Kitab Ath Thaharah (bersuci) (4) – Bab Al Miyah (Tentang Air)

Ustadz Farid Nu’man Hasan, SS.

Hadits 4:

وَلِلْبَيْهَقِيِّ: – اَلْمَاءُ طَاهِرٌ إِلَّا إِنْ تَغَيَّرَ رِيحُهُ, أَوْ طَعْمُهُ, أَوْ لَوْنُهُ; بِنَجَاسَةٍ تَحْدُثُ فِيه

                Dalam riwayat Imam Al Baihaqi: “Air itu suci, kecuali telah berubah aromanya, rasanya, dan warnanya, karena jatuhnya najis padanya.”

Takhrij Hadits:

          Imam Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 1159, dari Abu Umamah Al Baahili juga

Status Hadits:

         Imam Ad Daruquthni mengatakan: “Hadits ini tidak kuat.” (Subulus Salam, 1/19)

          Syaikh Abdul Aziz bin Marzuq Ath Tharifi mengatakan: “Tidak shahih dari nabi.” (Syarh Bulugh Al Maram, Hal. 33)

Hadits ini dhaif karena dalam sanadnya terdapat Baqiyah bin Al Walid seorang yang dikenal sebagai mudallis (suka menggelapkan sanad dan/atau matan), dan dia meriwayatkan secara ‘an’anah (yaitu hadits yang diriwayatkan dengan kata ‘an fulan (dari fulan), yang menunjukkan keterputusan sanadnya). (Lihat Bulughul Maram, Hal. 4, cat kaki No. 3. Maktabah Al Misykah)

Kandungan hadits:

1.       Tentang Imam Al Baihaqi Rahimahullah. Berkata Imam Ash Shan’aniRahimahullah:

هو: الحافظ العلامة شيخ خراسان، أبو بكر أحمد بن الحسين، له التصانيف التي لم يسبق إلى مثلها: كان زاهداً ورعاً تقياً، ارتحل إلى الحجاز والعراق. قال الذهبي: تاليفه تقارب ألف جزء

                Di a adalah seorang  Al Haafizh Al ‘Allamah (luas ilmunya), seorang syaikh (guru) di Khurasan. Namanya adalah Abu Bakar Ahmad bin Al Husain, memiliki banyak karya yang belum ada  seperti karyanya. Dia seorang yang zuhud, wara’, dan taqwa. Melakukan perjalanan ke Hijaz dan Iraq. Berkata Adz Dzahabi: “Karya-karyanya mendekati 1000 juz.”(Subulus Salam, 1/18)

2.       Hadits ini secara makna sama dengan hadits ketiga, tetapi juga sama dhaifnya. Oleh karenanya tidaklah berhujjah dengan hadits ini, tetapi berhujjah dengan ijma’ sebagaimana penjelasan sebelumnya.

http://www.iman-islam.com/2016/02/kitab-ath-thaharah-bersuci-3-bab-al.html?m=1

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

QS. Nuh (Bag. 3)

Oleh: Dr. Saiful Bahri, M.A

Materi sebelumnya http://www.iman-islam.com/2016/02/qs-nuh-bag-2.html?m=1

Kukuh Dalam Kesalahan

Lihatlah bagaimana mereka bersikukuh pada ego mereka. Para pemuka kaum menyeru tak henti-henti pada semua orang. Anehnya perkataan mereka lebih didengar daripada perkataan Nabi Nuh as. Padahal mereka jelas-jelas menjerumuskan kepada kesesatan.

”Dan mereka berkata: Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”. (QS. 71: 23)

Wadd, suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr adalah nama-nama berhala yang mereka sembah.

Imam Bukhary meriwayatkan perkataan sahabat Ibnu Abbas ra.,”Tuhan-tuhan mereka ini kemudian disembah orang-orang di semenanjung Arab . Wadd disembah kabilah al-Kalb yang bertempat di Daumah al-Jandal, Suwwa’ disembah oleh Hudzail, Yaghuts oleh Murad dan Bani Ghutaif, Ya’uq disembah Kabilah Hamdan serta Nasr disembah Kabilah Hamir di Yaman …” ([6]).

Dulunya mereka adalah orang-orang shalih yang baik yang kemudian dikultuskan secara berlebihan oleh orang-orang yang datang setelah mereka. Syaitan pun bermain di sana untuk menyesatkan manusia.

”Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka. Maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah”. (QS. 71: 24-25)

Karena itu, sebagai pamungkas Nabi Nuh memohon yang terbaik. Menyerahkan ketentuan kepada Allah. Supaya Allah menghukum mereka.

” Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.” (QS. 71: 26-27)

Dan sebagaimana kita tahu, air pun melimpah dari segala arah.

”Maka kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan”. (QS. 54: 11-12)

Keluarga yang Dibanggakan

Namun, Nabi Nuh bersyukur karena beliau masih mendapati kedua orang tuanya mengimani risalahnya. Setidaknya ini menjadi obat kesedihan karena kehilangan istri dan anak kesayangannya. Sebagai gantinya kebahagiaan menyusupi relung hati beliau

”Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dalam keadaan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”. (QS. 71: 28)

Mungkin inilah keberkahan itu. Bahwa keberkahan usia manusia tidaklah semata dilihat dari panjangnya usia. Tidak juga diukur dengan standar manusia. Tak banyak yang memuji Nabi Nuh. Bahkan kebanyakan dari kaumnya mendurhakai dan mendustakannya. Karena itulah, tak heran bila Allah menyematkan penghargaan khusus kepadanya. Sebagai salah satu orang pilihan-Nya. Sebagai salah satu dari lima nabi-Nya yang diberi gelar ulul ’azmi minarrusul.

Senada dengan keberkahan usia ini, Ibnu Atha`illah as-Sakandary berpesan dalam kata-kata hikmahnya,

”Siapa yang diberkahi umurnya, maka dalam waktu singkat ia dapat meraih berbagai karunia Allah. Sebuah karunia yang sulit diungkapkan melalui kata-kata, dan tidak terjangkau lewat isyarat”

kemudian beliau menyambungnya dengan penekanan keberkahan umur,

”Kadang umur seseorang panjang masanya tapi sedikit manfaatnya. Dan ada pula umur yang pendek masanya, namun penuh dengan manfaat” ([7]).

Disamping itu Ibnu Katsir menyebut keberkahan dari sisi lain. Beliau sitir sebuah hadits Nabi saw. yang diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudry,

”Jangan bersahabat kecuali dengan orang beriman, jangan kau biarkan seseorang memakan makananmu kecuali orang bertakwa” (HR. At-Turmudzi). Namun, Imam Turmudzi mengatakan hadits ini termasuk hadits gharib (aneh)([8]).

Akan tetapi setidaknya hal ini menunjukkan bahwa dalam memilih sahabat dan teman dekat lebih diutamakan orang-orang yang bertakwa. Supaya kita bisa menjaga agama kita dan selalu ada yang mengingatkan.

Dan saat kita dikaruniai sebuah keluarga, marilah sama-sama kita mengajak mereka untuk lebih dekat kepada Allah. Karena Allah secara eksplisit memerintahkan kita untuk menjaga diri dari api neraka, juga keluarga dan famili kita. Hal itu berarti perintah untuk membimbing mereka. Untuk lebih dekat pula dengan al-Qur’an.  Niscaya dengan mengikuti petunjuknya keberkahan dan rahmat Allah akan diturunkan ([9]),

”Dan Al-Quran itu adalah Kitab yang kami turunkan yang diberkahi, Maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat”. (QS. 6:155)

Dengan tidak melupakan berkiprah sosial dan berdakwah di tengah masyarakat, keberkahan di tengah keluarga semoga Allah karuniakan juga. Ni’mal maula wa ni’mannashir.

—————————————————————————–

([1]) Imam Badruddin az-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulumi al-Qur’an, Beirut: Darul Fikr, Cet. I, 1988 M/1408 H, Vol. I, hal. 249. Juga lihat: Prof. Dr. Jum’ah Ali Abd Qader,Ma’alim Suar al-Qur’an, Cairo: Universitas Al-Azhar, Cet.I, 2004M/1424H, Vol. 2, hal. 710

([2]) Ma’âny al-Qur’an karangan az-Zajjâj, Cairo: Dar al-Hadits, 2004 M/1424 H, Vol. V, hal. 178. lihat juga: tesis penulis, Kitab Lawami’ al-Burhan wa Qawathi’ al-Bayan fi-Ma’any al-Qur’an li al-Ma’iny, Dirasah wa Tahqiq, Cairo: Universitas Al-Azhar, 2006 M, Vol. II, hal. 712.

([3]) Anaknya bahkan dengan congkaknya tidak mau tunduk pada Nabi Nuh di detik-detik menjelang air menggulungnya. Seperti dikisahkan Allah dalam surat Hud ayat 42-43

([4]) Adapun istrinya dijadikan perumpamaan bagi orang-orang kafir (lihat surat at-Tahrim: 10)

([5]) Hadits dari Ibnu Abbas ra ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, hadits nomer 1518 (Sunan Abu Dawud, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, 2003 M/1424 H, hal. 247), juga oleh Ibnu Majah, hadits nomer 2819 (Sunan Ibnu Majah, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, Cet. I, 2002 M/1423 H, hal 612)

([6]) Ibnu hajar al-Asqalany, Fathul Bâri bi Syarhi Shahih al-Bukhary, Cairo: Darul Hadits, Cet.I, 1998 M/1419 H,Vol.III, hal. 821. Juga Ibnu Katsir, Tasfir al-Qur’an al-’Azhim, Cairo: al-Maktabah al-Qayyimah, Vol. IV, hal. 552.

([7]) Ibnu Atha`illah as-Sakandary, Kitab Al-Hikam, (terj. Dr. Ismail Ba’adillah), Jakarta: Khatulistiwa Press. Cet.II, 2008, hal. 290, hikmah ke 221.

([8]) Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, Op.Cit, hal. 554.

([9]) Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawy, Kaifa Nata’amal ma’a al-Qur’an, Beirut: Darusysyuruq, Cet. I, 1999 M/1419 H,hal.13

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

Memasang Foto di Dinding Rumah

Apakah diperbolehkan pasang foto/lukisan mahluk hidup (manusia) di dinding rumah?

[Manis_A15] ————–

JAWABAN:

Diperbolehkan memasangnya karena foto berbeda dengan hasil gambar makhluk hidup. Namun saya tidak memasangnya di rumah saya.

Wassalam
supraha.com

Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.con

Menjual Pakan Babi, Bagaimana?

Assalamualaikum, mau tanya tentang halal haram. Ada teman saya yang berbisnis pakan babi dan juga ekspedisi produk babi. Bagaimana hukumnya?

[Manis_A13] ————–

JAWABAN:

Babi adalah makhluk hidup yang perlu dilindungi dan disayangi keberadaannya sebagaimana makhluk hidup lainnya. Mereka pun juga membutuhkan pakan untuk kelangsungan hidupnya, maka menjual pakan untuk kelangsungan hidup babi adalah sesuatu yang dibolehkan khususnya ketika tidak ada lagi yang menjualkannya.

Namun begitu, Islam telah mengharamkan memakan segala sesuatu dari jasad babi. Maka beternak babi dikhawatirkan akan berkontribusi memelihara kebiasaan manusia memakannya yang akan menghalangi masuknya pintu hidayah. Inilah di antara hikmah mengapa manusia dilarang berjual beli babi, sebagaimana hadits berikut:

إِنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ حَرَّمَ بَيْعَ الْخَمْرِ وَالْمَيْتَةِ وَالْخِنْزِيرِ وَالأَصْنَامِ

“Sesungguhnya, Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi, dan patung.” (Muttafaqun Alaih)

Wassalam,
supraha.com

Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com

Hukum Hypnoterapi

Assalamu’alaikum.. Ustad. Bagaimana hukum hypnoterapi dalam Islam? Benarkah menggunakan jin?

[Manis_A13] ————–

JAWABAN:

Sejauh pemahaman saya dalam seluruh teks agama ini, Islam melarang umatnya untuk mengosongkan pikiran dan menerima sesuatu masuk ke dalam dirinya melalui pengosongan jiwa.

Islam pun telah mengajarkan umatnya bagaimana cara meraih ketenangan jiwa dan melahirkan sifat-sifat terbaik seperti keberanian, optimisme, dan sejenisnya.

Pemanfaatan jin baru diketahui dari praktiknya bukan sekedar dari nama hypnotherapi. Maka menghukuminya dikembalikan kepada praktik yg dilakukan dan dampak yang diperoleh.

Wassalam,
supraha.com

Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com

Dokter Periksa Aurat Pasien

Assalamu’alaikum.. Ustadzah. Saya mau tanya: Tentang aurat,
bagaimana dengan tugas seorang dokter atau perawat yang harus memeriksa pasiennya…?

[Manis_Vivin A08]

Wa’alaikumussalam.
Dalam hal aurat untuk tujuan berbeda (kondisi darurat) maka diperbolehkan. Bila ada dokter perempuan maka dianjurkan untuk memilih dokter yang perempuan terlebih dahulu. Kecuali, dokternya tidak ada yang wanita.

Agama Islam tidak pernah mempersulit umatnya, sholat pun bisa di rukhsoh dalam kondisi tertentu, begitu pula dalam kondisi berobat.

Ustadzah Ida Faridah

Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com

Hidup Ini Adalah Hari Ini dan Saat Ini

Ustadzah Rochma Yulika

Sahabat Surgaku…
Sungguh kita kadang tak menyadari tentang tabiat kehidupan. Ada kehidupan bagitu juga ada kematian. Kita terlahir bukan kemauan kita begitu pula jadwal kematianpun tak mampu kita memintanya. Semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.

Sahabat Surgaku…
Mari kita Renungkan bersama tentang rentetan perjalanan manusia.

“Hidup dan Kehidupan selayaknya deretan kata yang terangkai dalam kalimat yang indah dan terkadang kita butuh koma untuk menjeda dari segala aktivitas kita, merehatkan perjalanan kita, kadang terbersit tanda tanya di saat kita kehilangan arah dan tersesat dalam melangkah.

Namun terkadang sesekali kita perlu menghadirkan tanda seru, kala kenyataan tak lagi berpihak kepada kita.

Harapan dan impian tak kunjung menjelma……
Namun perlu kita sadar bahwa perjalanan kita butuh petunjuk atau catatan dalam menyelesaikannya.

Terkadang kita pun harus
membuka ulang petunjuk itu karena keterbatasan ingatan kita.
Dari deretan kata itu kan berakhir pada tanda titik sebagai akhir dari kalimat kehidupan yang bisa kita baca.

Berhenti, bukan lagi sejenak, tetapi berhenti selamanya.

Tak ada yang mengetahui sampai dimana umur kita. Apakah kita yakin bila pagi datang akankah perjalanan kita sampai pada senja yang mulai temaram. Begitu pula kala malam tiba, gulita pun seakan memenjara jiwa akankan yakin fajar kan kita jumpa.

Sahabat Surgaku…
Sedemikian kenyataan takdir manusia, sayangnya kadang kita alpa. Bahwa semua kan berbatas. Bisa jadi kita menunda kebaikan lantaran sangat yakin nyawa kan tetap dikandung badan. Padahal, satu menit ke depan hanya sekedar sebuah harapan.

Hidup yang kita miliki adalah saat ini. Bukan kemarin apalagi nanti.
Kemarin hanya mampu kita jadikan cermin untuk memperbaiki perjalanan ke depan.

Maka pada hari yang nafas masih kita hela, diri mampu berkarya, maka tunaikan apa yang menjadi kewajiban dengan segera.

Sahabat Surgaku…
Apakah kita masih menunda-nunda ibadah, menunda tilawah, menunda segala kebaikan??

Katakan pada hati kita…
Hidupku adalah hari ini. Bukan nanti apalagi esok hari.

Sebagian dari kita masih sering menyia-nyiakan waktu yang kita miliki selama hidup di dunia, dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Mungkin sebagian dari kita ada yang berpikir, nanti saja, kalau sudah menjelang tua baru memperbaiki ibadah kepada Allah. Biasanya orang menunda amal kebaikan karena lebih mengutamakan dunia dan tidak mementingkan akhirat.

Contohnya, karena kesibukan segala aktifitas urusan dunia, seseorang jadi sering menunda-nunda kewajiban amal ibadah atau amal kebaikan.

Padahal hal ini sangat salah, karena kita tidak pernah tahu, sampai kapan kita akan hidup di dunia ini. Kita tidak bisa memastikan bahwa kita akan dapat hidup sampai tua nanti. Bisa saja kematian mendatangi kita disaat kita masih muda belia. Lalu mengapa kita harus menunda-nunda amal ibadah dan kebaikan?

Ketahuilah setiap tarikan dan desahan nafas kita, saat kita menjalani waktu demi waktu, adalah merupakan langkah menuju kubur.
Dan waktu yang kita jalani hidup di dunia ini, sebenarnya sangat singkat, karena itu sangat ruginya kita apabila kita menjalaninya dengan sesuatu yang tidak berharga.
Kita sia-sia kan waktu dan kesempatan hidup di dunia ini, dengan melakukan hal-hal yang tidak membawa kemaslahatan dunia akhirat kita.

Perhatikan firman Allah SWT berikut ini:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr [59] : 18)

Dalam Al-Qur’an Surah Al-Ashr (103) ayat 1-3, Allah SWT berfirman yang artinya sebagai berikut::
Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia memang benar-benar berada dalam kerugian apabila tidak memanfaatkan waktu yang telah diberikan oleh Allah secara optimal untuk mengerjakan amal baik.  

Rasulullah SAW bersabda, ”Ada dua nikmat, di mana banyak manusia tertipu di dalamnya, yakni kesehatan dan kesempatan.” (HR Bukhori).

Hadits ini menjelaskan pentingnya memanfaatkan kesempatan (waktu), karena tanpa disadari banyak orang terlena dengan waktunya.

Imam Al-Ghazali dalam bukunya Khuluqul Muslim menerangkan waktu adalah kehidupan.
Maka memanfaatkan waktu termasuk di antara indikasi keimanan dan tanda-tanda ketakwaan.

Orang yang mengetahui dan menyadari akan pentingnya waktu berarti memahami pula nilai hidup dan kebahagiaan.

Hasan Al Banna menasihati kita,”Waktu adalah kehidupan, menyia-nyiakan waktu berarti menyia-nyiakan kehidupan.”

WAKTU kita sangatlah sedikit.
Di dunia yang sangat sempit.

WAKTU hidup kita sangatlah singkat.
Maka hati-hatilah dari berbuat maksiat.

USIA kita tak bisa terukur
Tak pernah tau kapan saatnya tersungkur di dalam kubur.
Dan bila telah tiba MASA
Sampailah kita di alam baka.

Bukan HARTA benda yg kita bawa
Amal dan kebaikan yg kan temani perjalanan kita.
Namun hanya amal kebaikan yang bisa turut serta

Jauhkan HATI dari cinta dunia yg fana
Tuk bersegera dekatkan diri dengan kebersamaan dengan NYA
Tetap semangat meski perjalanan ini terasa berat
Semoga kelak bernilai di akhirat

Dalam pepatah Arab disebutkan ”Tidak akan kembali hari-hari yang telah lampau.”
Karena itu jangan sia-siakan waktu, manfaatkanlah segera :
Waktu muda sebelum datangnya tua.
Waktu sehat sebelum datang sakit.
Waktu kaya sebelum datangnya miskin.
Waktu luang sebelum datangnya sempit.
Waktu hidup sebelum datangnya mati.

Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan
Sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.” (HR. Ahmad)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, bahwa Rasulullah SAW  bersabda:
“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya tentang 4 perkara :
Tentang umurnya untuk apa ia habiskan,
Masa mudanya untuk apa ia gunakan,
Hartanya dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan
Ilmunya, apa yang diamalkannya.”
(HR. Tirmidzi)

Karena itu, sebelum terlambat, sebelum kematian mendatangi kita, marilah kita memanfaatkan waktu yang tersisa dari umur kita ini untuk hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat.

Marilah kita perbanyak berbuat kebaikan, jangan menunda-nunda amal kebaikan, karena belum tentu besok kita masih punya waktu untuk melaksanakannya. Kita tidak pernah tahu kapan ajal datang menjemput kita.

Dan alangkah sangat menyesalnya kita, apabila dalam hidup kita yang singkat, lebih banyak kita lewati dengan melakukan hal-hal yang akan kita sesali di akhirat.
Karena waktu yang sudah lewat, tidak akan pernah bisa kembali meski sesaat.

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

Jual Beli Kredit

1. Assalamualaikum..  Ustadzah. Bagaimana hukumnya jual beli kredit dalam islam.Misalkan si A beli barang kepada si B, boleh pilih antara cash atau kredit.jika cash harganya Rp.300.000,- Jika kredit atau tempo satu bln hrga Rp.350.000,- Tempo 2 bulan Rp.400.000,-.Bolehkah spt itu? Terima kasih.

2. Ustadzah, saya nak nanya soal memakai cadar itu hukumnya bagaimana?

[Manis_A19_A18] ——————-

JAWABAN:

1. Pada prinsipya setiap sesuatu dalam muamalat itu adalah dibolehkan selama tidak bertentangan dengan syari’ah. Mengikuti kaidah fiqih.
Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar memenuhi akad yang mereka lakukan.
Untuk yang namanya kredit juga dibolehkan selama keduaya melaksanakan rukun dan syaratnya, perlu di ingat apabila sistem syari’ah tidak ada riba tapi  menggunakannya sistem bagi untung.

2. Hukum memakai cadar boleh tapi perlu di ingat yang namanya muka dan telapak tangan bukan termasuk aurat.

Wallahu a’alam

Ustadzah Ida Faridah

Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com

Darah Pada Daging

Ustadzah, saya mau tanya bagaimana hukumnya darah yang ada pada daging ayam potong.sudah dicuci. Tapi kadang masih ada yang nempel. Halalkah ayamnya setelah dimasak? syukron

JAWABAN:

Apabila masaknya sudah matang dan masih ada sisa warna merahnya menurut saya halal.

Kecuali masaknya belum matang itu bukan halal tapi menjijikkan.

Halal itu ketika dipotong ayamnya sesuai syarat Islam.

Wallahu’Alam..

Ustadzah Ida Faridah

Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com

Menikahi Sepupu Itri

Assalamu’alaikum wr wb. Saya mau tanya bagaimana hukumnya seorang laki-laki beristri dua. Tapi wanita tersebut saudara sepupuan?

[Manis_I18] ————-

JAWABAN:

Wa’alaikum salam Wr.Wb. Sepupu definisi disini kalau bibi dan ponakan hukumnya tidak boleh.

Allah berfirman,

وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ

“Jangan pula menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau.” (QS. An-Nisa: 23)

Kemudian dalam hadis dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw. bersabda,

لاَ يُجْمَعُ بَيْنَ المَرْأَةِ وَعَمَّتِهَا، وَلاَ بَيْنَ المَرْأَةِ وَخَالَتِهَا

“Tidak boleh menggabungkan antara seorang wanita dengan bibinya, baik bibi dari ayah maupun dari ibu (dalam satu ikatan pernikahan yang sama).” (Muttafaqun ‘alaih)

Dr.Wido Supraha

Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com