Konsekuensi Sebuah Perjanjian (Kisah Perjanjian Hudaibiyah, Bagian Ketiga)

๐Ÿ“† Kamis, 7 Rajab 1437H / 14 April 2016

๐Ÿ“š SIROH DAN TARIKH

๐Ÿ“ Pemateri: Ust. AGUNG WASPODO, SE MPP

๐Ÿ“ Konsekuensi Sebuah Perjanjian
(Kisah Perjanjian Hudaibiyah, Bagian Ketiga)

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ

Janji setia (bai’ah) di Hudaibiyah itu dimulai oleh 2 sahabat Nabi SAW yang bernama Abu Sinan al-Asadi (ra) dan Salamah ibn al-Akwa (ra). Mereka berdua berjanji 3 kali untuk siap hingga titik darah penghabisan di jalan Allah pada bagian depan, tengah, maupun akhir dari barisan Kaum Muslimin. Demikian tingginya animo pembelaan terhadap Rasulullah SAW di kalangan sahabat pada masa tersebut membuktikan betapa mulianya generasi as-Sabiqunal Awwalun.

Perjanjian Kesetiaan ini dilaksanakan di bawah sebuah pohon dimana Rasul SAW diapit oleh ‘Umar (ra) dan Ma’qil ibn Yasar (ra). Allah SWT memuji peristiwa ini dan mengabadikannya pada Surah al-Fath (48) ayat ke-18: “Sesungguhnya, Allah meridhai atas orang-orang mukmin ketika mereka berbai’at kepadamu (Muhammad) di bawah pohon. Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberikan balasan dengan kemenangan yg dekat,” Demikianlah penghargaan tertinggi dari Allah Ta’ala pantas didapatkan oleh generasi terbaik dari Ummat ini.

Melihat teguhnya pendirian Kaum Muslimin serta kesiapan mereka untuk berjuang sampai titik Sarah penghabisan, kaum Musyrikin Quraisy menyadari bahwa rombongan ini tidak dapat dicegah begitu saja. Oleh karena itu, mereka mengirimkan lagi utusan untuk meminta perdamaian dengan sejumlah syarat.
๐Ÿ”…Tarkadang, permasalahan ummat ini tidak membutuhkan terlalu banyak strategi kecuali teguh dalam pendirian serta konsisten dengan ajaran Islam.

Hasil perjanjian (sulhun) Hudaibiyah berisikan 5 butir kesepakatan:

1โƒฃ Kaum Muslimin harus balik arah dan pulang ke Madinah, akan tetapi tahun depan mereka boleh umroh ke Makkah selama tiga hari,

2โƒฃ Kaum Muslimin ketika kembali tidak boleh bersenjata kecuali pedang yang tersimpan di dalam sangkurnya dan diletakkan di dalam tas,

3โƒฃ Seluruh agresivitas Perang antara Kaum Muslimin dan Musyrikin Quraisy dihentikan selama 10 tahun, kedua belah pihak hidup dalam kedamaian dan tidak saling serang,

4โƒฃ Jika seorang dari Quraisy berpindah ke barisan Muhammad tanpa persetujuan sukunya, maka ia harus dikembalikan; sedangkan jika seorang dari Madinah berpindah ke barisan Quraisy maka ia tidak dikembalikan,

5โƒฃ Siapapun yang hendak bergabung ke barisan Muhammad atau mengikat perjanjian dengannya maka ia bebas melakukannya; sebagaimana halnya dengan siapapun yang ingin bergabung dengan Quraisy atau mengikat perjanjian dengan mereka maka ia bebas melakukannya.

Secara sepintas perjanjian ini sepertinya merugikan Kaum Muslimin sehingga ada sahabat yang sulit menerima kenyataan tersebut. Namun, Rasulullah SAW menerimanya dengan berbagai pertimbangan yg matang dan jauh ke depan.

Bersambung ke bagian keempat

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผ Sebarkan! Raih pahala…

Ketika Kesetiaan Kaum Muslimin Ditempa Sekali Lagi (Kisah di Hudaibiyah Bagian Kedua)

๐Ÿ“† Kamis, 7 Rajab 1437H / 14 April 2016

๐Ÿ“š SIROH DAN TARIKH

๐Ÿ“ Pemateri: Ust. AGUNG WASPODO, SE MPP

๐Ÿ“ Ketika Kesetiaan Kaum Muslimin Ditempa Sekali Lagi
(Kisah di Hudaibiyah Bagian Kedua)

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ

Bagian 1 :  https://t.co/8vNVhSkuHN

Informasi yang dibawa kembali oleh ‘Urwah kepada pemuka Quraisy tentang khidmatnya para sahabat kepada perintah Rasulullah SAW ternyata menjadi pemecah kepentingan kaum musyrikin. Sebagian kalangan tetua Quraisy ingin berunding dengan Kaum Muslimin. Segolongan kaum mudanya berhasrat untuk berperang selagi Kaum Muslimin dalam keadaan lemah persenjataan. Kesatuan Kaum Muslimin merupakan kekuatan tersendiri yang mampu memecah-belah soliditas musuh-musuhnya; namun kini soliditas Kaum Muslimin yg melemah.

Golongan muda kaum Musyrikin Quraisy mencoba menyusup ke dalam perkemahan Kaum Muslimin di Hudaibiyah. Namun ketatnya pengawalan seksi pengamanan yg dipimpin oleh Muhammad ibn Maslamah (ra)  berhasil menangkap agen penyusup ini. Mereka ini diputuskan Rasulullah SAW utk dibebaskan untuk menyampaikan pesan bahwa kafilah ini bertujuan damai. Dalam konteks inilah turunnya ayat ke-24 dari Surah al-Fath (48) yg berbunyi:

“dan Dialah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) darimu dan (menahan) tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah kota Makkah setelah Allah memenangkan kamu atas mereka, dan Allah Maha Melihat apa yang kamu Kerjakan.”

Masyarakat Islam adalah sekumpulan manusia yang beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW yang dengan keduanya hidup mereka menjadi damai dan tenteram; namun bukan berarti mereka ini lalai dari pengamanan maslahat umum dan tidak juga lengah dari kesiagaan.

Setelah berselang beberapa waktu tanpa ada kepastian maka Rasulullah SAW hendak mengutus ‘Umar ibn al-Khaththab (ra) utk bernegosiasi dengan Kaum Musyrikin Quraisy. Namun, mengingat berbagai pertimbangan dan masukan dari ‘Umar (ra) sendiri, maka Rasulullah SAW akhirnya mengutus ‘Utsman ibn ‘Affan (ra) sebagai utusannya. Rasulullah SAW senantiasa mempertimbangkan keutamanan maupun keunggulan sahabatnya dalam setiap penugasan; beliau juga menerima masukan yang diberikan kepadanya.

‘Utsman (ra) kembali menegaskan niat dan tujuan damai yg dibawa Kaum Muslimin yang dipimpin Rasulullah SAW kepada para pemuka Quraisy. Namun, pihak Quraisy bersikeras utk tidak memberikan izin. Sebaliknya, mereka membujuk ‘Utsman (ra) dengan imbalan hak berumroh bagi dirinya sendiri jika ia mau mempengaruhi Rasulullah SAW utk mengurungkan tujuannya. Hal ini ditampik ‘Utsman (ra) dengan tugas dengan perkataannya yg masyhur “bagaimana aku bisa menikmatinya (umroh) ketika baginda Rasulullah SAW dan Kaum Muslimin dihalangi atas itu (umroh). Karakter seorang mu’min adalah mengutamakan kepentingan umum Kaum Muslimin diatas maslahat diri pribadinya.

Alotnya negosiasi ini menyebabkan keresahan di kalangan Kaum Muslimin serta kekhawatiran mereka atas keamanan jiwa ‘Utsman (ra). Untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan maka para sahabat diambil perjanjiannya untuk setia melindungi keselamatan Rasulullah SAW dari potensi ancaman Kaum Musyrikin Quraisy. Bai’at ini dikenal dalam sejarah sebagai Bai’atur Ridwan. Kehidupan masyarakat Muslimin sudah sepatutnya mengacu kepada kedisiplinan serta keseriusan generasi sahabat dalam menjunjung tinggi kecintaan kepada baginda Rasulullah SAW.

Bersambung ke bagian ketiga..

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผ Sebarkan! Raih pahala…

Hutang Piutang dalam Islam

 

๐Ÿ‘ณUstadz Menjawab๐Ÿ‘ณ

โœUst. Farid Nu’man Hasan
๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน
๐Ÿ“†Rabu, 6 Rajab 1437 H
               13 April 2016 M

Assalamuallaikum wr wb…
Ustadz bagaimana sebaiknya kita bersikap dalam menghadapi masalah utang-piutang? Selama ini cukup banyak kenalan dan tetangga yg datang dan bermaksud meminjam uang. Pengalaman berkali2 meminjamkan, hampir selalu berujung tidak baik. 
Padahal kami (yg memberi utang) sudah sangat longgar, namun ketika menagih seakan2 kami adalah pihak yg bersalah. Yg berutang jadi menghindar, marah, bahkan akhirnya putus tali silaturahim. Kami tidak ingin terulang seperti itu lagi sehingga bertekad utk tdk lagi meminjamkan uang. Tapi sekarang masih banyak yg dtg ingin meminjam dgn alasan ingin bebas dari utang rentenir.

Di satu sisi kami ingin bantu tapi di sisi lain, kebiasaan masyarakat masih menyepelekan utang (walau sdh ada perjanjian tertulis) sehigga seakan2 tdk mendidik masyarakat utk menghindari utang ataupun menyegerakan pelunasan utang. Bagaimana kami harus bersikap?
                             

๐ŸŒดJawaban nya
—————————
Wa’alaikum salam wr wb

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was salamu ‘ala Rasulillah wa ba’d.
Opsi terbaik adalah meminjamkannya, sebab meminjamkan hutang bagian dari memudahkan dan mengeluarkan manusia dari kesulitan hidupnya, dan ganjarannya sangat luar biasa. Jangan lupa, adanya orang susah merupakan ujian atas kedermawanan kita.
Sebagaimana riwayat berikut: 
ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู…ูŽู†ู’ ู†ูŽูู‘ูŽุณูŽ ุนูŽู†ู’ ู…ูุคู’ู…ูู†ู ูƒูุฑู’ุจูŽุฉู‹ ู…ูู†ู’ ูƒูุฑูŽุจู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ู†ูŽูู‘ูŽุณูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ูƒูุฑู’ุจูŽุฉู‹ ู…ูู†ู’ ูƒูุฑูŽุจู ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุณู‘ูŽุฑูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูุนู’ุณูุฑู ูŠูŽุณู‘ูŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูููŠ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุณูŽุชูŽุฑูŽ ู…ูุณู’ู„ูู…ู‹ุง ุณูŽุชูŽุฑูŽู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูููŠ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูููŠ ุนูŽูˆู’ู†ู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ูููŠ ุนูŽูˆู’ู†ู ุฃูŽุฎููŠู‡ู
Dari Abu Hurairah Radhiallahuanhu, dari Rasulullah Shallallahu โ€™Alaihi wasallam bersabda : 
  “Siapa yang membantu menyelesaikan kesulitan seorang muโ€™min dari sebuah kesulitan diantara berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan salah satu kesulitan di antara berbagai  kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hambaNya selama hambaNya itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim No. 2699)
Tapi, jika masyarakat -atau siapa pun- menjadikan hutang sebagai barang permainan, menggampang-gampangkannya, bahkan mereka enggan membayarnya atau tidak ada itikad baik untuk melunasinya, maka itu sama juga mencuri.
Perhatikan riwayat berikut, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:
ู…ูŽู†ู’ ุชูŽุฒูŽูˆู‘ูŽุฌูŽ ุงู…ู’ุฑูŽุฃูŽุฉู‹ ุนูŽู„ูŽู‰ ุตูŽุฏูŽุงู‚ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽู†ู’ูˆููŠ ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ูŠูุคูŽุฏู‘ููŠูŽู‡ู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ููŽู‡ููˆูŽ ุฒูŽุงู†ู ุŒ ูˆูŽู…ูŽู†ู ุงุฏู‘ูŽุงู†ูŽ ุฏูŽูŠู’ู†ู‹ุง ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽู†ู’ูˆููŠ ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ูŠูุคูŽุฏู‘ููŠูŽู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุตูŽุงุญูุจูู‡ู – ุฃูŽุญู’ุณูŽุจูู‡ู ู‚ูŽุงู„ – : ููŽู‡ููˆูŽ ุณูŽุงุฑูู‚ูŒ
โ€œBarang siapa yang menikahi wanita wajib memberikan mahar, dan dia berniat tidak membayarkan mahar
nya kepadanya (si wanita), maka dia adalah pezina. Dan barang siapa yang berhutang dan dia berniat tidak membayarkan kepada yang menghutanginya, maka dia pencuri.โ€
(HR. Al Bazzar , 2/163, dan lainnya, dari Abu Hurairah. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib, No. 1806)
Jadi, untuk memberikan pelajaran atau mendidik, agar mereka mandiri dan belajar tanggungjawab,  maka Anda berhak tidak meminjamkannya. Tapi, jika meminjamkannya, walau tahu resiko mereka tidak akan membayarkannya, lalu Anda membebaskan
nya, maka itu luar biasa.
Wallahu A’lam
๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน
Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com
๐Ÿ’ผ Sebarkan! Raih pahala…

TAQWA dan HASIL-HASILNYA

๐Ÿ“† Rabu,  6 Rajab 1437H / 13 April 2016

๐Ÿ“š Tsaqafah Islamiyah

๐Ÿ“ Ustadz Farid Nu’man Hasan, SS.

๐Ÿ“‹ TAQWA dan HASIL-HASILNYA

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ

Apakah taqwa itu? Telah banyak definisi yang disampaikan ulama. Di antaranya:

1โƒฃ Definisi dari Abdullah bin Masโ€™ud Radhiallahu โ€˜Anhu, ketika beliau menafsirkan ayat ittaqullaha haqqa tuqaatih (bertaqwa-lah kalian dengan sebenar-benarnya taqwa)

ุฃู† ูŠูุทุงุน ูู„ุง ูŠูุนู’ุตูŽู‰ุŒ ูˆุฃู† ูŠูุฐู’ูƒูŽุฑ ูู„ุง ูŠูู†ู’ุณูŽู‰ุŒ ูˆุฃู† ูŠูุดู’ูƒูŽุฑ ูู„ุง ูŠููƒู’ููŽุฑ

  Yaitu taat dan tidak ingkar, ingat dan tidak lupa, bersyukur dan tidak kufur. (Tafsir Al Quran Al โ€˜Azhim, 2/86-87. Dar Ath Thayyibah. Lihat juga Imam Al Baidhawi, Anwarut Tanzil, 1/373. Mawqiโ€™ At Tafasir)

  Imam Ibnu katsir mengatakan ucapan tersebut shahih mauquf dari Ibnu Masโ€™ud Radhiallahu โ€˜Anhu. (Ibid)

  Definisi ini juga dikatakan oleh Al Hasan Al Bashri dan Qatadah. (Imam Abul Hasan Al Mawardi, An Nukat wal โ€˜Uyun, 1/250. Mawqiโ€™ At Tafasir)

2โƒฃ Definisi dari Imam Al Baidhawi Rahimahullah

ูˆู‡ูˆ ุงุณุชูุฑุงุบ ุงู„ูˆุณุน ููŠ ุงู„ู‚ูŠุงู… ุจุงู„ูˆุงุฌุจ ูˆุงู„ุงุฌุชู†ุงุจ ุนู† ุงู„ู…ุญุงุฑู…

  Taqwa adalah mengerahkan potensi dalam menjalankan kewajiban dan menjauhi hal-hal yang diharamkan. (Anwarut Tanzil, 1/373. Tafsir Al Muyassar, 3/361, 4/340, 10/51)

  Sama dengan ini, Syaikh Ismail bin Muhammad Al Anshari Rahimahullah mengatakan:

ุงุชู‚ ุงู„ู„ู‡ : ุจุงู…ุชุซุงู„ ุฃู…ุฑู‡ ูˆุงุฌุชู†ุงุจ ู†ู‡ูŠู‡ ุŒ ูˆุงู„ูˆู‚ูˆู ุนู†ุฏ ุญุฏู‡ .

  Bertaqwa-lah kepada Allah: dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya, dan berhenti pada batasanNya. (At Tuhfah Ar Rabbaniyah, Syarah No. 18)

  Berhenti pada batasannya artinya tidak melangggar syariatNya. Definisi yang kedua ini adalah definisi yang paling sering kita dengar.

3โƒฃ  Imam Abul Hasan Al Mawardi menyampaikan empat kelompok yang mendefinisikan makna taqwa. Pertama, adalah seperti yang disampaikan oleh Abdullah bin Masโ€™ud di atas. Lalu tiga kelompok lainnya:

ูˆุงู„ุซุงู†ูŠ : ู‡ูˆ ุงุชู‚ุงุก ุฌู…ูŠุน ุงู„ู…ุนุงุตูŠ ุŒ ูˆู‡ูˆ ู‚ูˆู„ ุจุนุถ ุงู„ู…ุชุตูˆููŠู† . ูˆุงู„ุซุงู„ุซ : ู‡ูˆ ุฃู† ูŠุนุชุฑููˆุงู’ ุจุงู„ุญู‚ ููŠ ุงู„ุฃู…ู† ูˆุงู„ุฎูˆู . ูˆุงู„ุฑุงุจุน : ู‡ูˆ ุฃู† ูŠูุทูŽุงุน ุŒ ูˆู„ุง ูŠูุชู‘ูŽู‚ู‰ ููŠ ุชุฑูƒ ุทุงุนุชู‡ ุฃุญุฏูŒ ุณูˆุงู‡

  Kedua, yaitu menghindari semua maksiat, ini adalah pendapat sebagian ahli tasawwuf. Ketiga,  mengenali kebenaran baik dalam keadaan aman atau takut. Keempat, yaitu mentaati dan tidak takut kepada siapa pun dalam meninggalkan ketaatan kepadaNya kecuali takut kepadaNya.  (Imam Abul Hasan Al Mawardi, An Nukat wal โ€˜Uyun, 1/250)

 4โƒฃ Definisi lainnya adalah taqwa bermakna takut (Al Khauf). (Lihat Tafsir Al Muyassar, 1/291, 1/401, 2/209, 10/93. Lihat juga Tafsir Al Quran Al โ€˜Azhim, 1/716)

  Jadi, dari berbagai definisi ini kita simpulkan bahwa taqwa itu sikap menjalankan segala macam ketaatan dan perintah Allah Taโ€™ala, tidak membangkang, selalu ingat kepadaNya dan tidak lupa, serta menjauhi larangan-laranganNya,  tidak melanggar syariatNya, takut kepada azab dan siksaNya, memegang teguh kebenaran baik dalam keadaan aman dan takut, bersyukur kepada semua nikmat Allah Taโ€™ala dan tidak mengkufurinya.

โ˜‘ Nataaij At Taqwa (hasil-hasil dari taqwa)

  Perintah taqwa bukanlah perintah kosong tanpa makna dan maksud. Allah โ€˜Azza wa Jalla telah menggambarkan tentang manfaat dan hasil yang akan diberikanNya bagi para muttaqin baik di dunia dan akhirat. Oleh karenanya, pengetahuan terhadapnya an nataaij at taqwa adalah hal yang penting untuk memacu diri kita agar menjadi insan yang bertaqwa kepada Allah Taโ€™ala.

  Berikut ini hasil-hasil yang Allah โ€˜Azza wa Jalla berikan kepada orang-orang bertaqwa:

๐Ÿ“Œ Pembeda (Al Furqan)

Orang yang bertaqwa kepada Allah, akan Allah Taโ€™ala berikan kepadanya  Al Furqan, yaitu kemampuan membedakan antara haq dan batil, antara halal dan haram, lalu dia berjalan di atas kemampaunnya itu. Walau  dia bukan tergolong ahlul ilmi (ulama).

Allah โ€˜Azza wa Jalla berfirman:

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุขูŽู…ูŽู†ููˆุง ุฅูู†ู’ ุชูŽุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ููุฑู’ู‚ูŽุงู†ู‹ุง ูˆูŽูŠููƒูŽูู‘ูุฑู’ ุนูŽู†ู’ูƒูู…ู’ ุณูŽูŠู‘ูุฆูŽุงุชููƒูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฐููˆ ุงู„ู’ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู…ู

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan  hapuskan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al Anfal (8): 29)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Saโ€™di Rahimahullah mengatakan tentang ayat ini:

ุงู„ูุฑู‚ุงู†: ูˆู‡ูˆ ุงู„ุนู„ู… ูˆุงู„ู‡ุฏู‰ ุงู„ุฐูŠ ูŠูุฑู‚ ุจู‡ ุตุงุญุจู‡ ุจูŠู† ุงู„ู‡ุฏู‰ ูˆุงู„ุถู„ุงู„ุŒ ูˆุงู„ุญู‚ ูˆุงู„ุจุงุทู„ุŒ ูˆุงู„ุญู„ุงู„ ูˆุงู„ุญุฑุงู…ุŒ ูˆุฃู‡ู„ ุงู„ุณุนุงุฏุฉ ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุดู‚ุงูˆุฉ.

 Al Furqaan: dia adalah ilmu dan petunjuk yang dengannya pemiliknya dapat memisahkan antara petunjuk dan kesesatan, haq dan batil, halal dan haram, orang yang bahagia dan sengsara. (Syaikh Abdurrahman As Saโ€™di, Taisir Al Karim Ar Rahman fi Tafsir  Kalam Al Manan, Hal. 319. Cet. 1, 2000M-1420H.  Muasasah Ar Risalah)

๐Ÿ“Œ Dihapuskannya Keburukan dan diampunkan dosa (Takfirus Sayyiโ€™aat wal ghufran)

Ini hasil yang Allah โ€˜Azza wa Jalla berikan kepada orang-orang bertaqwa, sesuai ayat di atas:

โ€ฆ ูˆูŽูŠููƒูŽูู‘ูุฑู’ ุนูŽู†ู’ูƒูู…ู’ ุณูŽูŠู‘ูุฆูŽุงุชููƒูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ โ€ฆ.

โ€ฆ Dan kami akan  hapuskan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)muโ€ฆ  (QS. Al Anfal (8): 29).

Juga ayat lain:
 โ€ฆูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุชู‘ูŽู‚ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠููƒูŽูู‘ูุฑู’ ุนูŽู†ู’ู‡ู ุณูŽูŠู‘ูุฆูŽุงุชูู‡ูโ€ฆ

 .. dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya .. (QS. Ath Thalaq (65): 5)

๐Ÿ“Œ Diberikan pahala yang besar (Ajrun โ€˜Azhim) yaitu surga

Lanjutan dari surat Ath Thalaq ayat 5 di atas adalah;

ูˆูŽูŠูุนู’ุธูู…ู’ ู„ูŽู‡ู ุฃูŽุฌู’ุฑู‹ุง

  โ€ฆ dan akan diberikan pahala yang besar baginya. (QS. Ath Thalaq (65): 5)

  Yaitu balasan di akhirat berupa surgaNya dan abadi di dalamnya.

  Al Imam Abu Jaโ€™far bin Jarir Ath Thabari Rahimahullah menjelaskan:

ูˆูŠุฌุฒู„ ู„ู‡ ุงู„ุซูˆุงุจ ุนู„ู‰ ุนู…ู„ู‡ ุฐู„ูƒ ูˆุชู‚ูˆุงู‡ุŒ ูˆู…ู† ุฅุนุธุงู…ู‡ ู„ู‡ ุงู„ุฃุฌุฑ ุนู„ูŠู‡ ุฃู† ูŠุฏูุฎู„ู‡ ุฌู†ุชู‡ุŒ ููŠุฎู„ุฏู‡ ููŠู‡ุง.

  Dia (Allah) melimpahkan baginya pahala atas pebuatannya   dan ketaqwaannya itu, dan di antara besarnya balasan baginya adalah dia dimasukkan ke dalam surgaNya dan Dia kekalkan di dalamnya. (Imam Ibnu Jarir, Jamiโ€™ Al Bayan fi Taโ€™wil Al Quran, 23/456. Cet. 1, 2000M-1420H.   Muasasah Ar Risalah. Tahqiq: Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)

4โƒฃ Keberkahan dalam hidup (Al Barakaat)

Allah Taโ€™ala menyebutkannya dalam ayat:

ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽ ุงู„ู’ู‚ูุฑูŽู‰ ุขู…ูŽู†ููˆุง ูˆูŽุงุชู‘ูŽู‚ูŽูˆู’ุง ู„ูŽููŽุชูŽุญู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุจูŽุฑูŽูƒูŽุงุชู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ุฃุฑู’ุถู ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ูƒูŽุฐู‘ูŽุจููˆุง ููŽุฃูŽุฎูŽุฐู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ุจูู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ููˆุง ูŠูŽูƒู’ุณูุจููˆู†ูŽ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al Aโ€™raf (7): 96)

Imam Al Baidhawi Rahimahullah menjelaskan:

ู„ูˆุณุนู†ุง ุนู„ูŠู‡ู… ุงู„ุฎูŠุฑ ูˆูŠุณุฑู†ุงู‡ ู„ู‡ู… ู…ู† ูƒู„ ุฌุงู†ุจ ูˆู‚ูŠู„ ุงู„ู…ุฑุงุฏ ุงู„ู…ุทุฑ ูˆุงู„ู†ุจุงุช

Benar-benar akan Kami lapangkan kepada mereka kebaikan, dan Kami  berikan kemudahan bagi mereka di segala sisi.  Ada yang menyebutkan maksudnya adalah: hujan dan tumbuh-tumbuhan.  (Imam Al Baidhawi, Anwar At Tanzil, 2/294. Mawqiโ€™ At Tafasir)

5โƒฃ Jalan keluar (Al Makhraj)

Allah taโ€™ala menyebutkannya dalam ayatNya:

 โ€ฆูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุชู‘ูŽู‚ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ูŽู‡ู ู…ูŽุฎู’ุฑูŽุฌู‹ุง

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (QS. Ath Thalaq (65): 2)

Banyak tafsir tentang makna โ€œjalan keluarโ€ dalam ayat ini, namun tafsir yang paling luas dan mencakup semuanya adalah apa yang dikatakan oleh  Ibnu Abbas Radhiallahu โ€˜Anhuma  berikut:

ูˆู…ู† ูŠุชู‚ ุงู„ู„ู‡ ูŠูู†ุฌูู‡ ู…ู† ูƒู„ ูƒุฑุจ ููŠ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆุงู„ุขุฎุฑุฉ

Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, Dia akan menyelamatkannya dari segala beban di dunia dan akhirat. (Imam Ibnul Jauzi, Zaadul Masiir, 6/40. Mawqiโ€™ At Tafasir. Imam Al Mawardi, An Nukat wal โ€˜Uyun, 4/286. Mawqiโ€™ At Tafasir)

 Juga ada penjelasan dari Imam Abu Hasan An Naisaburi Rahimahullah yang cukup bagus:

ู…ู† ุงู„ุดุฏู‘ูŽุฉ ุฅู„ู‰ ุงู„ุฑู‘ูŽุฎุงุก ุŒ ูˆู…ู† ุงู„ุญุฑุงู… ุฅู„ู‰ ุงู„ุญู„ุงู„ ุŒ ูˆู…ู† ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑ ุฅู„ู‰ ุงู„ุฌู†ู‘ูŽุฉ ุŒ ูŠุนู†ูŠ : ู…ู† ุตุจุฑ ุนู„ู‰ ุงู„ุถู‘ููŠู‚ ุŒ ูˆุงุชู‘ูŽู‚ู‰ ุงู„ุญุฑุงู… ุฌุนู„ ุงู„ู„ู‡ ู„ู‡ ู…ุฎุฑุฌุงู‹ ู…ู† ุงู„ุถู‘ููŠู‚ .

(jalan keluar) dari kesukaran menuju kelapangan, dari haram menuju halal, dari neraka menuju surga, yakni bagi orang yang bersabar atas himpitan hidup, dan dia menjauh dari hal yang haram, maka Allah akan jadikan untuknya jalan keluar dari kesempitannya itu. (Imam An Naisaburi, Al Wajiiz fi Tafsir Al Kitab Al โ€˜Aziz, Hal. 1013. Mawqiโ€™ At Tafasir)

6โƒฃ Rezeki (Ar Rizqu)

Ayat lanjutan dari ayat di atas adalah:

ูˆูŽูŠูŽุฑู’ุฒูู‚ู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ุญูŽูŠู’ุซู ู„ูŽุง ูŠูŽุญู’ุชูŽุณูุจู โ€ฆ

  Dan memberikannya rezeki dari arah yang tidak disangka olehnya โ€ฆ. (QS. Ath Thalaq (65): 3)

  Secara khusus, sebenarnya ayat-ayat ini menceritakan tentang perceraian dan rujuknya suami-isteri, sebagai bimbingan kepada mereka bagaimana cerai yang sesuai sunnah, seperti cerai ketika suci sebelum digauli, cerai ketika hamil, dan hendaknya disaksikan dua saksi yang adil. Cerai ketika haid adalah cerai terlarang, bahkan sebagian ulama menyebutnya sebagai cerai bidโ€™ah.

  Oleh karena itu, terkait dengan masalah perceraian,   sebagian ulama memaknai โ€œrezekiโ€ dalam ayat ini adalah wanita lain yang akan diperistri lagi, jika dia menjalankan perceraian dengan isterinya dengan cara yang baik.

  Imam Abu Hayyan Rahimahullah menyebutkan dalam Al Bahr:
ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุถุญุงูƒ : ู…ู† ุญูŠุซ ู„ุง ูŠุญุชุณุจ ุงู…ุฑุฃุฉ ุฃุฎุฑู‰

  Berkata Adh Dhahak: (rezeki) dari arah yang dia tidak sangka, yaitu wanita lainnya. (Imam Abu Hayyan, Al Bahr Al Muhith, 10/298. Mawqiโ€™ At Tafasir)

  Tentunya dalam konteks yang lebih luas dan makna yang lebih umum, makna rezeki tidak terbatas seperti itu. Wallahu Aโ€™lam

7โƒฃ  Kemudahan (Al Yusru)

Allah Taโ€™ala menyebutkan dalam ayatNya:

ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุชู‘ูŽู‚ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ูŽู‡ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽู…ู’ุฑูู‡ู ูŠูุณู’ุฑู‹ุง

Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS. Ath Thalaq (65): 4)
Yaitu Allah Taโ€™ala alan mudahkan baginya untuk kembali rujuk kepada isterinya.

Imam Asy Syaukani Rahimahullah menjelaskan:

ุฃูŠ : ู…ู† ูŠุชู‚ู‡ ููŠ ุงู…ุชุซุงู„ ุฃูˆุงู…ุฑู‡ ุŒ ูˆุงุฌุชู†ุงุจ ู†ูˆุงู‡ูŠู‡ ูŠุณู‡ู„ ุนู„ูŠู‡ ุฃู…ุฑู‡ ููŠ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆุงู„ุขุฎุฑุฉ . ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุถุญุงูƒ : ู…ู† ูŠุชู‚ ุงู„ู„ู‡ ุŒ ูู„ูŠุทู„ู‚ ู„ู„ุณู†ุฉ ูŠุฌุนู„ ู„ู‡ ู…ู† ุฃู…ุฑู‡ ูŠุณุฑุงู‹ ููŠ ุงู„ุฑุฌุนุฉ . ูˆู‚ุงู„ ู…ู‚ุงุชู„ : ู…ู† ูŠุชู‚ ุงู„ู„ู‡ ููŠ ุงุฌุชู†ุงุจ ู…ุนุงุตูŠู‡ ูŠุฌุนู„ ู„ู‡ ู…ู† ุฃู…ุฑู‡ ูŠุณุฑุงู‹ ููŠ ุชูˆููŠู‚ู‡ ู„ู„ุทุงุนุฉ

Yaitu: barangsiapa yang bertaqwa kepadaNya dalam menjalan perintahNya dan menjauhi laranganNya, akan dimudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Adh Dhahak berkata: barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka hendaknya dia  bercerai sesuai sunah,  itu akan menjadikan urusan rujuknya menjadi mudah. Sedangkan Muqatil mengatakan: barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah dalam menjauhi maksiat kepadaNya, akan dijadikan mudah urusan  baginya untuk membimbingnya kepada ketaatan.  (Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir, 7/241-242. Mawqiโ€™ At Tafasir)

Demikianlah hasil-hasilk yang akan Allah โ€˜Azza wa Jalla berikan kepada hamba-hambaNya yang bertaqwa. Wallahu Aโ€™lam

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผ Sebarkan! Raih pahala…

DO’AKAN, JANGAN CACI-MAKI DIA

๐Ÿ“† Rabu,  06 Rajab 1437H / 13 April 2016

๐Ÿ“š Motivasi

๐Ÿ“ Ustadz Farid Nu’man

 ๐Ÿ“‹ DO’AKAN, JANGAN CACI-MAKI DIA

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ

Mungkin kita pernah melihat wanita yang nampaknya bukan wanita baik-baik. Centil, menggoda, farfum menyengat, dan pakaiannya berukuran pun ala kadarnya.

Biasanya ada kebencian di hati dan menilainya sebagai wanita murahan. Namun, .. kebencian itu pun hanya berfungsi menunjukkan posisi kita terhadapnya, belum tentu menjadi  jalan keluar baginya. Mendoakannya tentu lebih baik dibanding memakinya.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah menceritakan:

ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุฒุจูŠุฑ ุจู† ุจูƒุงุฑ ุญุฏุซู†ุง ู…ุตุนุจ ุงู„ุฒุจูŠุฑูŠ ุญุฏุซู†ุง ุนุจุฏุงู„ุฑุญู…ู† ุจู† ุฃุจูŠ ุงู„ุญุณู† ู‚ุงู„ ุฎุฑุฌ ุฃุจูˆ ุญุงุฒู… ูŠุฑู…ูŠ ุงู„ุฌู…ุงุฑ ูˆู…ุนู‡ ู‚ูˆู… ู…ุชุนุจุฏูˆู† ูˆู‡ูˆ ูŠูƒู„ู…ู‡ู…
ูˆูŠุญุฏุซู‡ู… ูˆูŠู‚ุต ุนู„ูŠู‡ู… ูุจูŠู†ู…ุง ู‡ูˆ ูŠู…ุดูŠ ูˆู‡ู… ู…ุนู‡ ุฅุฐ ู†ุธุฑ ุฅู„ู‰ ูุชุงุฉ ู…ุณุชุชุฑุฉ ุจุฎู…ุงุฑู‡ุง ุชุฑู…ูŠ ุงู„ู†ุงุณ ุจุทุฑูู‡ุง ูŠู…ู†ุฉ ูˆูŠุณุฑุฉ ูˆู‚ุฏ ุดุบู„ุช ุงู„ู†ุงุณ ูˆู‡ู… ูŠู†ุธุฑูˆู† ุฅู„ูŠู‡ุง ู…ุจู‡ูˆุชูŠู† ูˆู‚ุฏ ุฎุจุท ุจุนุถู‡ู… ุจุนุถุง ููŠ ุงู„ุทุฑูŠู‚ ูุฑุขู‡ุง ุฃุจูˆ ุญุงุฒู… ูู‚ุงู„ ูŠุง ู‡ุฐู‡ ุงุชู‚ูŠ ุงู„ู„ู‡ ูุฅู†ูƒ ููŠ ู…ุดุนุฑ ู…ู† ู…ุดุงุนุฑ ุงู„ู„ู‡ ุนุธูŠู… ูˆู‚ุฏ ูุชู†ุช ุงู„ู†ุงุณ ูุงุถุฑุจูŠ ุจุฎู…ุงุฑูƒ ุนู„ู‰ ุฌูŠุจูƒ ูุฅู† ุงู„ู„ู‡ ุนุฒ ูˆ ุฌู„ ูŠู‚ูˆู„ ูˆู„ูŠุถุฑุจู† ุจุฎู…ุฑู‡ู† ุนู„ู‰ ุฌูŠูˆุจู‡ู† ูุฃู‚ุจู„ุช ุชุถุญูƒ ู…ู† ูƒู„ุงู…ู‡ ูˆู‚ุงู„ุช ุฅู†ูŠ ูˆุงู„ู„ู‡
 ู…ู† ุงู„ู„ุงุก ู„ู… ูŠุญุฌุฌู† ูŠุจุบูŠู† ุญุณุจุฉ … ูˆู„ูƒู† ู„ูŠู‚ุชู„ู† ุงู„ุจุฑูŠุก ุงู„ู…ุบูู„ุง
 ูุงู‚ุจู„ ุฃุจูˆ ุญุงุฒู… ุนู„ู‰ ุฃุตุญุงุจู‡ ูˆู‚ุงู„ ุชุนุงู„ูˆุง ู†ุฏุนูˆ ุงู„ู„ู‡ ุฃู† ู„ุง ูŠุนุฐุจ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุตูˆุฑุฉ ุงู„ุญุณู†ุงุก ุจุงู„ู†ุงุฑ ูุฌุนู„ ูŠุฏุนูˆ ูˆุฃุตุญุงุจู‡ ูŠุคู…ู†ูˆู†

Berkata Az Zubeir bin Bakkar, berkata kepadaku Mush’ab bin Az Zubeir, berkata kepadaku Abdurrahman bin Abil Hasan, dia berkata:

Abu Hazim keluar untuk melumpar jumrah dan  para ahli ibadah ikut bersamanya. Dia berbicara dan bercerita bersama mereka. Ketika mereka sedang berjalan, lewatlah seorang gadis menggunakan kerudung di kepalanya. saat itu manusia sedang melempar jumrah baik di sisi kanan dan kirinya, saat itu manusia sedang sibuk dengan aktifitasnya. Mereka (para ahli ibadah) memandang si wanita gadis itu sampai di antara mreka ada yang terpeleset di jalan. Maka, Abu Hazim memandang wanita itu dan berkata:

“Takutlah kamu kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di antara tempat manasik haji yang diagungkan Allah, sedangkan kamu telah menggoda manusia. julurkanlah kerudungmu sampai dadamu karena Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Hendaknya mereka menjulurkan kerudung mereka ke dada-dada mereka.”

Wanita itu malah tertawa, dan berkata: “Demi Allah, sesungguhnya aku ini termasuk  wanita yang tidak memakai hijab dengan sebuah alasan, tetapi aku ingin “membunuh” orang-orang yang hatinya lalai.”

Lalu, Abu Hazim menoleh ke para sahabatnya dan berkata: “Mari kita doa kepada Allah agar Dia tidak mengazab wanita cantik ini dengan api neraka.” Maka dia pun berdoa dan diaminkan oleh sahabat-sahabatnya.

๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ

๐Ÿ“š Imam Ibnul Qayyim, Raudhatul Muhibbin, Hal. 226. Th. 1992M-1412H. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah

๐Ÿƒ๐ŸŒป๐ŸŒด๐ŸŒบโ˜˜๐ŸŒท๐ŸŒพ๐ŸŒธ

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผ Sebarkan! Raih pahala…

Empat Perkara

๐Ÿ“† Rabu,  06 Rajab 1437H / 13 April 2016

๐Ÿ“š Motivasi

๐Ÿ“ Ustadz Abdullah Haidir Lc.

๐Ÿ“‹ EMPAT PERKARA

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ

 Tiga Perkara

ุซูŽู„ุงูŽุซู ู…ูู‡ู’ู„ููƒูŽุงุชู ูˆูŽ ุซูŽู„ุงูŽุซู ู…ูู†ู’ุฌููŠูŽุงุชู ูˆูŽ ุซูŽู„ุงูŽุซู ูƒูŽูู‘ูŽุงุฑูŽุงุชู ูˆูŽ ุซูŽู„ุงูŽุซู ุฏูŽุฑูŽุฌูŽุงุชู ;

Ada Tiga Perkara
Membinasakan,
Menyelamatkan,
Menghapuskan Dosa dan
Meningkatkan Derajat

ููŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ู’ู…ูู‡ู’ู„ููƒุงูŽุชู: ููŽุดูุญู‘ูŒ ู…ูุทูŽุงุนูŒ ูˆูŽ ู‡ูŽูˆู‹ู‰ ู…ูุชู‘ูŽุจูŽุนูŒ ูˆูŽ ุฅูุนู’ุฌูŽุงุจู ุงู„ู’ู…ูŽุฑู’ุกู ุจูู†ูŽูู’ุณูู‡ู

Adapun yang membinasakan;
Bakhil yang dituruti,
Hawa nafsu yang diikuti dan
Bangga terhadap diri sendiri.

ูˆูŽ ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ู’ู…ูู†ู’ุฌููŠูŽุงุชู: ููŽุงู„ู’ุนูŽุฏู’ู„ู ูููŠ ุงู„ู’ุบูŽุถูŽุจู ูˆูŽ ุงู„ุฑู‘ูุถูŽุง ูˆูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽุตู’ุฏู ูููŠ ุงู„ู’ููŽู‚ู’ุฑู ูˆูŽ ุงู„ู’ุบูู†ูŽู‰ ูˆูŽ ุฎูŽุดู’ูŠูŽุฉู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ูููŠ ุงู„ุณู‘ูุฑู‘ู ูˆูŽ ุงู„ู’ุนูŽู„ุงูŽู†ููŠูŽุฉู ;

Adapun yang menyelamatkan adalah:
Adil saat marah maupun ridha,
Hemat  saat miskin maupun kaya, dan
Takut kepada Allah saat sendiri maupun ramai.

ูˆูŽ ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ู’ูƒูŽูู‘ูŽุงุฑูŽุงุชู: ููŽุงู†ู’ุชูุธูŽุงุฑู ุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉู ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉู ูˆูŽ ุฅูุณู’ุจูŽุงุบู ุงู„ู’ูˆูุถููˆุกู ูููŠ ุงู„ุณู‘ูŽุจูŽุฑูŽุงุชู ูˆูŽ ู†ูŽู‚ู’ู„ู ุงู’ู„ุฃูŽู‚ู’ุฏูŽุงู…ู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฌูŽู…ูŽุงุนูŽุงุชู ;

Adapun yang menghapus dosa adalah:
Menunggu waktu shalat (berikutnya) setelah shalat (sebelumnya),
Menyempurnakan wudhu saat cuaca sangat dingin dan
Melangkahkan kaki untuk menghadiri (shalat) jamaah.

ูˆูŽ ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ุฏู‘ูŽุฑูŽุฌูŽุงุชู: ููŽุฅูุทู’ุนูŽุงู…ู ุงู„ุทู‘ูŽุนูŽุงู…ู ูˆูŽ ุฅููู’ุดูŽุงุกู ุงู„ุณู‘ูŽู„ุงูŽู…ู ูˆูŽ ุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉู ุจูุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ูˆูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ู†ููŠูŽุงู…ูŒ (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุทุจุฑุงู†ูŠ ูˆุญุณู†ู‡ ุงู„ุฃู„ุจุงู†ูŠ ููŠ ุฌุงู…ุน ุงู„ุตุบูŠุฑ

Adapun yang meninggikan derajat adalah:
Memberi makan,
Menebarkan salam dan
Shalat malam saat orang lain tertidur.”

(HR. Thabrani, dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Jami Ash-Shagir)

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผ Sebarkan! Raih pahala…

Kitab Ath Thaharah (bersuci) (12) – Bab Al Miyah (Tentang Air) (Bag.1)

๐Ÿ“† Selasa,  5 Rajab 1437H / 12 April 2016

๐Ÿ“š Fiqih dan Hadits

๐Ÿ“ Ustadz Farid Nu’man Hasan, SS.

๐Ÿ“‹ Kitab Ath Thaharah (bersuci) (12) – Bab Al Miyah (Tentang Air) (Bag.1)
๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ

๐Ÿ“šHadits ke 12:

                Pada hadits ke 12 ini, Al Hafizh Ibnu Hajar menuliskan:

ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ  ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ู  ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…  ุทูŽู‡ููˆุฑู ุฅูู†ูŽุงุกู ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ุฅูุฐู’ ูˆูŽู„ูŽุบูŽ ูููŠู‡ู ุงูŽู„ู’ูƒูŽู„ู’ุจู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุบู’ุณูู„ูŽู‡ู ุณูŽุจู’ุนูŽ ู…ูŽุฑู‘ูŽุงุชู, ุฃููˆู„ูŽุงู‡ูู†ู‘ูŽ ุจูุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจู – ุฃูŽุฎู’ุฑูŽุฌูŽู‡ู ู…ูุณู’ู„ูู…ูŒ

ูˆูŽูููŠ ู„ูŽูู’ุธู ู„ูŽู‡ู:   ููŽู„ู’ูŠูุฑูู‚ู’ู‡ู  .

ูˆูŽู„ูู„ุชู‘ูุฑู’ู…ูุฐููŠู‘ู:  ุฃูุฎู’ุฑูŽุงู‡ูู†ู‘ูŽ, ุฃูŽูˆู’ ุฃููˆู„ูŽุงู‡ูู†ู‘ูŽ ุจูุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจู                                                    

๐Ÿ“Œ            Dari Abu Hurairah Radhiallahu โ€˜Anhu dia berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam: โ€œSucinya bejana kalian ketika seekor anjing walagha (menjilat) di dalamnya adalah dengan cara mencucinya tujuh kali, yang pertamanya adalah dengan tanah.โ€ (HR. Muslim)

            Pada lafazhnya yang lain: โ€œmaka hendaknya dibuang airnya.โ€

            Pada riwayat Imam At Tirmidzi: โ€œyang  akhir atau yang pertamanya adalah dengan tanah.โ€

๐Ÿ“šTakhrij Hadits:

๐Ÿ”น-    Imam Bukhari dalam Shahihnya, Kitabul Wudhu Bab Al Maโ€™il Ladzi Yughsalu bihi Syaโ€™arul Insan, No. 172, dengan lafaz: Idzasyariba Al kalbu ……….. (Jika seekor anjing minum), tanpa menyebut dicampur dengan tanah.

๐Ÿ”น-          Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitabuth Thaharah Bab Hukmi Wulughil Kalbi  No. (279) (91) dan (279) (89), dengan lafazh:โ€œhendaknya dibuang airnya.โ€ Taqdim: Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi. Lafaz hadits di atas adalah menurut lafaz Imam Muslim dalam Shahihnya.

๐Ÿ”น-          Imam At Tirmidzi dalam Sunannya,Kitabuth Thaharah Bab Maa Jaโ€™a fi Suโ€™ril Kalbi No. 91, katanya: hasan shahih

๐Ÿ”น-          Imam Abu Daud dalam Sunannya,Kitabuth Thaharah Bab Al Wudhu bi Suโ€™ril Kalbi, No. 71

๐Ÿ”น-          Imam An Nasaโ€™i dalam Sunannya,Kitabul Kiyah Bab Suโ€™ril Kalbi No.  64, jugaBab Taโ€™firil Inaa bit Turab min Wulughil Kalbi fiih, No. 338, 339

๐Ÿ”น-          Imam Ad Daruquthni dalam Sunannya,Kitabuth Thaharah Bab Wulughil Kalbi fil Inaa, 1/64

๐Ÿ”น-          Imam Al Baihaqi dalam As Sunan Ash Shughra, Bab Ghuslil Ina min Wulughil Kalbi,  No.  176, liat juga No. 1102

๐Ÿ”น-          Dll

๐Ÿ“šStatus Hadits:

            Hadits ini shahih, dimasukkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya masing-masing.

๐Ÿ“šKandungan dan Faidah Hadits:

               Hadits ini memiliki banyak pelajaran, di antaranya:

๐Ÿ“‹1โƒฃ .Pada lafaz hadits di atas โ€“ riwayat Imam Muslim- menggunakan kata ูˆูŽู„ูŽุบูŽ  – walagha(menjilat), sementara pada riwayat Imam Bukhari menggunakan lafaz  ุดูŽุฑูุจูŽ โ€“ syariba (minum). Apa perbedaannya?

Berkata Syaikh โ€˜Athiyah bin Muhammad Salim Rahimahullah:

ูˆูุฑู‚ ุจูŠู† (ุดุฑุจุŒ ูˆูˆู„ุบ) ูุจุนุถ ุงู„ุนู„ู…ุงุก ูŠู‚ูˆู„: ุงู„ุดุฑุจ ู„ุบูŠุฑ ุงู„ูƒู„ุงุจ ูˆุงู„ุณุจุงุนุŒ ูˆู‡ูˆ ุฃู† ูŠุนุจ ุงู„ู…ุงุก ุนุจุงู‹ุŒ ูˆุงู„ูˆู„ูˆุบ: ู‡ูˆ ุฃู† ูŠุชู†ุงูˆู„ ุงู„ู…ุงุก ุจุทุฑู ู„ุณุงู†ู‡

๐Ÿ“Œ             Perbedaan antara syariba dan walagha, sebagian ulama mengatakan: asy syurbu (minum) adalah untuk selain anjing dan selain hewan buas, dan meminum air dengan sekali teguk, sedangkan al wulugh artinya meminum air dengan ujung lidah.  (Syaikh โ€˜Athiyah bin Muhammad Salim, Syarh Bulugh Al Maram, 3/5)

            Jadi, anjing minum dengan cara menjulurkan ujung lidahnya ke air, maka itu tidak ubahnya seperti menjilat. Sehingga tidak ada pertentangan berarti antara walagha dan syariba, keduanya sama-sama minum, yang berbeda hanya cara minumnya.

              Syaikh โ€˜Athiyah Rahimahullah berkata:

ูุงู„ูˆู„ูˆุบ: ู‡ูˆ ุชู†ุงูˆู„ ุงู„ูƒู„ุจ ุจุทุฑู ู„ุณุงู†ู‡ ู„ู„ุณุงุฆู„ ุงู„ุฐูŠ ููŠ ุงู„ุฅู†ุงุกุŒ ูˆู‡ุฐู‡ ุทุจูŠุนุชู‡ุŒ ูˆุงู„ุดุฑุจ ุฃุนู…

๐Ÿ“Œ              Maka, Al Wulugh adalah cara minumnya anjing dengan ujung lidahnya untuk mengalir air yang ada pada air, dan ini adalah caranya yang natural, ada pun minum maknanya lebih umum.

              Lalu Beliau juga melanjutkan:

ุฅุฐุงู‹: ูˆู„ุบ ูˆุดุฑุจ ู„ูŠุณ ุจูŠู†ู‡ู…ุง ุชุนุงุฑุถ

๐Ÿ“Œ              Jadi, walagha dan syariba di antara keduanya tidak ada pertentangan. (Ibid)

              Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah menjelaskan tentang walagha:

ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุฑููˆู ูููŠ ุงู„ู„ู‘ูุบูŽุฉ ุŒ ูŠูู‚ูŽุงู„ ูˆูŽู„ูŽุบูŽ ูŠูŽู„ูŽุบ – ุจูุงู„ู’ููŽุชู’ุญู ูููŠู‡ูู…ูŽุง – ุฅูุฐูŽุง ุดูŽุฑูุจูŽ ุจูุทูŽุฑูŽูู ู„ูุณูŽุงู†ู‡ ุŒ ุฃูŽูˆู’ ุฃูŽุฏู’ุฎูŽู„ูŽ ู„ูุณูŽุงู†ู‡ ูููŠู‡ู ููŽุญูŽุฑู‘ูŽูƒูŽู‡ู ุŒ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุซูŽุนู’ู„ูŽุจ : ู‡ููˆูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูุฏู’ุฎูู„ ู„ูุณูŽุงู†ู‡ ูููŠ ุงู„ู’ู…ูŽุงุก ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑู‡ ู…ูู†ู’ ูƒูู„ู‘ ู…ูŽุงุฆูุน ููŽูŠูุญูŽุฑู‘ููƒู‡ู ุŒ ุฒูŽุงุฏูŽ ุงูุจู’ู† ุฏูุฑูุณู’ุชูŽูˆูŽูŠู’ู‡ู : ุดูŽุฑูุจูŽ ุฃูŽูˆู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุดู’ุฑูŽุจ . ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงูุจู’ู† ู…ูŽูƒู‘ููŠู‘ : ููŽุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุบูŽูŠู’ุฑ ู…ูŽุงุฆูุน ูŠูู‚ูŽุงู„ ู„ูŽุนูู‚ูŽู‡ู . ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู’ู…ูุทูŽุฑู‘ูุฒููŠู‘ : ููŽุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ููŽุงุฑูุบู‹ุง ูŠูู‚ูŽุงู„ ู„ูŽุญูุณูŽู‡ู

  ๐Ÿ“Œ         Ini adalah istilah yang sudah terkenal secara bahasa, dikatakan: walagha โ€“ yalaghu,  dengan difathahkan pada keduanya, artinya minum dengan ujung lidahnya, atau dia memasukan lidahnya padanya lalu menggerak-gerakannya. Berkata Ats Tsaโ€™lab: yaitu memasukan lidahnya ke dalam air dan selainnya dari semua benda cair, lalu dia menggerak-gerakannya.  Ibnu Durustawaih menambahkan: baik dia minum atau tidak minum.  Berkata Ibnu Makki: โ€œJika dia menjilatnya pada sesuatu yang cair (padat) itu disebut laโ€™iqa.โ€ Al Mutharrizi berkata: โ€œJika dia menjilatnya pada sesuatu yang kosong maka itu disebut lahisa.โ€ (Fathul Bari, 1/274. 1379H. Darul Maโ€™rifah, Beirut)

๐Ÿ“‹2โƒฃ . Hadits ini menunjukkan najisnya liur anjing, dan ini menjadi pandangan jumhur (mayoritas) ulama. Bahkan sebagian ulama ada yang mengkategorikannya sebagai najis mughallazhah (najis berat)

            Hal ini sangat jelas, yakni ketika Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa sucinya bejana yang airnya telah diminum oleh anjing adalah dengan cara dicuci tujuh kali dan yang pertamanya dicampur dengan tanah, itu menunjukkan batas antara suci dan najis. Najisnya ketika anjing minum di dalamnya, dan sucinya ketika dibersihkan tadi.

           Namun, pada kenyataannya para imam kaum muslimin berbeda pendapat tentang kenajisan anjing. Mereka terbagi menjadi tiga kelompok besar.

1โƒฃ Pertama, yang menyatakan bahwa seluruh tubuh Anjing adalah najis, luar maupun dalam. Inilah pandangan Imam Asy Syafiโ€™i, dan Imam Ahmad dalam salah satu riwayatnya.

2โƒฃ Kedua, yang menyatakan bahwa najisnya Anjing adalah hanya liurnya saja, anggota tubuh yang lain adalah suci. Inilah pandangan  jumhur (mayoritas) ulama, dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,  Imam Asy Syaukani,  Syaikh Sayyid Sabiq dan lain-lain.

3โƒฃ Ketiga, yang menyatakan seluruhnya adalah suci termasuk air liurnya. Inilah pandangan Imam Malik, dan diikuti oleh  Syaikh Yusuf Al Qaradhawi.

Mari kita lihat alasan masing-masing kelompok.

๐Ÿ”ถKelompok pertama. Mereka berargumen dengan hadits dari Abu Hurairah Radhiallahu โ€˜Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

ุฅูุฐูŽุง ุดูŽุฑูุจูŽ ุงู„ู’ูƒูŽู„ู’ุจู ูููŠ ุฅูู†ูŽุงุกู ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ููŽู„ู’ูŠูŽุบู’ุณูู„ู’ู‡ู ุณูŽุจู’ุนูŽ ู…ูŽุฑู‘ูŽุงุชู

๐Ÿ“Œโ€œJika Seekor Anjing minum di bejana kalian, maka cucilah tujuh kali.โ€    (HR. Bukhari No. 172, Muslim No. 279, 90, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah No. 288, Malik dalam Al Muwaththaโ€™ No. 65, menurut Riwayat Yahya Al Laits. Abu โ€˜Uwanah dalam Musnadnya No. 536, Al Baihaqi dalam Maโ€™rifatus Sunan wal AatsarNo. 467)

Sementara dari jalur Abu Hurairah lainnya Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

ุทูŽู‡ููˆุฑู ุฅูู†ูŽุงุกู ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ุฅูุฐูŽุง ูˆูŽู„ูŽุบูŽ ูููŠู‡ู ุงู„ู’ูƒูŽู„ู’ุจู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุบู’ุณูู„ูŽู‡ู ุณูŽุจู’ุนูŽ ู…ูŽุฑู‘ูŽุงุชู ุฃููˆู„ูŽุงู‡ูู†ู‘ูŽ ุจูุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจู

๐Ÿ“Œโ€œSucinya bejana kalian jika seekor Anjing minum di dalamnya adalah dengan mencucinya tujuh kali, dan yang  pertamanya dengan tanah.โ€   (HR. Muslim No. 279, 91 , Ahmad No. 9511, Ad Daruquthni, 1/64, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf No. 1840, 37395, Abu โ€˜Uwanah No. 540)

Hadits ini menunjukkan bahwa liur anjing adalah najis berat. Jika yang diminum adalah airnya, lalu kenapa yang diperintah untuk dicuci juga bejananya? Bukankah cukup dengan dibuang saja airnya? Padahal bejananya tidak dijilat, hanya airnya saja yang kena.  Perintah untuk mencuci sampai tujuh kali bejana menunjukkan kenajisannya, sebab jika memang suci, pastilah tidak akan ada perintah tersebut. Demikian alasan mereka.

Selain itu mereka juga mengqiyaskan bahwa najisnya liur, menunjukkan najisnya seluruh tubuh anjing. Lagi pula anjing punya kebiasaan menjilat-jilat tubuhnya, sehingga tubuhnya terbungkus oleh liurnya yang najis.

Berkata Imam Ash Shanโ€™ani Rahimahullah ketika mengomentari hadits di atas:

ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุธูŽุงู‡ูุฑูŒ ูููŠ ู†ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉู ููŽู…ูู‡ู ุŒ ูˆูŽุฃูู„ู’ุญูู‚ูŽ ุจูู‡ู ุณูŽุงุฆูุฑู ุจูŽุฏูŽู†ูู‡ู ู‚ููŠูŽุงุณู‹ุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุŒ ูˆูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุ› ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุฅุฐูŽุง ุซูŽุจูŽุชูŽ ู†ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉู ู„ูุนูŽุงุจูู‡ู ุŒ ูˆูŽู„ูุนูŽุงุจูู‡ู ุฌูุฒู’ุกูŒ ู…ูู†ู’ ููŽู…ูู‡ู ุŒ ุฅุฐู’ ู‡ููˆูŽ ุนูุฑู’ู‚ู ููŽู…ูู‡ู ุŒ ููŽููŽู…ูู‡ู ู†ูŽุฌูุณูŒ ุŒ ุฅุฐู’ ุงู„ู’ุนูุฑู’ู‚ู ุฌูุฒู’ุกูŒ ู…ูุชูŽุญูŽู„ู‘ูุจูŒ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ุจูŽุฏูŽู†ู ุŒ ููŽูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูŽู‚ููŠู‘ูŽุฉู ุจูŽุฏูŽู†ูู‡ู

๐Ÿ“Œโ€œSecara zhahir, mulutnya pun najis. Ketika dia menjilati seluruh badannya maka itu menjadi qiyas atasnya. Hal itu karena  sudah pasti najisnya liur anjing, dan liur merupakan bagian dari mulutnya. Ketika mulutnya berkeringat maka mulutnya juga najis. Jika keringat bagian yang keluar dari badan, maka demikian juga anggota badan lainnya (juga najis).โ€    (Subulus Salam, 1/22. Maktabah Mushthafa Al Baabiy Al Halabiy)

๐Ÿ”ถKelompok kedua. Inilah jumhur (mayoritas). Mereka mengakui bahwa liur anjing adalah najis, tetapi anggota tubuh lainnya adalah suci. Dalil kelompok ini berdasarkan hadits-hadits di atas juga, yang menunjukkan kenajisan anjing dikaitkan dengan air liurnya. Selain itu, sebagaimana tertera dalam Shahih Al Bukhari, pada masa lalu anjing lalu lalang di masjid nabi tetapi mereka tidak diusir dan tidak pula dibersihkan bekas tapak kaki mereka.

Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:

ุงู„ูƒู„ุจ: ูˆู‡ูˆ ู†ุฌุณ ูˆูŠุฌุจ ุบุณู„ ู…ุง ูˆู„ุบ ููŠู‡ ุณุจุน ู…ุฑุงุชุŒ ุฃูˆู„ุงู‡ู† ุจุงู„ุชุฑุงุจ

๐Ÿ“Œโ€œAnjing, dia najis dan wajib mencuci apa-apa yang dijilatnya sebanyak tujuh kali dan yang pertamanya dengan tanah.โ€ (lalu beliau menyebutkan hadits di atas) Tetapi beliau juga berkata:

ุฃู…ุง ุดุนุฑ ุงู„ูƒู„ุจ ูุงู„ุงุธู‡ุฑ ุฃู†ู‡ ุทุงู‡ุฑุŒ ูˆู„ู… ุชุซุจุช ู†ุฌุงุณุชู‡.

๐Ÿ“Œโ€œAdapun bulu anjing, yang benar adalah suci tidak ada dalil yang kuat yang menyebutnya najis.โ€   (Fiqhus Sunnah, 1/29. Darul Kitab Al โ€˜Arabi)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah menguatkan pendapat ini, katanya:

ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ู’ูƒูŽู„ู’ุจู ููŽู„ูู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ูููŠู‡ู ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ูˆูŽุงู„ู ู…ูŽุนู’ุฑููˆููŽุฉู : ุฃูŽุญูŽุฏูู‡ูŽุง : ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู†ูŽุฌูุณูŒ ูƒูู„ู‘ูู‡ู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุดูŽุนู’ุฑูู‡ู ูƒูŽู‚ูŽูˆู’ู„ู ุงู„ุดู‘ูŽุงููุนููŠู‘ู ูˆูŽุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏ ูููŠ ุฅุญู’ุฏูŽู‰ ุงู„ุฑู‘ููˆูŽุงูŠูŽุชูŽูŠู’ู†ู ุนูŽู†ู’ู‡ู . ูˆูŽุงู„ุซู‘ูŽุงู†ููŠ : ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุทูŽุงู‡ูุฑูŒ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุฑููŠู‚ูู‡ู ูƒูŽู‚ูŽูˆู’ู„ู ู…ูŽุงู„ููƒู ูููŠ ุงู„ู’ู…ูŽุดู’ู‡ููˆุฑู ุนูŽู†ู’ู‡ู . ูˆูŽุงู„ุซู‘ูŽุงู„ูุซู : ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑููŠู‚ูŽู‡ู ู†ูŽุฌูุณูŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู‘ูŽ ุดูŽุนู’ุฑูŽู‡ู ุทูŽุงู‡ูุฑูŒ ูˆูŽู‡ูŽุฐูŽุง ู…ูŽุฐู’ู‡ูŽุจู ุฃูŽุจููŠ ุญูŽู†ููŠููŽุฉูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุดู’ู‡ููˆุฑู ุนูŽู†ู’ู‡ู ูˆูŽู‡ูŽุฐูู‡ู ู‡ููŠูŽ ุงู„ุฑู‘ููˆูŽุงูŠูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽู†ู’ุตููˆุฑูŽุฉู ุนูู†ู’ุฏูŽ ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑู ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุฑู‘ููˆูŽุงูŠูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูุฎู’ุฑูŽู‰ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏ ูˆูŽู‡ูŽุฐูŽุง ุฃูŽุฑู’ุฌูŽุญู ุงู„ู’ุฃูŽู‚ู’ูˆูŽุงู„ู .

๐Ÿ“Œโ€œAdapun anjing, para ulama kita terbagi atas tiga pendapat: Pertama. Bahwa anjing najis seluruhnya termasuk bulunya, inilah pendapat Asy Syafiโ€™i dan Ahmad dalam salah satu riwayat darinya. Kedua. Bahwa anjing adalah suci termasuk liurnya inilah pendapat yang masyhur (terkenal) dari Malik. Ketiga. Bahwa liurnya adalah najis, dan bulunya adalah suci, inilah madzhab yang masyhur dari Abu Hanifah, dan inilah riwayat yang didukung oleh mayoritas pengikutnya, dan inilah riwayat lain dari Ahmad. Inilah pendapat yang lebih kuat.โ€ (Majmuโ€™ Fatawa, 21/616. Cet. 3, 2005M-1426H. Darul Wafaโ€™)

Beliau juga berkata:

ููŽุฃูŽุญูŽุงุฏููŠุซูู‡ู ูƒูู„ู‘ูู‡ูŽุง ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูููŠู‡ูŽุง ุฅู„ู‘ูŽุง ุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู’ูˆูู„ููˆุบู ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู’ ุณูŽุงุฆูุฑูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฌู’ุฒูŽุงุกู ููŽุชูŽู†ู’ุฌููŠุณูู‡ูŽุง ุฅู†ู‘ูŽู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุจูุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงุณู

๐Ÿ“ŒSemua hadits-haditsnya, hanya menunjukkan Al Wulugh (menjilat, meminum), tidak menunjukkan seluruh bagian tubuh. Maka pengharamannya hanyalah qiyas saja.(Ibid,  21/617)

Beliau menjelaskan pendapat Imam Ahmad bin Hambal dalam masalah bulu anjing. Bahwa ada dua riwayat dari Imam Ahmad Rahimahullah, demikian katanya:

ุฅุญู’ุฏูŽุงู‡ูู…ูŽุง : ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุทูŽุงู‡ูุฑูŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู…ูŽุฐู’ู‡ูŽุจู ุงู„ู’ุฌูู…ู’ู‡ููˆุฑู ูƒูŽุฃูŽุจููŠ ุญูŽู†ููŠููŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ุดู‘ูŽุงููุนููŠู‘ู ูˆูŽู…ูŽุงู„ููƒู . ูˆูŽุงู„ุฑู‘ููˆูŽุงูŠูŽุฉู ุงู„ุซู‘ูŽุงู†ููŠูŽุฉู : ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู†ูŽุฌูุณูŒ ูƒูŽู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุงุฎู’ุชููŠูŽุงุฑู ูƒูŽุซููŠุฑู ู…ูู†ู’ ู…ูุชูŽุฃูŽุฎู‘ูุฑููŠ ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏ ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุจูุทูŽู‡ูŽุงุฑูŽุฉู ุฐูŽู„ููƒูŽ ู‡ููˆูŽ ุงู„ุตู‘ูŽูˆูŽุงุจู .

๐Ÿ“Œโ€œRiwayat pertama, bahwa itu adalah suci, dan ini adalah madzhab jumhur seperti Abu Hanifah, Asy Syafiโ€™i, dan Malik.  Riwayat kedua, bahwa itu adalah najis, sebagaimana yang dipilih oleh kebanyakan para pengikut Imam Ahmad. Namun, yang menyatakan kesuciannya, maka itulah yang benar.โ€ (Ibid,21/619)

 Bahkan beliau juga menyatakan lebih jauh lagi bahwa bulu babi juga suci.

ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุงู„ุฑู‘ูŽุงุฌูุญู ู‡ููˆูŽ ุทูŽู‡ูŽุงุฑูŽุฉู ุงู„ุดู‘ูุนููˆุฑู ูƒูู„ู‘ูู‡ูŽุง : ุดูŽุนู’ุฑู ุงู„ู’ูƒูŽู„ู’ุจู ูˆูŽุงู„ู’ุฎูู†ู’ุฒููŠุฑู ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ูู…ูŽุง ุจูุฎูู„ูŽุงูู ุงู„ุฑู‘ููŠู‚ู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ู‡ูŽุฐูŽุง ููŽุฅูุฐูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุดูŽุนู’ุฑู ุงู„ู’ูƒูŽู„ู’ุจู ุฑูŽุทู’ุจู‹ุง ูˆูŽุฃูŽุตูŽุงุจูŽ ุซูŽูˆู’ุจูŽ ุงู„ู’ุฅูู†ู’ุณูŽุงู†ู ููŽู„ูŽุง ุดูŽูŠู’ุกูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูƒูŽู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ู…ูŽุฐู’ู‡ูŽุจู ุฌูู…ู’ู‡ููˆุฑู ุงู„ู’ููู‚ูŽู‡ูŽุงุกู : ูƒูŽุฃูŽุจููŠ ุญูŽู†ููŠููŽุฉูŽ ูˆูŽู…ูŽุงู„ููƒู ูˆูŽุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏ ูููŠ ุฅุญู’ุฏูŽู‰ ุงู„ุฑู‘ููˆูŽุงูŠูŽุชูŽูŠู’ู†ู ุนูŽู†ู’ู‡ู : ูˆูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุตู’ู„ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุนู’ูŠูŽุงู†ู ุงู„ุทู‘ูŽู‡ูŽุงุฑูŽุฉู ููŽู„ูŽุง ูŠูŽุฌููˆุฒู ุชูŽู†ู’ุฌููŠุณู ุดูŽูŠู’ุกู ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุญู’ุฑููŠู…ูู‡ู ุฅู„ู‘ูŽุง ุจูุฏูŽู„ููŠู„ู .

๐Ÿ“Œโ€œDan pendapat yang kuat adalah sucinya bulu seluruh hewan: bulu anjing, babi, dan selain keduanya. Sedangkan liur terjadi perbedaan pendapat. Oleh karena itu jika bulu anjing basah dan mengenai pakaian manusia maka tidak mengapa, sebagaiama itu menjadi madzhab jumhur fuqaha: seperti Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad dalam salah satu dari dua riwayat darinya. Hal itu karena asal dari berbagai benda adalah suci, maka tidak boleh menajiskan sesuatu dan mengharamkan kecuali dengan dalil.โ€    (Ibid, 21/617)

๐Ÿ”ถKelompok ketiga. Kalangan yang mengatakan bahwa semua tubuh anjing adalah suci termasuk liurnya. Inilah pandangan Imam Malik, Imam Daud Azh Zhahiri, dan Imam Az Zuhri. Mereka  beralasan:

ุฅู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฑูŽ ุจูุงู„ู’ุบูŽุณู’ู„ู ู„ูู„ุชู‘ูŽุนูŽุจู‘ูุฏู ู„ูŽุง ู„ูู„ู†ู‘ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉู

๐Ÿ“Œ                โ€œSesungguhnya perintah untuk mencucinya itu bermakna taโ€™abbud(peribadatan), bukan berarti najis.โ€ (Subulus Salam, 1/22)

                Alasan lain dalam Al Muntaqa Syarh Al Muwathaโ€™ , Imam Abul Walid Sulaiman bin Khalaf Al Baji Rahimahullah menyebutkan:

ูˆูŽุงู„ุฏู‘ูŽู„ููŠู„ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ู†ูŽู‚ููˆู„ูู‡ู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ุญูŽูŠูŽูˆูŽุงู†ูŒ ูŠูŽุฌููˆุฒู ุงู„ูุงู†ู’ุชูููŽุงุนู ุจูู‡ู ู…ูู†ู’ ุบูŽูŠู’ุฑู ุถูŽุฑููˆุฑูŽุฉู ููŽูƒูŽุงู†ูŽ ุทูŽุงู‡ูุฑู‹ุง ูƒูŽุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุนูŽุงู…ู

๐Ÿ“Œ                โ€œDalilnya adalah apa-apa yang telah kami sebutkan, bahwa hewan ini boleh dimanfaatkan tanpa alasan terdesak, maka ia termasuk suci sebagaimana hewan ternak.โ€(Imam Sulaiman bin Khalaf Al Baji, Al Muntaqa Syarh Al Muwathaโ€™, 1/67)

                Dalil lainnya adalah ayat Al Quran yang membolehkan makanan hasil buruan tanpa memerintahkan mencucinya:

ูŠูŽุณู’ุฃูŽู„ููˆู†ูŽูƒูŽ ู…ูŽุงุฐูŽุง ุฃูุญูู„ู‘ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ู‚ูู„ู’ ุฃูุญูู„ู‘ูŽ ู„ูŽูƒูู…ู ุงู„ุทู‘ูŽูŠู‘ูุจูŽุงุชู ูˆูŽู…ูŽุง ุนูŽู„ู‘ูŽู…ู’ุชูู…ู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฌูŽูˆูŽุงุฑูุญู ู…ููƒูŽู„ู‘ูุจููŠู†ูŽ ุชูุนูŽู„ู‘ูู…ููˆู†ูŽู‡ูู†ู‘ูŽ ู…ูู…ู‘ูŽุง ุนูŽู„ู‘ูŽู…ูŽูƒูู…ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ููŽูƒูู„ููˆุง ู…ูู…ู‘ูŽุง ุฃูŽู…ู’ุณูŽูƒู’ู†ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆุง ุงุณู’ู…ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุงุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ุณูŽุฑููŠุนู ุงู„ู’ุญูุณูŽุงุจู (4)

 ๐Ÿ“Œ               โ€œMereka menanyakan kepadamu: “Apakah yang Dihalalkan bagi mereka?”. Katakanlah: “Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat cepat hisab-Nya.โ€ (QS. Al Maidah (5): 4)

                Syaikh Prof. Dr. Yusuf Al Qaradhawy Hafizhahullah mengatakan: โ€œSedangkan saya sendiri cenderung pada pendapat Imam Malik bahwa semua yang hidup adalah suci. Oleh sebab itulah, dibolehkan bagi kita memakan hasil buruannya. Dan perintah Nabi untuk mencuci apa yang dijilat anjing adalah sesuatu yang taโ€™abbudi.โ€ (Syaikh Yusuf Al Qarahawy,Fikih Thaharah, Hal. 22. Cet. 1, 2004M. Pustaka Al Kautsar)

                Yang dimaksud taโ€™abbudi  oleh Imam Malik di sini adalah bahwa perintah tersebut bernilai ibadah yang tanpa harus tahu sebab dan hikmahnya, melainkan terima jadi saja, karena ini masalah peribadatan.

                Berkata Al Ustadz Asy Syaikh Hasan Al Banna Rahimahullah :

ูˆ ุงู„ุฃุตู„ ููŠ ุงู„ุนุจุงุฏุงุช ุงู„ุชุนุจุฏ ุฏูˆู† ุงู„ุงู„ุชูุงุช ุฅู„ู‰ ุงู„ู…ุนุงู†ูŠ , ูˆููŠ ุงู„ุนุงุฏูŠุงุช ุงู„ุงู„ุชูุงุช ุฅู„ู‰ ุงู„ุฃุณุฑุงุฑ ูˆ ุงู„ุญูƒู… ูˆ ุงู„ู…ู‚ุงุตุฏ

๐Ÿ“Œ                Dasar dari peribadatan adalah ketundukan (taโ€™abbud) bukan mencari-cari kepada makna-maknanya, sedangkan dasar dari kebiasaan (adat) adalah mengkaji rahasia, hikmah, dan maksud-maksudnya. (Lihat Ushul โ€˜Isyrin No. 5)

                Demikianlah pembahasan khilafiyah para imam tentang status kenajisan anjing.

๐Ÿ“‹3โƒฃ . Apakah ini berlaku untuk semua anjing atau tertentu saja?

๐Ÿ”นBersambung๐Ÿ”น
๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผ Sebarkan! Raih pahala…

Bisakah Anak Mengumrohkan Orang Tua yang Sudah Meninggal?

๐Ÿ‘ณUstadz Menjawab
โœUst. Farid Nu’man Hasan

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

Assalamu’alaikum ustadz/ah…mau tanya ttg umroh ,apa bisa anak mengumrohkan orang tua yg meninggal?
๐Ÿ…ฐ2โƒฃ1โƒฃ

๐ŸŒด๐ŸŒฟJawaban๐ŸŒด๐ŸŒฟ

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa ba’d:

Sebagian ulama mengatakan umrah adalah haji juga yaitu haji kecil, seperti yang dikatakan ‘Atha, Asy Sya’biy, Mujahid, Abdullah bin Syadaad, dan Az Zuhri. (Tafsir Ath Thabari, 14/129-130)

Sehingga masalah badal umrah ini sama halnya dengan badal haji, karena kemiripannya.

Secara khusus, ada hadits yang memang menyebutkan badal umrah:
Dari Abu Razin Al ‘Uqailiy, dia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu bertanya:

ูŠุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุฅู† ุฃุจูŠ ุดูŠุฎ ูƒุจูŠุฑ ู„ุง ูŠุณุชุทูŠุน ุงู„ุญุฌ ูˆ ู„ุง ุงู„ุนู…ุฑุฉ ูˆ ู„ุง ุงู„ุธุนู† : ู‚ุงู„ ( ุญุฌ ุนู† ุฃุจูŠูƒ ูˆุงุนุชู…ุฑ )

Wahai Rasulullah, ayahku sudah sangat tua, tidak mampu haji, umrah, dan perjalanan.
Beliau bersabda:
      “Haji dan umrahlah    untuk.”
(HR. Ibnu Majah No. 2906, At Tirmidzi No. 930, An Nasa’i No.  2637, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 8895, dll. Imam At Tirmidzi mengatakan:  hasan shahih. Dishahihkan pula oleh Imam Al Hakim, dalam Al Mustadrak, 1/481, dan disepakati oleh Imam Adz Dzahabi. Dishahihkan pula oleh Syaikh Al Albani, Syaikh Syu’aib Al Arna’uth, dll)

Namun pembolehannya ini terikat syarat, yaitu:

1. Yang dibadalkan memang sudah wafat, atau fisik tidak memungkinkan, bukan karena menghindari antrean haji.

2. Yang membadalkan sudah haji atau umrah juga, inilah pendapat mayoritas ulama.

Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:

ุดุฑุท ุงู„ุญุฌ ุนู† ุงู„ุบูŠุฑ ูŠุดุชุฑุท ููŠู…ู† ูŠุญุฌ ุนู† ุบูŠุฑู‡ุŒ ุฃู† ูŠูƒูˆู† ู‚ุฏ ุณุจู‚ ู„ู‡ ุงู„ุญุฌ ุนู† ู†ูุณู‡.

“Disyaratkan bagi orang yang menghajikan orang lain, bahwa dia harus sudah haji untuk dirinya dulu.โ€ (Ibid, 1/638)

Hal ini berdasarkan pada hadits berikut:
ุนูŽู†ู’ ุงุจู’ู†ู ุนูŽุจู‘ูŽุงุณู
ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุณูŽู…ูุนูŽ ุฑูŽุฌูู„ู‹ุง ูŠูŽู‚ููˆู„ู ู„ูŽุจู‘ูŽูŠู’ูƒูŽ ุนูŽู†ู’ ุดูุจู’ุฑูู…ูŽุฉูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽู†ู’ ุดูุจู’ุฑูู…ูŽุฉู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุฎูŒ ู„ููŠ ุฃูŽูˆู’ ู‚ูŽุฑููŠุจูŒ ู„ููŠ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฌูŽุฌู’ุชูŽ ุนูŽู†ู’ ู†ูŽูู’ุณููƒูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูุฌู‘ูŽ ุนูŽู† ู†ูŽูู’ุณููƒูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ุญูุฌู‘ูŽ ุนูŽู†ู’ ุดูุจู’ุฑูู…ูŽุฉูŽ

Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam mendengar seorang laki-laki berkata: โ€œLabbaika dari Syubrumah.โ€ Rasulullah bertanya: :โ€Siapa Syubrumah?โ€ laki-laki itu menjawab: โ€œDia adalah saudara bagiku, atau teman dekat saya.โ€ Nabi bersabda: โ€œEngkau sudah berhaji?โ€ Laki-laki itu menjawab: โ€œBelum.โ€  Nabi bersabda: โ€œBerhajilah untuk dirimu dahulu kemudian berhajilah untuk Syubrumah.โ€  (HR. Abu Daud No. 1813, Imam Al Baihaqi mengatakan: isnadnya shahih. Lihat Al Muharar fil Hadits, No. 665)

Hadits ini menjadi pegangan mayoritas ulama, bahwa orang yang ingin mewakilkan haji orang lain, di harus sudah berhaji untuk dirinya dahulu.

Berkata Imam Abu Thayyib Rahimahullah:

ูˆูŽุธูŽุงู‡ูุฑ ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠุซ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุง ูŠูŽุฌููˆุฒ ู„ูู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุญูุฌู‘ ุนูŽู†ู’ ู†ูŽูู’ุณู‡ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุญูุฌู‘ ุนูŽู†ู’ ุบูŽูŠู’ุฑู‡ ูˆูŽุณูŽูˆูŽุงุก ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูุณู’ุชูŽุทููŠุนู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ุบูŽูŠู’ุฑ ู…ูุณู’ุชูŽุทููŠุน ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุขู„ู‡ ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุณู’ุชูŽูู’ุตูู„ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ุณูŽู…ูุนูŽู‡ู ูŠูู„ูŽุจู‘ููŠ ุนูŽู†ู’ ุดูุจู’ุฑูู…ูŽุฉูŽ ุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽู†ู’ุฒูู„ ู…ูŽู†ู’ุฒูู„ูŽุฉ ุงู„ู’ุนูู…ููˆู… ุŒ ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุฐูŽู‡ูŽุจูŽ ุงู„ุดู‘ูŽุงููุนููŠู‘ . ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุซู‘ูŽูˆู’ุฑููŠู‘ : ุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ูŠูุฌู’ุฒูุฆู ุญูŽุฌู‘ ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุญูุฌู‘ ุนูŽู†ู’ ู†ูŽูู’ุณู‡ ู…ูŽุง ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุชูŽุถูŽูŠู‘ูŽู‚ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู .

Menurut zhahir hadits ini, tidak dibolehkan orang yang belum menunaikan haji untuk diri sendiri menghajikan untuk orang lain. Sama saja, apakah orang tersebut mampu atau tidak mampu, sebab Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam tidak merinci keadaan laki-laki yang telah beliau dengar menjawab panggilan dari Syubrumah, sehingga hal itu menunjukkan keadaan yang umum, Inilah madzhab Asy Syafiโ€™i. Sementara Ats Tsauri berkata: โ€œBahwa boleh saj orang yang belum haji, dia menghajikan orang lain selama tidak menyulitkannya.โ€  (โ€˜Aun Maโ€™bud, 5/174
Demikian. Wallahu a’lam

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผSebarkan! Raih Pahala…

Membaca Surat Pendek Tidak Sampai Akhir Dalam Shalat

๐Ÿ‘ณUstadz Menjawab
โœUst. DR. H. Saiful Bahri M.A

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ๐ŸŒน

Dari korma 02

Pertanyaan :

๐ŸŒปAssalamualaikum Ustadz…saya mau nanya ttg membaca surat pendek dlm sholat misalnya surat ‘basa tdk sampai selesai?

๐Ÿ…ฐ0โƒฃ8โƒฃ

_ Jawaban :
Waalaikumusalam.wr.wb.
Tidak ada
keharusan membaca surat sampai selesai di dalam shalat. Kalau untuk surah2 pendek seperti adh-dhuha sebaiknya sampai selesai.
Surah al-Baqarah dan surah2 panjang lainnya bisa dipakai dalam banyak rakaat. Demikian halnya surah Abasa.
Wallahu a’lam.

๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐ŸŒป๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐Ÿƒ๐ŸŒผ๐Ÿƒ

Dipersemabahkan Oleh :
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผ Sebarkan ! Raih pahala..

Haramkah Demokrasi?

๐Ÿ‘ณ๐ŸฝUstadz Menjawab
โœ’Ust. Farid Nu’man Hasan
==========================
๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐ŸŒบ๐Ÿƒ๐ŸŒบ

Assalaam’alaikum wrwb.
Afwan di group sebelah ada yg posting tulisan/artikel dibawah ini ๐Ÿ‘‡
Pertanyaan saya, bagaimana pandangan ustadz/ustadzah Manis tentang hal tersebut, sebab notabene saat ini banyak organisasi islam yg berjuang menegakkan khilafah dengan sarana Demokrasi.

Berikut artikelnya ๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡:

“Salut sama Ketua Umum MUI KH. Achef Noor Mubarak..
pikirannya jauh ke depan , bukan hanya mikirin halal haramnya suatu produk (madaniyah) tapi juga mikirin haram atau halalnya sebuah ideologi peradaban (Hadlarah) ๐Ÿ™‚ ^___^

Ketum MUI Tasikmalaya: Allah Melaknat Penegak Demokrasi.

Dalam bincang-bincangnya di aplikasi whatsapp grup MUI Tasikmalaya beberapa hari yang lalu, K.H. Achef Noor Mubarak (Ketua umum MUI Kota Tasikmalaya) menyampaikan haramnya demokrasi kepada anggota grup lain dalam dialog berbahasa arab.

Dalam dialog tersebut tampak K.H. Irvan Hilmi (Ponpes Bahrul Ulum Kota Awipari) bertanya tentang bagaimana sikap kita terhadap sistem politik dewasa ini.
Berikut kutipan dialog tersebut:

K.H. Achef (ketum MUI Kota Tasikmalaya) :
 ู„ุนู†ู‡ ุงู„ู„ู‡ ู„ู…ู† ุทุจู‚ ุงู„ุฏูŠู…ู‚ุฑุงุทูŠุฉ ูˆู…ู† ุชุจุนู‡ ุจุนุฏ ุธู‡ูˆุฑ ุงู„ุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ุงุณู„ุงู…ูŠุฉ ู„ุงู†ู‡ุง ุชู‡ุงุฌู… ุงู„ุดุฑูŠุนุฉ ูˆุชุธู„ู… ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆุชุฎุงุฏุน ุงู„ุชุงุณ ุนุงู…ุฉ ูˆุชุธู‡ุฑ ุงู„ูุณุงุฏ ูู‰ ุงู„ุจุฑ ูˆุงู„ุจุญุฑ ูˆุชูˆุฑุซ ุงู„ูู‚ุฑ ูู‰ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆุงู„ุฎู„ูˆุฏ ูู‰ ุงู„ู†ุงุฑ ูˆุชุฏุนูˆ ุนุฐุงุจ ุงู„ู„ู‡

Allah melaknat siapapun yang menerapkan demokrasi juga mereka yang mengikutinya setelah datang syari’at Islam, karena demokrasi menyerang syari’ah dan pola hidup umat Islam, menipu manusia secara umum dan menimbulkan kerusakan di daratan dan di lautan, juga mewariskan kefaqiran di dunia dan keabadian di neraka serta menantang adzab Allah.

K.H. Irvan Hilmi (Ponpes Bahrul Ulum Awipari) :
 ูˆู…ุงุฐุง ู†ูุนู„ ุŸ ู‡ู„ ุงู„ุงุจุชุนุงุฏ ุนู† ุงู„ุณูŠุงุณุฉ ู‡ูˆ ุงู„ุญู„ ุŸ ุงุฐุง ูƒุงู†ุช ุงู„ุณูŠุงุณูŠุฉ ู‡ูŠ ุงู„ุณุจูŠู„ ุงู„ูˆุญูŠุฏ ู„ู„ูˆุตูˆู„ ุงู„ู‰ ุงู„ุณูŠุงุฏุฉ ู…ุงุฐุง ุจูˆุณุนู†ุง ุงู† ู†ุชุฎุฐ ุบูŠุฑ ุงู„ุณูŠุงุณุฉ ุงู„ุฑุงู‡ู†ุฉ ุจุฏูŠู„ุง ุŸ

Lalu apa yang kita lakukan? Apakah harus menjauhi politik? Jika politik adalah jalan satu-satunya menuju kedaulatan, apakah kita bisa mengambil politik selain politik seperti sekarang ini?

K.H. Achef :
 ุงู„ุณูŠุงุณุฉ ู„ูŠุณุช ุจุงู„ุฏูŠู…ูˆู‚ุฑุงุทูŠุฉ ูˆุญุฏู‡ุง ุงุฐู† ุงู„ู‰ ุงูŠ ู…ุงุฐุง ู†ุญู† ุงู„ู…ุณู„ู…ูˆู† ู†ุณุนูŠ ุจุงู„ูˆู‚ุงุฑ ูˆููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ู‚ุฑุงุฑ ู…ุง ุฏู…ู†ุง ู†ุจุซุนุฏ ุนู† ุงู„ุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ุงุณู„ุงู…ูŠุฉ ุงู„ูƒุงูุฉ

Politik itu bukan satu-satunya dengan demokrasi. Jadi,kita ummat Islam akan berjalan dengan berwibawa dan dimasukkan ke dalam jannah selama kita tidak berpaling dari (perjuangan menerapkan) syari’at Islam secara kaaffah.

Demikian, mohon penjelasan ustadz/ustadzah.
Jazakumullaahu khairan. – A13-

==============================
๐ŸŒท Jawaban

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa Ba’d:

Itu adalah pendapat seseorang yang bisa diterima atau bisa ditolak. Semua tergantung sudut pandang terhadap demokrasi.

๐Ÿ“Œ Tidak ada yang mengingkari bahwa Demokrasi berasal dari luar Islam.

๐Ÿ“Œ Dahulu maknanya adalah pemerintahan rakyat (demos-kratos), di mana kedaulatan tertinggi di tangan rakyat. Jika seperti ini maka bertentangan dengan Islam, sebab kedaulatan tertinggi di tangan Allah Ta’ala.

๐Ÿ“ŒSaat ini, kata Syaikh Taufiq Yusuf Al Wa’iy, makna demokrasi telah menjadi lebih dari 300 makna. Masing-masing negara, masing-masing pemikir memiliki definisinya sendiri.

๐Ÿ“ŒIndonesia pun demokrasinya macam-macam, dengan makna yang juga tidak sama; demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan demokrasi pancasila.

๐Ÿ“ŒOleh karena itu, ketika definisi tidak ada yang baku dan disepakati, maka tidak bisa digebyah uyah keharamannya. Ketika sebuah air di gelas, tidak diketahui khamrkah, atau sirup, teh, .., maka tidak bisa langsung dihukumi haram. Definisi adalah pokok, sedangkan hukum darinya merupakan cabangnya. Cabang tidak akan muncul jika pokoknya belum ada. Oleh karena itu bara’atul ashliyah, kembali ke hukum awal.

๐Ÿ“Œ Jika demokrasi dilarang karena berasal dari negeri kafir, maka dia hanya sebuah alat perjuangan, bukan idiologi hidup, itu saja jangan sampai dilebihkan.

๐Ÿ“Œ Maka, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah menggunakan khandaq ketika perang Ahzab  yang merupakan peradaban Persia yang Majusi. Nabi pun pernah menggunakan stempel dalam surat da’wahnya ke raja-raja kafir, karena mengikuti mereka saat itu.

๐Ÿ“Œ Pembagian MADANIYAH dan HADHARAH adalah pembagian muhdats (baru), tidak ditemui dalam kitab-kitab para ulama. Jika dikatakan itu adalah ijtihad, maka yang lain pun juga berijtihad.

๐Ÿ“Œ Ulama bukan hanya Kiayi yang melaknat Demokrasi itu, dan itu tidak mewakili MUI mana pun kecuali dirinya sendiri dan yang semisal.  Justru MUI mengharamkan golput. Maka, ini merupakan menyempal dari MUI secara umum.

๐Ÿ“ŒUlama bukan hanya yang mengharamkan demokrasi,  ulama yang membolehkan memanfaatkan demokrasi pun juga banyak. Syaikh Al Qaradhawi, Syaikh Ahmad Raisuni, Syaikh Abdul Karim Zaidan, Syaikh Abdul Majid Az Zindani, Syaikh Ali Jum’ah, Syaikh Ahmad Thayyib, Syaikh Mahmud Syaltut, Syaikh Salim Bahsanawi, Syaikh Khalid Muhammad Khalid,  dan lainnya, belum lagi para ulama sejak masa MASYUMI sampai saat ini. Tentunya mereka bukan orang bodoh, mereka adalah guru para ulama, dan apakah kesesatan ini luput begitu saja dari mereka?

๐Ÿ“ŒSuara terbanyak tidak selalu salah dalam Islam. Oleh karena itu, ada istilah pendapat jumhur (mayoritas) ulama.

๐Ÿ“ŒPenentuan lokasi ghazwah Uhud, juga diputuskan suara terbanyak para pemuda saat itu

๐Ÿ“ŒPenyikapan terhadap tawanan Badar, juga mengikuti suara terbanyak yaitu pendapat Abu  Bakar, walau Allah Ta’ala membenarkan pendapat Umar.

๐Ÿ“Œ Ini menunjukkan bahwa, suara terbanyak bisa salah.  Ini juga menunjukkan bahwa sebagai sebuah mekanisme, suara terbanyak pernah ada pada masa awal Islam dan itu tidak terlarang

๐Ÿ“ŒJika Anda katakan, jangan samakan suara terbanyak para sahabat nabi dengan manusia saat  ini, maka jawabnya: manusianya memang tidak sama, dan tabiin pun tidak sama dengan mereka, bahkan sampai kapan pun tidak akan sama,  tapi mekanismenya yang sama. Itulah yang dibahas, bukan sedang membahas orangnya.

๐Ÿ“ŒMenang kalah ditentukan oleh suara terbanyak, bukan kebenaran, salah pun bisa menang jika dianut banyak orang. Itulah keluhan kita. Maka, yang kita lakukan adalah menshalihkan suara terbanyak itu. Da’wah mesti jalan terus agar suara mayoritas adalah suara orang-orang baik. Sehingga kalah atau menang, maka yang menang shalih dan yang kalah juga shalih.

๐Ÿ“Œ Islam membenci pemimpin diktator, banyak hadits yang mengancamnya, bahkan pemimpin yg  dibenci oleh kaumnya shalatnya tidak diterima. Demokrasi juga menolak otoritarianisme kepemimpinan.

๐Ÿ“ŒTapi, kita akui tidak sama antara Islam dengan Demokrasi yang di kenal Barat.

๐Ÿ“ŒBarat itu demokrasi dengan kebebasan sebebas-bebasnya, Islam mengakui kebebasan tapi terikat syariat.

๐Ÿ“ŒBarat itu demokrasi yang duniawi saja, Islam memandang semua perilaku manusia ada tanggungjawab akhirat, sehingga tidak ada menghalalkan segala cara.

๐Ÿ“Œ Jika disederhanakan, bahwa demokrasi adalah mekanisme memilih pemimpin atau majelis niyabah (perwakilan), maka banyak ulama hari ini yang membolehkannya.

๐Ÿ“Œ Fatwa-fatwa Ulama Tentang Pemilu

1. Asy Syaikh Dr. Abdullah Al-Faqih Hafizhahullah.
Beliau ditanya tentang hukum mencalonkan diri dalam parlemen untuk maslahat kaum muslimin, dan hukum memilih partai sekuler, Beliau menjawab:

ูุฅู†ู‡ ู„ุง ูŠุฌูˆุฒ ุงู„ุชุนุงูˆู† ู…ุน ุงู„ุฃุญุฒุงุจ ุงู„ุนู„ู…ุงู†ูŠุฉ ูˆุงู„ุดูŠูˆุนูŠุฉุŒ ู„ู…ุง ุชุนุชู‚ุฏู‡ ู…ู† ุฃููƒุงุฑ ุฅู„ุญุงุฏูŠุฉุŒ ูุฅู† ุงู„ุชุฑุฌู…ุฉ ุงู„ุตุญูŠุญุฉ ู„ู„ุนู„ู…ุงู†ูŠุฉ ู‡ูŠ: ุงู„ู„ุงุฏูŠู†ูŠุฉ ุฃูˆ ุงู„ุฏู†ูŠูˆูŠุฉุŒ ูˆู…ุฏู„ูˆู„ ุงู„ุนู„ู…ุงู†ูŠุฉ ุงู„ู…ุชูู‚ ุนู„ูŠู‡ ูŠุนู†ูŠ ุนุฒู„ ุงู„ุฏูŠู† ุนู† ุงู„ุฏูˆู„ุฉ ูˆุญูŠุงุฉ ุงู„ู…ุฌุชู…ุนุŒ ูƒู…ุง ุฃู† ู…ุนู†ู‰ ุงู„ุดูŠูˆุนูŠุฉ ูŠู‚ูˆู… ุนู„ู‰ ุฃุณุงุณ ุชู‚ุฏูŠุณ ุงู„ู…ุงุฏุฉุŒ ูˆุฃู†ู‡ุง ุฃุณุงุณ ูƒู„ ุดูŠุกุŒ ูƒู…ุง ุฃู†ู‡ ู…ุฐู‡ุจ ููƒุฑูŠ ูŠู‚ูˆู… ุนู„ู‰ ุงู„ุฅู„ุญุงุฏุŒ ูˆุนุฏู… ุงู„ุงุนุชุฑุงู ุจุฑุจ ุงู„ุฃุฑุถ ูˆุงู„ุณู…ุงูˆุงุชุŒ ุฃู…ุง ุนู† ุฏุฎูˆู„ ุงู„ู…ุฌุงู„ุณ ุงู„ู†ูŠุงุจูŠุฉ ุนู† ุทุฑูŠู‚ ุงู„ุงู†ุชุฎุงุจุงุช ูˆุบูŠุฑู‡ุงุŒ ูุงู„ุฃุตู„ ุฃู† ู†ูุน ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ุจุฃูŠ ูˆุณูŠู„ุฉ ู„ุง ุชุคุฏูŠ ุฅู„ู‰ ุงู„ุฅุซู… ุฃู…ุฑ ู…ุดุฑูˆุน ููŠ ุงู„ุฌู…ู„ุฉุŒ ูู…ู† ูƒุงู†ุช ู†ูŠุชู‡ ุจุงู„ุชุฑุดูŠุญ ู„ู‡ุฐู‡ ุงู„ู…ุฌุงู„ุณ ุฎุฏู…ุฉ ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆุชุญุตูŠู„ ุญู‚ูˆู‚ู‡ู…ุŒ ูู„ุง ู†ุฑู‰ ู…ุงู†ุนุงู‹ ู…ู† ุฐู„ูƒุŒ ูˆู‚ุฏ ุจูŠู†ุง ุฐู„ูƒ ุจุฅุฐู† ุงู„ู„ู‡ ููŠ ุงู„ูุชูˆู‰ ุฑู‚ู…:

Tidak boleh bekerjasama dengan partai-partai sekuler dan komunis, karena dasar pemikiran mereka adalah anti Tuhan. Penjelasan yang benar tentang sekulerisme adalah anti agama, dan yang disepakati tentang sekulerisme adalah menghapuskan agama dari negara dan kehidupan masyarakat. Sebagaimana makna komunisme yang merupakan pemikiran yang didasari sikap pemujaan kepada materi, dan materialisme merupakan pondasi semuanya, sama halnya dengan pemikiran yang ditegakkan oleh atheis, yang menghilangkan sama sekali pengakuan atas adanya Tuhannya bumi dan langit.

Ada pun masuk ke dalam majelis perwakilan (parlemen) melalui jalan pemilu dan selainnya, maka pada dasarnya melahirkan manfaat bagi kaum muslimin dengan cara apa saja yang tidak membawa pada dosa, itu merupakan cara yang diperintahkan syariat secara umum. Maka, siapa saja yang niat pencalonannya adalah untuk melayani kaum muslimin dan mengambil hak-hak mereka, maka kami memandang hal itu tidak terlarang. Kami telah jelaskan hal ini, dengan izin Allah, dalam fatwa No. 5141. (Fatawa Asy-Syabakah Al-Islamiyah,1/565)

Beliau juga menasihati agar tidak sembarang memakai fatwa ulama sebuah negara untuk keadaan di negara lain, khususnya tentang larangan ikut serta dalam pemilu, karena masing-masing negara punya keadaan yang tidak sama. Maka, adalah hal aneh memaksakan pendapat ulama yang mengharamkan pemilu di negerinya, untuk diberlakukan disemua negara muslim. Dalam masalah ini dibutuhkan pemahaman tahqiqul manath, kecerdasan berfiqih, bukan asal comot fatwa ulama, sebagaimana yang dilakukan banyak para pemuda yang semangat beragama, tapi mereka laksana Ar-Ruwaibidhah
zaman ini. Ar-Ruwaibidhah adalah orang bodoh tapi sok membicarakan urusan orang banyak.

Asy Syaikh mengatakan:

ู„ุฃู† ู…ุจู†ู‰ ุงู„ุฃู…ุฑ ุนู†ุฏุฆุฐ ุนู„ู‰ ูู‚ู‡ ุงู„ู…ุตุงู„ุญ ูˆุงู„ู…ูุงุณุฏุŒ ูˆุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… ู…ู† ูƒู„ ุจู„ุฏ ู‡ู… ุฃู‚ุฏุฑ ุงู„ู†ุงุณ ุนู„ู‰ ุชู‚ุฏูŠุฑ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุฃู…ูˆุฑุŒ ูุฅู†ู‡ู… ุฃุฏุฑู‰ ุจู…ู„ุงุจุณุงุช ุจู„ุงุฏู‡ู… ูˆุฃุญูˆุงู„ู‡ุง

Dikarenakan masalah ini dibangun atas dasar pemahaman maslahat dan mafsadat (kerusakan), dan setiap ulama di masing-masing negara adalah pihak yang paling tahu tentang ukuran hal-hal tersebut (maslahat dan mafsadat), dan mereka juga mengetahui keadaan negerinya dan hal-hal seputarnya. (Ibid, 7/4)

2. Asy Syaikh Dr. Ahmad bin Muhammad Al-Khudhairi (Ulama Saudi, Anggota Haiโ€™ah At Tadris di Universitas Islam Imam Muhammad bin Suโ€™ud, Riyadh.
Beliau ditanya tentang kaum muslimin yang tinggal di Barat, bolehkah ikut pemilu di sana yang nota bene calon-calonnya adalah kafir.

ุงู„ู…ุณู„ู…ูˆู† ุงู„ุฐูŠู† ูŠุนูŠุดูˆู† ููŠ ุจู„ุงุฏ ุบูŠุฑ ุฅุณู„ุงู…ูŠุฉ ูŠุฌูˆุฒ ู„ู‡ู… ุนู„ู‰ ุงู„ุตุญูŠุญ ุงู„ู…ุดุงุฑูƒุฉ ููŠ
ุงู†ุชุฎุงุจ ุฑุฆูŠุณ ู„ู„ุจู„ุงุฏ ุฃูˆ ุงู†ุชุฎุงุจ ุฃุนุถุงุก ุงู„ู…ุฌุงู„ุณ ุงู„ู†ูŠุงุจูŠุฉ ุฅุฐุง ูƒุงู† ุฐู„ูƒ ุณูŠุญู‚ู‚ ู…ุตู„ุญุฉ ู„ู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ุฃูˆ ูŠุฏูุน ุนู†ู‡ู… ู…ูุณุฏุฉุŒ ูˆูŠุญุชุฌ ู„ุฐู„ูƒ ุจู‚ูˆุงุนุฏ ุงู„ุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ุนุงู…ุฉ ุงู„ุชูŠ ุฌุงุกุช ุจุชุญู‚ูŠู‚
ุงู„ู…ุตุงู„ุญ ูˆุฏุฑุก ุงู„ู…ูุงุณุฏุŒ ูˆุงุฎุชูŠุงุฑ ุฃู‡ูˆู† ุงู„ุดุฑูŠู†ุŒ ูˆุนู„ู‰ ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ู‡ู†ุงูƒ ุฃู† ูŠู‚ูˆู…ูˆุง ุจุชู†ุธูŠู…
ุฃู†ูุณู‡ู… ูˆุชูˆุญูŠุฏ ูƒู„ู…ุชู‡ู… ู„ูƒูŠ ูŠูƒูˆู† ู„ู‡ู… ุชุฃุซูŠุฑ ูˆุงุถุญ ูˆุญุถูˆุฑ ูุงุนู„ ูŠุคุฎุฐ ููŠ ุงู„ุญุณุจุงู† ุนู†ุฏ
ุงุชุฎุงุฐ ุงู„ู‚ุฑุงุฑุงุช ุงู„ู‡ุงู…ุฉ ุงู„ุชูŠ ุชุฎุต ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ููŠ ุชู„ูƒ ุงู„ุจู„ุงุฏ ุฃูˆ ุบูŠุฑู‡ุง.

Kaum muslimin yang tinggal di negeri non-muslim, menurut pendapat yg benar adalah boleh berpartisipasi dalam pemilihan presiden di berbagai negara, atau memilih anggota majelis perwakilan jika hal itu dapat menghasilkan maslahat bagi kaum muslimin atau mencegah kerusakan bagi mereka. Dan, hujjah dalam hal ini adalah adanya berbagai kaidah syariat umum yang memang mendatangkan berbagai maslahat dan mencegah berbagai kerusakan, dan memilih yang lebih ringan di antara dua keburukan, dan mestilah bagi kaum muslimin di sana mengatur diri mereka, menyatukan kalimat mereka, agar mereka memperoleh pengaruh yang jelas. Kehadiran mereka bisa memberikan kontribusi atas berbagai keputusan-keputusan penting khususnya bagi kaum muslimin di negeri itu dan lainnya. (Fatawa Istisyarat Al-Islam Al-Yaum, 4/506)

3. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah.
Beliau ditanya tentang pemilu di Kuwait, yang diikuti oleh para aktifis Islam, Beliau menjawab:

ุฃู†ุง ุฃุฑู‰ ุฃู† ุงู„ุงู†ุชุฎุงุจุงุช ูˆุงุฌุจุฉ, ูŠุฌุจ ุฃู† ู†ุนูŠู† ู…ู† ู†ุฑู‰ ุฃู† ููŠู‡ ุฎูŠุฑุงู‹, ู„ุฃู†ู‡ ุฅุฐุง ุชู‚ุงุนุณ ุฃู‡ู„ ุงู„ุฎูŠุฑ ู…ู† ูŠุญู„ ู…ุญู„ู‡ู…ุŸ ุฃู‡ู„ ุงู„ุดุฑ, ุฃูˆ ุงู„ู†ุงุณ ุงู„ุณู„ุจูŠูˆู† ุงู„ุฐูŠู† ู„ูŠุณ ุนู†ุฏู‡ู… ู„ุง ุฎูŠุฑ ูˆู„ุง ุดุฑ, ุฃุชุจุงุน ูƒู„ ู†ุงุนู‚, ูู„ุงุจุฏ ุฃู† ู†ุฎุชุงุฑ ู…ู† ู†ุฑุงู‡ ุตุงู„ุญุงู‹
ูุฅุฐุง ู‚ุงู„ ู‚ุงุฆู„: ุงุฎุชุฑู†ุง ูˆุงุญุฏุงู‹ ู„ูƒู† ุฃุบู„ุจ ุงู„ู…ุฌู„ุณ ุนู„ู‰ ุฎู„ุงู ุฐู„ูƒ, ู†ู‚ูˆู„: ู„ุง ุจุฃุณ, ู‡ุฐุง ุงู„ูˆุงุญุฏ ุฅุฐุง ุฌุนู„ ุงู„ู„ู‡ ููŠู‡ ุจุฑูƒุฉ ูˆุฃู„ู‚ู‰ ูƒู„ู…ุฉ ุงู„ุญู‚ ููŠ ู‡ุฐุง ุงู„ู…ุฌู„ุณ ุณูŠูƒูˆู† ู„ู‡ุง ุชุฃุซูŠุฑ

Saya berpendapat, bahwa mengikuti pemilu adalah wajib, wajib bagi kita memberikan pertolongan kepada orang yang kita nilai memiliki kebaikan, sebab jika orang-orang baik tidak ikut serta, maka siapa yang menggantikan posisi mereka? Orang-orang buruk, atau orang-orang yang tidak jelas keadaannya, orang baik bukan, orang jahat juga bukan, yang asal ikut saja semua ajakan. Maka, seharusnya kita memilih orang-orang yang kita pandang adanya kebaikan. Jika ada yang berkata: โ€œKita memilih satu orang tetapi kebanyakan seisi majelis adalah orang yang menyelesihinya.โ€ Kami katakan: โ€œTidak apa-apa, satu orang ini jika Allah jadikan pada dirinya keberkahan, dan dia bisa menyatakan kebenaran di majelis tersebut, maka itu akan memiliki dampak baginya.โ€ (Liqa Bab Al-Maftuuh kaset No. 211)

4. Syaikh Abdul Muhsin Al-Ubaikan Hafizhahullah.
Beliau ditanya tentu ikut memberikan suara dalam pemilu sebagai berikut:

ุงู„ุณุคุงู„ : ุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูˆ ุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆ ุจุฑูƒุงุชู‡ ูƒูŠู ุญุงู„ูƒ ูŠุงุดูŠุฎ ูŠุง ุดูŠุฎ ุนู†ุฏูŠ ุณุคุงู„ ูˆู‡ูˆ ููŠู…ุง ูŠุชุนู„ู‚ ุจุงู„ุฅู†ุชุฎุงุจุงุช ู‡ู„ ู†ู†ุชุฎุจ ุฃูˆ ู„ุง ูˆุฃุฑุฌูˆ ุงู† ุชูˆุถุญูˆ ู„ูŠ ู…ุฑููˆู‚ูŠู† ุจุงู„ุฏู„ูŠู„ ุฃูุชูˆู†ูŠ ู…ุฃุฌูˆุฑูŠู† ุฅู† ุดุงุก ุงู„ู„ู‡ ูˆุงุฑุฌูˆ ุฃู† ูŠูƒูˆู† ููŠ ุงู‚ุฑุจ ูˆู‚ุช ู„ุฃู†ู‡ุง ู„ุง ุชุจู‚ู‰ ุนู„ูŠู‡ุง ุฅู„ุง 7 ุฃูŠุงู… ูู‚ุท ูˆุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูˆ ุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆ ุจุฑูƒุงุชู‡
ุงู„ุฅุฌุงุจุฉ:
ูˆุนู„ูŠูƒู… ุงู„ุณู„ุงู… ูˆุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡. ุงู„ุฏุฎูˆู„ ููŠ ุงู„ุงู†ุชุฎุงุจุงุช ู…ุทู„ูˆุจ ุญุชู‰ ู„ุง ูŠุฃุชูŠ ุฃู‡ู„ ุงู„ุดุฑ ููŠุณุชุบู„ูˆู† ู‡ุฐู‡ ุงู„ู…ู†ุงุตุจ ู„ุจุซ ุดุฑูˆุฑู‡ู… ูˆู‡ุฐุง ู…ุง ูŠูุชูŠ ุจู‡ ุณู…ุงุญุฉ ุงู„ุดูŠุฎ ุงุจู† ุจุงุฒ ูˆุงู„ุนู„ุงู…ุฉ ุงู„ุดูŠุฎ ุงุจู† ุนุซูŠู…ูŠู† ุฑุญู…ู‡ู… ุงู„ู„ู‡

Pertanyaan: Assalamu โ€˜Alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh. Apa kabar Syaikh, Ya Syaikh saya ada pertanyaan terkait pemilu, apakah kita mesti ikut pemilu? Saya harap Anda menjelaskan  dengan dalil-dalil, semoga Allah Taโ€™ala memberikan pahala-Nya. Was Salamu โ€˜Alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh.
Jawaban:
Wa โ€˜AlaikumSalam wr wb.
Berpartisipasi dalam pemilu adalah suatu hal yang dituntut untuk dilakukan supaya orang yang jahat tidak bisa menjadi anggota dewan untuk menyebarluaskan kejahatan mereka. Inilah yang difatwakan oleh Ibnu Baz dan Ibnu Utsaiminโ€. (Sumber:http://al-obeikan.com/show_fatwa/619.html)

5. Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah.
Al Lajnah Ad-Daimah
adalah lembaga fatwa kerajaan Arab Saudi, fatwa ini dikeluarkan ketika masih diketuai oleh Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz
Rahimahullah. Mereka ditanya tentang hukum ikut pemilu di sebuah negeri yang negaranya tidak memakai hukum Allah Taโ€™ala. Mereka menjawab:

ู„ุง ูŠุฌูˆุฒ ู„ู„ู…ุณู„ู… ุฃู† ูŠุฑุดุญ ู†ูุณู‡ ุฑุฌุงุก ุฃู† ูŠู†ุชุธู… ููŠ ุณู„ูƒ ุญูƒูˆู…ุฉ ุชุญูƒู… ุจุบูŠุฑ ู…ุง ุฃู†ุฒู„ ุงู„ู„ู‡ุŒ ูˆุชุนู…ู„ ุจุบูŠุฑ ุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ุฅุณู„ุงู…ุŒ ูู„ุง ูŠุฌูˆุฒ ู„ู…ุณู„ู… ุฃู† ูŠู†ุชุฎุจู‡ ุฃูˆ ุบูŠุฑู‡ ู…ู…ู† ูŠุนู…ู„ูˆู† ููŠ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุญูƒูˆู…ุฉุŒ ุฅู„ุง ุฅุฐุง ูƒุงู† ู…ู† ุฑุดุญ ู†ูุณู‡ ู…ู† ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆู…ู† ูŠู†ุชุฎุจูˆู† ูŠุฑุฌูˆู† ุจุงู„ุฏุฎูˆู„ ููŠ ุฐู„ูƒ ุฃู† ูŠุตู„ูˆุง ุจุฐู„ูƒ ุฅู„ู‰ ุชุญูˆูŠู„ ุงู„ุญูƒู… ุฅู„ู‰ ุงู„ุนู…ู„ ุจุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ุฅุณู„ุงู…ุŒ ูˆุงุชุฎุฐูˆุง ุฐู„ูƒ ูˆุณูŠู„ุฉ ุฅู„ู‰ ุงู„ุชุบู„ุจ ุนู„ู‰ ู†ุธุงู… ุงู„ุญูƒู…ุŒ ุนู„ู‰ ุฃู„ุง ูŠุนู…ู„ ู…ู† ุฑุดุญ ู†ูุณู‡ ุจุนุฏ ุชู…ุงู… ุงู„ุฏุฎูˆู„ ุฅู„ุง ููŠ ู…ู†ุงุตุจ ู„ุง ุชุชู†ุงูู‰ ู…ุน ุงู„ุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ุฅุณู„ุงู…ูŠุฉ.

Tidak boleh bagi seorang muslim mencalonkan dirinya, dengan itu dia ikut dalam sistem pemerintahan yang tidak menggunakan hukum Allah, dan menjalankan bukan syariat Islam. Maka tidak boleh bagi seorang muslim memilihnya atau selainnya yang bekerja untuk pemerintahan seperti ini, KECUALI jika orang yang mencalonkan diri itu berasal dari kaum muslimin dan para pemilih mengharapkan masuknya dia ke dalamnya sebagai upaya memperbaiki agar dapat berubah menjadi pemerintah yang berhukum dengan syariat Islam, dan mereka menjadikan hal itu sebagai cara untuk mendominasi sistem pemerintahan tersebut. Hanya saja orang yang mencalonkan diri tersebut, setelah dia terpilih tidaklah menerima jabatan kecuali yang sesuai saja dengan syariat Islam. (Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah No. 4029, ditanda tangani oleh Syaikh bin Baaz, Syaikh Abdurrazzaq โ€˜Afifi, Syaikh Abdullah Ghudyan, Syaikh Abdullah bin Quโ€™ud)

6. Fatwa Al-Majmaโ€™ Al-Fiqhi Al-Islami, dalam pertemuan ke 19 Rabithah โ€˜Alam Islami, di Mekkah Pada 22-17 Syawwal 1428H (3-8 November 2007M).
Mereka menelurkan fatwa bahwa hukum pemilu tergantung keadaan di sebuah Negara, di antaranya:

 ู…ุดุงุฑูƒุฉ ุงู„ู…ุณู„ู… ููŠ ุงู„ุงู†ุชุฎุงุจุงุช ู…ุน ุบูŠุฑ ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ููŠ ุงู„ุจู„ุงุฏ ุบูŠุฑ ุงู„ุฅุณู„ุงู…ูŠุฉ ู…ู† ู…ุณุงุฆู„ ุงู„ุณูŠุงุณุฉ ุงู„ุดุฑุนูŠุฉ ุงู„ุชูŠ ูŠุชู‚ุฑุฑ ุงู„ุญูƒู… ููŠู‡ุง ููŠ ุถูˆุก ุงู„ู…ูˆุงุฒู†ุฉ ุจูŠู† ุงู„ู…ุตุงู„ุญ ูˆุงู„ู…ูุงุณุฏุŒ ูˆุงู„ูุชูˆู‰ ููŠู‡ุง ุชุฎุชู„ู ุจุงุฎุชู„ุงู ุงู„ุฃุฒู…ู†ุฉ ูˆุงู„ุฃู…ูƒู†ุฉ ูˆุงู„ุฃุญูˆุงู„.

Partisipasi seorang muslim dalam pemilu bersama non-muslim di negeri non-muslim, termasuk  permasalahan As-Siyasah Asy Syarโ€™iyah yang ketetapan hukumnya didasarkan sudut pandang pertimbangan antara maslahat dan kerusakan, dan fatwa tentang masalah ini berbeda-beda sesuai perbedaan zaman, tempat, dan situasi. (selesai kutipan)

Jadi, tidak benar memutlakan keharamannya, sebagaimana tidak benar memutlakan kebolehannya, semuanya disesuaikan dengan situasi yang berbeda-beda. Di negeri Indonesia, inilah cara yang paling mungkin berpartisipasi bagi seorang muslim untuk memperbaiki keadaan pemerintahan negaranya. Di tambah lagi, negeri ini masih negeri muslim, bukan negeri kafir walau sistem dan hukum yang berlaku belum Islami.

Dan, masih banyak lagi fatwa para ulama yang membolehkan pemilu dan semisalnya.

Hendaknya seorang muslim menahan lisannya dari memaki-maki kepada yang berbeda dengan mereka.
Demikian. Wallahu A’lam

๐Ÿ€๐ŸŒธ๐ŸŒผ๐Ÿ„๐Ÿ€๐ŸŒธ๐ŸŒผ๐Ÿ„๐Ÿ€

Dipersembahkan oleh:
www.iman-islam.com

๐Ÿ’ผ Sebarkan! Raih Pahala..