dia jg dpt dosa2 org yg mengikutinya setelahnya tanpa mngurangi dosa2 mrk sedikit pun.”

Jadi, kalo anggota keluarga bikin contoh buruk lalu diikuti anggota keluarga lainnya, maka yang memberikan contoh mendapatkan dosa semua yang mengikutinya.

2. Diam terhadap dosa org lain, pdhal mampu merubah, maka dia ikut berdosa (bahkan azab), karena:

– laa ta’aawanuu ‘alal itsmi wal ‘udwaan …, jgn saling menolong dlm dosa dan kejahatan.

Mendiamkan kesalahan pdhal mampu merubahnya, dan keadaan memungkinkan utk itu, tp dia diam saja maka sama sj dia menyetujui prbuatan tsb.

– wat taquu fitnah laa tushiubanna zhalamuu minkum khaashah …, takutlah kamu thdp malapetaka yg tdk hanya menimpa org2 zalim saja.

Ayat ini menunjukkan bala yg akan diberikan merata, baik yg zalim atau tidak zalim, gara2 mrka diam saja thdp kezaliman

– Abu Ali Ad Daqaq mengatakan: as sukuut ‘anil haq syaithan akhras …, diam saja tdk mengatakan yg benar adalah syetan gagu

Wallahu a’lam


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Malu dan Iman

Malu Sebagai Bagian Dari Keimanan (Bag. 2 – habis)

Oleh: Ust. Rikza Maulan Lc., M.Ag.

Materi sebelumnya bisa dilihat di tautan berikut:

Malu Sebagai Bagian Dari Keimanan (Bag. 1)

4. ย Berkenaan dengan sifat al-hayaโ€™ ini, dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW menggambarkan tentang hakekat dari sifat al-hayaโ€™ sekaligus sebagai bentuk penggambaran dari buah yang akan didadapatkan seseorang aapabila menghiasi diri dengan sifat ini.

Riwayat tersebut adalah sebagai berikut:

ุนูŽู†ู’ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจู’ู†ู ู…ูŽุณู’ุนููˆุฏู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุงุณู’ุชูŽุญู’ูŠููˆุง ู…ูู†ู’ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุญูŽู‚ู‘ูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุกู ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูู„ู’ู†ูŽุง ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฅูู†ู‘ูŽุง ู†ูŽุณู’ุชูŽุญู’ูŠููŠ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุฐูŽุงูƒูŽ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู‘ูŽ ุงู’ู„ุฅูุณู’ุชูุญู’ูŠูŽุงุกูŽ ู…ูู†ู’ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุญูŽู‚ู‘ูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุกู ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุญู’ููŽุธูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุฃู’ุณูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ูˆูŽุนูŽู‰ ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุทู’ู†ูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ุญูŽูˆูŽู‰ ูˆูŽู„ู’ุชูŽุฐู’ูƒูุฑู’ ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุชูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุจูู„ูŽู‰ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุงู’ู„ุขุฎูุฑูŽุฉูŽ ุชูŽุฑูŽูƒูŽ ุฒููŠู†ูŽุฉูŽ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ููŽู…ูŽู†ู’ ููŽุนูŽู„ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ููŽู‚ูŽุฏู’ ุงุณู’ุชูŽุญู’ูŠูŽุง ู…ูู†ู’ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุญูŽู‚ู‘ูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุกู (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุชุฑู…ุฐูŠ)

Dari Abdullah bin Masโ€™ud ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, โ€˜Malulah kalian kepada Allah dengan malu yang sebenar-benarnya.โ€™

Sahabat berkata, โ€˜Wahai Rasulullah, kami sudah malu dan Alhamdulillah.โ€™ Rasulullah SAW bersabda, โ€˜Bukan seperti itu, akan tetapi malu kepada Allah dengan malu yang sebenar-benarnya adalah bahwa engkau menjaga kepala dan apa yang di dalamnya, engkau menjaga perut dan apa yang ada di sekitarnya (kemaluan), engkau senantiasa mengingat kematian dan kefanaan.

Dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat, ia akan meninggalkan perhiasan kehidupan dunia. Dan barang siapa yang melakukan itu semua, sungguh ia telah malu kepada Allah dengan malu yang sebenar-benarnya.โ€™ (HR. Turmudzi)

5. Terdapat perbedaan pendapat berkenaan dengan hukum bersifat al-hayaโ€™, sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas; apakah hukumnya wajib (menjadi suatu keharusan), ataukah tidak?

Perbedaan pendapat ini berpangkal dari pemahaman terhadap hadits di atas sebagai berikut :

a. Pendapat pertama adalah pendapat yang mengatakan bahwa sifat al-hayaโ€™ merupakan suatu keharusan (wajib).

Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW dalam hadits di atas, โ€œJika kamu tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.โ€.

Ulama mengatakan bahwa ungkapan tersebut
bertujuan sebagai teguran keras dan celaan terhadap orang yang tidak memiliki rasa malu. Karena jika orang sudah tidak memiliki rasa malu, maka berbuatlah sekehendaknya; baik atau buruk, bermanfaat atau justru bermadharat, dsb.

Dan berbuat sesuai kehendak hati yang diiringi dengan hawa nafsu sudah barang tentu menjadi perbuatan dosa. Karena salah satu fungsi iman adalah mengontrol hawa nafsu.

b. Pendapat kedua adalah pendapat yang memengatakan bahwa sifat al-hayaโ€™ adalah tidak wajib.

Hal ini juga didasarkan pada hadits di atas, hanya saja mereka berpendapat bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW โ€˜berbuatlah sesukamuโ€™; maksudnya adalah mubah (boleh) untuk berbuat sekehendaknya. Dan selama perbuatan sekehdaknya tersebut tidak melanggar syariah, maka hukumnya masih boleh-boleh saja.

Dari kedua pendapat tersebut, baik Ibnu Qayim al-Jauzi dalam Tahdzib Madarijis Salikin maupun Syekh Musthafa Dieb Al-Bugha dalam Al-Wafi, merajihkan pendapat yang pertama; yaitu bahwa sabda nabi SAW โ€œberbuatlah sekehendakmuโ€ sebagai sebuah teguran keras dan celaan.

Oleh karenanya, setiap muslim harus menghiasi dirinya dengan sifat al-hayaโ€™ ini.

6. Sifat Malu ternyata memiliki beragam bentuk dan warnanya.

Adalah Ibnu Qayim Al-Jauzi membagi sifat malu ini menjadi sepuluh macam, sebagaimana yang beliau kemukakan dalam Tahdzib Madarijis Salikin, yaitu sebagai berikut :

a. Malu karena berbuat salah, yaitu seperti malunya Nabi Adam as yang melarirkan diri dari Allah SWT saat di surga.

Allah SWT bertanya kepadanya, โ€˜Mengapa engkau lari dari-Ku wahai Adam?โ€™

Adam as menjawab, โ€˜Tidak wahai Tuhanku, tetapi karena aku merasa malu terhadap-Mu.โ€™

b. Malu karena keterbatasan diri, yaitu seperti rasa malunya para Malaikat yang senantiasa bertasbih di waktu siang dan malam dan tidak pernah sesaatpun berhenti bertasbih.

Namun begitu hari kiamat tiba, mereka berkata, โ€˜Maha Suci Engkau, kami belumlah menyembah kepada-Mu dengan penyembahan yang sebenar-benar-Nya.

c. Malu karena bentuk pengagunggan atau malu karena memiliki maโ€™rifat kepada Allah SWT, yaitu bentuk malu karena mengagungkan Allah SWT.

Dan sejauh ia semakin maโ€™rifat kepada Allah, maka sejauh itu pula rasa malunya terhadap Allah SWT.

d. Malu karena kehalusan budi, yaitu seperti rasa malunya Rasulullah SAW saat mengundang orang-orang pada acara walimah Zainab.
Karena mereka tidak segera pulang, maka beliau bangkit dari duduknya dan merasa malu untuk mengatakan kepada mereka, โ€˜Pulanglah kalian.โ€™

e. Malu karena menjaga kesopnan, seperti malunya Ali bin Abi Thalib ketika hendak memnta baju besi kepada Rasulullah SAW karena dia menjadi suami dari putri beliau; Fatimah.

f. Malu karena merasa diri terlalu hina di hadapan Allah SWT, yaitu seperti malunya hamba yang memohon berbagai mecam keperluan kepada Allah, dengan menganggap dirinya terlalu hina untuk permohonan tersebut.

g. Malu karena cinta, yiatu rasa malunya orang yang mencintai di hadapan orang yang dicintainya. Bahkan tatkala terlintas sesuatu di dalam hatinya saat berjauhan dengan orang yang dicintainya, dia tetap marasa malu, tanpa diketahui apa sebabnya, apalagi jika orang yang dicintainya muncul secara tiba-tiba di hadapannya.

h. Malu karena ubudiyah (penghambaan diri kepada Allah), yaitu rasa malu yang bercampur dengan cinta dan rasa takut.

Seorang hamba merasa penghambannya kepada Allah kurang, sementara kekuasaan Dzat yang disembahnya terlalu agung, sehingga penghambaannya dirinya yang penuh kekurangan menjadikannya malu dihadapan Allah SWT.

i. Malu karena kemuliaan, yaitu rasa malu seorang hamba yang memiliki jiwa yang agung tatkala berbuat kebaikan atau memberikan sesuatu kepada orang lain.
Sekalipun dia sudah berkorban dengan mengeluarkan sesuatu, toh dia masih merasa malu karena kemuliaan jiwanya.

j. Malu terhadap diri sendiri, yaitu rasa malu seseorang yang memiliki jiwa besar dan mulia, sekiranyapun dirinya merasa ridha terhadap kekurangan dirinya dan merasa puas melihat kekurangan orang lain.

Dia merasa malu terhadap dirinya sendiri, sehingga seakan-akan dia mempunyai dua jiwa, yaitu yang satu merasa malu terhadap yang lainnya. Ini meupkana rasa malu yang paling sempurna. Sebab jika seorang hamba merasa malu terhadap diri sendiri, maka dia lebih layak untuk merasa malu terhadap orang lain.

7. Selain sebagai sifat yang harus menghiasi hati setiap muslim, Al-Hayaโ€™ juga memiliki fadhilah atau benefit yang mulia.

Adapun diantara benefit dari sifat al-hayaโ€™ adalah:

a. Akan mendatangkan segala kebaikan.

Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam riwayat berikut :

ุนูŽู†ู’ ุนูู…ู’ุฑูŽุงู†ูŽ ุจู’ู†ู ุญูุตูŽูŠู’ู†ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุกู ู„ุงูŽ ูŠูŽุฃู’ุชููŠ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุจูุฎูŽูŠู’ุฑู (ู…ุชูู‚ ุนู„ูŠู‡)

Dari Imran bin Hushain ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, โ€˜Tidaklah sifat al-hayaโ€™ (malu karena Allah SWT) itu datang, melainkan dengan (membawa) kebaikan.โ€™ (Muttafaqun Alaih)

b. Al-Hayaโ€™ merupakan sunnah para Rasul utusan Allah SWT.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits:

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ุฃูŽูŠู‘ููˆุจูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนูŒ ู…ูู†ู’ ุณูู†ูŽู†ู ุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู†ูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽุนูŽุทู‘ูุฑู ูˆูŽุงู„ุณู‘ููˆูŽุงูƒู ูˆูŽุงู„ู†ู‘ููƒูŽุงุญู (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุชุฑู…ุฐูŠ)

Dari Abu Ayyub ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, โ€˜Ada 4 hal yang menjadi sunnah para Rasul, yaitu; al-hayaโ€™, memakai wewangian, bersiwak dan nikah.โ€™ (HR. Turmudzi)

c. Al-Hayaโ€™ akan menjadi penghias pribadi bagi setiap muslim.

Hal ini sebagaimana disabdakan6 dalam hadits berikut :

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽู†ูŽุณู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู’ููุญู’ุดู ูููŠ ุดูŽูŠู’ุกู ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุดูŽุงู†ูŽู‡ู ูˆูŽู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุกู ูููŠ ุดูŽูŠู’ุกู ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุฒูŽุงู†ูŽู‡ู (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุชุฑู…ุฐูŠ)

Dari Anas ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, โ€˜Tidaklah perbuatan keji itu dikerjakan dalam sesuatu, melainkan akan mengotorinya. Dan tidaklah sifat al-hayaโ€™ (malu karena Allah SWT) dilakukan dalam sesuatu, melainkan ia akan menghiasinya.โ€™
(HR. Turmudzi)

d. Al-Hayaโ€™ akan mengantarkan seseorang ke dalam surga.

Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW dalam hadits :

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุกู ู…ูู†ู’ ุงู’ู„ุฅููŠู…ูŽุงู†ู ูˆูŽุงู’ู„ุฅููŠู…ูŽุงู†ู ูููŠ ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุฐูŽุงุกู ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ุฌูŽููŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ุฌูŽููŽุงุกู ูููŠ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุชุฑู…ุฐูŠ)

Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, โ€˜Sifat Al-Hayaโ€™ (malu karena Allah SWT) adalah dari iman. Dan iman itu (tempatnya) adalah di surga. Sementara al-badzaโ€™ (perkataan yang kotor dan keji) adalah dari kerasnya hati. Dan kerasnya hati (tempatnya) adalah di neraka.โ€™
(HR. Turmudzi).

e. Al-hayaโ€™ merupakan sebuah sifat yang dicintai oleh Allah SWT.

Hal ini sebagaimana digambarkan dalam hadits :

ุนูŽู†ู’ ุนูŽุทูŽุงุกู ุนูŽู†ู’ ูŠูŽุนู’ู„ูŽู‰ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฑูŽุฃูŽู‰ ุฑูŽุฌูู„ู‹ุง ูŠูŽุบู’ุชูŽุณูู„ู ุจูุงู„ู’ุจูŽุฑูŽุงุฒู ููŽุตูŽุนูุฏูŽ ุงู„ู’ู…ูู†ู’ุจูŽุฑูŽ ููŽุญูŽู…ูุฏูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูˆูŽุฃูŽุซู’ู†ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ุนูŽุฒู‘ูŽ ูˆูŽุฌูŽู„ู‘ูŽ ุญูŽู„ููŠู…ูŒ ุญูŽูŠููŠู‘ูŒ ุณูุชู‘ููŠุฑูŒ ูŠูุญูุจู‘ู ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุกูŽ ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽุชู’ุฑูŽ ููŽุฅูุฐูŽุง ุงุบู’ุชูŽุณูŽู„ูŽ ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ููŽู„ู’ูŠูŽุณู’ุชูŽุชูุฑู’ (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุชุฑู…ุฐูŠ)

Dari Yaโ€™la ra bahwasanya Rasulullah SAW melihat seorang laki-laki sedang mandi dengan memakai sarung. Setelah itu beliau naik ke mimbar lalu memuji Allah SAW dan bersabda, โ€˜Sesungguhnya Allah SWT Maha Pemurah, Maha Hidup (kekal), Maha Suci, mencintai sifat al-haya dan mencintai orang yang menutup auratnya. Maka apabila salah seorang diantara kalian mandi, hendaklah ia menutupi auratnya.โ€™ (HR. Turmdzi)

f. Al-Hayaโ€™ merupakan intisari akhlak dalam Islam.

Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW dalam hadtis berikut :

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽู†ูŽุณู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽ ู„ููƒูู„ู‘ู ุฏููŠู†ู ุฎูู„ูู‚ู‹ุง ูˆูŽุฎูู„ูู‚ู ุงู’ู„ุฅูุณู’ู„ุงูŽู…ู ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุกู (ุฑูˆุงู‡ ุงุจู† ู…ุงุฌู‡)

Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, โ€˜Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak dinul Islam adalah al-hayaโ€™.โ€™ (HR. Ibnu Majah)

Wallahu Aโ€™lam bis Shawab


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Berjihadlah

Kekalahan yang Berawal Dari Perselisihan Internal (Dari Seorang Buronan hingga Menjadi Admiral) bag-1

Ust. AGUNG WASPODO, SE, MPP

Sekelumit Kisah Kapten Selman

Serbuan Mamluk ke kota Aden – 17 September 1516

Selman Reis (kapten Selman) lahir di Pulau Lesbos, Laut Aegean, dan meniti karir hingga menjadi seorang admiral pada angkatan laut Turki Utsmani. Pada awalnya ia pernah aktif dalam kedinasan angkatan laut Mamluk yang berkuasa di Mesir dan mendapat kesempatan untuk berhadapan dengan kepentingan Portugis di Laut Merah, Laut Arab, Teluk Parsi, hinhga ke Samudera Hindia. Setelah Kesultanan Mamluk digantikan oleh Turki Utsmani maka Selman Reis pun kembali aktif dalam kedinasan angkatan laut negerinya dan kembali memimpin melawan Portugis pada awal abad ke-16.

Hidup memang tak diketahui lika-likunya; namun tekad bulat untuk melakukan yang terbaik tidak akan mudah dihentikan oleh permasalahan yang menghadang.

Pelaut Bayaran bagi Mamluk

Selman Reis masuk dalam dinas kelautan Mamluk dan memimpin 2.000 personil non-Mesir di region Samudera Hindia. Masa kedinasannya di angkatan laut Mamluk diduga tidak mendapat restu dari angkatan laut Kesultanan Turki Utsmani. Ia bahkan mendapatkan hukuman sebagai tahanan ketika Mesir dikuasai oleh Turki Utsmani pada masa Sultan Selim I Yavuz.

Selman Reis mendapatkan tugas untuk mengacaukan blokade laut yang diterapkan oleh Portugis atas akses laut Mamluk di Mesir. Blokade ini berhasil menghentikan suplai rempah-rempah dari Asia dan membuat penghasilan melalui jalur perdagangan yang melintasi Mesir menjadi terganggu. Selman Reis dibekali 19 kapal perang untuk beroperasi di Samudra Hindia pada tahun 1515.

Selman Reis bertolak dari pangkalan laut Suez, Mesir, bersama armadanya pada hari Ahad 21 Sya’ban 921 Hijriah (30 September 1515) dengan kekuatan 3.000 personil diantaranya 1.300 dari bangsa Turki. Armada ini membawa suplai yang cukup untuk membangun sebuah benteng di Kamaran tetapi gagal untuk menguasai pelabuhan Aden dan wilayah Yaman pada hari Rabu 20 Sya’ban 922 Hijriah (17 September 1516).

Pada tahun 1517 ia memimpin pertahanan atas pelabuhan Jeddah yang diserang oleh armada Portugis tidak lama sebelum Kesultanan Mamluk dikalahkan oleh Turki Utsmani. Selman Reis sempat mendekam dalam tahanan di ฤฐstanbul atas dugaan desersi; ia baru bebas pada tahun 1520.

Memang pernah kedua tanah suci Haramain berada dalam jarak jangkauan Portugis dan Jeddah menjadi pelabuhan yang sepi karena para pelaut kaum Muslimin enggan melintasi Laut Merah yang tidak aman pada waktu itu. Tidak dapat dipungkiri bahwa Turki Utsmani lebih memiliki gagasan tentang kedaulatan wilayah yang lebih luas daripada Mamluk sebelumnya. Gagasan ini didukung secara politik serta diberikan sumber daya yang cukup untuk merealisasikannya.


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Berjihadlah

Ulama yang Tidak Segan Meluruskan Sang Pemimpin, ‘Ulama yang juga Panglima’

Oleh: Ust. AGUNG WASPODO, SE, MPP

Pengepungan Syracuse – Musim Gugur 827 s/d Musim Panas/Gugur 828

Pengepungan kota Syracuse pada tahun 827-828 adalah upaya pertama Daulah Aghlabiyah atas kota tersebut di Pulau Sisilia ketika ia masih merupakan provinsi Kekaisaran Byzantium. Balatentara Aghlabiyah telah mendarat beberapa bulan sebelumnya dalam rangka membantu panglima Euphemius yang terusir.

Setelah berhasil mengalahkan pasukan lokal dan menguasai benteng di Mazara (bisa melihat artikel saya sebelumnya), mereka menuju Syracuse yang merupakan ibukota pulau ini pada masa Byzantium.

Pengepungan ini berlangsung selama musim dingin antara tahum 827-828 hingga awal musim panas berikutnya. Pasukan Aghlabiyah yang mengepung menderita kerugian akibat menipisnya logistik serta menjalarnya penyakit menular; bahkan merenggut nyawa pemimpin ekspedisi tersebut yang bernama Asad ibn al-Furat.

Asad ibn al-Furat

Asad ibn al-Furat (ุฃุณุฏ ุจู† ุงู„ูุฑุงุช; 759-828) adalah seorang ahli fiqih dan tauhid yang lahir di Ifriqiyah. Keluarganya berimigrasi dari daerah Harran, Irak. Ia berkesempatan belajar dari Malik ibn Anas sang pendiri madzhab Maliki di Madinah dan belajar dari Abu Hanifah sang pendiri madzhab Hanafi di Kufah.

Setelah beliau kembali ke Ifriqiyah ia diangkat menjadi hakim di al-Qayrawan. Ia pernah konflik dengan Amir Ziyadatullah I (817-838) yang memimpin dalam kehidupan yang berlimpah. Banyak yang mengira bawha Asad ibn al-Furat mendapatkan tugas memimpin ekspedisi militer ke Sisilia ini guna menghilangkan kritik pedasnya.

Muhammad ibn Abi-l Jawari

Pimpinan ekspedisi beralih ke Mihammad ibn Abi-l Jawari setelah wafatnya Asad. Melihat posisi pasukan tidak menguntungkan setelah dihantam wabah penyakit, maka al-Jawari mengangkat kepungan atas Syracuse dan mundur ke bagian selatan pulau. Dari posisi baru itu balatentara Aghlabiyah bertahan dan melancarkan penguasaan atas pulan secara bertahap; Syracuse baru jatuh ke tangan al-Jawari setelah kembali dikepung lama antara tahun 877-878 ditandai dengan jatuhnya kota Taormia pada tahun 902.

Agung Waspodo, kembali mencatat bahwa ulama dulu berani tegas kepada umara untuk hal prinsipil, disamping itu para ulama juga adalah komandan militer yang mumpuni; tidak ada dikotomi antara ulama dan profesi-profesi lain. Telah berlalu 1.187 tahun sejak itu.

Depok, 5 September 2015.. lewat waktu isya’


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Ilmu

Ayo Ngaji…

Oleh: Ust. Abdullah Haidir Lc.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

ู…ูŽู†ู’ ุณูŽู„ูŽูƒูŽ ุทูŽุฑููŠู‚ู‹ุง ูŠูŽู„ู’ุชูŽู…ูุณู ูููŠู‡ู ุนูู„ู’ู…ู‹ุงุŒ ุณูŽู‡ู‘ูŽู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽู‡ู ุทูŽุฑููŠู‚ู‹ุง ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉู

โ€œSiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan jalan baginya menuju surga.โ€ (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dll)

Perhatikan, penekanan nya bukan pada โ€˜ilmunyaโ€™ tapi โ€˜mencari ilmunyaโ€™.

Keutamaan ilmu memang tinggi. Tapi yang tidak kalah tingginya adalah proses mencari ilmunnya.

Seseorang yang merasa dirinya bodoh, lalu tanpa bosan dia terus mencari ilmu, lebih baik daripada orang yang sudah merasa berilmu lalu dia berhenti untuk menuntut ilmu.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

ุฅูุฐูŽุง ู…ูŽุฑูŽุฑู’ุชูู…ู’ ุจูุฑููŠูŽุงุถู ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉูุŒ ููŽุงุฑู’ุชูŽุนููˆุง “ุŒ ู‚ูŽุงู„ููˆุง: ูˆูŽู…ูŽุง ุฑููŠูŽุงุถู ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉูุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุญูู„ูŽู‚ู ุงู„ุฐู‘ููƒู’ุฑู ย (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุชุฑู…ุฐูŠ ูˆู‚ุงู„ ุญุฏูŠุซ ุญุณู† ุบุฑูŠุจุŒ ูˆุฃุญู…ุฏุŒ ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุฃุฑู†ุคูˆุท: ุฅุณู†ุงุฏู‡ ุถุนูŠู)

โ€œJika kalian melewati taman-taman surga, maka singgahlah.โ€

Mereka bertanya, โ€œApakah taman-taman surga itu?โ€

Beliau menjawab, โ€œHalaqah-halaqah zikir.โ€

(HR. Tirmizi, dia berkata haditsnya hasan gharib, Ahmad. Al-Arnauth berkata: sanadnya lemah)

Atha bin Abi Rabah berkata:
Halaqah-halaqah zikir adalah majelis (yang menjelaskan) halal haram, bagaimana engkau membeli, bagaimana engkau shalat, bagaimana engkau zakat, bagaimana engkau haji, bagaimana engkau menikah, bagaimana engkau mencerai dan semacamnya.

Ibnu Ruslan berkata dalam syairnya,

ูˆูŽูƒูู„ู‘ู ู…ูŽู†ู’ ุจูุบูŽูŠู’ุฑู ุนูู„ู’ู…ู ูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ู ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ูู‡ู ู…ูŽุฑู’ุฏููˆุฏูŽุฉูŒ ู„ุงูŽ ุชูู‚ู’ุจูŽู„ู

โ€œSiapa yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya tertolak tak diterima.โ€

Seorang ulama berkata dalam syairnya,

ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ููŽู‚ููŠู‡ุงู‹ ูˆูŽุงุญูุฏู‹ุง ู…ูุชูŽูˆูŽุฑู‘ูุนุงู‹ ย  ย  ุฃูŽุดูŽุฏู‘ู ุนู„ูŽู‰ูŽ ุงู„ุดู‘ูŽูŠู’ุทูŽุงู† ู…ูู†ู’ ุฃูŽู„ู’ูู ุนูŽุงุจูุฏู

โ€œSatu orang yang paham agama dan dia waraโ€™ (takut melanggar dan maksiat), maka itu lebih berat bagi setan dari seribu ahli ibadah (tanpa ilmu).โ€

Seorang ulama berkata,
โ€œSiapa yang mendatangi ulama dan duduk di majelisnya, lalu dia tidak dapat merekam ilmu yang disampaikan, Allah tetap memberinya tujuh karomah (kemuliaan):

1. Dia mendapatkan keutamaan orang yang mengaji.

2. Selagi dia tertahan di majelis tersebut, maka selama itu dia terhalang dari dosa dan maksiat.

3. Jika dia keluar dari rumahnya, rahmat Allah diturunkan kepadanya.

4. Jika dia singgah di majelis tersebut, rahmat Allah akan diturunkan kepada ulama tersebut dan dia mendapatkan barokahnya.

5. Dicatatkan untuknya kebaikan-kebaikan selama dia mendengarkannya.

6. Dia dikelilingi malaikat yang membentangkan sayap-sayapnya.

7. Setiap langkah kaki yang dia ayunkan dapat menjadi kafarat (penghapus) dosa dan pengangkat derajat serta penambah pahala.

Ini bagi yang tidak dapat merekam apa yang disampaikan. Bagaimana dengan mereka yang mengaji dan dapat merekam apa yang dia sampaikan. Kebaikan berlipat-lipat akan dia dapatkan.

Yang sudah rutin dan aktif di suatu pengajian, tekunilah dan istiqamahlah, jangan mudah goyah dan lemah.

Yang belum, segera cari tempat mengaji yang dia percaya lurus pemahamannya dan mungkin dia hadiri.

Kalau bukan kita siapa lagi,
Kalau tidak sekarang, kapan lagiโ€ฆ


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Umat Mulia Karena Islam

MELEJITKAN POTENSI DIRI DENGAN ZIKIR

Oleh: Ust. Dr. Abas Mansur Tamam

Hadits:

ุนู† ุฃุจูŠ ู…ููˆุณูŽู‰ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚ุงู„ ู‚ุงู„ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…: (ู…ูŽุซูŽู„ู ุงู„ุฐูŠ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู ุฑูŽุจู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ู„ูŽุง ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู ุฑูŽุจู‘ูŽู‡ู ู…ูŽุซูŽู„ู ุงู„ู’ุญูŽูŠู‘ู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽูŠู‘ูุชู) (ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ 5/6044ุ› ู…ุณู„ู… 1/779)

Diriwayatkan dari Abu Musa, Nabi saw. bersabda: โ€œPerumpamaan orang yang berzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berzikir adalah seperti perbandingan antara hidup dan matiโ€ (Bukhari, 5/6044; Muslim, 1/779).

Andai kualitas hidup hanya ditentukan oleh kekuatan fisik, posisi manusia tentu sangat kecil di jagat ini.

Beruntung Allah memberikan al-asma’a kullaha, yaitu seluruh ilmu pengetahuan dasar kepada Adam. Dengan bekal ilmu pengetahuan, Adam menjadi makhluk yang lebih mulia dibanding semua makhluk yang ada, termasuk malaikat.

Kini kita berkewajiban mewarisi dan mengembangkan ilmu itu dalam berbagai spesialisasi. Karena itu keunggulan berpikir menjadi parameter kemuliaan manusia setelah iman.

Firman Allah:

ูŠูŽุฑู’ููŽุนู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุง ู…ูู†ูƒูู…ู’ ูˆูŽุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุฃููˆุชููˆุง ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ูŽ ุฏูŽุฑูŽุฌูŽุงุชู

Artinya: โ€œNiscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajatโ€ (Al-Mujadilah [58]: 11).

Tetapi akal bukan satu-satunya inti kemanusiaan. Ada yang lain, yaitu ruh. Dua-duanya harus terberdayakan. Olah pikir dan olah zikir menjadi dua sisi mata uang.
Ali Syariati menyebutnya kesatuan antara rausan fikir dan rausan zikir.

Tetapi ada yang unik dari rausan zikir. Bahwa kecanggihan di bidang ini bisa mempercepat pemberdayaan dimensi haraki (pisik) dan fikri (akal). Dalam zikir terdapat energi besar.

Banyak fakta yang bisa direfleksikan terkait dengan persoalan ini. Dalam penelitian Napoleon Benavarte, prajurit-prajurit yang taat beragama jauh lebih unggul:
โ€œPerbandingan antara tentara yang tidak bermoral dengan tentara yang bermoral adalah 1:2โ€.
Gambaran yang mirip juga ada dalam Alquran. Dalam kondisi lemah, perbandingan tentara kafir dengan tentara Mukmin adalah 1:2.
Dalam kondisi normal perbandingan itu adalah 1:10 (Al-Anfal [8]: 65-66). Itu perbandingan rata-rata.

Ada perbandingan yang lebih dahsyat. Dalam ekspansinya ke Mesir, Jenderal Amr bin Ash meminta bantuan 4000 tentara kepada Khalifah Umar bin Khattab. Anehnya, beliau hanya mengirimkan 4 orang sahabat. Dalam suratnya Umar berkata: wahid fi alfi rajul, satu sebanding seribu orang.

Abu Bakar pernah menggambarkan seorang sahabat yang tidak terkenal, tapi punya energi hidup yang sangat besar: โ€œSebuah pasukan tidak akan dikalahkan jika di situ ada Qo’qo bin Amrโ€.
Energi itu juga yang membuat Khalid bin Walid mampu mengikuti 100 peperangan. Dalam perang Yarmuk saja, dengan pedangnya ia membunuh 5 ribu dan mematahkan 9 pedang musuh.

Kebetulan saja ilustrasi ini diawali dari tesis Napoleon, jadi data-datanya lebih banyak tentang perang.

Tetapi sungguh zikir bisa menjadi energi untuk seluruh aktifitas kemanusiaan, termasuk diantaranya kegiatan ilmiah dan akademik. Banyak fakta sejarah yang bisa kita angkat untuk ilustrasi yang terakhir ini.

Ibn Taimiyah, dalam sehari menghabiskan 4 kurasah (ยฑ 48 lembar) untuk menulis. Beberapa bukunya ditulis sekali duduk. Dan buku-buku yang beliau tulis lebih dari 1000 judul. Kebanyakan manuskripnya tidak sampai kepada kita.

Ibn Jarir Al-Thabari menulis sebanyak 100 ribu halaman dalam hidupnya. Tentu pula tidak semuanya sampai ke tangan kita.

Muhammad Abduh dalam sekali duduk sebelum tidur sanggup menulis sanggahan terhadap Gabriel Hanotox, seorang orientalis yang menjadi menteri luar negeri Prancis pada masanya. Tulisan itu kurang lebih setengah dari buku Al-Islam Din al-Ilmi wa al-Madaniyah yang terbit dalam 227 halaman.

Banyak ulama menghasilkan produk ilmiahnya bahkan pada usia yang ralatif muda. Misalnya, buku-buku Sibawaih di bidang nahwu umumnya ditulis pada usia 30 tahun. Dan Imam Nawawy yang meninggal dalam usia 45 tahun telah meninggalkan khazanah yang sangat besar dalam fiqih Syafiโ€™iyyah.

Apa rahasia mereka? Hemat saya, rahasianya ada pada kualitas zikir.

Bahwa kecanggihan ruhiyah bisa mengangkat potensi-potensi kemanusiaan sehingga bisa melakukan sesuatu yang mirip adimanusiawi, jauh di luar kemampuhan manusia rata-rata. Hal itu karena yang telah berperan dalam diri mereka tidak murni dimensi kemanusiaannya.

Ada energi besar yang diserap dengan keluhuran ruhiyahnya. Energi itu berasal dari Allah swt. Hadis Qudsi yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Abu Hurairah mendukung tesis ini.

Rasulullah saw. bersabda:

ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ู‚ุงู„: ู…ู† ุนูŽุงุฏูŽู‰ ู„ูŠ ูˆูŽู„ููŠู‘ู‹ุง ููŽู‚ูŽุฏู’ ุขุฐูŽู†ู’ุชูู‡ู ุจูุงู„ู’ุญูŽุฑู’ุจูุŒ ูˆู…ุง ุชูŽู‚ูŽุฑู‘ูŽุจูŽ ุฅู„ูŠ ุนูŽุจู’ุฏููŠ ุจูุดูŽูŠู’ุกู ุฃูŽุญูŽุจู‘ูŽ ุฅู„ูŠ ู…ูู…ู‘ูŽุง ุงูู’ุชูŽุฑูŽุถู’ุชู ุนู„ูŠู‡ุŒ ูˆู…ุง ูŠูŽุฒูŽุงู„ู ุนูŽุจู’ุฏููŠ ูŠูŽุชูŽู‚ูŽุฑู‘ูŽุจู ุฅู„ูŠ ุจูุงู„ู†ู‘ูŽูˆูŽุงููู„ู ุญุชู‰ ุฃูุญูุจู‘ูŽู‡ูุŒ ูุฅุฐุง ุฃูŽุญู’ุจูŽุจู’ุชูู‡ู ูƒู†ุช ุณูŽู…ู’ุนูŽู‡ู ุงู„ุฐูŠ ูŠูŽุณู’ู…ูŽุนู ุจูู‡ูุŒ ูˆูŽุจูŽุตูŽุฑูŽู‡ู ุงู„ุฐูŠ ูŠูุจู’ุตูุฑู ุจูู‡ูุŒ ูˆูŽูŠูŽุฏูŽู‡ู ุงู„ุชูŠ ูŠูŽุจู’ุทูุดู ุจู‡ุงุŒ ูˆูŽุฑูุฌู’ู„ูŽู‡ู ุงู„ุชูŠ ูŠูŽู…ู’ุดููŠ ุจู‡ุงุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุณูŽุฃูŽู„ูŽู†ููŠ ู„ูŽุฃูุนู’ุทููŠูŽู†ู‘ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽู„ูŽุฆูู†ู’ ุงุณู’ุชูŽุนูŽุงุฐูŽู†ููŠ ู„ูŽุฃูุนููŠุฐูŽู†ู‘ูŽู‡ูุŒ ูˆู…ุง ุชูŽุฑูŽุฏู‘ูŽุฏู’ุชู ุนู† ุดูŽูŠู’ุกู ุฃู†ุง ููŽุงุนูู„ูู‡ู ุชูŽุฑูŽุฏู‘ูุฏููŠ ุนู† ู†ูŽูู’ุณู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ู ูŠูŽูƒู’ุฑูŽู‡ู ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุชูŽ ูˆุฃู†ุง ุฃูŽูƒู’ุฑูŽู‡ู ู…ูŽุณูŽุงุกูŽุชูŽู‡ู

Artinya:
โ€œSiapa yang memusuhi Aku, maksudnya memusuhi wali-Ku, maka Aku akan mengumumkan perang kepadanya.
Tidaklah hamba-Ku taqarrub kepada-Ku lebih Aku cintai dari jenis ibadah yang telah Aku fardukan.

Jika hamba-Ku terus bertaqarrub dengan nawafil, maka Aku akan mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya ketika dia mendengar. Akulah matanya ketika dia melihat. Akulah tangannya ketika dia merangkak. Dan akulah kakinya yang dia pakai untuk melangkah.

Jika dia meminta sesuatu pada-Ku, pasti akan Aku kabulkan. Jika ia meminta perlindungan, pasti akan Aku lindungi. ย Dan Aku tidak ragu melakukan suatu perbuatan seperti keraguan-Ku untuk mewafatkan seorang mukmin, dia belum mau mati sedangkan Aku tidak mau menyakitinyaโ€ ย (Bukhari, 5/6137).

Kematangan ruhiyah bukan hanya akan mempercepat produktifitas dengan kualitas adiluhung, juga akan membuat manusia bertahan menghadapi pekerjaan besar dalam waktu yang lama.

Misalnya, Ibn Asakir bertahan menulis Tarikh Dimasyq dalam rentang waktu 60 tahun. Semua orang penting dari kaum cendekia, sastrawan, penyair, bahkan orang-orang linglung terkenal di Damaskus ditulis dalam bukunya.

Ibn Khaldun, bertahan menyendiri di sebuah benteng untuk menulis tarikhnya, Tarikh Ibn Khalidun.

Begitu pula Imam Ghazali. Ia menyendiri di sebuah kamar di Baitul Maqdis, menulis Ihya Ulumuddin.

Apa yang telah membuat mereka mampu bertahan? Lagi-lagi adalah kematangan ruhiyah, kualitas dzikir.

Sebuah ilustrasi yang amat qudus, Allah swt. menceritakan diri-Nya tentang penciptaan langit dan bumi. Orang-orang Yahudi dan Nasrani menyebut, Tuhan letih setelah bekerja enam hari. Maka di hari ketujuh Ia beristirahat.

Tetapi Allah swt. membantah:

ูˆูŽู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุฎูŽู„ูŽู‚ู’ู†ูŽุง ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ูููŠ ุณูุชู‘ูŽุฉู ุฃูŽูŠู‘ูŽุงู…ู ูˆูŽู…ูŽุง ู…ูŽุณู‘ูŽู†ูŽุง ู…ูู† ู„ู‘ูุบููˆุจู

Artinya: โ€œSesungguhnya telah Kami menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihanโ€ (Qaf [50]: 38).

Yang unik ayat itu diteruskan dengan perintah agar Rasulullah Saw bersabar, bertasbih di pagi hari dan petang, solat malam dan bertasbih seusai sholat. Agar ia bertahan dalam menjalankan tugas besar dengan tantangan yang berat.

Firman Allah:

ููŽุงุตู’ุจูุฑู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ูŠูŽู‚ููˆู„ููˆู†ูŽ ูˆูŽุณูŽุจู‘ูุญู’ ุจูุญูŽู…ู’ุฏู ุฑูŽุจู‘ููƒูŽ ู‚ูŽุจู’ู„ูŽ ุทูู„ููˆุนู ุงู„ุดู‘ูŽู…ู’ุณู ูˆูŽู‚ูŽุจู’ู„ูŽ ุงู„ู’ุบูุฑููˆุจู. ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ููŽุณูŽุจู‘ูุญู’ู‡ู ูˆูŽุฃูŽุฏู’ุจูŽุงุฑูŽ ุงู„ุณู‘ูุฌููˆุฏู

Artinya: โ€œMaka bersabarlah engkau terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam. Dan bertasbihlah engkau kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai sembahyangโ€ (Qaf [50]: 39-40).

Allah swt. telah menjadikan hidup manusia dengan beban yang cukup berat. Semakin tinggi kedudukan agama, sosial dan politiknya semakin berat lagi beban yang ada di pundaknya.

Dengan bekal taqorrub, tilawah, salat dan tasbih, semua beban itu dengan izin Allah akan mudah dihadapi.

Dengan bekal zikir semangat hidup akan terus menyala, aktifitas mengalir deras, kesabaran akan tak kenal batas, dan proyek-proyek besar akan sukses dijalankan.


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Agungkan Allah Ketika Ruku dan Sujud

Sujud Sahwi; Apa dan Bagaimana?

Oleh: Ust. Farid Nu’man Hasan, SS.

Definisi (Tarif)

Secara bahasa (etimologi), sahwi diambil dari kata sahaa ย yashuu โ€“ sahwan ย suhuwwan artinya lupa, lalai. Sahaa fil amri artinya lupa terhadap sesuatu.

Secara istilah (terminologi), sujud sahwi adalah dua kali sujud yang dikerjakan karena lupa terhadap suatu hal penting dalam shalat.

Kaifiyat (cara)

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:

ูƒูŠููŠุชู‡: ุณุฌูˆุฏ ุงู„ุณู‡ูˆ ุณุฌุฏุชุงู† ูŠุณุฌุฏู‡ู…ุง ุงู„ู…ุตู„ูŠ ู‚ุจู„ ุงู„ุชุณู„ูŠู… ุฃูˆ ุจุนุฏู‡

Caranya: sujud sahwi sebanyak dua kali sujud dilakukan oleh orang yang shalat sebelum salam atau sesudahnya. (Fiqhus Sunnah, 1/225)

Hanya saja para ulama berbeda pendapat apakah pada sujud sahwi terdapat tasyahud dan salam atau tidak. Atau tanpa tasyahud tapi dengan salam? Atau dibedakan antara sebelum salam dan sesudahnya? Atau bagaimanakah ..?

Imam Ibnu Abdil Bar Rahimahullah meringkas perbedaan tersebut sebagai berikut:

ูˆุงุฎุชู„ููˆุง ููŠ ุงู„ุชุดู‡ุฏ ููŠ ุณุฌุฏุชูŠ ุงู„ุณู‡ูˆ ูˆุงู„ุณู„ุงู… ู…ู†ู‡ู…ุง ูู‚ุงู„ุช ุทุงุฆูุฉ ู„ุง ุชุดู‡ุฏ ููŠู‡ู…ุง ูˆู„ุง ุชุณู„ูŠู… ูˆุฑูˆูŠ ุฐู„ูƒ ุนู† ุฃู†ุณ ุจู† ู…ุงู„ูƒ ูˆุงู„ุญุณู† ุงู„ุจุตุฑูŠ ูˆุฑูˆุงูŠุฉ ุนู† ุนุทุงุก ูˆู‡ูˆ ู‚ูˆู„ ุงู„ุฃูˆุฒุงุนูŠุŒูˆุงู„ุดุงูุนูŠ ู„ุฃู† ุงู„ุณุฌูˆุฏ ูƒู„ู‡ ุนู†ุฏู‡ู…ุง ู‚ุจู„ ุงู„ุณู„ุงู… ูู„ุง ูˆุฌู‡ ู„ุฅุนุงุฏุฉ ุงู„ุชุดู‡ุฏ ุนู†ุฏู‡ู…ุง ูˆู‚ุฏ ุฑูˆูŠ ุนู† ุนุทุงุก ุฅู† ุดุงุก ุชุดู‡ุฏ ูˆุณู„ู… ูˆุฅู† ุดุงุก ู„ู… ูŠูุนู„.
ูˆู‚ุงู„ ุขุฎุฑูˆู† ูŠุชุดู‡ุฏ ููŠู‡ู…ุง ู„ุง ูŠุณู„ู… ู‚ุงู„ู‡ ูŠุฒูŠุฏ ุจู† ู‚ุณูŠุท ูˆุฑูˆุงูŠุฉ ุนู† ุงู„ุญูƒู… ูˆุญู…ุงุฏ ูˆุงู„ู†ุฎุนูŠ ูˆู‚ุชุงุฏุฉ ูˆุงู„ุญูƒู… ูˆุจู‡ ู‚ุงู„ ู…ุงู„ูƒ ูˆุฃูƒุซุฑ ุฃุตุญุงุจู‡ ูˆุงู„ู„ูŠุซ ุจู† ุณุนุฏ ูˆุงู„ุซูˆุฑูŠ ูˆุฃุจูˆ ุญู†ูŠูุฉ ูˆุฃุตุญุงุจู‡. ูˆู‚ุงู„ ุฃุญู…ุฏ ุจู† ุญู†ุจู„ ุฅู† ุณุฌุฏ ู‚ุจู„ ุงู„ุณู„ุงู… ู„ู… ูŠุชุดู‡ุฏ ูˆุฅู† ุณุฌุฏ ุจุนุฏ ุงู„ุณู„ุงู… ุชุดู‡ุฏ ูˆุจู‡ุฐุง ู‚ุงู„ ุฌู…ุงุนุฉ ู…ู† ุฃุตุญุงุจ ู…ุงู„ูƒ ูˆุฑูˆูŠ ุฃูŠุถุง ุนู† ู…ุงู„ูƒ.
ูˆู‚ุงู„ ุงุจู† ุณูŠุฑูŠู† ูŠุณู„ู… ู…ู†ู‡ู…ุง ูˆู„ุง ูŠุชุดู‡ุฏ ููŠู‡ู…ุง

Mereka berbeda pendapat tentang bertasyahud dan salam pada dua sujud sahwi. Sekelompok ulama mengatakan tidak ada tasyahud dan tidak ada salam, pendapat ini diriwayatkan dari Anas bin Malik, Al Hasan Al Bashri, dan riwayat dari Atha, dan ini merupakan pendapat Al Auzai dan Asy Syafii, karena menurut mereka berdua semua sujud dilakukan sebelum salam, maka tidak ada alasannya mengulangi tasyahud bagi dua sujud itu. Diriwayatkan dari Atha: jika mau silahkan tasyahud dan salam, jika tidak maka jangan lakukan.

Ulama lain berpendapat, tasyahud dilakukan pada dua sujud itu namun tidak salam, ini pendapat Zaid bin Qasith, dan merupakan riwayat dari Al Hakam, Hammad, An Nakhai, Qatadah, dan ini pendapat Malik dan kebanyakan para sahabatnya, ย Al Laits bin Saad, Ats Tsauri, Abu Hanifah dan para sahabatnya.

Berkata Ahmad bin Hambal, jika sujudnya sebelum salam maka tidak ada tasyahud, jika sujudnya sesudah salam maka bertasyahud. Dengan ini pula pendapat segolongan ulama dari sahabat Malik, dan diriwayatkjan dari Malik pula. Ibnu Sirin mengatakan: salam pada kedua sujud itu tapi tanpa tasyahud. ย (Imam Ibnu Abdil Bar, At Tamhid, 10/207-208)

Apa yang dibaca ketika sujud sahwi?

Sebagian fuqaha menyebutkan dalam kitab-kitab mereka bahwa disunahkan bacaan dalam sujud sahwi adalah:

ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุณู’ู‡ููˆ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽู†ูŽุงู…ู

Subhana man laa yashuu wa laa yanaam โ€“ Maha Suci Yang tidak pernah lupa dan tidak pernah tidur.

Doa ini berserakan dalam kitab-kitab fiqih induk ย madzhab Hanafi dan syafii seperti:

Madzhab Hanafi
Imam Ahmad bin Muhamamd bin Ismail Ath Thahawi, Miraqi Al Falah, Hal. 298

Madzhab Syafii
Imam An Nawawi, Raudhatuth Thalibin, 1/315
Imam Sulaiman bin Muhammad Al Bujirumi, Hasyiyah Al Bujirumi Alal Minhaj, 3/106.
Imam Zakariya Al Anshari, ย Asna Al Mathalib, 3/156.
Imam Ar Rafii, Syarh Al Kabir, 4/180.
Imam Ibnu Hajar Al Haitami, Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj, 7/136.
Imam Sulaiman bin Umar Al Jumal, Hasyiyah Al Jumal, 4/236.
Imam Syihabudin Al Qalyubi dan Imam Ahmad Amirah, Hasyiyah ย Qalyubi wa Amirah, 3/97
Imam Ibnu Ruslan, Syarh Kitab Ghayah Al Bayan, 1/ 209
Imam Zainuddin Al Malibari, Fathul Muin, 1/97
Imam Muhammad Al Khathib Asy Syarbini, Mughni Muhtaj, 3/93
Imam Syihabuddin Ar Ramli, Nihayatul Muhtaj, 5/233

Namun bacaan ini tidak shahih dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, tidak ada keterangan yang sah tentang ucapan yang mesti dibaca dalam sujud sahwi.

Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah mengomentari bacaan di atas:

ู„ุง ูŠุตุญ ุชู‚ูŠูŠุฏ ู‡ุฐุง ุงู„ุชุณุจูŠุญ ููŠ ุณุฌูˆุฏ ุงู„ุณู‡ูˆ

Tidak benar mengkaitkan tasbih ini pada sujud sahwi. (Muhadzdzab Muโ€™jam Al Manahi Al Lafzhiyah, Hal. 89)

Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah juga telah menjelaskan:

ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุณูŽู…ูุนู’ุช ุจูŽุนู’ุถูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฆูู…ู‘ูŽุฉู ูŠูŽุญู’ูƒููŠ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูŠูŽุณู’ุชูŽุญูุจู‘ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽู‚ููˆู„ูŽ ูููŠู‡ูู…ูŽุง ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽู†ูŽุงู…ู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุณู’ู‡ููˆ ุฃูŽูŠู’ ูููŠ ุณูŽุฌู’ุฏูŽุชูŽูŠู’ ุงู„ุณู‘ูŽู‡ู’ูˆู ู‚ูู„ู’ุช ู„ูŽู…ู’ ุฃูŽุฌูุฏู’ ู„ูŽู‡ู ุฃูŽุตู’ู„ู‹ุง

Ucapannya (Ar Rafiโ€™i): aku mendengar sebagian imam menceritakan bahwa disunahkan membaca pada dua sujud itu: Subhana man laa yanaam wa laa yashuu, yaitu pada dua sujud sahwi. Aku (Imam Ibnu Hajar) berkata: Saya tidak temukan asal usul ucapan ini.โ€ (Al Hafizh Ibnu Hajar, At Talkhish Al Habir, 2/14. Cet. 1, 1989M-1419H. Darul Kutub Al Ilmiyah)

Oleh karenanya sebagian ulama seperti Imam Ibnu Qudamah- menyebutkan bahwa bacaan sujud sahwi adalah sama dengan sujud biasa. Inilah yang lebih baik.

Berkata Syaikh Abu Thayyib Ali Hasan faraaj:

ูˆุงู„ุตูˆุงุจ: ุฃู† ูŠู‚ูˆู„ ููŠ ุณุฌูˆุฏ ุงู„ุณู‡ูˆ ู…ุซู„ ู…ุง ูŠู‚ูˆู„ ููŠ ุณุฌูˆุฏ ุงู„ุตู„ุงุฉ

Yang benar adalah membaca pada sujud sahwi seperti membaca pada sujud shalat. (Tanbih As Saajid, Hal. 10)

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizhahullah mengatakan:

ูˆุจุนุถ ุงู„ูู‚ู‡ุงุก ูŠุณุชุญุจ ุฃู† ูŠู‚ูˆู„ ููŠ ุณุฌูˆุฏ ุงู„ุณู‡ูˆ ( ุณุจุญุงู† ู…ู† ู„ุง ูŠุณู‡ูˆ ูˆู„ุง ูŠู†ุงู… ) ุŒ ูˆู„ูƒู† ู„ุง ุฏู„ูŠู„ ุนู„ูŠู‡ ุŒ ูุงู„ู…ุดุฑูˆุน ู‡ูˆ ุงู„ุงู‚ุชุตุงุฑ ุนู„ู‰ ู…ุง ูŠุฐูƒุฑ ููŠ ุณุฌูˆุฏ ุงู„ุตู„ุงุฉุŒ ูˆู„ุง ูŠุนุชุงุฏ ุฐูƒุฑุง ุบูŠุฑู‡

Sebagian fuqaha menganjurkan membaca pada sujud sahwi (subhana man laa yashuu wa laa yanaam), tetapi ini tidak ada dalilnya, maka yang disyariatkan adalah bacaan sebagaimana dibaca dalam sujud shalat, dan tidak ada pembiasaan dzikir selain itu. (Fatawa Islamiyah Suโ€™al wa Jawab, No. 77430)

Syaikh Ibnu Al โ€˜Utsaimin Rahimahullah mengatakan:

ู‚ูˆู„ ููŠ ุณุฌูˆุฏ ุงู„ุณู‡ูˆ ูƒู…ุง ูŠู‚ูˆู„ ููŠ ุณุฌูˆุฏ ุงู„ุตู„ุงุฉ ู„ุนู…ูˆู… ู‚ูˆู„ ุงู„ุฑุณูˆู„ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ููŠ ู‚ูˆู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ (ุณุจุญ ุงุณู… ุฑุจูƒ ุงู„ุฃุนู„ู‰) ู‚ุงู„ (ุงุฌุนู„ูˆู‡ุง ููŠ ุณุฌูˆุฏูƒู…) ูู‡ูˆ ูŠู‚ูˆู„ ูƒู…ุง ูŠู‚ูˆู„ ููŠ ุณุฌูˆุฏ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆูƒุฐู„ูƒ ููŠ ุงู„ุฌู„ุณุฉ ุจูŠู† ุงู„ุณุฌุฏุชูŠู† ูŠู‚ูˆู„ ููŠู‡ุง ูƒู…ุง ูŠู‚ูˆู„ ููŠ ุงู„ุฌู„ุณุฉ ุจูŠู† ุงู„ุณุฌุฏุชูŠู† ููŠ ุตู„ุจ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆู„ุง ูŠู†ุจุบูŠ ุฃู† ูŠู‚ูˆู„ ุณุจุญุงู† ู…ู† ู„ุง ูŠู†ุณู‰ ุณุจุญุงู† ู…ู† ู„ุง ูŠุณู‡ูˆ ุฃูˆ ุฑุจู†ุง ู„ุง ุชุคุงุฎุฐู†ุง ุฅู† ู†ุณูŠู†ุง ุฃูˆ ุฃุฎุทุฃู†ุง ู„ุฃู† ู‡ุฐุง ู„ู… ูŠุฑุฏ ุนู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…

Ucapan pada sujud sahwi adalah sama seperti sujud shalat, karena keumuman sabda Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam tentang firman Allah Taโ€™ala: (sabbihisma rabbikal ala) jadikanlah ia pada ย  sujud kalian. Maka, bacaannya sebagaimana bacaan pada sujud shalat, begitu juga ketika duduk di antara dua sujud, bacaannya adalah sama dengan bacaan duduk di antara dua sujud dalam shalat. Semestinya tidak membaca: subhana man laa yansaa subhana man laa yashuu atau rabbanaa laa tuakhidzna innaa siina aw akhthanaa, karena bacaan ini tidak ada riwayatnya dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. (Syaikh Ibnul Utsaimin, Fatawa Nur Alad Darb, ย Bab Shalat No. 1531)

Sebab Apakah sujud sahwi terjadi?

Sebab-sebab terjadinya sujud sahwi adalah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam.

Berkata Imam Daud Azh Zhahiri:

ู„ุง ูŠุณุฌุฏ ุฃุญุฏ ู„ู„ุณู‡ูˆ ุฅู„ุง ููŠ ุงู„ู…ูˆุงุถุน ุงู„ุชูŠ ุณุฌุฏ ููŠู‡ุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…

Tidak seorang pun sujud sahwi kecuali pada tempat yang Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam sujud padanya. (At Tamhid, 10/207)

Sujud Sahwi terjadi dalam beberapa keadaan berikut:

1. Memberi salam padahal shalat belum sempurna.

Dalilnya adalah: Dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah Radhiallahu โ€˜Anhu, katanya:

ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุจูู†ูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฅูุญู’ุฏูŽู‰ ุตูŽู„ูŽุงุชูŽูŠู’ ุงู„ู’ุนูŽุดููŠูู‘ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงุจู’ู†ู ุณููŠุฑููŠู†ูŽ ุณูŽู…ูŽู‘ุงู‡ูŽุง ุฃูŽุจููˆ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ู†ูŽุณููŠุชู ุฃูŽู†ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ููŽุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุจูู†ูŽุง ุฑูŽูƒู’ุนูŽุชูŽูŠู’ู†ู ุซูู…ูŽู‘ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ููŽู‚ูŽุงู…ูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุฎูŽุดูŽุจูŽุฉู ู…ูŽุนู’ุฑููˆุถูŽุฉู ูููŠ ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุฌูุฏู ููŽุงุชูŽู‘ูƒูŽุฃูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ ุบูŽุถู’ุจูŽุงู†ู ูˆูŽูˆูŽุถูŽุนูŽ ูŠูŽุฏูŽู‡ู ุงู„ู’ูŠูู…ู’ู†ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูŠูุณู’ุฑูŽู‰ ูˆูŽุดูŽุจูŽู‘ูƒูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฃูŽุตูŽุงุจูุนูู‡ู ูˆูŽูˆูŽุถูŽุนูŽ ุฎูŽุฏูŽู‘ู‡ู ุงู„ู’ุฃูŽูŠู’ู…ูŽู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุธูŽู‡ู’ุฑู ูƒูŽููู‘ู‡ู ุงู„ู’ูŠูุณู’ุฑูŽู‰ ูˆูŽุฎูŽุฑูŽุฌูŽุชู’ ุงู„ุณูŽู‘ุฑูŽุนูŽุงู†ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽุจู’ูˆูŽุงุจู ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุฌูุฏู ููŽู‚ูŽุงู„ููˆุง ู‚ูŽุตูุฑูŽุชู’ ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู ูˆูŽูููŠ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุฃูŽุจููˆ ุจูŽูƒู’ุฑู ูˆูŽุนูู…ูŽุฑู ููŽู‡ูŽุงุจูŽุง ุฃูŽู†ู’ ูŠููƒูŽู„ูู‘ู…ูŽุงู‡ู ูˆูŽูููŠ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุฑูŽุฌูู„ูŒ ูููŠ ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู ุทููˆู„ูŒ ูŠูู‚ูŽุงู„ู ู„ูŽู‡ู ุฐููˆ ุงู„ู’ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู†ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุฃูŽู†ูŽุณููŠุชูŽ ุฃูŽู…ู’ ู‚ูŽุตูุฑูŽุชู’ ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู…ู’ ุฃูŽู†ู’ุณูŽ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ุชูู‚ู’ุตูŽุฑู’ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽูƒูŽู…ูŽุง ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุฐููˆ ุงู„ู’ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู†ู ููŽู‚ูŽุงู„ููˆุง ู†ูŽุนูŽู…ู’ ููŽุชูŽู‚ูŽุฏูŽู‘ู…ูŽ ููŽุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ู…ูŽุง ุชูŽุฑูŽูƒูŽ ุซูู…ูŽู‘ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุซูู…ูŽู‘ ูƒูŽุจูŽู‘ุฑูŽ ูˆูŽุณูŽุฌูŽุฏูŽ ู…ูุซู’ู„ูŽ ุณูุฌููˆุฏูู‡ู ุฃูŽูˆู’ ุฃูŽุทู’ูˆูŽู„ูŽ ุซูู…ูŽู‘ ุฑูŽููŽุนูŽ ุฑูŽุฃู’ุณูŽู‡ู ูˆูŽูƒูŽุจูŽู‘ุฑูŽ ุซูู…ูŽู‘ ูƒูŽุจูŽู‘ุฑูŽ ูˆูŽุณูŽุฌูŽุฏูŽ ู…ูุซู’ู„ูŽ ุณูุฌููˆุฏูู‡ู ุฃูŽูˆู’ ุฃูŽุทู’ูˆูŽู„ูŽ ุซูู…ูŽู‘ ุฑูŽููŽุนูŽ ุฑูŽุฃู’ุณูŽู‡ู ูˆูƒุจุฑ. ูุฑุจู…ุง ุณุฃู„ูˆู‡: ุซู… ุณู„ู…ุŸ ููŠู‚ูˆู„: ู†ุจุฆุช ุฃู† ุนู…ุฑุงู† ุจู† ุญุตูŠู† ู‚ุงู„: ุซู… ุณู„ู….

โ€œRasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam shalat bersama kami pada suatu shalat siang.โ€ Demikianlah Abu Hurairah menamakannya tetapi saya telah lupa. Dan Abu Hurairah berkata: Lalu Beliau shalat bersama kami dua rakaat lalu salam. Kemudian Beliau bangun menuju sebuah kayu yang terbentang di masjid dan bersandar padanya seakan dia sedang marah. Lalu Beliau meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya dan merekatkan jari-jarinya, dan meletakan pipi kanannya pada punggung telapak tangan kirinya. Manusia bergegas keluar melalui pintu masjid dan mengatakan: Shalat diqashar! Pada mereka terdapat Abu Bakar dan Umar. Keduanya segan untuk menanyakan hal itu. Pada mereka ada seseorang bertangan panjang yang dinamakan ย  Dzulyadain, dia bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kau lupa atau kau mengqashar shalat? Beliau menjawab: Aku tidak lupa dan tidak juga qashar. Maka nabi bertanya: Apakah benar apa yang dikatakan Dzulyadain? Mereka menjawab Benar. Maka beliau maju dan shalat melanjutkan yang tertinggal, lalu dia takbir dan sujud sebagaimana sujudnya atau lebih panjang, kemudian mengangkat kepalanya dan takbir, kemudian takbir dan sujud sebagaimana sujudnya ย atau lebih panjang, kemudian dia mengangkat kepalanya lagi dan bertakbir. Barangkali mereka bertanya: Kemudian salam? Dikabarkan kepadaku bahwa Imran bin Hushain berkata: Kemudian salam. ย (HR. Bukhari ย  No. 482 dan Muslim No. 573)

Imam Muslim memasukkan hadits ini dalam Bab As Sahwi fis Shalah was Sujud Lahu (Bab Lupa Dalam Shalat dan Sujud Karenanya)

Riwayat ini menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sujud sahwi setelah salam, Beliau melakukannya tanpa tasyahud, tetapi ditutup dengan salam lagi sebagaimana ditegaskan oleh Imran bin Hushain. Inilah petunjuk yang sangat jelas tentang cara sujud sahwi.

2. Kelebihan jumlah rakaat shalat.

Ini juga menyebabkan seseorang wajib menjalankan sujud sahwi. Dalilnya adalah:

Dari Abdullah bin Masud Radhiallahu Anhu, katanya:

ุฃูŽู†ูŽู‘ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ุธูู‘ู‡ู’ุฑูŽ ุฎูŽู…ู’ุณู‹ุง ููŽู‚ููŠู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ุฃูŽุฒููŠุฏูŽ ูููŠ ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ุฐูŽุงูƒูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุตูŽู„ูŽู‘ูŠู’ุชูŽ ุฎูŽู…ู’ุณู‹ุง ููŽุณูŽุฌูŽุฏูŽ ุณูŽุฌู’ุฏูŽุชูŽูŠู’ู†ู ุจูŽุนู’ุฏูŽ ู…ูŽุง ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ

โ€œBahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam shalat zhuhur lima rakaat. Lalu ada orang yang berkata kepadanya: Apakah memang rakaat shalat ditambah? Beliau bersabda: Memang kenapa? orang itu menjawab: Engkau shalat lima rakaat. Maka Nabi pun sujud dua kali setelah salam. (HR. Bukhari No. 1168 dan Muslim No. 572)

Riwayat ini, menunjukkan sujud sahwi Beliau lakukan setelah salam. Sujud sahwi setelah salam dilakukan karena kesalahan tersebut diketahui dan diingat setelah usai shalat (setelah salam).

3. Lupa melakukan tasyahhud awal atau meninggalkan sunah-sunah dalam shalat.

Dalilnya adalah, dari Ibnu Buhainah Radhiallahu โ€˜Anhu, katanya:

ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูŽู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ููŽู‚ูŽุงู…ูŽ ูููŠ ุงู„ุฑูŽู‘ูƒู’ุนูŽุชูŽูŠู’ู†ู ููŽุณูŽุจูŽู‘ุญููˆุง ููŽู…ูŽุถูŽู‰ ููŽู„ูŽู…ูŽู‘ุง ููŽุฑูŽุบูŽ ู…ูู†ู’ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ุณูŽุฌูŽุฏูŽ ุณูŽุฌู’ุฏูŽุชูŽูŠู’ู†ู ุซูู…ูŽู‘ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ

โ€œBahwa Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam shalat, beliau bangun pada rakaat kedua, maka jamaah mengucapkan โ€˜subhanallahโ€™ ย maka beliau tetap melanjutkannya, lalu ketika selesai shalat, Belia sujud dua kali lalu salam.โ€ (HR. An Nasaโ€™i No. 1177, 1178, ย Ibnu Majah No. 1206, 1207. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan An Nasai No. 1177, 1178, dan Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 1206, 1207)

Menurut hadits ini jika sudah terlanjur tegak berdiri, maka imam tidak usah duduk lagi, dia lanjutkan saja tetapi setelah selesai shalat dia sujud dua kali (sahwi) lalu salam. Tetapi, jika berdirinya belum sempurna tegaknya, maka boleh baginya untuk duduk lagi untuk tasyahhud awal, dan akhirnya tanpa melakukan sujud sahwi.

Hal ini ditegaskan dalam riwayat dari Mughirah bin Syuโ€™bah Radhiallahu โ€˜Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

ุฅูุฐูŽุง ู‚ูŽุงู…ูŽ ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ู…ูู†ู’ ุงู„ุฑูŽู‘ูƒู’ุนูŽุชูŽูŠู’ู†ู ููŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุณู’ุชูŽุชูู…ูŽู‘ ู‚ูŽุงุฆูู…ู‹ุง ููŽู„ู’ูŠูŽุฌู’ู„ูุณู’ ููŽุฅูุฐูŽุง ุงุณู’ุชูŽุชูŽู…ูŽู‘ ู‚ูŽุงุฆูู…ู‹ุง ููŽู„ูŽุง ูŠูŽุฌู’ู„ูุณู’ ูˆูŽูŠูŽุณู’ุฌูุฏู’ ุณูŽุฌู’ุฏูŽุชูŽูŠู’ ุงู„ุณูŽู‘ู‡ู’ูˆู

โ€œJika salah seorang kalian berdiri ketika rakaat kedua tetapi belum sempurna, maka hendaknya duduk, jika sudah sempurna maka janganlah duduk. Lalu sujudlah dua kali sebagai sahwi.โ€ (HR. Abu Daud No. 949, 950, Ibnu Majah No. 1208. Hadits ini shahih. Lihat Al Misykah Al Mashabih No. 1020, As Silsilah Ash Shahihah No. 341)

Riwayat ini menunjukkan bahwa sujud sahwi juga bisa dilakukan sebelum salam, yakni ketika kesalahan tersebut diketahui dan diingat masih di dalam shalat.

Hadits-hadits ini ย juga menunjukkan bahwa meninggalkan sunah-sunah shalat mengharuskan pelakunya untuk sujud sahwi.

Bagaimana meninggalkan qunut shubuh?

Bagi yang meyakini qunut shubuh adalah sunah, tentu mereka meyakini jika meninggalkannya ย atau salah dalam menempatkannya, maka hendaknya sujud sahwi. Inilah keyakinan ย masyhur ย ulama madzhab Asy Syafiโ€™i.

Berkata Imam Asy Syafiโ€™i Radhiallahu โ€˜Anhu:

ูˆู„ุฐู„ูƒ ู„ูˆ ุฃุทุงู„ ุงู„ู‚ูŠุงู… ูŠู†ูˆู‰ ุจู‡ ุงู„ู‚ู†ูˆุช ูƒุงู† ุนู„ูŠู‡ ุณุฌูˆุฏ ุงู„ุณู‡ูˆ ู„ุงู† ุงู„ู‚ู†ูˆุช ุนู…ู„ ู…ุนุฏูˆุฏ ู…ู† ุนู…ู„ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูุฅุฐุง ุนู…ู„ู‡ ููŠ ุบูŠุฑ ู…ูˆุถุนู‡ ุฃูˆุฌุจ ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุณู‡ูˆ

โ€œOleh karena itu, jika seseorang memperlama berdiri, dengan itu dia meniatkan sebagai qunut, maka wajib baginya sujud sahwi, sebab qunut adalah amalan tertentu di antara amalan ย shalat lainnya, jika dia melakukannya bukan pada tempatnya, maka wajib baginya sahwi.โ€ (Imam Asy Syafiโ€™i, Al Umm, 1/136, Darul Fikr)

Maka, bagi yang berkeyakinan sebagaimana madzhab Asy Syafiโ€™i bahwa qunut itu adalah sunah, sedangkan meninggalkan sunah adalah termasuk sebab terjadinya sujud sahwi, maka sangat wajar dia melakukan sujud sahwi itu. Tetapi, bagi seseorang yang tidak meyakini adanya qunut shubuh, bahkan membidโ€™ahkannya, karena dia mengikuti pendapat Imam Ahmad bin Hambal, Imam Abu Hanifah dan lainnya, maka tidak mungkin dia sujud sahwi karena meninggalkannya, sebab menurutnya qunut shubuh adalah bidโ€™ah dan keliru, tidak mungkin sujud sahwi gara-gara meninggalkan bidโ€™ah dan kekeliruan. Maka, hal yang menjadi aneh jika ada orang yang tidak meyakini adanya qunut, tetapi dia sujud sahwi gara-gara meninggalkan sesuatu yang dianggapnya bidโ€™ah itu. Begitu pula jika dia menjadi makmum bagi imam yang berqunut, ย ketika imam sujud sahwi karena meninggalkan qunut, maka makmum seperti itu tidak perlu ikut sahwi, sebab dia tidak meyakini syariat qunut. Imam meyakini sunah, maka wajar dia sahwi jika meninggalkannya, sedangkan makmum meyakininya bidโ€™ah, maka menjadi tidak wajar jika dia sahwi karena meninggalkannya.
Tetapi, kami menganjurkan, apalagi di daerah yang rawan dan sensitif, hendaknya makmum bersikap bijak untuk mengikuti dan mengaminkan imam yang qunut. Bukan karena membenarkannya, tetapi untuk menjaga kesatuan hati dan rapatnya shaf kaum muslimin. ย  ย Inilah sikap yang diambil oleh Imam Ahmad bin Hambal, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Syaikh Ibnu Utsaimin, para ulama di Lajnah Daimah, dan lainnya. (Lihat Tulisan saya: Sikap Bijak Para Imam Ahlus Sunnah Menghadapi Persoalan Qunut)
Wallahu Aโ€™lam

4. Ragu-Ragu Dalam Shalat. ย Hal ini juga membuat wajib seseorang untuk sujud sahwi.

Dalilnya:
Dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu โ€˜Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

ุฅูุฐูŽุง ุดูŽูƒูŽู‘ ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ูููŠ ุงู„ู’ูˆูŽุงุญูุฏูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุซูู‘ู†ู’ุชูŽูŠู’ู†ู ููŽู„ู’ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ู‡ูู…ูŽุง ูˆูŽุงุญูุฏูŽุฉู‹ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุดูŽูƒูŽู‘ ูููŠ ุงู„ุซูู‘ู†ู’ุชูŽูŠู’ู†ู ูˆูŽุงู„ุซูŽู‘ู„ูŽุงุซู ููŽู„ู’ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ู‡ูู…ูŽุง ุซูู†ู’ุชูŽูŠู’ู†ู ูˆูŽูŠูŽุณู’ุฌูุฏู’ ูููŠ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุณูŽุฌู’ุฏูŽุชูŽูŠู’ู†ู ู‚ูŽุจู’ู„ูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูุณูŽู„ูู‘ู…ูŽ

โ€œJika ย di antara kalian ragu, apakah rakaat pertama dan kedua, maka jadikanlah itu sebagai rakaat pertama saja. Jika kalian ragu pada rakaat kedua dan ketiga, maka jadikanlah itu sebagai rakaat kedua. Oleh karena itu, sujudlah dua kali sebelum salam.โ€ (HR. At Tirmidzi No. 396, Ibnu Majah No. 1204. Hadits ini shahih. Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 396. Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 1204)

Dari hadits ini โ€“dan hadits lain yang serupa- Jumhur ulama mengatakan bila seseorang ragu-ragu terhadap jumlah rakaat shalat, maka hendaknya dia meyakinikan rakaat yang lebih sedikit, kemudian dia melakukan sahwi.

Tetapi ada juga ulama yang mengatakan bahwa ragu-ragu dalam shalat, ย seseorang yang tidak tahu sudah berapa rakaat shalatnya, ย bukan diselesaikan dengan sahwi, tetapi harus diulang shalatnya. Hal ini diinformasikan oleh Imam At Tirmidzi berikut ini:

ูˆ ู‚ุงู„ ุจุนุถ ุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… ุฅุฐุง ุดูƒ ููŠ ุตู„ุงุชู‡ ูู„ู… ูŠุฏุฑ ูƒู… ุตู„ู‰ ูู„ูŠุนุฏ

โ€œBerkata sebagian ulama: jika seseorang ragu di dalam shalatnya, dia tidak tahu sudah berapa rakaat shalatnya, maka hendaknya dia mengulangi shalatnya.โ€ (Sunan At Tirmidzi No. 396)

Dan, pendapat jumhur ulama yang menyatakan sujud sahwi adalah pendapat yang lebih kuat dan telah diterangkan dalam berbagai hadits shahih.

Wa akhiru daโ€™wana an alhamdulillahi rabbil โ€˜alamin …..

Wallahu Aโ€™lam


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678