Berjihadlah

Kekalahan yang Berawal Dari Perselisihan Internal (Dari Seorang Buronan hingga Menjadi Admiral) bag-2

Pemateri : Ust. AGUNG WASPODO, SE, MPP

Bagian -1 dapat dibaca dari tautan berikut

Kekalahan yang Berawal Dari Perselisihan Internal (Dari Seorang Buronan hingga Menjadi Admiral) bag-1

Prestasi Sebagai Admiral Turki Utsmani

Selman Reis mendapatkan kesempatan bebas atas permohonan ฤฐbrahim Pasha di Mesir pada tahun 1524 yang sangat menghargai pengalamannya. Ia melaporkan situasi di Samudera Hindia dan mengajukan proposal untuk menguasai Ethiopia, Yaman, pantai Swahili, serta mengusir Portugis dari Hormuz, Goa, dan Malaka. Pada tahun 1525 armada Portugis menyerbu pelabuhan di sepanjang pesisir Laut Merah dan berlayar hingga mendekati pangkalan angkatan laut Turki Utsmani di Suez, Mesir.

Pada tahun 1525 Selman Reis dipercayai sebagai admiral untuk memimpin 18 kapal perang Turki Utsmani berkekuatan 299 meriam; sebagian besar kapal ini diambil dari bekas armada Mamluk yang teronggok di Jeddah dan diperbaiki di Suez. Selman Reis berangkat bersama Hayreddin ar-Rumi yang membawa 4.000 pasukan infanteri dengan misi menaklukkan pedalaman Yaman. Armada ini meninggalkan Suez pada tahun 1526 dan setelah merapat di Jeddah baru sampai ke pelabuhan Mocha pada bulan Januari 1527. Keduanya memimpin balatentara Turki Utsmani bergerak ke pedalaman Yaman dan meredam pemberontakan serta mengeksekusi Mustafa Beg sang pemimpin. Balatentara ini tidak cukup kuat untuk merebut kota pelabuhan Aden; namun amirnya mengakui ketundukannya kepada gubernur Turki Utsmani di Mesir.

Catatan penting di sini adalah, hampir tidak pernah wilayah Yaman memberikan ketenteraman bagi administrasi Turki Utsmani di region Samudera Hindia ini. Pemberontakan serta insiden sering mewarnai pergolakan di Yaman pedalaman dan waktu terjadinya pun sering bertepatan dengan momen besar lainnya. Sumber daya yang dibutuhkan untuk memadamkan permasalahan di Yaman seringkali diambil dari alokasi untuk kemajuan wilayah perbatasan lainnya yang terpaksa mengalah.

Armada ini membangun pangkalan angkatan laut di Kamaran, dekat benteng yang pernah dibangunnya pada masa kedinasan di angkatan laut Mamluk. Keberadaan pangkalan ini memberikan kekuatan bagi Turki Utsmani untuk mengawal wilayah akses masuk ke Laut Merah. Untuk pertama kalinya tercatat dalam sejarah bahwa pada rahun 1527 armada Portugis tidak dapat masuk menyerbu ke Laut Merah.

Kesudahan

Setelah keberhasilan terbatas Selman Reis dan Hayreddin ar-Rumi di wilayah Yaman ini mulailah berdatangan permintaan perlindungan dari kesultanan di hampir seluruh pelosok Samudera Hindia atas agresi Portugis yang selama ini tidak terbendung. Bahkan pada tahun 1527 itu datang juga permohonan aliansi dari Wazir Hormuz dan Zamorin Calicut.

Pada tahun 1528 tercatat bahwa banyak pelaut dan pasukan berkebangsaan Turki yang bekerja untuk mengawaki pelayaran berbagai kesultanan di Samudera Hindia; bahkan sampai ke ujung Sumatera. Namun masa-masa gemilang hampir selalu berakhir dengan perpecahan sebagaimana kerjasama yang apik antara Selman dan Hyreddin pun kandas akibat persaingan antar keduanya. Dengan musibah ini maka posisi terjepit yang dialami Portugis berangsur melonggar; bahkan bantuan dari Portugal kembali mengalir untuk menguatkan posisi Estado da รndia.

Pada ujung masanya, Selman Reis terus aktif membantu perlawanan berbagai kesultanan Muslim untuk menghadapi serangan gabungan antara Portugis dan kerajaan-kerajaan Hindu yang menjadi sekutu barunya. Selman Reis juga berhasil menguatkan posisi Diu dengan menempatkan Hoca Sefer sebagai penerusnya.

Agung Waspodo, kembali mencatat bahwa kekalahan kaum Muslimin selalu karena kelemahan diantara pemimpinnya, pelajaran yang terus berulang walau telah berlalu 499 tahun.

Depok, Rabu 23 September 2015, menjelang maghrib.. 6 hari telat dari tanggal bersejarahnya, masih berjuang mengejar catatan-catatan sejarah militer yang begitu banyak tercecer dari kemampuan kelola saya.


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Keutamaan Salat Shubuh

Bermakmum pada Imam yang Tidak Mumpuni

Pertanyaan

Assalamualaikum.
Izin bertanya soal ibadah sholat berjamaah.
‘Suatu ketika saya dapati ada yg sedang berjamaah sholat wajib dmasjid yaitu sholat maghrib, kmudian saya mendatangi sbgai makmum yg masbuq, saya tertinggal 1 rakaat kmudian sya mengikuti imam, pada rakaat ke dua saya memperhatikan bacaan imam (bacaan Al Fatihah) kurang fasih atau dlam tajwid masih bnyak terdpat kesalahan.’
Pertanyaan saya, Apakah hukum berjamaah y sah dlm ilmu fiqih?
Kemudian apa yg harus dilakukan ketika menemukan hal yg spt ini, apakah mmbatalkan sholat kmudian sholat sendirian/membuat jamaah baru?
Mohon jwaban y…
Sukron Katsiron.
Fatih I-43 :


Jawaban

Oleh: Ust. Farid Nu’man Hasan, SS

ketahuilah kekurangan imam, atau bahkan kesalahan fatal imam, semuanya ditanggung oleh imam itu sendiri, dan tidaklah ditanggung oleh makmum. Hal ini berdasarkan beberapa dalil berikut:
Allah Taโ€™ala berfirman:

ุฃูŽู„ู‘ูŽุง ุชูŽุฒูุฑู ูˆูŽุงุฒูุฑูŽุฉูŒ ูˆูุฒู’ุฑูŽ ุฃูุฎู’ุฑูŽู‰ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ู„ูู„ู’ุฅูู†ู’ุณูŽุงู†ู ุฅูู„ู‘ูŽุง ู…ูŽุง ุณูŽุนูŽู‰

(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (QS. An Najm : 38-39)

Ayat lain:

ูƒูู„ู‘ู ู†ูŽูู’ุณู ุจูู…ูŽุง ูƒูŽุณูŽุจูŽุชู’ ุฑูŽู‡ููŠู†ูŽุฉูŒ

โ€œTiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.โ€ (QS. Al Mudatsir (74): 38)

Dalam hadits:

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููˆู†ูŽ ุจููƒูู…ู’ ููŽุฅูู†ู’ ุฃูŽุตูŽุงุจููˆุง ููŽู„ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุฃูŽุฎู’ุทูŽุฆููˆุง ููŽู„ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’

Dari Abu Hurairah dia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda: โ€œMereka shalat sebagai imam bagi kalian, maka jika mereka benar, pahalanya bagi kalian dan mereka, dan jika mereka salah, maka pahalanya untuk kalian, dosanya ditanggung mereka.โ€ ย  ย (HR. Bukhari No. 694)

Sahl berkata:

ุฅูู†ู‘ููŠ ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุงู„ู’ุฅูู…ูŽุงู…ู ุถูŽุงู…ูู†ูŒ ููŽุฅูู†ู’ ุฃูŽุญู’ุณูŽู†ูŽ ููŽู„ูŽู‡ู ูˆูŽู„ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุฃูŽุณูŽุงุกูŽ ูŠูŽุนู’ู†ููŠ ููŽุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’

โ€œSesungguhnya aku mendengar, Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:โ€Imam itu adalah penanggung jawab, jika dia benar, maka pahalanya bagi dia dan bagi makmum, jika dia salah, maka tanggung jawabnya adalah kepadanya, bukan kepada makmum.โ€ ย  ย (HR. Ibnu Majah No. 981, Syaikh Al Albani mengatakan: shahih. Lihat ย Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 981)

Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:

ุชุตุญ ุฅู…ุงู…ุฉ ู…ู† ุฃุฎู„ ุจุชุฑูƒ ุดุฑุท ุฃูˆ ุฑูƒู† ุฅุฐุง ุฃุชู… ุงู„ู…ุฃู…ูˆู… ูˆูƒุงู† ุบูŠุฑ ุนุงู„ู… ุจู…ุง ุชุฑูƒู‡ ุงู„ุงู…ุงู…

โ€œBermakmum kepada orang yang tertinggal syarat dan rukun shalat adalah sah, dengan syarat makmum tidak tahu kesalahan tersebut dan dia menyempurnakan apa-apa yang ditinggalkan oleh imam.โ€ ย  (Fiqhus Sunnah, 1/241)


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Ciri Penghuni Surga

Tanyakan, Pahami, Maafkan, dan Doakan

Pemateri : Ust. AGUNG WASPODO, SE, MPP

Sekitar bulan Oktober 630 M pasukan yg berangkat dari Madinah sudah tiba dan menetap beberapa waktu di Tabuk.

Rasลซl SAW menerima kedatangan Abu Khaytsamah RA yg menyusul meninggalkan kedua isterinya, kebun yang siap dipanen, bejana-bejana yang dipenuhi air dingin, tenda-tenda yangsejuk, serta makanan yang cukup.

Pertanyaan Rasลซl SAW kepadanya adalah “awlฤ laka yฤ Abฤ Khaytsamah?” / “Mengapa engkau tidak berangkat lebih awal, wahai Abฤ Khaytsamah?”

Abu Khaytsamah (ra) menjelaskan semua duduk perkaranya dengan menahan rasa malu dan khawatir. Namun, apa yg beliau temukan dari reaksi Rasลซl SAW sungguh mencengangkan, dicatat dalam Sฤซrah Nabawiyyah Ibn Hisyฤm hal.402 vol.4 bahwa “faqฤla lahu Rasลซlullฤh SAW khairan wa da’ฤ lahu bi khairin” / Rasลซl SAW berkata kepadanya dgn baik dan mendoakannya dengan kebaikan..

Betapa terkadang terlalu mudah utk menghukum dan terlalu sulit utk memaafkan dan mendoakan.

Izin rekan-rekan untuk mengangkat ulang tulisan pendek ini.. karena ternyata baru saya disadarkan Allah Ta’ala bahwa Abu Khaytsamah (ra) yang diterima alasannya oleh Nabi (saw) ketika beliau telat menyusul rombongan kaum Muslimin yg berangkat ke Tabuk itu adalah..

Abu Khaytsamah (ra) yang juga dipercayai Rasul (saw) menjadi penunjuk jalan bagi kaum Muslimin dari Utum Syaikhayn menuju Uhud. Berkat kepengetahuannya atas medan sebelah utara Madinah itulah kemudian pasukan lawan menjadi kehilangan momentum.

Abu Khaytsamah (ra) membawa pasukan kaum Muslimin bermanuver di Wadi al-Qanat sehingga hilang dari pantauan Khalid ibn al-Walid (sebelum masuk Islam). Manuver ini menjadi salah satu sebab yang memungkinkan tenda komando Rasul (saw) di Uhud tidak pernah diketahui lawan.

Manuver ini juga yang membuat posisi kaum Muslimin yang tinggal 700an personil – setelah desersinya kaum munafiqin pimpinan Abdullah ibn Ubay – tetap memiliki posisi strategik di kaki Jabal Uhud menghadapi 3000 kaum musyrikin Makkah.

Bahan tambahan diambil dari kitab “Wafa’ul Wafa’ bi Akhbari Darul Mustafa” karya sejarawan as-Sumhudi.

Agung Waspodo,
Jakarta, 30 Nov 2015 (Tulisan awal
Depok, 18 Mei 2015)


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Keutamaan Salat Shubuh

Hadits Mengusap Dahi dan Wajah Setelah Shalat

Pertanyaan

ุงู„ุณู‘ูŽู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุจูŽุฑูŽูƒูŽุงุชูู‡ู

Ustd mo tanya materi di atas adalah mengusap wajah setelah doa, apakah materi ini juga berlaku untuk setelah sholat fardu? Mohon pencerahannya (Ismail-I44)

Jawaban

Oleh: Ustadz Farid Nu’man Hasan

Dalam hal ini ada dua hadits.

1. Hadits pertama, dari Anas bin Malik, katanya:

ูƒุงู† ุฅุฐุง ู‚ุถู‰ ุตู„ุงุชู‡ ู…ุณุญ ุฌุจู‡ุชู‡ ุจูŠุฏู‡ ุงู„ูŠู…ู†ู‰ ุซู… ู‚ุงู„ : ุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฑุญู…ู† ุงู„ุฑุญูŠู… ุŒ ุงู„ู„ู‡ู… ุฃุฐู‡ุจ ุนู†ูŠ ุงู„ู‡ู… ูˆ ุงู„ุญุฒู†

โ€œAdalah Rasulullah jika telah selesai shalat, maka dia usapkan dahinya dengan tangan kanannya, kemudian berkata: โ€œAku bersaksi tiada Ilah kecuali Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Ya Allah hilangkanlah dariku kegelisahan dan kesedihan.โ€ ( HR. Ibnu Sunni ,โ€˜Amalul Yaum wal lailah, No. 110, ย dan Ibnu Samโ€™un,Al Amali, 2/176q).

Hadits ini dhaif jiddan (sangat lemah), bahkan sebagian ulama mengatakan:maudhuโ€™ (palsu).

Imam Ibnu Rajab Al Hambali berkata dalam Fathul Bari-nya:

ูˆู„ู‡ ุทุฑู‚ ุนู† ุฃู†ุณ ุŒูƒู„ู‡ุง ูˆุงู‡ูŠุฉ

โ€œHadits ini memiliki banyak jalan dari Anas bin ย Malik, semuanya lemah.โ€(Imam Ibnu Rajab Al Hambali, Fathul Bari, pembahasan hadits no. 836. Mawqiโ€™ Ruh Al Islam)

Sanad hadits ini adalah dari Salam Al Madaini, dari Zaid Al โ€˜Ami dari Muโ€™awiyah, dari Qurrah, dari Anas … (lalu disebutkan hadts di atas)

Cacatnya hadits ini lantaran Salam Al Madaini dan Zaid Al โ€˜Ami. Salam Al Madaini adalah orang yang dtuduh sebagai pendusta, sedangkan Zaid Al โ€˜Ami adalah perawi dhaif. Oleh karena itu, Syaikh Al Albani mengatakan, sanad hadits ini palsu. Hanya saja, hadits ini juga diriwayatkan dalam sanad lainnya yang juga dhaif. Secara global, hadits ini dhaif jiddan. (Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Silsilah Ad Dhaifah wal Maudhuโ€™ah, No. 1058. ย Darul Maโ€™arif)

Sementara, Imam Al Haitsami mengutip dari Al Bazzar, bahwa Salam Al Madaini adalah layyinul hadits (haditsnya lemah). (Imam Al Haitsami, Majmaโ€™ az Zawaid, 10/47. Darul Kutub Al โ€˜Ilmiyah)

Al Haitsami juga mengatakan bahwa Zaid Al โ€˜Ami adalah dhaif (lemah).(Ibid,1/230) Imam Al Baihaqi juga menyatakan bahwa Zaid Al โ€˜Ami adalah dhaif. (Al โ€˜Allamah Ibnu At Turkumani, Al Jauhar, 3/46. Darul Fikr) begitu pula kata Imam Al โ€˜Iraqi. (Takhrijul Ihyaโ€™, 6/290)

Al โ€˜Allamah As Sakhawi mengatakan, lebih dari satu orang menilai bahwa Zaid Al โ€˜Ami adalah tsiqah (bisa dipercaya), namun jumhur (mayoritas) menilainya dhaif. (As Sakhawi, Al Maqashid Al Hasanah, 4/486) yang menilainya tsiqah adalah Imam Ahmad.(Ibid, 2/400) Imam Ahmad juga mengatakan: shalih (baik). (Ibnu Al Mubarrad, Bahr Ad dam, Hal. 58. Darul Kutub Al โ€˜Ilmiyah)

Sementara Imam An Nasaโ€™i mengatakan Zaid Al โ€˜Ami sebagai laisa bil qawwi(bukan orang kuat hafalannya). (Al Hafizh Az Zailaโ€™i, Nashbur Rayyah, 7/185. Lihat Abul Fadhl As Sayyid Al Maโ€™athi An Nuri, Al Musnad Al Jamiโ€™, 14/132) begitu pula kata Imam Abu Zurโ€™ah. (Al Hafiz Abdurrahman bin Abi Hatim Ar Razi, Al Jarh wat Taโ€™dil, 3/561. Dar Ihya At Turats)

2. ย Hadits kedua, dari Anas bin Malik Radhiallahu โ€˜Anhu katanya:

ูƒุงู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฅุฐุง ู‚ุถู‰ ุตู„ุงุชู‡ ู…ุณุญ ุฌุจู‡ุชู‡ ุจูƒูู‡ ุงู„ูŠู…ู†ู‰ ุŒ ุซู… ุฃู…ุฑู‡ุง ุนู„ู‰ ูˆุฌู‡ู‡ ุญุชู‰ ูŠุฃุชูŠ ุจู‡ุง ุนู„ู‰ ู„ุญูŠุชู‡ ูˆูŠู‚ูˆู„ : ยซ ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠ ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ู‡ูˆ ุนุงู„ู… ุงู„ุบูŠุจ ูˆุงู„ุดู‡ุงุฏุฉ ุงู„ุฑุญู…ู† ุงู„ุฑุญูŠู… ุŒ ุงู„ู„ู‡ู… ุฃุฐู‡ุจ ุนู†ูŠ ุงู„ุบู… ูˆุงู„ุญุฒู† ูˆุงู„ู‡ู… ุŒ ุงู„ู„ู‡ู… ุจุญู…ุฏูƒ ุงู†ุตุฑูุช ูˆุจุฐู†ุจูŠ ุงุนุชุฑูุช ุŒ ุฃุนูˆุฐ ุจูƒ ู…ู† ุดุฑ ู…ุง ุงู‚ุชุฑูุช ุŒ ูˆุฃุนูˆุฐ ุจูƒ ู…ู† ุฌู‡ุฏ ุจู„ุงุก ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆู…ู† ุนุฐุงุจ ุงู„ุขุฎุฑุฉ ยป

โ€œAdalah Rasulullah Shallalllahu โ€˜Alaihi wa Sallam jika telah selesai shalatnya, beliau mengusap dahinya dengan tangan kanan, kemudian ilanjutkan ke wajah sampai jenggotnya. Lalu bersabda: โ€œDengan nama Allah yang Tidak ada Ilah selain Dia, yang Maha Mengetahui yang Ghaib dan Yang Tampak, Maha Pengasih dan Penyayang. Ya Allah hilangkanlah dariku kegelisahan, kesedihan, dan keresahan. Ya Allah dengan memujiMu aku beranjak dan dengan dosaku aku mengakuinya. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan yang telah aku akui, dan aku berlidung kepadaMu dari beratnya cobaan kehidupan dunia dan siksaan akhirat.โ€ ย (HR. Abu Nuโ€™aim, Akhbar Ashbahan, No. 40446. Mawqiโ€™ Jamiโ€™ Al Hadits)

Hadits ini dhaif (lemah). Karena di dalam sanadnya terdapat Daud Al Mihbarpengarang kitab Al โ€˜Aql.

Imam Al Bukhari berkata tentang dia: munkarul hadits. Imam Ahmad mengatakan: Dia tidak diketahui apa itu hadits. ย (Imam Al Bukhari, At Tarikh Al Kabir, No. 837. Mawqiโ€™ Yaโ€™sub. Lihat juga kitab Imam Bukhari lainnya, Adh Dhuโ€™afa Ash Shaghir, Hal. 45. Darul Maโ€™rifah. Lihat juga Al Hafizh Al โ€˜Uqaili, Dhuโ€™afa, 2/35. Darul Kutub Al โ€˜Ilmiyah )

Al Hafizh Az Zarkili mengatakan mayoritas ulama menilainya dhaif. (Khairuddin Az Zarkili, ย Al Aโ€™lam, 2/334. Darul โ€˜Ilmi wal Malayin)

Ali Maldini mengatakan Daud ini: haditsnya telah hilang. Abu Zurโ€™ah dan lainnya mengatakan: dhaif (lemah). Ad Daruquthni mengatakan: matruk (haditsnya ditinggalkan). Abu Hatim mengatakan: haditsnya hilang dan tidak bisa dipercaya. Ad Daruquthni mengatakan bahwa Daud Al Mihbar dalam kitab Al โ€˜Aql ย telah memalsukan riwayat Maisarah bin Abdi Rabbih, lalu dia mencuri sanadnya dari Maisarah, dan membuat susunan sanad bukan dengan sanadnya Maisarah. Dia juga pernah mencuri sanad dari ย Abdul Aziz bin Abi Rajaโ€™, dan Sulaiman bin โ€˜Isa Al Sajazi. (Imam Adz Dzahabi, Mizan Al Iโ€™tidal, 2/20. No. 2646. Darul Maโ€™rifah) Abu Hatim juga mengatakan:munkarul hadits. (Abdurrahman bin Abi Hatim, Al Jarh wat Taโ€™dil, 3/424, No. 1931)

Bahkan, Syaikh Al Albani dengan tegas mengatakan sanad hadits ini adalahmaudhuโ€™ (palsu) lantaran perilaku Daud yang suka memalsukan sanad ini. Beliau mengatakan Daud adalah orang yang dituduh sebagai pendusta. Sedangkan untuk Al Abbas bin Razin As Sulami, Syaikh Al Albani mengatakan: aku tidak mengenalnya.(Syaikh Al AlBani, As Silsilah Adh Dhaifah wal Maudhuโ€™ah, No. 1059. ย Darul Maโ€™arif)


Catatan:

Walaupun hadits-hadits ini sangat lemah dan tidak boleh dijadikan dalil, namun telah terjadi perbedaan pendapat para ulama tentang mengusap wajah jika sekadar untuk membersihkan bekas-bekas sujud, seperti pasir, debu, tanah, dan lainnya. Di antara mereka ada yang membolehkan, ada juga yang memakruhkan.

Al Hafizh Al Imam Ibnu Rajab Rahimahullah mengatakan:

ูุฃู…ุง ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ู…ู† ุฃุซุฑ ุงู„ุณุฌูˆุฏ ุจุนุฏ ุงู„ุตู„ุงุฉ ุŒ ูู…ูู‡ูˆู… ู…ุง ุฑูˆูŠ ุนู† ุงุจู† ู…ุณุนูˆุฏู ูˆุงุจู† ุนุจุงุณู ูŠุฏู„ ุนู„ู‰ ุฃู†ู‡ ุบูŠุฑ ู…ูƒุฑูˆู‡ู
ูˆุฑูˆู‰ ุงู„ู…ูŠู…ูˆู†ูŠ ุŒ ุนู† ุฃุญู…ุฏ ุŒ ุฃู†ู‡ ูƒุงู† ุงุฐุง ูุฑุบ ู…ู† ุตู„ุงุชู‡ ู…ุณุญ ุฌุจูŠู†ู‡

โ€œAdapun mengusap wajah dari bekas sujud setelah shalat selesai, maka bisa difahami dari apa yang diriwayatkan dari Ibnu Masโ€™ud dan Ibnu Abbas, yang menunjukkan bahwa hal itu tidak makruh. Al Maimuni meriwayatkan dari Imam Ahmad, bahwa dia mengusap dahinya jika selesai shalat.โ€ ย  (Imam Ibnu Rajab Al Hambali,Fathul Bari, pembahasan hadits no. 836. Mawqiโ€™ Ruh Al Islam)

Sebagian ulama lain memakruhkannya, bahkan mengusap wajah merupakan penyebab hilangnya doa pengampunan dari malaikat. Berikut penjelasan dari Imam Ibnu Rajab Rahimahullah:

ูˆูƒุฑู‡ู‡ ุทุงุฆูุฉ ุ› ู„ู…ุง ููŠู‡ ู…ู† ุฅุฒุงู„ุฉ ุฃุซุฑ ุงู„ุนุจุงุฏุฉ ุŒ ูƒู…ุง ูƒุฑู‡ูˆุง ุงู„ุชู†ุดูŠู ู…ู† ุงู„ูˆุถูˆุก ูˆุงู„ุณูˆุงูƒ ู„ู„ุตุงุฆู…
ูˆู‚ุงู„ ุนุจูŠุฏ ุจู† ุนู…ูŠุฑู : ู„ุง ุชุฒุงู„ ุงู„ู…ู„ุงุฆูƒุฉ ุชุตู„ูŠ ุนู„ู‰ ุฅู„ุงู†ุณุงู† ู…ุง ุฏุงู… ุฃุซุฑ ุงู„ุณุฌูˆุฏ ููŠ ูˆุฌู‡ู‡
ุฎู‘ูŽุฑุฌู‡ ุงู„ุจูŠู‡ู‚ูŠ ุจุฅุณู†ุงุฏู ุตุญูŠุญู
ูˆุญูƒู‰ ุงู„ู‚ุงุถูŠ ุฃุจูˆ ูŠุนู„ูŠ ุฑูˆุงูŠุฉู‹ ุนู† ุฃุญู…ุฏ ุŒ ุฃู†ู‡ ูƒุงู† ููŠ ูˆุฌู‡ู‡ ุดูŠุก ู…ู† ุฃุซุฑ ุงู„ุณุฌูˆุฏ ูู…ุณุญู‡ ุฑุฌู„ ุŒ ูุบุถุจ ุŒ ูˆู‚ุงู„ : ู‚ุทุนุช ุงุณุชุบูุงุฑ ุงู„ู…ู„ุงุฆูƒุฉ ุนู†ูŠ . ูˆุฐูƒุฑ ุฅุณู†ุงุฏู‡ุง ุนู†ู‡ ุŒ ูˆููŠู‡ ุฑุฌู„ ุบูŠุฑ ู…ุณู…ู‰ู‹
ูˆุจูˆุจ ุงู„ู†ุณุงุฆูŠ ((ุจุงุจ : ุชุฑูƒ ู…ุณุญ ุงู„ุฌุจู‡ุฉ ุจุนุฏ ุงู„ุชุณู„ูŠู… )) ุŒ ุซู… ุฎุฑุฌ ุญุฏูŠุซ ุฃุจูŠ ุณุนูŠุฏ ุงู„ุฎุฏุฑูŠ ุงู„ุฐูŠ ุฎู‘ูŽุฑุฌู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ ู‡ุงู‡ู†ุง ุŒ ูˆููŠ ุขุฎุฑู‡ : ู‚ุงู„ ุงุจูˆ ุณุนูŠุฏู : ู…ุทุฑู†ุง ู„ูŠู„ุฉ ุฃุญุฏู‰ ูˆุนุดุฑูŠู† ุŒ ููˆูƒู ุงู„ู…ุณุฌุฏ ููŠ ู…ุตู„ู‰ ุงู„ู†ุจูŠ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ุŒ ูู†ุธุฑุช ุฅู„ูŠู‡ ูˆู‚ุฏ ุงู†ุตุฑู ู…ู† ุตู„ุงุฉ ุงู„ุตุจุญ ุŒ ูˆูˆุฌู‡ู‡ ู…ุจุชู„ ุทูŠู†ุงู‹ ูˆู…ุงุกู‹

โ€œSekelompok ulama memakruhkannya, dengan alasan hal itu merupakan penghilangan atas bekas-bekas ibadah, sebagaimana mereka memakruhkan mengelap air wudhu (dibadan) dan bersiwak bagi yang berpuasa. Berkata โ€˜Ubaid bin โ€˜Amir: โ€œMalaikat senantiasa bershalawat atas manusia selama bekas sujudnya masih ada di wajahnya.โ€ (Riwayat Al Baihaqi dengan sanad shahih)

Al Qadhi Abu Yaโ€™la menceritakan sebuah riwayat dari Imam Ahmad, bahwa ย ada bekas sujud di wajahnya lalu ada seorang laki-laki yang mengusapnya, maka beliau pun marah, dan berkata: โ€œKau telah memutuskan istighfar-nya malaikat dariku.โ€ Abu Yaโ€™la menyebutkan sanadnya darinya, dan didalamnya terdapat seseorang yang tanpa nama.

Imam An Nasaโ€™i membuat bab: Meninggalkan Mengusap Wajah Setelah Salam. Beliau mengeluarkan sebuah hadits dari Abu Said Al Khudri, yang telah dikeluarkan pula oleh Imam Bukhari di sini, di bagian akhirnya berbunyi: Berkata Abu Said: โ€œKami kehujanan pada malam ke 21 (bulan Ramadhan), lalu air di masjid mengalir ke tempat shalat Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam, maka kami memandang kepadanya, beliau telah selesai dari shalat subuh, dan wajahnya terlihat sisa tanah dan air.โ€ (Ibid)

Wallahu A’lam


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Gemar Berbuat Baik

Banyak Jalan Menuju Kebaikan

Oleh: Ust. DR. Wido Supraha M.Si

Pepatah โ€œBanyak Jalan Menuju Romaโ€ mengandung persoalan filosofis. Mungkin yang paling tepat adalah โ€œBanyak Jalan Menuju Penaklukan Romaโ€, dikarenakan Rasul Saw. telah memberitakan akan penaklukan kota tersebut di kemudian hari, setelah Konstantinopel ditaklukan 800 tahun kemudian oleh Sultan ke-7 Turki โ€˜Utsmani, Sultan Muhammad al-Fatih.

Adapun Banyak Jalan Menuju Kebaikan menjadi sebuah keniscayaan di tengah keberagaman jalan yang ternyata telah disiapkan untuk kelanggengan aktivitas umat manusia dalam mencari kemuliaan yang hakiki.

Sungguh, Allah Swt. ternyata begitu memudahkan kita mencapai kemuliaan daripada kehinaan, keagungan daripada kerasukan, keberuntungan daripada kerugian, dan kebaikan daripada keburukan. Tentunya kebaikan yang sesuai dengan kehendak Rabbnya, bukan sesuai dengan kehendak pribadi manusia belaka.

Maka menjadi terang setelah Allah Swt. memastikan bahwa kebaikan apa pun yang dikerjakan, maka sesungguhnya Allah pasti mengetahuinya (Q.S. 2:197, 215). Sekecil apapun kadar kebaikan di mata manusia, Allah tetap akan memberikan balasannya (Q.S. 99:7). Dalam hal ini, setiap manusia perlu berlomba-lomba mencari kebaikan dari Allah untuk dirinya sendiri, karena kemudian ketaqwaannya sajalah yang akan menyampaikan kebaikan (shalihan) yang diperbuatnya kepada Rabb-nya (Q.S. 45:15).

Berbicara tentang semangat mencari kebaikan, alangkah luar biasanya kalau kita berkaca kepada para sahabat Nabi Saw., radhiyallaahu โ€˜anhum ajmaโ€™in, bagaimana setiap waktunya digunakan untuk mencari โ€“ melaksanakan segala bentuk kebaikan, seakan-akan mereka tidak pernah merasa cukup dengan kebaikan yang telah mereka lakukan dan dawamยญkan, seakan-akan energi mereka tak pernah habis untuk mengejar kebaikan.

Pada saat itu, apakah mungkin mereka masih sempat untuk sekedar berfikir untuk berbuat keburukan? Bahkan apakah mungkin mereka masih sempat untuk beraktivitas yang boleh jadi hukumnya mubah-mubah saja?

Sepertinya, mereka terus menerus hidup untuk menghidupkan sunnah agar terus hidup di kehidupan.

Jangan pernah malu untuk berbuat kebaikan, atau bahkan menganggap kecil sebuah kebaikan.

Satu bentuk hadian kepada manusia mungkin karena dibatasi kemampuan menjadi kecil secara nilai dan upaya, tapi yakinlah, sangat besar di sisi Allah Swt.

Senantiasa menunjukkan wajah terbaik penuh kesejukan dan keramahan kepada manusia (Lihat Shahih Muslim No. 2626), menghadiahkan sekedar kikil kambing, (Lihat Fathul Bari V/197), atau sup sayur yang lebih banyak air daripada isinya, apabila dilakukan dengan mengharap ridha Allah Swt. akan meninggalkan bekas mendalam yang mengeratkan persaudaraan, atau meluaskan syiโ€™ar Islam.

Setiap mukmin selalu ada saja yang ingin ia perbuat untuk saudaranya, ia ingin selalu bermanfaat untuk saudaranya, karena ia yakin itu adalah kebaikan.

Nabi Saw. menyaksikan bagaimana seseorang bisa berpindah-pindah tempat menikmati Surga karena ia berupaya memotong pohon yang menghalangi jalanan saudaranya (Lihat Shahih Muslim No. 1914), sehingga membuat Allah memujinya dan memberikan ampunan kepadanya.

Bahkan tidak hanya kepada manusia, kasih sayang mukmin kepada segala makhluk yang memiliki limpa, seperti seekor anjing yang kehausan, sehingga rela bersusah payah untuk menghilangkan penderitaan anjing tersebut pun mendapatkan balasan yang sama dari Allah Swt. (Lihat Fathul Bari V/40-41).

Luar biasa, bentuk kebaikan yang menunjukkan keluasan rahmat Allah Swt, sekaligus menunjukkan dimanapun mukmin berada, niscaya melahirkan peradaban yang mulia di sekitarnya.

Sesungguhnya setiap kebaikan yang kita perbuat akan menjadi sedekah yang luar biasa di sisi Allah Swt (Lihat Shahih Muslim No. 1005).

Sebagai misal, seorang manusia yang senang menanam tanaman, karena ia yakin Islam adalah agama yang ramah lingkungan, dan mencintai lingkungan hidup, hutan di rumahnya sendiri, maka jika ada burung yang memakan tanamannya, manusia yang mencuri buahnya, itu semua tidak akan mengurangi apa yang ia miliki selain menjadi sedekah yang begitu besar di sisi Allah Swt. (Lihat Shahih Muslim No. 1552).

Dalam bentuk lain, seandainya seorang mukmin tidak diberikan kemampuan untuk membantu kesulitan saudaranya, atau sekedar berbuat sesuatu untuk meringankannya, maka akan menjadi sedekah baginya manakala ia mampu mencegah dirinya dari berbuat keburukan kepada orang lain (Lihat Shahih Muslim No. 84).

Dalam bahasa sederhana, kalau tidak mampu menjadi bagian dari solusi masyarakat, maka tidak menjadi bagian dari problematika masyarakat adalah solusi terbaik.

Begitupun jangan lupakan kekuatan dzikir sebagai bagian dari sedekah, Subhanallah, Alhamdulillah, Allaahu Akbar, Laa Ilaaha illallaah, kekuatan amar maโ€™ruf dan nahi munkar sebagai sedekah, Shalat Sunnah Dhuha dua rakaat pun sedekah. (Lihat Shahih Muslim No. 720).

Sekalangan sahabat Rasulullah Saw. yang miskin pernah mengeluhkan karena kemampuan orang-orang kaya yang dapat dengan mudah bersedekah dengan harta mereka untuk mendapatkan pahala yang besar. Kemudian Rasul Saw. mengingatkan akan kemudahan sedekah yang dapat dilakukan oleh siapapun, termasuk tidak melupakan kekuatan dzikir dan doโ€™a sebagai bagian dari sedekah, tasbih, takbir, tahmid, dan tahlil, amar makruf dan nahi mungkar, bahkan berhubungan suami istri (jimaโ€™) adalah sedekah yang sangat mulia (Lihat Shahih Muslim No. 1006).

Bukankah ternyata sedekah itu mudah sekali bagi mukmin, lantas apa yang kemudian membuat kita sulit untuk bersedekah?

Bersedekah adalah wujud syukur kepada Allah Swt. atas beragam nikmat dan perlindungan-Nya dari malapetaka.

Tiga ratus enam puluh persendian manusia harus dikeluarkan shadaqahnya setiap hari tatkala terbit matahari. Ini menunjukkan bahwa manusia harus terus bergerak untuk melahirkan kebaikan-kebaikan yang akan menjadi sedekah baginya.

Mendamaikan dua orang yang bersengketa, membantu menaikkan atau mengangkat barang saudaranya ke atas kendaraannya, senantiasa memilih kata-kata yang baik dalam bertutur kata, menyingkirkan berbagai potensi gangguan di jalanan, bahkan langkah kaki menuju masjid adalah bagian dari bentuk-bentuk sedekah lainnya yang dapat kita lakukan sebagai penyempurna sedekah kita (Lihat Fathul Bari V/309).

Bersedakahlah sesuai kadar kemampuan, jangan pernah merendahkan keutamannya, meskipun hanya dengan separuh biji kurma saja (Lihat Shahih Muslim No. 2734).

Seandainya ia tidak memiliki apapun untuk disedekahkan secara materi, maka bekerja dengan kedua tangannya sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk dirinya dan bahkan kemudian bersedekah, adalah kebaikan yang sempurna (Lihat Shahih Muslim No. 1008).

Shalat sebagai amal utama dan penentu baiknya semua kebaikan yang dilahirkan menjadi aktivitas rutin dan kunci.

Keseriusan di dalam menjaganya akan melahirkan kebersihan kebaikan dari hal-hal yang dapat merusaknya. Lima kali sehari memotivasi kita untuk terus berkreasi dalam kebaikan.

Kebiasaan kita memelihara shalat berjamaโ€™ah di Masjid, seperti Subuh, Ashar dan Isyaโ€™, tidak hanya mendapatkan balasan Surga, akan tetapi menjadi terapi yang baik bagi penyakit kemunafikan dalam jiwa manusia (Lihat Fathul Bari II/52).

Manakala sifatnifaq hilang dari jiwa kita, maka tidak akan lahir kecuali kebaikan yang sempurna di atas cahaya tauhid.

Shalat lima waktu berjamaโ€™ah di masjid yang terus menerus kita lakukan, Shalat Jumโ€™at yang terus menerus tidak pernah kita tinggalkan, Ibadah Suci Ramadhan yang terus menerus kita giatkan, akan menjadi penghapus dosa-dosa yang terjadi di antara waktu-waktu pelaksanaan nya, dimana kita terus menerus mencintai dan mengembangkan kebaikan dengan tetap menjauhi dosa-dosa besar (Lihat Shahih Muslim No. 233).

Oleh karenanya, khusus berbicara tentang shalat Jumโ€™at, mengawali dengan wudhu yang sempurna, dan kemudian mendatangi masjid, mendengarkan khutbahnya, tidak berbicara sepatah kata pun, tidak memain-mainkan sesuatu di tangannya, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya antara Jumโ€™at ditambah tiga hari lagi (sepuluh hari), subhanallah(Lihat Shahih Muslim No. 857).

Begitupun wudhu yang sempurna yang dilakukannya dengan menghemat air wudhuโ€™, tidak boros dalam penggunaan nya, penuh niat yang bersih mengharapkan terhapusnya dosa, melahirkan kebaikan yang sempurna.

Saat ia membasuh wajahnya, keluar dari wajahnya setiap dosa yang dilakukan oleh kedua matanya karena melihat sesuatu yang diharamkan bersama-sama dengan air itu atau bersama-sama dengan tetesan air yang terakhir.

Tatkala ia membasuh kedua tangannya, maka akan keluar setiap dosa yang diperbuat oleh kedua tangannya itu bersama air atau bersama-sama tetesan air yang terakhir sehingga dia akan keluar dalam keadaan bersih dari dosa.

Kemudian ketika ia membasuh kedua kakinya, maka akan keluar dosa yang diperbuat oleh kedua kakinya, bersama-sama dengan air atau bersama-sama dengan tetesan air yang terakhir, maka ia menyelesaikan wudhunya penuh dengan kebaikan, bersih dari dosa (Lihat Shahih Muslim No. 244).

Maka sempurnakanlah wudhu itu dengan memberikan hak dari setiap anggota tubuh, meskipun sulit terasa, karena derajat kebaikan manusia akan semakin tinggi dengannya (Lihat Shahih Muslim No. 215).

Masjid harus menjadi pusaran kebaikan manusia, maka seluruh manusia harus mencintai masjid, gemar memakmurkan masjid, dan memuliakannya dengah hadir pada waktu-waktu yang telah ditetapkan.

Dalam hal ini tidak perlu berharap memiliki rumah dekat dengan masjid, karena kebaikan justeru lebih banyak akan mengalir kepada mereka yang memiliki rumah yang lebih jauh dari masjid, sebagaimana dahulu Rasulullah Saw. pernah mengingatkan Bani Salimah untuk tidak melanjutkan rencana mereka untuk memindahkan pemukimannya lebih dekat ke masjid. Hal ini karena potensi kebaikan dari setiap langkah kakinya begitupun syiโ€™ar selama perjalanannya akan menjadi berkurang (Lihat Shahih Muslim No. 665).

Maka sebagaimana disaksikan Abul Mundzir, Ubay bin Kaโ€™ab r.a., tatkala ada seorang sahabat yang rumahnya terjauh dari masjid di masanya ditawari seekor keledai untuk memudahkannya ke masjid di waktu gelap dan terik matahari, ia mengatakan bahwa ia tidak menyenangi kalau rumahnya dekat ke masjid.

Maka Rasulullah Saw. bersabda, โ€œQad jamaโ€™allaahu laka dzaalika kullahuโ€, Sesungguhnya Allah telah mencatat semua kebaikan itu bagimu (Shahih Muslim No. 663).

Biasakanlah merutinkan kebaikan yang telah kita mulai dengan kesungguhan niat, karena niscaya tatkala mengalami kesulitan yang dibenarkan syariโ€™at (udzur syarโ€™i) di suatu masa untuk melaksanakan kebaikan tersebut, Allah Swt. akan segera mengenalinya, dan tetap mencatatnya sebagai kebaikan, hanya karena ia terbiasa melakukannya di kala penuh kemudahan (Lihat Fathul Bari VI/136).

Wallahu A’lam.


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Akhlaq Islam

Seorang Mu’min Adalah Cermin

Oleh: Ust. Abdullah Haidir, Lc

Hadits:

ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ู ู…ูุฑู’ุขุฉู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ููู†ู

“Seorang mu’min, adalah cermin bagi orang beriman (lainnya),” (HR. Abu Dawud)

Hadits ini mengandung pesan berharga dalam upaya membangun kepribadian.

Ada beberapa pelajaran penting yang bisa dipetik dari ungkapan Rasulullah saw tersebut;

Seorang mu’min adalah cermin, itu artinya kita dapat melihat saudara-saudara di sekeliling kita sebagai bahan bercermin.

Jika cermin yang sering kita gunakan bersih dari noda, maka kita akan cepat menangkap segala kekurangan yang kita miliki.
Namun, jika cermin yang sering kita gunakan buram, maka sulitlah kita menangkap dan menyadari kekurangan dan aib pada kita.

Bahkan bisa jadi kekurang an tersebut justeru dianggap sebagai penghias diri.

Seseorang yang sering berinteraksi dengan mereka yang dekat dengan Al-Quran, misalnya, baik dalam hal membaca atau memahaminya, maka dia akan segera menyadari kekurangannya jika interaksinya dengan Al-Quran minim.
Tapi lain halnya jika interaksinya dengan orang yang jauh dari Al-Quran, bisa-bisa dia sudah merasa paling hebat dengan ‘keminimannya’ tersebut.

Begitulah hal tersebut berlaku untuk kasus lainnya.

Di sini, kita dapat menangkap salah satu makna pesan Rasulullah saw lainnya UNTUK SELALU DEKAT DENGAN ORANG-ORANG SALEH.

Agar mudah mendapatkan cermin yang jernih untuk melihat kekurangan diri.

Seorang mu’min adalah cermin, itu artinya dia dapat menjadi cermin bagi orang lain.

Maka kebaikan atau keburukan yang dia lakukan bukan hanya dinilai untuk dirinya sendiri, tapi juga dinilai dari sejauh mana perbuatan tersebut menjadi cermin dan panutan yang lain.

Jika dia berbuat dosa dan maksiat, jangan hanya dilihat dari sisi besarnya dosa tersebut, tapi juga dilihat dari sisi bahwa hal tersebut akan menjadi panutan dan contoh bagi yang lainnya, khususnya jika dia merupakan figure yang diikuti, seperti orang tua, guru, pejabat, atasan, dll.
Sebaliknya pula dengan kebaikan.

Intinya adalah, gemarlah berbuat baik, dan jauhilah perbuatan buruk, karena anda adalah cermin!

Seorang mu’min adalah cermin. Itu artinya, kita dapat menilai kualitas diri kita dari sikap dan tindakan orang lain kepada kita.

Seberapa besar pengaruh kebaikan yang kita pancarkan, sebesar itu pula kurang lebih sikap dan tindakan orang lain kepada kita.

Sebaliknya yang terjadi jika pancaran keburukan yang kita tebarkan. Begitulah yang umumnya terjadi.

Meskipun tidak dipungkiri jika ada orang yang membenci kebaikan kita atau menyenangi keburukan kita, namun hal tersebut merupakan pengecualian.

Sering kita pandai menunjuk diri kita mana- kala kita mendapatkan perlakuan baik dari orang, tapi kita lupa menunjuk diri kita jika mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain.

Padahal sangat mungkin itu juga buah dari sikap kita, sedikit atau banyak, langsung atau tidak langsung.

Seorang ulama pernah berkata, “Jika isteri saya sudah mulai membangkang dan kuda saya sudah mulai sulit dikendalikan, saya segera merasa ketika itu, derajat ketakwaan saya sedang menurun.”

Wallahua’lam


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Mengapa โ€œlangitโ€ disebutkan lebih dulu dari pada โ€œbumiโ€ di dalam Al-Quran?

Pertanyaan

Salam.. Ada yg tau tidak kenapa Di ayat yg ada ย kalimat layli wannahar, atau pun samawati wal ardh, kenapa duluan disebut layli, tdak ada yg duluan disebut nahar gituu,, begitu juga samaawaati wal ardh, sepertinya belum pernah ardhnya duluan, ย apa ada alasan trtentu gtu ? (I # 24)

Jawaban

Oleh: Ustadz Ahmad Sahal Lc.

Kata as-samaawaat atau as-samaa dan al-ardh biasanya disebutkan oleh Al-Quran dalam konteks pembicaraan tentang tanda-tanda keagungan Allah, keesaan dan kekuasaan-Nya. Dan sudah kita ketahui bahwa tanda-tanda itu lebih banyak di langit karena ia jauh lebih luas dan menakjubkan dari pada bumi. Oleh karena itu ia layak didahulukan dari pada bumi.

Tetapi ada juga ayat yang mendahulukan penyebutan bumi sebelum langit seperti surat Yunus ayat 61:

ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽูƒููˆู†ู ูููŠ ุดูŽุฃู’ู†ู ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽุชู’ู„ููˆ ู…ูู†ู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ู‚ูุฑู’ุขู†ู ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุนู’ู…ูŽู„ููˆู†ูŽ ู…ูู†ู’ ุนูŽู…ูŽู„ู ุฅูู„ู‘ูŽุง ูƒูู†ู‘ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุดูู‡ููˆุฏู‹ุง ุฅูุฐู’ ุชููููŠุถููˆู†ูŽ ูููŠู‡ู ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูŽุนู’ุฒูุจู ุนูŽู†ู’ ุฑูŽุจู‘ููƒูŽ ู…ูู†ู’ ู…ูุซู’ู‚ูŽุงู„ู ุฐูŽุฑู‘ูŽุฉู ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู„ูŽุง ูููŠ ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽุงุกู ูˆูŽู„ูŽุง ุฃูŽุตู’ุบูŽุฑูŽ ู…ูู†ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ูููŠ ูƒูุชูŽุงุจู ู…ูุจููŠู†ู

Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan KAMI MENJADI SAKSI ATASMU DI WAKTU KAMU MELAKUKANNYA. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di BUMI ataupun di LANGIT. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata. (QS. Yunus: 61).

Sebabnya adalah:
Karena konteks pembicaraan pada ayat itu tentang peringatan dan ancaman kepada manusia yang tinggal di bumi bahwa semua yang mereka lakukan besar maupun kecil tidak akan luput dari catatan dan pengawasan Allah taโ€™ala. Maka penyebutan bumi sebagai tempat hidup manusia layak didahulukan dari pada langit.

Ada ada ayat yang mirip lafalnya seperti Yunus 61 di atas tetapi kata langit tetap di dahulukan dari kata bumi, yaitu surat Saba ayat 3. Mengapa?

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ูƒูŽููŽุฑููˆุง ู„ูŽุง ุชูŽุฃู’ุชููŠู†ูŽุง ุงู„ุณู‘ูŽุงุนูŽุฉู ู‚ูู„ู’ ุจูŽู„ูŽู‰ ูˆูŽุฑูŽุจู‘ููŠ ู„ูŽุชูŽุฃู’ุชููŠูŽู†ู‘ูŽูƒูู…ู’ ุนูŽุงู„ูู…ู ุงู„ู’ุบูŽูŠู’ุจู ู„ูŽุง ูŠูŽุนู’ุฒูุจู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู…ูุซู’ู‚ูŽุงู„ู ุฐูŽุฑู‘ูŽุฉู ูููŠ ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽู„ูŽุง ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู„ูŽุง ุฃูŽุตู’ุบูŽุฑู ู…ูู†ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู ุฅูู„ู‘ูŽุง ูููŠ ูƒูุชูŽุงุจู ู…ูุจููŠู†ู

Dan orang-orang yang kafir berkata: “HARI KIAMAT itu tidak akan datang kepada kami”. Katakanlah: “Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui yang ghaib, sesungguhnya KIAMAT ITU PASTI AKAN DATANG kepadamu. Tidak ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di LANGIT dan yang ada di BUMI dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata.” (QS. Saba: 3).

Karena konteks pembicaraannya tentang hari kiamat, dimana kehancuran dunia didahului oleh kehancuran langit dan benda langit selain bumi, sehingga penyebutan langit di dahului dari pada bumi.

(Diringkas dari Bada-iโ€™ Al-Fawaid, Ibnul Qayim, 1/74).

Mengapa Malam Didahulukan Daripada Siang?

Karena sebelum penciptaan makhluk yang menjadi sumber cahaya, terang itu belum ada. Dapat dikatakan bahwa gelap atau malam lebih dulu ada dari pada terang atau siang.

Tetapi ada rangkaian ayat yang mendahulukan siang dari pada malam seperti awal mula surat Asy-Syams:

ูˆูŽุงู„ุดู‘ูŽู…ู’ุณู ูˆูŽุถูุญูŽุงู‡ูŽุง (1) ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽู…ูŽุฑู ุฅูุฐูŽุง ุชูŽู„ูŽุงู‡ูŽุง (2) ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูŽู‡ูŽุงุฑู ุฅูุฐูŽุง ุฌูŽู„ู‘ูŽุงู‡ูŽุง (3) ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ุฅูุฐูŽุง ูŠูŽุบู’ุดูŽุงู‡ูŽุง (4)

Demi matahari dan cahayanya di pagi hari. Dan bulan apabila mengiringinya. Dan siang apabila menampakkannya. Dan malam apabila menutupinya..

Dalam surat ini siang didahulukan dari malam, karena matahari disebutkan lebih dulu dari bulan. Juga karena surat ini berbicara tentang tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dimana Allah menghendaki jiwa kita terang, dan tidak menghendaki pengotoran jiwa (tadsiyatun nafs) yang menyebabkan gelapnya jiwa. Wallahu aโ€™lam.


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Doakan Selalu Orang Tua Kita

Mengusap Wajah Setelah Berdoa?

Pemateri: Ust. Farid Nu’man Hasan, SS.

Bismillah wal hamdulillah wash Shalatu was Salamu โ€˜Ala Rasulillah wa baโ€™d:

Masalah ini telah diperlisihkan para imam kaum muslimin, bahkan sejak masa sahabat nabi Radhiallahu โ€˜Anhum. Sebagian membolehkan bahkan menyunnahkan karena ada riwayat yang bisa dipertanggungjawabkan dari sebagian sahabat seperti Ibnu Umar, Ibnu Az Zubeir, dan Al Hasan, yang melakukan hal itu. Sebagian lain melarang itu, bahkan menyebutnya bidโ€™ah dan kebodohan, karena tidak memiliki dasar yang kuat dari Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam. Masalah perbedaan ini tidak boleh dijadikan sebab berpecahnya umat Islam, karena memang telah terjadi perselisihan ini sejak masa-masa terdahulu.

Kali ini yang kami lakukan adalah hanya memaparkan saja fatwa-fatwa para imam tersebut, tidak pada posisi menguatkan atau melemahkan salah satunya. Sebagian di antara imam ini ada yang menyunahkan dan membolehkan, ada pula yang tidak menganjurkan bahkan membidโ€™ahkan mengusap wajah setelah doa. Jika Anda melakukannya, maka para salaf ada yang melakukannya. Jika Anda meninggalkannya maka para salaf juga ada yang meninggalkannya.

Kami bagi menjadi dua bagian, bagian pertama adalah pihak yang tidak menganjurkan bahkan membidโ€™ahkan. Lalu bagian kedua adalah pihak yang membolehkan bahkan menyunnahkan.

Para ulama yang tidak menganjurkan bahkan membidโ€™ahkan

1. Imam Sufyan Ats Tsauri Radhiallahu โ€˜Anhu

Tertulis dalam kitab Mukhtashar Kitab Al Witr:

ูˆุณุฆู„ ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ุนู† ุงู„ุฑุฌู„ ูŠุจุณุท ูŠุฏูŠู‡ ููŠุฏุนูˆ ุซู… ูŠู…ุณุญ ุจู‡ู…ุง ูˆุฌู‡ู‡ ูู‚ุงู„ ูƒุฑู‡ ุฐู„ูƒ ุณููŠุงู†

Abdullah -yakni Abdullah bin Al Mubarak- ditanya tentang seorang laki-laki menengadahkan kedua tangannya dia berdoa, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, Beliau menjawab: โ€œSufyan memakruhkan hal itu.โ€ (Mukhtashar Kitab Al Witr, Hal. 162)

2. Imam Malik Radhiallahu โ€˜Anhu

Imam Ahmad bin Ali Al Muqrizi menceritakan:

ูˆุณุฆู„ ู…ุงู„ูƒ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ุนู† ุงู„ุฑุฌู„ ูŠู…ุณุญ ุจูƒููŠู‡ ูˆุฌู‡ู‡ ุนู†ุฏ ุงู„ุฏุนุงุก ูุฃู†ูƒุฑ ุฐู„ูƒ ูˆู‚ุงู„: ู…ุง ุนู„ู…ุช

Imam Malik Rahimahullah ditanya tentang seorang laki-laki yang mengusap wajahnya dengan kedua tangannya ketika berdoa, lalu dia mengingkarinya, dan berkata: โ€œAku tidak tahu.โ€ (Mukhtashar Kitab Al Witri, Hal. 152)

3. Imam Abdullah bin Al Mubarak Radhiallahu โ€˜Anhu

Imam Al Baihaqi meriwayatkan dalam As Sunan Al Kubra:

ุนูŽู„ูู‰ูู‘ ุงู„ู’ุจูŽุงุดูŽุงู†ูู‰ูู‘ ู‚ูŽุงู„ูŽ : ุณูŽุฃูŽู„ูŽุชู ุนูŽุจู’ุฏูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽุนู’ู†ูู‰ ุงุจู’ู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุจูŽุงุฑูŽูƒู ุนูŽู†ู ุงู„ูŽู‘ุฐูู‰ ุฅูุฐูŽุง ุฏูŽุนูŽุง ู…ูŽุณูŽุญูŽ ูˆูŽุฌู’ู‡ูŽู‡ู ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ : ู„ูŽู…ู’ ุฃูŽุฌูุฏู’ ู„ูŽู‡ู ุซูŽุจูŽุชู‹ุง. ู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูŽู„ูู‰ูŒู‘ : ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ุฃูŽุฑูŽู‡ู ูŠูŽูู’ุนูŽู„ู ุฐูŽู„ููƒูŽ. ู‚ูŽุงู„ูŽ : ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽู‚ู’ู†ูุชู ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ุฑูู‘ูƒููˆุนู ููู‰ ุงู„ู’ูˆูุชู’ุฑู ุŒ ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽุฑู’ููŽุนู ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู

Ali Al Basyani berkata: Aku bertanya kepada Abdullah โ€“yakni Abdullah bin Al Mubarak- tentang orang yang jika berdoa mengusap wajahnya, Beliau berkata: โ€œAku belum temukan riwayat yang kuat.โ€ Ali berkata: โ€œAku tidak pernah melihatnya melakukannya.โ€ Aku melihat Abdullah melakukan qunut setelah ruku dalam witir, dan dia mengangkat kedua tangannya. (As Sunan Al Kubra No. 2970)

Imam Ibnul Mulaqin mengutip dari Imam Al Baihaqi sebagai berikut:

ุซู…ูŽู‘ ุฑูŽูˆูŽู‰ ุจูุฅูุณู’ู†ูŽุงุฏูู‡ู ุนูŽู† ุงุจู’ู† ุงู„ู’ู…ูุจูŽุงุฑูƒ ุฃูŽู†ู‡ ุณูุฆูู„ูŽ ุนูŽู† ู…ุณุญ ุงู„ู’ูˆูŽุฌู’ู‡ ุฅูุฐุง ุฏูŽุนูŽุง ุงู„ู’ุฅูู†ู’ุณูŽุงู† ู‚ูŽุงู„ูŽ : ู„ู… ุฃุฌุฏ ู„ูŽู‡ู ุดูŽุงู‡ุฏุง . ู‡ูŽุฐูŽุง ุขุฎุฑ ูƒูŽู„ูŽุงู… ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ู‡ูŽู‚ููŠู‘

Kemudian Beliau (Al Baihaqi) meriwayatkan dengan isnadnya, dari Ibnul Mubarak bahwa dia ditanya tentang mengusap wajah jika manusia berdoa, Beliau menjawab: โ€œSaya belum temukan syahid-(hal yang menguatkan)nya.โ€ Inilah akhir ucapan Al Baihaqi (Imam Ibnul Mulqin, Al Badrul Munir, 3/640)

4. Imam Ahmad bin Hambal Radhiallahu โ€˜Anhu

Imam Ibnul Mulaqin Rahimahullah menuliskan:

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุญู’ู…ุฏ : ู„ูŽุง ูŠุนุฑู ู‡ูŽุฐูŽุง ุฃูŽู†ู‡ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠู…ุณุญ ูˆูŽุฌู‡ู‡ ุจุนุฏ ุงู„ุฏูู‘ุนูŽุงุก ุฅูู„ูŽู‘ุง ุนูŽู† ุงู„ู’ุญุณู†

Berkata Imam Ahmad: โ€œTidak diketahui hal ini, tentang mengusap wajah setelah doa, kecuali dari Al Hasan.โ€ (Ibid, 3/639)

5. Imam Al Baihaqi Rahimahullah

Beliau berkata:

ูุฃู…ุง ู…ุณุญ ุงู„ูŠุฏูŠู† ุจุงู„ูˆุฌู‡ ุนู†ุฏ ุงู„ูุฑุงุบ ู…ู† ุงู„ุฏุนุงุก ูู„ุณุช ุฃุญูุธู‡ ุนู† ุฃุญุฏ ู…ู† ุงู„ุณู„ู ููŠ ุฏุนุงุก ุงู„ู‚ู†ูˆุช ูˆุฅู† ูƒุงู† ูŠุฑูˆูŠ ุนู† ุจุนุถู‡ู… ููŠ ุงู„ุฏุนุงุก ุฎุงุฑุฌ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆู‚ุฏ ุฑูˆูŠ ููŠู‡ ุนู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… ุญุฏูŠุซ ููŠู‡ ุถุนู ูˆู‡ูˆ ู…ุณุชุนู…ู„ ุนู†ุฏ ุจุนุถู‡ู… ุฎุงุฑุฌ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุฃู…ุง ููŠ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูู‡ูˆ ุนู…ู„ ู„ู… ูŠุซุจุช ุจุฎุจุฑ ุตุญูŠุญ ูˆู„ุง ุฃุซุฑ ุซุงุจุช ูˆู„ุง ู‚ูŠุงุณ ูุงู„ุฃูˆู„ู‰ ุฃู† ู„ุง ูŠูุนู„ู‡ ูˆูŠู‚ุชุตุฑ ุนู„ู‰ ู…ุง ูุนู„ู‡ ุงู„ุณู„ู ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ู… ู…ู† ุฑูุน ุงู„ูŠุฏูŠู† ุฏูˆู† ู…ุณุญู‡ู…ุง ุจุงู„ูˆุฌู‡ ููŠ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุจุงู„ู„ู‡ ุงู„ุชูˆููŠู‚

Ada pun mengusap wajah dengan kedua tangan setelah selesai doa, maka tak ada satu pun yang saya hafal dari kalangan salaf yang melakukan pada doa qunut, kalau pun ada adalah riwayat dari mereka pada doa di luar shalat. Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam hadits dhaif tentang masalah ini. Sebagian mereka menggunakan hadits ini untuk berdoa di luar shalat, ada pun dalam shalat itu adalah perbuatan yang tidak dikuatkan oleh riwayat yang shahih, tidak pula atsar yang kuat, dan tidak pula qiyas. Maka, yang lebih utama adalah tidak melakukannya, dan hendaknya mencukupkan dengan apa yang dilakukan para salaf โ€“Radhiallahu โ€˜Anhum- berupa mengangkat kedua tangan tanpa mengusap wajah dalam shalat. Wa billaahit taufiq. (As Sunan Al Kubra No. 2968)

6. Imam โ€˜Izzuddin bin โ€˜Abdissalam Rahimahullah

Imam Al Munawi Rahimahullah menyebutkan dari Imam โ€˜Izzuddin bin Abdissalam, kata Beliau:

ู„ุง ูŠู…ุณุญ ูˆุฌู‡ู‡ ุฅู„ุง ุฌุงู‡ู„

Tidak ada yang mengusap wajah melainkan orang bodoh. (Faidhul Qadir, 1/473. Lihat juga Mughni Muhtaj, 2/360)

7. Imam An Nawawi Rahimahullah

Imam An Nawawi menyatakan yang benar adalah berdoa mengangkat kedua tangan tetapi tanpa mengusap wajah, berikut ini ucapannya:

ูˆุงู„ุญุงุตู„ ู„ุงุตุญุงุจู†ุง ุซู„ุงุซุฉ ุฃูˆุฌู‡ (ุงู„ุตุญูŠุญ) ูŠุณุชุญุจ ุฑูุน ูŠุฏูŠู‡ ุฏูˆู† ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ (ูˆุงู„ุซุงู†ูŠ) ู„ุง ูŠุณุชุญุจุงู† (ูˆุงู„ุซุงู„ุซ) ูŠุณุชุญุจุงู† ูˆุฃู…ุง ุบูŠุฑ ุงู„ูˆุฌู‡ ู…ู† ุงู„ุตุฏุฑ ูˆุบูŠุฑู‡ ูุงุชูู‚ ุฃุตุญุงุจู†ุง ุนู„ูŠ ุฃู†ู‡ ู„ุง ูŠุณุชุญุจ ุจู„ ู‚ุงู„ ุงุจู† ุงู„ุตุจุงุบ ูˆุบูŠุฑู‡ ู‡ูˆ ู…ูƒุฑูˆู‡ ูˆุงู„ู„ู‡ ุฃุนู„ู…

Kesimpulannya, para sahabat kami (Syafiโ€™iyah) ada tiga pendapat; (yang shahih) disunnahkan mengangkat kedua tangan tetapi tanpa mengusap wajah, (kedua) tidak disunnahkan keduanya, (ketiga) disunnahkan keduanya. Ada pun selain wajah, seperti dada dan selainnya, para sahabat kami sepakat bahwa hal itu tidak dianjurkan, bahkan Ibnu Ash Shabagh mengatakan hal itu makruh. Wallahu Aโ€™lam (Al Majmuโ€™ Syarh Al Muhadzdzab, 3/501)

8. Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah

Beliau berkata:

ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุฑูŽูู’ุนู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู ูููŠ ุงู„ุฏูู‘ุนูŽุงุกู: ููŽู‚ูŽุฏู’ ุฌูŽุงุกูŽ ูููŠู‡ู ุฃูŽุญูŽุงุฏููŠุซู ูƒูŽุซููŠุฑูŽุฉูŒ ุตูŽุญููŠุญูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ู…ูŽุณู’ุญูู‡ู ูˆูŽุฌู’ู‡ูŽู‡ู ุจููŠูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู ููŽู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุนูŽู†ู’ู‡ู ูููŠู‡ู ุฅู„ูŽู‘ุง ุญูŽุฏููŠุซูŒุŒ ุฃูŽูˆู’ ุญูŽุฏููŠุซูŽุงู†ูุŒ ู„ูŽุง ูŠูŽู‚ููˆู…ู ุจูู‡ูู…ูŽุง ุญูุฌูŽู‘ุฉูŒุŒ ูˆูŽุงูŽู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ู

Ada pun Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam mengangkat kedua tangan ketika berdoa, hal itu telah diterangkan dalam banyak hadits shahih, sedangkan mengusap wajah dengan kedua tangannya, maka tidak ada yang menunjukkan hal itu kecuali satu hadits atau dua hadits yang keduanya tidak bisa dijadikan hujjah. Wallahu Aโ€™lam (Al Fatawa Al Kubra, 2/219, Majmuโ€™ Al Fatawa, 22/519, Iqamatud Dalil โ€˜Ala Ibthalit Tahlil, 2/408)

9. Fatwa Syaikh Abdul Muhsin Al โ€˜Abbad Al Badr Hafizhahullah

Berikut fatwa ini Beliau:

ุงู„ุณุคุงู„: ุฐูƒุฑุชู… ุญูƒู… ุฑูุน ุงู„ูŠุฏูŠู† ููŠ ุงู„ุฏุนุงุกุŒ ูู…ุง ุงู„ู‚ูˆู„ ููŠ ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจู‡ู…ุงุŸ ุงู„ุฌูˆุงุจ: ู„ู… ูŠุซุจุชุŒ ูˆู‚ุฏ ูˆุฑุฏ ููŠู‡ ุฃุญุงุฏูŠุซ ุถุนูŠูุฉุŒ ูˆุงู„ุณู†ุฉ ุฃู† ุชุฑูุน ุงู„ุฃูŠุฏูŠ ุซู… ุชู†ุฒู„ ุจุฏูˆู† ู…ุณุญ

Pertanyaan:

Anda telah menyebutkan hukum tentang mengangkat kedua tangan ketika doa, lalu apa pendapat Anda tentang mengusap wajah dengan keduanya?

Jawaban:

Tidak shahih, hadits-hadits yang ada tentang hal itu adalah lemah, dan sunnahnya adalah Anda mengangkat kedua tangan kemudian menurunkannya dengan tanpa mengusap wajah. (Syarh Sunan Abi Daud, 15/145)

Pada halaman lain juga tertulis demikian:

ุงู„ุณุคุงู„: ู‡ู„ ู†ู†ูƒุฑ ุนู„ู‰ ู…ู† ูŠู…ุณุญ ูˆุฌู‡ู‡ ุจุนุฏ ุงู„ุฏุนุงุกุŸ ุงู„ุฌูˆุงุจ: ู„ู… ุชุฑุฏ ููŠ ู‡ุฐุง ุณู†ุฉ ุนู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…ุŒ ููŠุจูŠู† ู„ู…ู† ูŠุนู…ู„ ุฐู„ูƒ ุฃู†ู‡ ู…ุง ุซุจุช ููŠ ู‡ุฐุง ุดูŠุกุŒ ุฅู†ู…ุง ุงู„ุซุงุจุช ู‡ูˆ ุฑูุน ุงู„ูŠุฏูŠู†ุŒ ูˆุฃู…ุง ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจุงู„ูŠุฏูŠู† ุจุนุฏ ุงู„ุฏุนุงุก ูู‚ุฏ ูˆุฑุฏุช ููŠู‡ ุฃุญุงุฏูŠุซ ุถุนูŠูุฉ

Pertanyaan:

Apakah kita mesti mengingkari orang yang mengusap wajahnya setelah berdoa?

Jawaban:

Tidak ada sunah yang valid dari Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam tentang masalah ini, maka hendaknya dijelaskan kepada orang yang melakukannya bahwa hal itu tidak ada satu pun yang kuat haditsnya. Yang kuat adalah mengangkat kedua tangan, ada pun mengusap wajah dengan kedua tangan setelah doa telah ada hadits-hadits lemah yang membicarakannya. (Ibid, 15/474)

10. Fatwa Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizhahullah

Beliau berkata:

ูˆุฃู…ุง ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุนู‚ุจ ุงู„ุฏุนุงุก ูู„ู… ูŠุซุจุช ููŠู‡ ุญุฏูŠุซ ุตุญูŠุญ ุŒ ุจู„ ุฅู† ุจุนุถ ุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… ู†ุตูˆุง ุนู„ู‰ ุจุฏุนูŠุชู‡ ุงู†ุธุฑ ู…ุนุฌู… ุงู„ุจุฏุน (ุต 227)

ูู„ุง ุชูุนู„ ุฃู†ุช ุงู„ุจุฏุนุฉ ูˆู„ุง ุชูุดุงุฑูƒ ููŠู‡ุง ูˆู„ูƒู† ุงู†ุตุญ ูˆุฃู…ุฑ ุจุงู„ุณู†ู‘ุฉ ูˆุฐูƒู‘ุฑ ุงู„ู†ู‘ุงุณ ูˆุฃุฎุจุฑู‡ู… ุจุงู„ุญูƒู… ุงู„ุดู‘ุฑุนูŠ

Ada pun mengusap wajah setelah berdoa, tidak ada hadits kuat lagi shahih tentang hal itu, bahkan sebagian ulama ada yang menyebutkan bidโ€™ahnya hal itu. Lihat Muโ€™jam Al Bidaโ€™ (Hal. 227).

Maka, jangan Anda lakukan bidโ€™ah, dan jangan berpartisipasi di dalamnya, tetapi hendaknya menasihatkan dan memerintahkan dengan sunah, serta mengingatkan manusia dan mengabarkan mereka terhadap hukum-hukum syarโ€™i. (Fatawa Al Islam Sual wa Jawab, Hal. 5538)

11. Fatwa Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah

Beliau berkata:

ูˆุฃู…ุง ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจุนุฏ ุงู„ุฏุนุงุก ูู…ุณุฃู„ุฉ ุฎู„ุงููŠุฉ ุจูŠู† ุงู„ุนู„ู…ุงุกุŒ ู…ู†ู‡ู… ู…ู† ุงุณุชุญุจู‡ ูˆู…ู†ู‡ู… ู…ู† ู…ู†ุนู‡ุŒ ูˆุงู„ุฃู…ุฑ ูˆุงุณุน ููŠ ุฐู„ูƒ ูˆุฅู† ูƒู†ุง ู†ุฑุฌุญ ู…ู† ุจุงุจ ุงู„ูˆุฑุน ุนุฏู… ุงู„ู…ุณุญุŒ ู„ุฃู† ุงู„ุญุฏูŠุซ ุงู„ูˆุงุฑุฏ ููŠ ุงู„ู…ุณุญ ู„ุง ูŠุฎู„ูˆ ู…ู† ูƒู„ุงู…ุŒ ูˆู„ุนุฏู… ุงุดุชู‡ุงุฑ ุฐู„ูƒ ุนู†ุฏ ุงู„ุณู„ู. ูˆุงู„ู„ู‡ ุฃุนู„ู…

Ada pun mengusap wajah setelah doa, maka ini adalah persoalan yang diperselisihkan para ulama. Di antara mereka ada yang menyunahkannya dan ada pula yang melarangnya. Dan, masalah ini adalah masalah yang lapang. Sedangkan kami menguatkan diri sisi kehati-kehatian untuk tidak mengusap, karena hadits-hadits yang ada dalam masalah ini tidak kosong dari perbincangan para ulama, serta tidak ada yang masyhur dari kalangan salaf yang melakukan hal ini. Wallahu Aโ€™lam (Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah No. 36932)

12. Fatwa Syaikh Abdurrazzaq โ€˜Afifi Rahimahullah

Berikut ini fatwanya:

ุณุฆู„ ุงู„ุดูŠุฎ : ู…ุง ุญูƒู… ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจุงู„ูŠุฏูŠู† ุจุนุฏ ุงู„ุงู†ุชู‡ุงุก ู…ู† ุงู„ุฏุนุงุก ูˆู‡ู„ ูˆุฑุฏ ููŠู‡ ุญุฏูŠุซ ุนู† ุงู„ู†ุจู‰ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุŸ

ูู‚ุงู„ ุงู„ุดูŠุฎ โ€“ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ โ€“ : ู„ูŠุณ ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจุนุฏ ุงู„ุฏุนุงุก ู…ู† ุงู„ุณู†ุฉ ุจู„ ู‡ูˆ ุจุฏุนุฉ ู„ุงู† ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจุงู„ูŠุฏูŠู† ุนู‚ุจ ุฏุนุงุก ูŠุนุชุจุฑ ู†ุณูƒ ูˆุนุจุงุฏุฉ ูˆู‡ูˆ ู„ู… ูŠุซุจุช ุงู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูุนู„ู‡ ููŠูƒูˆู† ุจุฏุนุฉ ูู‰ ุงู„ุฏูŠู† ูˆุงู„ุญุฏูŠุซ ุงู„ุฐู‰ ูˆุฑุฏ ูู‰ ู‡ุฐุง ุถุนูŠู ูˆู„ู… ูŠุตุญ

Syaikh ditanya: Apa hukum mengusap wajah dengan kedua tangan setelah berdoa, apakah ada hadits Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam tentang ini?

Syaikh Rahimahullah menjawab:

Mengusap wajah setelah berdoa bukan termasuk sunah, bahkan itu adalah bidโ€™ah, karena mengusap wajah dengan kedua tangan setelah berdoa telah dianggap sebagai ibadah. Hal itu tidak ada yang shahih dilakukan oleh Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam, maka itu adalah bidโ€™ah dalam agama. Sedangkan hadits yang membicarakan ini adalah lemah dan tidak shahih. (Fatawa Asy Syaikh Abdurrazzaq โ€˜Afifi, Hal. 315)

13. Fatwa Syaikh Sulaiman bin Wail At Tuwaijiri

Beliau berkata:

ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจุนุฏ ุงู„ุฏุนุงุก ูˆุฑุฏ ููŠู‡ ุฃุญุงุฏูŠุซุŒ ูˆุฑุฌุงู„ ุงู„ุฌุฑุญ ูˆุงู„ุชุนุฏูŠู„ ุทุนู†ูˆุง ููŠู‡ุงุŒ ูู‡ูŠ ู„ุง ุชุฑุชู‚ูŠ ุฅู„ู‰ ุฏุฑุฌุฉ ุงู„ุนู…ู„ ุจู‡ุงุŒ ูˆูŠุจู‚ู‰ ุงู„ุฃู…ุฑ ุนู„ู‰ ู…ุง ู‡ูˆ ุงู„ุฃุตู„ ููŠู‡ ูˆู‡ูˆ ุนุฏู… ุงู„ู…ุณุญุ› ู„ุฃู† ุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ ุงู„ูˆุงุฑุฏุฉ ููŠ ุงู„ู…ุณุญ ู„ูŠุณุช ุจุตุญูŠุญุฉุŒ ูˆู„ุง ุชุฑุชู‚ูŠ ุฅู„ู‰ ุฏุฑุฌุฉ ุงู„ุงุญุชุฌุงุฌ ุจู‡ุง. ุงู†ุธุฑ ู…ุซู„ุงู‹ ู…ุง ุฑูˆุงู‡ ุฃุจูˆ ุฏุงูˆุฏ (1485)ุŒ ูˆุงุจู† ู…ุงุฌุฉ (1181) ู…ู† ุญุฏูŠุซ ุงุจู† ุนุจุงุณ -ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ู…ุง- ุจุฅุณู†ุงุฏ ุถุนูŠู

Telah datang sejumlah hadits tentang mengusap wajah setelah doa, dan para ulama Al Jarh wat Taโ€™dil telah mengkritiknya, sehingga hadits tersebut tidak terangkat mencapai derajat yang layak diamalkan, jadi masalah ini dikembalikan kepada hukum asalnya yaitu tidak mengusap wajah, karena hadits-hadits tentang mengusap wajah tidak ada yang shahih, dan tidak terangkat sampai derajat yang bisa dijadikan hujjah. Lihat misalnya riwayat Abu Daud (1485), Ibnu Majah (1181) dari Ibnu Abbas Radhiallahu โ€˜Anhuma, dengan isnad yang dhaif. (Fatawa Istisyaraat Al Islam Al Yaum, 14/224)

Para Ulama Yang Membolehkan dan Menyunahkan

1. Sahabat nabi, Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Zubeir Radhiallahu โ€˜Anhuma

Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam Adabul Mufrad:

ุนู† ุฃุจู‰ ู†ุนูŠู… ูˆู‡ูˆ ูˆู‡ุจ ู‚ุงู„ : ุฑุฃูŠุช ุจู† ุนู…ุฑ ูˆุจู† ุงู„ุฒุจูŠุฑ ูŠุฏุนูˆุงู† ูŠุฏูŠุฑุงู† ุจุงู„ุฑุงุญุชูŠู† ุนู„ู‰ ุงู„ูˆุฌู‡

Dari Abu Nuโ€™aim โ€“dia adalah Wahb, berkata: โ€œAku melihat Ibnu Umar dan Ibnu Az Zubeir mereka mengusap wajah dengan telapak tangannya.โ€ (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 609. Dihasankan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar dalam Amali Al Adzkar. Lihat Al Fatawa Al Haditsiyah, Hal. 55. Sementara Syaikh Al Albani mendhaifkannya. Lihat Dhaif Adabil Mufrad No. 609)

2. Imam Al Hasan bin Abil Hasan Radhiallahu โ€˜Anhu

Disebutkan dalam Mukhtashar Kitab Al Witr:

ูˆุนู† ุงู„ู…ุนุชู…ุฑ ุฑุฃูŠุช ุฃุจุง ูƒุนุจ ุตุงุญุจ ุงู„ุญุฑูŠุฑ ูŠุฏุนูˆ ุฑุงูุนุง ูŠุฏูŠู‡ ูุฅุฐุง ูุฑุบ ู…ู† ุฏุนุงุฆู‡ ูŠู…ุณุญ ุจู‡ู…ุง ูˆุฌู‡ู‡ ูู‚ู„ุช ู„ู‡ ู…ู† ุฑุฃูŠุช ูŠูุนู„ ู‡ุฐุง ูู‚ุงู„ ุงู„ุญุณู†

Dari Al Muโ€™tamar: aku melihat Abu Kaโ€™ab pengarang Al Harir berdoa dengan mengangkat kedua tangannya, lalu ketika dia selesai berdoa, dia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Lalu aku bertanya kepadanya: โ€œSiapa orang yang kau lihat melakukan ini?โ€ Beliau menjawab: โ€œAl Hasan.โ€ (Imam Ahmad bin Ali Al Muqrizi, Mukhtashar Kitab Al Witr, Hal. 152)

Imam As Suyuthi mengatakan: โ€œisnadnya hasan.โ€ (Lihat Fadhul Wiโ€™a, No. 59)

3. Imam Ishaq bin Rahawaih Radhiallahu โ€˜Anhu

Beliau termasuk yang menganggap baik menggunakan hadits-hadits tentang mengusap wajah setelah doa sebagai dalilnya. Berikut ini keterangannya:

ู‚ุงู„ ู…ุญู…ุฏ ุจู† ู†ุตุฑ ูˆุฑุฃูŠุช ุฅุณุญุงู‚ ูŠุณุชุญุณู† ุงู„ุนู…ู„ ุจู‡ุฐู‡ ุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ

Berkata Muhammad bin Nashr: Aku melihat Ishaq menganggap baik beramal dengan hadits-hadits ini. (Ibid)

4. Imam Al Khathabi Rahimahullah

Beliau mengomentari perkataan yang menyebut โ€œbodohโ€ orang yang mengusap wajah setelah berdoa, katanya:

ูˆูŽู‚ูŽูˆู’ู„ ุจูŽุนู’ุถู ุงู„ู’ููู‚ูŽู‡ูŽุงุกู ูููŠ ููŽุชูŽุงูˆููŠู‡ู : ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽู…ู’ุณูŽุญู ูˆูŽุฌู’ู‡ูŽู‡ู ุจููŠูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู ุนูŽู‚ูุจูŽ ุงู„ุฏูู‘ุนูŽุงุกู ุฅูู„ุงูŽู‘ ุฌูŽุงู‡ูู„ูŒ ุŒ ู…ูŽุญู’ู…ููˆู„ูŒ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุทูŽู‘ู„ูุนู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ุฃู’ุญูŽุงุฏููŠุซู

Pendapat sebagian fuqaha dalam fatwa mereka adalah tidaklah mengusap wajah dengan kedua tangannya setelah berdoa melainkan orang bodoh, bisa jadi bahwa dia belum menelaah masalah ini dalam banyak hadits. (Al Futuhat Ar Rabbaniyah โ€˜Alal Adzkar, 7/258)

5. Imam Az Zarkasyi Rahimahullah

Beliau juga mengomentari perkataan Imam โ€˜Izzuddin bin Abdissalam dengan komentar yang mirip dengan Imam Al Khathabi. Katanya:

ูˆุฃู…ุง ู‚ูˆู„ ุงู„ุนุฒ ููŠ ูุชุงูˆูŠู‡ ุงู„ู…ูˆุตู„ูŠุฉ: ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจุงู„ูŠุฏ ุจุฏุนุฉ ููŠ ุงู„ุฏุนุงุก ู„ุง ูŠูุนู„ู‡ ุฅู„ุง ุฌุงู‡ู„, ูู…ุญู…ูˆู„ ุนู„ู‰ ุฃู†ู‡ ู„ู… ูŠุทู„ุน ุนู„ู‰ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ ูˆู‡ูŠ ูˆุฅู† ูƒุงู†ุช ุฃุณุงู†ูŠุฏู‡ุง ู„ูŠู†ุฉ ู„ูƒู†ู‡ุง ุชู‚ูˆู‰ ุจุงุฌุชู…ุงุน ุทุฑู‚ู‡ุง

Ada pun perkataan Al โ€˜Izz dalam fatwanya: mengusap wajah dengan tangan adalah bidโ€™ah dalam doa, dan tidak ada yang melakukannya kecuali orang bodoh, maka dimungkinkan bahwa dia belum mengkaji hadits-hadits yang berkenaan masalah ini, walaupun sanad-sanadnya lemah tetapi menjadi kuat dengan mengumpulkan banyak jalurnya. (Al Juzโ€™u fi mashil wajhi, Hal. 26)

6. Imam Amir Ash Shanโ€™ani Rahimahullah

Beliau berkata:

ูˆุนู† ุนู…ุฑ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚ุงู„: โ€œูƒุงู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฅุฐุง ู…ุฏ ูŠุฏูŠู‡ ููŠ ุงู„ุฏุนุงุก ู„ู… ูŠุฑุฏู‡ู…ุง ุญุชู‰ ูŠู…ุณุญ ุจู‡ู…ุง ูˆุฌู‡ู‡โ€ ุฃุฎุฑุฌู‡ ุงู„ุชุฑู…ุฐูŠ ูˆู„ู‡ ุดูˆุงู‡ุฏ ู…ู†ู‡ุง ุญุฏูŠุซ ุงุจู† ุนุจุงุณ ุนู†ุฏ ุฃุจูŠ ุฏุงูˆุฏ ูˆุบูŠุฑู‡ ูˆู…ุฌู…ูˆุนู‡ุง ูŠู‚ุถูŠ ุจุฃู†ู‡ ุญุฏูŠุซ ุญุณู† ูˆููŠู‡ ุฏู„ูŠู„ ุนู„ู‰ ู…ุดุฑูˆุนูŠุฉ ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจุงู„ูŠุฏูŠู† ุจุนุฏ ุงู„ูุฑุงุบ ู…ู† ุงู„ุฏุนุงุก

Dari Umar Radhiallahu โ€˜Anhu, katanya: โ€œDahulu Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam jika mengangkat kedua tangannya dalam berdoa, dia tidak akan mengembalikannya sampai mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.โ€ Dikeluarkan oleh At Tirmidzi dan memiliki beberapa syawahid (saksi penguat), di antaranya adalah hadits dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan selainnya. Kumpulan semuanya mencukupi hadits ini dihukumi hasan. Pada hadits ini terdapat dalil disyariatkannya mengusap wajah dengan kedua telapak tangan setelah selesai shalat. (Subulus Salam, 4/219, Maktabah Mushthafa Al Baabi Al Halabi)

7. Lajnah Ulama penyusun kitab Al Fatawa Al Hindiyah

Mereka mengatakan:

ู‚ููŠู„ ู…ูŽุณู’ุญู ุงู„ู’ูˆูŽุฌู’ู‡ู ุจูุงู„ู’ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู†ู ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุจูุดูŽูŠู’ุกู ุŒ ูˆูŽูƒูŽุซููŠุฑูŒ ู…ูู†ู’ ู…ูŽุดูŽุงูŠูุฎูู†ูŽุง ุงุนู’ุชูŽุจูŽุฑููˆุง ู…ูŽุณู’ุญูŽ ุงู„ู’ูˆูŽุฌู’ู‡ู ู‡ููˆูŽ ุงู„ุตูŽู‘ุญููŠุญูŽ ูˆูŽุจูู‡ู ูˆูŽุฑูŽุฏูŽ ุงู„ู’ุฎูŽุจูŽุฑู

Dikatakan bahwa mengusap wajah dengan kedua tangan adalah bukan apa-apa. Banyak guru-guru kami yang menyebutkan bahwa mengusap kedua tangan adalah benar adanya, dan telah ada riwayat tentang itu. (Al Fatawa Al Hindiyah, 5/318)

8. Syaikh Abul โ€˜Ala Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim Al Mubarkafuri Rahimahullah

Beliau berkata dalam kitabnya Tuhfah Al Ahwadzi:

ุฃูŠ ู„ู… ูŠุถุนู‡ู…ุง ( ุญุชู‰ ูŠู…ุณุญ ุจู‡ู…ุง ูˆุฌู‡ู‡ ) ู‚ุงู„ ุจู† ุงู„ู…ู„ูƒ ูˆุฐู„ูƒ ุนู„ู‰ ุณุจูŠู„ ุงู„ุชูุงุคู„ ููƒุฃู† ูƒููŠู‡ ู‚ุฏ ู…ู„ุฆุชุง ู…ู† ุงู„ุจุฑูƒุงุช ุงู„ุณู…ุงูˆูŠุฉ ูˆุงู„ุฃู†ูˆุงุฑ ุงู„ุฅู„ู‡ูŠุฉ

Yaitu Beliau tidak meletakkan kedua tangannya (sampai Beliau mengusap wajahnya dengan keduanya) berkata Ibnul Malak hal itu menunjukkan rasa optimis yang kuat seakan kedua telapak tangannya telah dipenuhi oleh keberkahan dari langit dan cahaya ketuhanan. (Tuhfah Al Ahwadzi, 9/232. Darul Kutub Al โ€˜Ilmiyah)

9. Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah:

Fatwa pertama:

ูˆุงู„ุณุคุงู„ ู‡ูˆ : ู…ุง ุญูƒู… ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจุงู„ูŠุฏูŠู† ุจุนุฏ ุงู„ุฏุนุงุก ูˆุฎุงุตุฉ ุจุนุฏ ุฏุนุงุก ุงู„ู‚ู†ูˆุช ูˆุจุนุฏ ุงู„ู†ูˆุงูู„ ุŸ ุญูุธูƒู… ุงู„ู„ู‡ ูˆุฃุซุงุจูƒู… ุŒ ูˆุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูˆุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡

ุฌ : ูˆุนู„ูŠูƒู… ุงู„ุณู„ุงู… ูˆุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡.

ุจุนุฏู‡ : ุญูƒู…ู‡ ุฃู†ู‡ ู…ุณุชุญุจ ุ› ู„ู…ุง ุฐูƒุฑู‡ ุงู„ุญุงูุธ ููŠ ุงู„ุจู„ูˆุบ ููŠ ุจุงุจ ุงู„ุฐูƒุฑ ูˆุงู„ุฏุนุงุก ุŒ ูˆู‡ูˆ ุขุฎุฑ ุจุงุจ ููŠ ุงู„ุจู„ูˆุบ ุฃู†ู‡ ูˆุฑุฏ ููŠ ุฐู„ูƒ ุนุฏุฉ ุฃุญุงุฏูŠุซ ู…ุฌู…ูˆุนู‡ุง ูŠู‚ุถูŠ ุจุฃู†ู‡ ุญุฏูŠุซ ุญุณู† ุŒ ูˆูู‚ ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฌู…ูŠุน ูˆุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู….

Pertanyaan:

Apa hukum mengusap wajah dengan kedua tangan setelah doa, khususnya setelah doa qunut dan setelah nawafil (shalat sunah)? Semoga Allah menjaga dan memberikan ganjaran buat Anda. Wassalamu โ€˜Alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh.

Jawaban:

Wa โ€˜Alaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh.

Hukumnya adalah sunah, sebagaimana yang disebutkan oleh Al Hafizh (Ibnu Hajar) dalam Bulughul Maram pada Bab Adz Dzikr wad Duโ€™a, yaitu pada bab terakhir kitab Bulughul Maram, bahwasanya terdapat beberapa hadits tentang itu yang jika dikumpulkan semuanya mencapai derajat hasan. Semoga Allah memberi taufiq. Wassalamu โ€˜Alaikum.

(Lihat Majmuuโ€™ Fatawaa Ibni Baaz, 26/148)

Fatwa kedua: (Jawaban Syaikh Ibnu Baaz agak berbeda dengan fatwa pertama)

ูˆุฃู…ุง ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ูู„ู… ูŠุญูุธ ููŠ ุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ ุงู„ุตุญูŠุญุฉุŒ ูˆู„ูƒู† ุฌุงุก ููŠ ุฃุญุงุฏูŠุซู‡ุง ุถุนู ูุฐู‡ุจ ุจุนุถ ุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… ุจุฃู†ู‡ ู„ุง ู…ุงู†ุน ู…ู† ุฐู„ูƒุ› ู„ุฃู†ู‡ุง ูŠุดุฏ ุจุนุถู‡ุง ุจุนุถุง ุŒ ูˆูŠู‚ูˆูŠ ุจุนุถู‡ุง ุจุนุถุง ุฅุฐุง ู…ุณุญู‡ุŒ ูู„ุง ุจุฃุณุŒ ู„ูƒู† ุงู„ุฃูุถู„ ูˆุงู„ุฃูˆู„ู‰ ุงู„ุชุฑูƒุ› ู„ุฃู† ุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ ุงู„ุตุญูŠุญุฉ ู„ูŠุณ ููŠู‡ุง ู…ุณุญ ุจุนุฏ ุงู„ุฏุนุงุก

Ada pun mengusap wajah, tidak ada yang terekam dalam hadits-hadits shahih, tetapi adanya dalam hadits-hadits dhaif. Pendapat sebagian ulama adalah bahwa hal itu tidak terlarang, karena hadits tersebut satu sama lain saling menguatkan, jadi jika dia mengusapnya tidak apa-apa, tetapi lebih utama dan pertama adalah meninggalkannya, karena hadits-hadits shahih tidak menyebutkan mengusap wajah setelah doa. (Lihat Majmuuโ€™ Fatawaa Ibni Baaz, 30/43-44)

Sebelumnya beliau menyatakan sunah, namun yang ini menyatakan tidak apa-apa, tetapi lebih baik ditinggalkan.

10. Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al โ€˜Utsaimin Rahimahullah:

Fatwa pertama:

ู‡ู„ ูŠุณู† ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจุงู„ูŠุฏูŠู† ุจุนุฏ ุงู„ุฏุนุงุก ุฃู… ุฃู† ู‡ุฐุง ุจุฏุนุฉุŸ

ูุฃุฌุงุจ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰: ุงุฎุชู„ู ุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… ููŠ ู‡ุฐุง ูู…ู†ู‡ู… ู…ู† ู‚ุงู„ ุฅู†ู‡ ูŠู†ุจุบูŠ ุฅุฐุง ูุฑุบ ู…ู† ุงู„ุฏุนุงุก ูˆู‡ูˆ ุฑุงูุนูŒ ูŠุฏูŠู‡ ุฃู† ูŠู…ุณุญ ุจู‡ู…ุง ูˆุฌู‡ู‡ ูˆุงุณุชุฏู„ูˆุง ุจุญุฏูŠุซ ุถุนูŠู ู„ูƒู† ู‚ุงู„ ุงุจู† ุญุฌุฑ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ู„ู‡ ุทุฑู‚ูŒ ูŠู‚ูˆูŠ ุจุนุถู‡ุง ุจุนุถุงู‹ ูˆู…ุฌู…ูˆุนู‡ุง ูŠู‚ุถูŠ ุจุฃู†ู‡ ุญุฏูŠุซูŒ ุญุณู† ูˆู…ู† ุงู„ุนู„ู…ุงุก ู…ู† ู‚ุงู„ ุฅู†ู‡ ู„ุง ูŠู…ุณุญ ูˆุฌู‡ู‡ ุจูŠุฏูŠู‡ ูˆุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ ููŠ ู‡ุฐุง ุถุนูŠูุฉ ููŠูƒูˆู† ู…ุณุญู‡ ุจูŠุฏูŠู‡ ุจุฏุนุฉ ูˆุฅู„ู‰ ู‡ุฐุง ุฐู‡ุจ ุดูŠุฎ ุงู„ุฅุณู„ุงู… ุงุจู† ุชูŠู…ูŠุฉ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ูˆุฃุฑู‰ ุฃู†ู‡ ู„ุง ูŠู†ูƒุฑ ุนู„ู‰ ู…ู† ู…ุณุญ ูˆู„ุง ูŠุคู…ุฑ ุจู…ุณุญ ู…ู† ู„ู… ูŠู…ุณุญ

Apakah disunnahkan mengusap wajah dengan kedua tangan setelah doa ataukah itu perbuatan bidโ€™ah?

Jawaban Syaikh Rahimahullah:

Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Di antara mereka ada yang menganjurkan jika selesai doa dan dia dalam keadaan mengangkat kedua tangannya, hendaknya mengusap wajahnya dengan keduanya. Mereka berdalil dengan hadits dhaif tetapi Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan bahwa hadits tersebut memiliki beberapa jalan yang saling menguatkan satu sama lain, dan kumpulan semuanya telah mencukupi hadits itu menjadi hasan.

Di antara ulama ada yang mengatakan tidak usah mengusap wajah dengan kedua tangan, dan hadits-hadits dalam masalah ini dhaif, maka mengusap wajah dengan kedua tangan adalah bidโ€™ah. Inilah pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah. Saya berpendapat hendaknya jangan diingkari orang yang mengusap wajahnya, dan tidak pula diperintahkan untuk mengusap wajah bagi orang yang tidak mengusapnya. (Selesai fatwa pertama).

Fatwa kedua:

ู…ุง ุญูƒู… ู…ุณุญ ุงู„ูŠุฏูŠู† ุนู„ู‰ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจุนุฏ ุงู„ุฏุนุงุกุŸ

ูุฃุฌุงุจ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰: ุงู„ุตุญูŠุญ ุฃู†ู‡ ู„ุง ูŠุณู† ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจู‡ู…ุง ู„ุฃู† ุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ ุงู„ูˆุงุฑุฏุฉ ููŠ ุฐู„ูƒ ุถุนูŠูุฉ ุฌุฏุง ู„ุง ุชู‚ูˆู… ุจู‡ุง ุญุฌุฉ ูˆู„ุง ูŠู„ุชุฆู… ุจุนุถู‡ุง ุจุจุนุถ ูุงู„ุตูˆุงุจ ุฃู† ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจุงู„ูŠุฏูŠู† ุจุนุฏ ุงู„ุฏุนุงุก ู„ูŠุณ ุจุณู†ุฉ ูˆู„ูƒู† ุงู„ุฅู†ุณุงู† ู„ุง ูŠูุนู„ู‡ ูˆู„ุง ูŠู†ูƒุฑ ุนู„ู‰ ู…ู† ูุนู„ู‡ ู„ุฃู† ุจุนุถ ุงู„ุนู„ู…ุงุก ุงุณุชุญุจู‡

Apakah hukum mengusap wajah dengan kedua tangan setelah berdoa?

Jawaban Syaikh Rahimahullah:

Yang benar adalah tidak disunnahkan mengusap wajah dengan kedua tangan, karena hadits-hadits yang berkenaan hal itu sangat lemah (dhaif jiddan). Tidak bisa berhujjah dengannya dan tidak dapat dikumpulkan satu sama lainnya. Jadi, yang benar adalah mengusap wajah dengan kedua tangan setelah doa adalah bukan sunah. Tetapi manusia tidak melakukannya, dan jangan diingkari orang yang melakukannya, karena sebagian ulama ada yang menyunahkannya. (selesai fatwa kedua)

(Lihat keduanya dalam Fatawaa Nuur โ€˜Alad Darb Lil Utsaimin, Kitab Fatawa Mutafariqaat, Bab Ad Duโ€™a, Hal. 50)

Fatwa ketiga:

ุงู„ุณุคุงู„

ู…ุง ุญูƒู… ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ุจุงู„ูŠุฏูŠู† ุจุนุฏ ุงู„ุฏุนุงุกุŸ

ุงู„ุฌูˆุงุจ

ูŠุฑู‰ ุจุนุถ ุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… ุฃู†ู‡ ู…ู† ุงู„ุณู†ุฉุŒ ูˆูŠุฑู‰ ุดูŠุฎ ุงู„ุฅุณู„ุงู… ุฃู†ู‡ ู…ู† ุงู„ุจุฏุนุฉุŒ ูˆู‡ุฐุง ุจู†ุงุกู‹ ุนู„ู‰ ุตุญุฉ ุงู„ุญุฏูŠุซ ุงู„ูˆุงุฑุฏ ููŠ ู‡ุฐุงุŒ ูˆุงู„ุญุฏูŠุซ ุงู„ูˆุงุฑุฏ ููŠ ู‡ุฐุง ู‚ุงู„ ุดูŠุฎ ุงู„ุฅุณู„ุงู… : ุฅู†ู‡ ู…ูˆุถูˆุน.

ูŠุนู†ูŠ: ู…ูƒุฐูˆุจ ุนู„ู‰ ุงู„ุฑุณูˆู„ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู….

ูˆุงู„ุฐูŠ ุฃุฑู‰ ููŠ ุงู„ู…ุณุฃู„ุฉ: ุฃู† ู…ู† ู…ุณุญ ู„ุง ูŠู†ูƒุฑ ุนู„ูŠู‡ุŒ ูˆู…ู† ู„ู… ูŠู…ุณุญ ู„ุง ูŠู†ูƒุฑ ุนู„ูŠู‡ุŒ ูˆู‡ูˆ ุฃู‚ุฑุจ ุฅู„ู‰ ุงู„ุณู†ุฉ ู…ู…ู† ู…ุณุญ.

Pertanyaan:

Apa hukum mengusap wajah dengan kedua tangan setelah berdoa?

Jawaban:

Sebagian ulama berpendapat hal itu sunah, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat itu adalah bidโ€™ah. Perbedaan ini terjadi karena terkait keshahihan hadits yang ada tentang masalah ini. Hadits yang ada menurut Syaikhul Islam adalah palsu (maudhuโ€™), yakni dusta atas nama Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam. Saya berpendapat dalam masalah ini bahwa mengusap wajah jangan diingkari, dan orang yang tidak mengusap wajah juga jangan diingkari, inilah sikap yang lebih dekat dengan sunah terhadap orang yang mengusap wajahnya. (Selesai fatwa ketiga)

(Lihat Liqaaโ€™ Al Baab Al Maftuuh, 197/27)

11. Fatwa Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin Rahimahullah

Beliau berkata ketika ditanya hukum mengusap wajah setelah berdoa:

ุฃู…ุง ู…ุณุฃู„ุฉ ู…ุณุญ ุงู„ูˆุฌู‡ ูู‚ุฏ ูˆุฑุฏ ููŠู‡ุง ุฃุญุงุฏูŠุซ ู„ุง ุชุฎู„ูˆ ู…ู† ู…ู‚ุงู„ุŒ ูˆุฅู† ูƒุงู† ู…ุฌู…ูˆุนู‡ุง ุญุณู†ุงู‹ุŒ ูู‚ุฏ ุญุณู†ู‡ุง ุงู„ุญุงูุธ ุงุจู† ุญุฌุฑ ุŒ ุจู…ุฌู…ูˆุนู‡ุง ู„ุง ุจุฃูุฑุงุฏู‡ุงุŒ ูŠู‚ูˆู„ ุงู„ุญุงูุธ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡: ุฅู†ู‡ุง ุชุจู„ุบ ุฏุฑุฌุฉ ุงู„ุญุณู† ูƒู…ุง ู†ุจู‡ ุนู„ู‰ ุฐู„ูƒ ููŠ ุขุฎุฑ ุจู„ูˆุบ ุงู„ู…ุฑุงู…ุŒ ู„ูƒู† ูˆุฑุฏ ุงู„ุนู…ู„ ุจู‡ุง ุนู† ุงู„ุตุญุงุจุฉ ูˆุนู† ุงู„ุฃุฆู…ุฉ ูˆุนู† ุงู„ุชุงุจุนูŠู† ูˆุนู„ู…ุงุก ุงู„ุฃู…ุฉุŒ ููˆุฑุฏ ุฃู†ู‡ู… ูƒุงู†ูˆุง ูŠุฑูุนูˆู† ุฃูŠุฏูŠู‡ู… ุซู… ูŠู…ุณุญูˆู† ุจู‡ุง ูˆุฌูˆู‡ู‡ู…ุŒ ูุฃุตุจุญ ุงู„ุนู…ู„ ุจู‡ุง ู…ู† ุงู„ุตุญุงุจุฉ ุฏู„ูŠู„ ุนู„ู‰ ุฃู†ู‡ู… ุชุฃูƒุฏูˆุง ู…ู† ู…ุดุฑูˆุนูŠุฉ ุฐู„ูƒ

Adapun pertanyaan tentang mengusap wajah, telah terdapat beberapa hadits tentang hal itu namun tidak sepi dari pembicaraan ulama, yang jika semuanya dikumpulkan hadits tersebut menjadi hasan. Al Hafizh Ibnu Hajar telah menghasankannya, dengan terkumpulnya hadits itu bukan secara satu-satu. Berkata Al Hafizh Rahimahullah: โ€œSesungguhnya hadits tersebut telah sampai derajat hasan,โ€ sebagaimana yang Beliau kabarkan pada akhir kitab Bulughul Maram. Namun, telah sampai kabar bahwa hal itu dilakukan oleh para sahabat, para imam, para tabiโ€™in, dan ulama umat. Telah warid (datang) berita bahwa mereka mengangkat kedua tangan lalu mengusap wajah mereka dengan kedua tangan mereka. Maka, para sahabat telah melakukan perbuatan ini, dan itu menjadi dalil bahwa mereka menguatkan disyariatkannya perbuatan ini. (Syarh โ€˜Umdatul Ahkam, 21/37)

Demikian. Semoga bermanfaat.

Wa Shallallahu โ€˜ala nabiyyina Muhammadin wa โ€˜Ala Aalihi wa Shahbihi ajmain


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Pegang Teguh Tali Allah

Ahlus Sunnah, Antara Salafi dan NU

Pertanyaan

Assalamualaikum. ย mau tanya tentang ahlus sunnah (salafy wahabi) dengan aswaja (NU-asy’ariah) kedua kelompok ini mengaku ahlus sunnah wal jamaah. ย tapi akidah mereka berdua berbeda khususnya masalah asma wa sifat, ย tawasul, tabbaruk, dimanakah Allah. manakah dari keduanya yang lebih mendekati kebenaran. ย karena saya sedang membaca idrusramli.com banyak info Baru yang saya pelajari.(#i 19)

Jawaban

Oleh: Ust. Farid Nu’man Hasan SS.

Wa ‘alaikum salam wa rahmatullah wa barakatuh.

Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala rasulillah wa ba’d:

Seperti yang saya tulis sebelumnya, bahwa perbedaan keduanya dalam memahami dan menyikapi asma wa sifat sebenarnya tidak terlalu jauh. Sebagaimana dikatakan Asy Syatibi, Ibn Taimiyah, dan Al Banna Rahimahimullah.

Bagi kedua pihak, selalu ada orang yang mutasyaddid/keras, nah keduanya masih bisa berjalan bersama pada tokoh tokoh yang moderat.

Ada pun mencari mana yang mendekati kebenaran?
Tentunya pada sudut pandang masing-masing, mereka semua merasa paling benar.

Masing-masing punya hujjah yang menurut pemahamannya adalah paling unggul.

Ketika saya mengatakan pemahaman Salaf lebih dekat kebenaran dan selamat, dan ini yang dipilih oleh Syaikh Al Banna, tidak berarti saya mengatakan maka asy’ariyah adalah salah.

Ketika saya katakan Asy’ariyah yang benar, maka tidak berarti Salaf yang salah. Apalagi kedua kelompok sebenarnya sama2 mengklaim kelompoknya sbgai pemahaman salaf secara prinsip.

Imam Syafi’i mengatakan, pendapatku benar tp bisa jadi salah. Pendapat mereka salah, tp bisa jd benar.

Berkata Imam an Nawawi Rahimahullah:

ูˆูŽู…ูู…ูŽู‘ุง ูŠูŽุชูŽุนูŽู„ูŽู‘ู‚ ุจูุงู„ูุงุฌู’ุชูู‡ูŽุงุฏู ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒูู†ู’ ู„ูู„ู’ุนูŽูˆูŽุงู…ูู‘ ู…ูŽุฏู’ุฎูŽู„ ูููŠู‡ู ุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุฅูู†ู’ูƒูŽุงุฑู‡ ุŒ ุจูŽู„ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู„ูู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู . ุซูู…ูŽู‘ ุงู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุก ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ูŠูู†ู’ูƒูุฑููˆู†ูŽ ู…ูŽุง ุฃูุฌู’ู…ูุนูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุงู„ู’ู…ูุฎู’ุชูŽู„ูŽู ูููŠู‡ู ููŽู„ูŽุง ุฅูู†ู’ูƒูŽุงุฑ ูููŠู‡ู ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุญูŽุฏ ุงู„ู’ู…ูŽุฐู’ู‡ูŽุจูŽูŠู’ู†ู ูƒูู„ู‘ ู…ูุฌู’ุชูŽู‡ูุฏู ู…ูุตููŠุจูŒ . ูˆูŽู‡ูŽุฐูŽุง ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ู…ูุฎู’ุชูŽุงุฑ ุนูู†ู’ุฏ ูƒูŽุซููŠุฑููŠู†ูŽ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ู…ูุญูŽู‚ูู‘ู‚ููŠู†ูŽ ุฃูŽูˆู’ ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑู‡ู…ู’ . ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูŽุฐู’ู‡ูŽุจ ุงู„ู’ุขุฎูŽุฑ ุงู„ู’ู…ูุตููŠุจ ูˆูŽุงุญูุฏ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฎู’ุทูุฆ ุบูŽูŠู’ุฑ ู…ูุชูŽุนูŽูŠูŽู‘ู† ู„ูŽู†ูŽุง ุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุซู’ู… ู…ูŽุฑู’ูููˆุน ุนูŽู†ู’ู‡ู

โ€œDan Adapun yang terkait masalah ijtihad, tidak mungkin orang awam menceburkan diri ke dalamnya, mereka tidak boleh mengingkarinya, tetapi itu tugas ulama. Kemudian, para ulama hanya mengingkari dalam perkara yang disepati para imam. Adapun dalam perkara yang masih diperselisihkan, maka tidak boleh ada pengingkaran di sana.

Karena berdasarkan dua sudut pandang setiap mujtahid adalah benar. Ini adalah sikap yang dipilih olah mayoritas para ulama peneliti (muhaqqiq). Sedangkan pandangan lain mengatakan bahwa yang benar hanya satu, dan yang salah kita tidak tahu secara pasti, dan dia telah terangkat dosanya.โ€ (Syarah an Nawawi โ€˜ala Muslim, Juz 1, hal. 131, pembahasan hadits no. 70, โ€˜Man Raโ€™a minkum munkaran โ€ฆ..)

Wallahu A’lam.


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

Hidup dan Mati Adalah Ujian

Azan Saat Menguburkan Mayit

Pertanyaan

Assalamualaikum…tadi pagi saya ikut menguburkan jenazah..pada saat hendak dikubur ada salah satu orang azan.apakah ada tuntutan y atau tidak ? (Ageng-I44)

Jawaban

Oleh: Ustadz Farid Nu’man

Tidak ada ayat atau hadits tentang itu, tetapi ada madzhab yang memperluas masalah adzan. Berikut keterangan dalam Al Mausu’ah:

” Kelompok yang memperluas masalah ini adalah kalangan Syafi’iyah, mereka mengatakan disunahkan adzan ke telinga bayi yang baru lahir, ke telinga org yg sedih karena bs menghilangkannya, musafir yg tetinggal, ย waktu kebakaran, ketika pasukan terdesak, diganggu syetan, musafir nyasar, dalam keadaan takut, marah, utk org dan ternak yg buruk perangainya, dan ketika menurunkan mayit ke kubur diqiyaskan sbgmn ktka lahir ke dunial.”

Al Mausuah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 2/373

Tapi, Malikiyah membid’ahkan, kecuali Malikiyah yg setuju kpd Syafi’iyah.

Wallahu A’lam


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678