Karakter munafiq dalam Surat Al-Munafiqun, ayat 9-11.

Ustadz Noorahmat

Karakter munafiq dalam Surat Al-Munafiqun, ayat 9-11.

◈ Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakaatuhu.

◈ Adik-adik MFT yang disayang Allah Ar-Rahmaan…
Alhamdulillah kita bertemu kembali hari ini. Dalam kesempatan ini kita akan membahas Bagian akhir kelanjutan tafsir dari QS. Al-Munafiquun. Surat ke 63 dan bagian dari Juz 28.

◈ Mempersingkat tulisan, kita langsung saja ya….

◈ Adik-adik yang dirahmati Allah Ar-Rahiim, kita lanjutkan pembahasan QS. Al-Munafiquun, dengan menyampaikan ayat 9-11 dari surat ini…

⇨ Allah Azza wa Jalla berfirman

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.”

وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

◈ Adik-adik yang dirahmati Allah…
⇨ Pada ayat ke-9, Allah Azza wa Jalla memerintahkan kepada kita hamba-hamba-Nya yang beriman untuk banyak berzikir mengingat-Nya, dan melarang kita semua untuk menyibukkan diri dengan harta dan anak-anak sehingga melupakan zikir kepada Allah. Dan juga Allah memberitahukan kepada mereka bahwa barang siapa yang terlena dengan kesenangan dunia dan perhiasannya hingga melupakan ketaatan kepada Tuhannya dan mengingat-Nya yang merupakan tujuan utama dari penciptaan dirinya, maka sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang merugi. Yakni merugikan dirinya sendiri dan keluarganya kelak di hari kiamat.

⇨ Lalu bagaimana kalau belum bekerja dan juga belum punya anak? Adik-adik MFT tentunya belum menikah bukan? Nah pada saat ini, sebenarnya fitnah dunia yang membuat adik-adik berpotensi termasuk golongan orang-orang yang merugi adalah ketika adik-adik sekalian tersilapkan dengan aktifitas yang melalaikan dari aktifitas taqarrub ilallah. Misalnya main game berlebihan, chat di social media hingga lupa waktu, ngulik gadget hingga lupa waktu belajar de el el… InsyaAllah adik-adik sekalian bisa selamat dari gangguan-gangguan tersebut.

⇨ Kemudian Allah Azza wa Jalla menganjurkan mereka untuk berinfak dijalan ketaatan kepada-Nya. Untuk itu Allah berfirman di ayat ke-10 dari QS. Al-Munafiqun:

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.”

◈ Adik-adik yang dirahmati Allah Ar Rahmaan…
⇨ Setiap manusia yang melalaikan kewajiban pasti akan merasa menyesal di saat meregang nyawanya ketika waktu itu tiba, dan meminta agar usianya diperpanjang sekalipun hanya sebentar untuk bertobat dan menyusul semua amal yang dilewatkannya. Namun adik-adik….alangkah jauhnya, karena memang pada akhirnya masing-masing orang akan menyesali kelalaiannya.

⇨ Lalu bagaimanakah kondisi orang-orang kafir? Keadaan mereka adalah sebagaimana disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam surat Ibrahim:

وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ

“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim, “Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikan kami ke dunia) walaupun sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Kepada mereka dikatakan), “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?.” (QS. Ibrahim: 44)

⇨ Dan juga Allah Azza wa Jalla sebutkan dalam QS. Al-Mu’minun:

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu) hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku(ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mu’minun: 99-100)

⇨ Lalu apakah kemudian datangnya maut dapat ditangguhkan? Baik bagi mu’min, munafiq ataupun orang-orang kafir? Tentu tidak…. Karenanya kemudian Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun: 11)

⇨ Yakni tidak memberi tangguh kepada siapapun bila memang telah datang saat ajalnya sesuai yang dijadwalkan. Dan Dia mengetahui terhadap orang yang berkata sejujurnya dalam permintaannya dari kalangan orang-orang yang seandainya dikembalikan niscaya akan mengulangi perbuatan jahat yang sebelumnya Karena itulah Allah Azza wa Jalla menegaskan di akhir ayat ini:

وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

⇨ Tentang tuntasnya usia dan tiadanya penambahan waktu bila telah datang malaikat maut pencabut nyawa, dijelaskan dalam hadits berikut.

وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا ابْنُ نُفَيل، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَطَاءٍ، عَنْ مَسْلَمَةَ الْجُهَنِيِّ، عَنْ عَمِّهِ -يَعْنِي أَبَا مَشْجَعَةَ بْنِ رِبْعِي-عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: ذَكَرْنَا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الزِّيَادَةَ فِي الْعُمْرِ فَقَالَ: ” إِنَّ اللَّهَ لَا يُؤَخِّرُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجْلُهَا، وَإِنَّمَا الزِّيَادَةُ فِي الْعُمْرِ أَنْ يَرْزُقَ اللَّهُ العبدَ ذُرية صَالِحَةً يَدْعُونَ لَهُ، فَيَلْحَقُهُ دُعَاؤُهُمْ فِي قَبْرِهِ”

“Bin Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Bin Nufail, telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Ata, dari Maslamah Al-Juhani, dari pamannya (yakni Abu Misyja’ah bin Rib’i), dari Abu Darda r.a. yang mengatakan bahwa kami membincangkan tentang penambahan usia di hadapan Rasulullah SAW Maka beliau SAW bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan menangguhkan usia seseorang apabila telah tiba saat ajalnya. Sesungguhnya penambahan usia itu hanyalah bila Allah memberi kepada seseorang hamba keturunan yang saleh yang mendoakan untuknya, maka doa mereka sampai kepadanya di alam kuburnya.”

◈ Nah adik-adik MFT yang disayang Allah Azza wa Jalla…

◈ Demikianlah akhir tafsir surat Al-Munafiqun, segala puji dan karunia adalah milik Allah, dan hanya kepada-Nya dimohonkan taufik dan pemeliharaan. Semoga kita semua mampu mengoptimalkan waktu yang diberikan oleh Allah Azza wa Jalla untuk menghirup udara dan beramal sesuai yang diperintahkan Allah Ta’ala, sekaligus sekuat tenaga meninggalkan segala sesuatu yang dilarang Allah Ta’ala.

◈ InsyaAllah kita bertemu kembali pekan depan dengan kajian tafsir dari surat-surat pilihan lainnya.

◈ Wassalam..


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678

PARADIGMA

Ustadzah Dina & Tim

PARADIGMA

◈ Yang Kamu Dapatkan Adalah Apa Yang Kamu Lihat ◈

◎ Apa kabar semuanya?
semoga kita semua selalu dalam iman Islam dan Allah mencurahkan Rahmat-Nya.
Aamiin.

◎ Kali ini materi psikologi tentang paradigma. Siapa yang tahu tentang Paradigma..??

Yukk kita kupas tentang Paradigma.

⇨ Paradigma adalah cara kamu memandang sesuatu, termasuk didalamnya cara pandanganmu tentang diri sendiri, teman dan kehidupan.

⇨ Paradigma seperti kacamata. Kalau punya paradigma yang tidak lengkap tentang diri sendiri dan kehidupan, sama seperti mengenakan kacamata yang keliru ukurannya. Lensa akan mempengaruhi bagaimana kamu melihat segalanya. Akibatnya, yang kamu dapatkan adalah apa yang kamu lihat. Kalau kamu percaya bahwa kurang pandai, keyakinan itu akan menjadikan dirimu kurang pandai. Sebaliknya, kalau kamu percaya diri ini mampu dan memiliki potensi untuk meraih sebuah kesuksesan maka keyakinan itu akan mewarnai apapun yang kamu lakukan.

◈◈◈◈◈◈◈◈◈◈◈◈◈◈◈◈◈◈◈◈◈◈◈

⇨ Seperti yang diungkapkan tadi bahwa paradigma mencakup tiga hal yaitu paradigma diri sendiri, orang lain dan kehidupan yukk dikupas satu per satu

◈ Paradigma tentang diri sendiri.

Ada sebuah cerita seorang wanita yang mampu merubah paradigma tentang dirinya karena keberanian mengambil keputusan. Sebutlah wanita tersebut bernama Fulana. Fulana ini sering kali merasa tidak PD. Fulana sering menyalahkan tubuhnya yang mungil, hidungnya yang pesek, jumlah teman yang sedikit dan lainnya. Takdir ortunya yang berasal dari golongan ekonomi bawah juga Fulana persalahkan. Alhasil, Fulana mudah tersinggung karena Paradigma tentang dirinya negatif. Suatu hari Guru BK memanggil nya untuk sekedar ngobrol-ngobrol. obrolan dengan Guru BK menghasilkan saran untuk  Fulana mengikuti lomba debat bahasa Inggris. wow…. Fulana langsung terkejut dan menolak. Fulana menganggap tak mampu tampil, tak mampu bicara di depan umum dan tak mampu lainnya menurut paradigma Fulana. Tapi, Guru BK tersebut meminta dengan hormat mengikuti lomba debat bahasa Inggris. Fulana tak mampu lagi menolak, di ikuti lomba tersebut. Singkat cerita Fulana tidak berhasil memenangkan lomba. Juara harapan pun tidak tetapi ada yang berubah dari paradigma Fulana. Fulana merasa dirinya memiliki kelebihan. Fulana merasa dirinya tidak seburuk yang dipikirkan. Fulana pun mengubah “kacamata” dirinya dengan “kacamata” baru.

◈ Paradigma tentang orang lain.

Alkisah Fulan memiliki teman bernama Abdullah. Fulan menilai Abdullah ini sosok yang biasa dan jauh dari nilai nilai agama. Fulan menilai Abdullah terkadang telat menuju masjid dikala shubuh. Tetapi Fulan masih berteman dengan Abdullah karena salah satu sifat Abdullah yang mau mendengarkan berbagai persoalan Fulan selama ini.
Suatu hari Fulan menginap di rumah Abdullah. Karena ada tugas kelompok yang harus dikebutt…Fulan berpikir lebih baik menginap di rumah Abdullah supaya cepat kelar…
Malam itu benar2 melelahkan bagi Fulan dan Abdullah dalam mengerjakan tugas. Jam 00:00 tugas bisa terselesaikan. Kemudian Fulan tidur. Dering alarm HP Fulan berbunyi, menandakan waktu untuk tahajjud. Sekedar membuka mata sedikit untuk melihat jarum jam. Masih jam 02:45. Tidur sejenak 10-15 menit masih bisa. Dering kedua alarm berbunyi lagi dan adzan shubuh berkumandang. Fulan langsung terbangun dan bersegera berwudhu. Menuju kamar mandi Fulan melihat Abdullah sedang membantu ibunya menyiapkan jualan sayur mayur keliling. Apa ini yang dilakukan Abdullah sebelum shubuh? Sejenak Fulan bertanya ke Abdullah..
“Dul,bangun jam berapa tadi?”
“Jam tiga lan”
“Kok aku gak dibangunin”
“Udah aku Panggil tapi kamu tetap tidur, ya udah aku tahajjud dulu trus bantu ibu”
“Gak ngantuk Dul?”
“Dah biasa lan, tiap hari begini”
Dan Fulan langsung menuju kamar mandi untuk berwudhu. Fulan merasa ada yang salah dalam memandang Abdullah selama ini.
Perlunya bertabayun dengan cara yang tepat untuk memilliki paradigma yang tepat.

◈ Paradigma tentang kehidupan.

Terkadang diri ini hanya terpusat pada satu hal misalnya:hanya terpusat dengan teman, barang, hoby, sekolah, dll. Sehingga lupa akan hal-hal lain yang mampu mengubah paradigma. Informasi, gagasan dan pandangan baru tanpa tabayun yang tepat, tetap tidak mampu mengubah paradigma. Alhasil, kehidupan begitu2 saja. Flat…. tanpa kemajuan bahkan seperti katak dalam tempurung. Keluarlah dari zona nyaman dan berjalanlah sesuai dengan prinsip islam untuk menemukan kehidupan yang lebih baik.

Khathib Jum’at Melawak

Ustadz Farid Nu’man Hasan

Khathib Jum’at Melawak

Assalamu’alaikum.. Ustadz Farid Nu’man Hasan -semoga Allaah SWT senantiasa menjaga Ustadz sekeluarga. Ana mau bertanya,

1. Bagaimana dengan Khatib Shalat Jum’at yang bercerita lucu sampai membuat sebagian besar jama’ah tertawa (bahkan sampai 2 kali)?

2. Tentang tidak bolehnya memisahkan 2 orang yang sedang duduk pada shalat jum’at, bagaimanakah hukumnya? apakah mutlak, apapun keadaannya tidak boleh atau gimana? soalnya jamaah jum’at banyak yang tidak mengisi shaf depan terlebih dahulu.

Jazakumullaah khairan katsir. (STIS47)

Jawaban:
__________

Wa’Alaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh..

Bismillah wal hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ‘Ala Aalihi wa Ashhabihi wa Man waalah, wa ba’d.

Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

1⃣. Khutbah Jum’at adalah momen yang bagus bagi para du’aat untuk mengingatkan manusia kepada Allah Ta’ala, mengingatkan mereka kepada ukhuwah, ibadah, akhirat, kondisi umat, dan semisalnya, yang bisa menggiring manusia pada opini yang positif dan semangat dalam beragama. Oleh karenanya, mestilah hal itu menggunakan kata-kata yang baik, serius, dan dapat dimengerti.

Hendaknya momen ini tidak diisi dengan hal-hal yang dapat mengaburkan itu semua, dengan selingan-selingan yang tidak perlu bahkan melalaikan, ngawur, dan melantur, dan tidak berbekas di hati manusia, sehingga umat lupa dengan maksud dan materi khutbah. Di sisi lain, membuat nilai khutbah tersebut menjadi rusak dan  tidak sempurna, walau tidak sampai membatalkannya.

⇨ Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلَا صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika berkhutbah, memerah matanya, suaranya meninggi, emosinya begitu nampak, seakan Beliau sedang memperingatkan pasukan yang berkata: siap siagalah kalian pagi dan sore!” (HR. Muslim No. 867)

⇨ Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata:

يستحب كون الخطبة فصيحة بليغة مرتبة مبينة من غير تمطيط ولا تقعير ولا تكون الفاظا مبتذلة ملففة فانها لا تقع في النفوس

“Khutbah disunahkan dengan kata-kata yang fasih dan lancar, tersusun dan teratur rapi, mudah dimengerti jangan terlalu tinggi, dan bertele-tele, atau melantur sebab hal itu tidak berbekas dihati. Seharusnya Khathib memilih kata-kata yang mudah, singkat dan berisi.” (Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab,  4/528)

⇨ Imam Shiddiq Hasan Khan Rahimahullah berkata:

ثم اعلم أن الخطبة المشروعة هي ما كان يعتاده صلى الله تعالى عليه وآله وسلم من ترغيب الناس وترهيبهم فهذا في الحقيقة روح الخطبة الذي لأجله شرعت

“Ketahuilah, bahwa khutbah yang disyariatkan adalah yang biasa dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam, yaitu memberikan kabar gembira dan menakut-nakuti manusia. Inilah hakikat yang menjadi jiwa sebuah khutbah yang karenanya khutbah menjadi disyariatkan.” (Imam Shiddiq Hasan Khan, Ar Raudhah An-Nadiyah, 1/137)

2⃣. Tidak ada larangan kita duduk di antara dua orang, jika memang dua orang itu renggang dan kita pun ada ruang yang cukup untuk duduk di antara mereka. Dengan kata lain, shaff yang ada sangat longgar. Maka, duduknya kita di antara mereka justru   bagus karena mengisi kekosongan shaf. Jika hal itu dilarang, tentu shaff tidak akan pernah penuh karena duduknya mereka  takut dianggap memisahkan di antara dua orang. Tentu tidak demikian.

Yang terlarang adalah jika kita melewati atau berjalan di antara bahu manusia yang berdekatan secara kasar, tergesa-gesa,  atau kita duduk di antara mereka secara paksa padahal tidak ada ruang yang cukup, dan saat itu khutbah sedang berlangsung. Hal itu dilakukan supaya kita bisa dapat shaff yang di depan.  Maka hal itu menyakitkan mereka, oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarangnya.

⇨ Abdullah bin Busr Radhiallahu ‘Anhu, berkata:

  جَاءَ رَجُلٌ يَتَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْلِسْ فَقَدْ آذَيْتَ

Datang seorang laki-laki yang melangkah di antara bahu manusia, pada hari Jumat, saat itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang berkhutbah, maka Beliau bersabda kepadanya: “Duduklah, engkau telah menyakiti (orang lain, pen).” (HR. Abu Daud No. 1118, An Nasa’i dalam As -Sunan Al-Kubra No. 1704, Ibnul Jarud dalam Al-Muntaqa No. 294, Ibnu Khuzaimah No. 1811, Ath Thabarani dalam Musnad Asy-Syamiyin No. 1954. Syaikh Al-A’zhami mengatakan: shahih. Lihat Shahih Ibnu Khuzaimah No. 1811, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak No. 1061, katanya: shahih sesuai syarat Muslim. Disepakati oleh Imam Adz Dzahabi. Imam Al-‘Aini mengatakan: isnadnya jayyid. Lihat ‘Umdatul Qari, 10/101)

⇨ Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr Hafizhahullah menjelaskan:

ولا يجوز لإنسان أن يتخطى رقاب الناس يوم الجمعة وكذلك في غير الجمعة، وعلى الإنسان أن يأتي مبكراً ويجلس في الأماكن المتقدمة دون أن يتخطى رقاب الناس، لا أن يأتي متأخراً ثم يتخطى رقاب الناس من أجل أن يجلس في مكان متقدم، ولتتم الصفوف الأول فالأول، ولا ينشأ الصف الثاني إلا إذا امتلأ الصف الأول، ولا ينشأ الصف الثالث إلا إذا امتلأ الصف الثاني، ولا ينشأ الصف الرابع إلا إذا امتلأ الصف الثالث وهكذا، وبذلك يكون كل من جاء يجلس حيث ينتهي به المجلس، أو يقف حيث ينتهي به الموقف

“Tidak boleh bagi manusia melangkah di antara bahu orang lain pada hari (shalat) Jumat dan juga pada selain Jumat.  Mestinya manusia datang bersegera dan duduk di tempat-tempat terdepan dengan tidak melangkahi bahu manusia, bukannya memperlambat kemudian dia melangkah di antara bahu manusia dengan harapan bisa duduk di tempat terdepan, dan untuk menyempurnakan shaff yang pertama. Janganlah dia mengisi shaff kedua, kecuali jika shaff yang pertama sudah penuh, dan jangan dia memenuhi shaff ketiga, kecuali jika telah penuh shaff yang kedua, dan jangan dia memnuhi shaff keempat kecuali jika telah penuh shaff yang ketiga, begitu seterusnya. Dengan demikian setiap orang yang datang akan duduk ditempat akhir dari majelis, atau berhenti di bagian akhir orang berhenti.” (Syarh Sunan Abi Daud,  6/394)

Demikian. Wallahu A’lam

Emansipasi

Ustadz Farid Nu’man

Assalamualaikum ustadz/ah..Menurut ana emansipasilah yang mengubah pola wanita muslim. Kesetaraan yang membuat wanita sering berada diluar rumah, menjadikan berbagai sektor penghasilan dan penghidupan bersaing dengan pria.

Setelah mempunyai penghasilan pada akhirnya minta peran di rumah dan alhasil
menjadi wanita-wanita karier….

Apa yang harus diakukan dalam mengembalikan wanita pada kodratnya Alloh Ta’ala?
Jazakalloh khoir

🌷🌷🌷Jawaban

و عليكم  السلام  و  رحمة  الله  و  بركاته
Wanita barat sudah menujuh rumah mereka, setelah dahulu mereka bangga dgn emansipasi. Sebaliknya dgn wanita muslimah sdg berbondong2 keluar rumah meninggalkan anak2nya, dan dianggapnya itu standar modernitas dan dampak globalisasi.. bapak dan ibunya kerja, anak lbh dekat dgn kakek/nenek bahkan lbh dekat dgn asisten rumah tangga ..

Wanita aktif diluar tdk masalah, selama memang ada hajat syar’i, tetap menjaga aurat, menjaga diri, dan pekerjaan yg bs tetap menjaga kemuliaan wanita .. dahulu Asma pernah membantu Zubeir bin Awwam bekerja dgn membawakan  barang2 dagangannya ..

Wanita bekerja bukan fardhu, bukan sunnah, tp mubah dgn syarat2 di atas, apalagi jika suami tdk berdaya, atau dia janda .. tdk ada yg menafkahinya kecuali diri sendiri ..

Sdgkan laki2 mencari nafkah itu wajib, sebab menafkahi anak n istri bagi laki2 adalah kewajiban agama, bukan budaya ..
Wallahu a’lam

Doa Bagi Muslim Aleppo (Al Halab)

Pemateri: Ustadz Farid Nu’man Hasan
اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِبَشَّارِ الْأَسَدِ وَأَعْوَانِهِ الْمُعْتَدِيْنَ، الَّذِيْنَ قَتَلُوْا إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ حَلَبٍ خَاصَّةً، وَفِيْ سُوْرِيَا عَامَّةً.
“Ya Allah turunkanlah hukuman-Mu pada Bashar Asad dan para penolongnya yang telah melakukan kezhaliman dengan membunuh saudara-saudara kami kaum muslimin di Aleppo khususnya, dan di Suriah umumnya.”
اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِهِمْ فَإِنَّهُمْ لاَ يُعْجِزُونَكَ، اللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ، وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ، وَاجْعَلِ الدَّائِرَةَ عَلَيْهِمْ.
“Ya Allah hukumlah mereka, sesungguhnya mereka tak mampu melemahkan-Mu. 
Ya Allah cerai beraikan mereka, porak porandakan kesatuan mereka,
Dan turunkanlah balasan-Mu atas mereka.”
اللَّهُمَّ أَحْصِهِمْ عَدَداً، وَاقْتُلْهُمْ بَدَداً، وَلاَ تُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَداً.
“Ya Allah kumpulkanlah dan binasakanlah mereka dan jangalah Engkau sisakan seorang pun dari mereka.”
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْهِمْ وَعَلىَ مَنْ عَاوَنَهُمْ بَأْسَكَ الَّذِي لاَ يُرَدُّ عَنِ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ.
“Ya Allah turunkanlah atas mereka dan semua pihak yang membantu mereka balasan-Mu yang tidak dapat ditolak oleh kaum yang berbuat kezhaliman.”
اَللَّهُمَّ أَنْجِ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِيْ سُوْرِيَا، اَللَّهُمَّ الْطُفْ بِهِمْ وَارْحَمْهُمْ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الضِّيْقِ وَالْحِصَارِ.
“Ya Allah selamatkanlah saudara-saudara kami kaum muslimin yang lemah di Suriah. 
Ya Allah sayangi dan kasihilah mereka dan keluarkanlah mereka dari pengepungan dan keadaan sempit yang mereka alami saat ini.”
اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْهُمُ الشُّهَدَاءَ وَاشْفِ مِنْهُمُ الْمَرْضَى وَالْجَرْحَى، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ وَلاَ تَكُنْ عَلَيْهِمْ، فَإِنَّهُ لاَ حَوْلَ لَهُمْ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ
“Ya Allah terimalah syuhada mereka dan sembuhkanlah yang sakit dan terluka dari kalangan mereka. 
Ya Allah karuniakanlah kebaikan pada mereka dan janganlah Engkau timpakan keburukan pada mereka karena tiada daya dan kekuatan bagi mereka kecuali dengan pertolongan-Mu.”
اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سُوْرِيَا، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ فِلِسْطِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ الْيَمَنِ، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ أَفْرِيْقِيَا، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ أَفْغَانِسْتَانَ، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ كُلِّ بِقَاعِ الأَرْضِ.
“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Suriah. 
Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Palestina. 
Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Yaman. 
Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Afrika. 
Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Afghanistan. 
Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di seluruh permukaan bumi.”
اللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ عَلَى أَعْدَاءِهِمْ وَمَنْ عَاوَنَهُمْ مِنَ الْمُنَافِقِيْنَ، اللَّهُمَّ سَدِّدْ رَمْيَهُمْ وَوَحِّدْ صُفُوْفَهُمْ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ، يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ.
“Ya Allah tolonglah mereka menghadapi kaum musuh-musuh mereka dan para penolong musuh mereka dari kalangan orang-orang munafik. 
Ya Allah tepatkanlah bidikan mereka, satukanlah barisan perjuangan mereka, dan satukanlah kalimat mereka di atas kebenaran, Ya Hayyu, Ya Qayyum.”
اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَ بِالْمُسْلِمِيْنَ سُوْءًا وَمَكْرًا وَكَيْدًا فَرُدَّ عَلَيْهِمْ مَكْرَهُمْ أَجْمَعِيْنَ.
“Ya Allah siapa saja yang menginginkan keburukan, rencana jahat, dan tipu daya kepada kami dan kaum muslimin, maka kembalikan kepada mereka seluruh tipu daya mereka.”
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَشْكُوْ إِلَيْكَ ضَعْفَنَا وَقِلَّتِنَا وَهَوَانِنَا عَلَى النَّاسِ.
“Ya Allah, kami mengadu kepada-Mu akan kelemahan kami, sedikitnya jumlah kami, dan kehinaan kami di hadapan manusia.”
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
“Dan Allah bersholawat atas Nabi kita, Muhammad SAW dan kepada keluarga dan sahabat beliau semuanya. Akhir doa kami, kami ucapkan segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.”
اللهم انصر المسلمين و 
المجاهدين في حلب وفي 
سوريا وفي كل بلد الإسلام يا 
رب العالمين 
اللهم ثبت اقدامهم اللهم قوي 
عزائمهم اللهم صبرهم على 
مصيبتهم اللهم تقبل شهدائهم
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin. ..

Semangat Harus Selalu Ada

Pemateri: Ustadzah Bunda Rochma Yulika

❣Menjalani hidup harus penuh semangat karena akan menjadikan perjalanan yang kita lewati penuh dengan energi kebaikan.

❣Bila yang ada kemalasan tentunya akan banyak masa yang terlewati dengan sia-sia. Sedetik waktu yang Allah berikan kepada kita senilai dengan berjam-jam bila kita isi dengan hal yang baik.

❣Putus asa bukan menjadi tabiat yang melekat pada insan beriman. Dalam keadaan lelah pun kita harus terus berjuang mewujudkan apa yang kita cita-citakan.

❣Setiap keterbatasan yang ada yakinlah ada kelebihan yang telah Allah siapkan pada diri kita. Tinggal bagaimana kita senantiasa mengoptimalkan usaha sembari terus berdoa meminta penuh harap.

❣Kita perlu mengingat bahwasanya janji Allah selalu benar. Tak ada yang tak kan dipenuhi oleh Nya.

❣Hanya saja waktu yang tepat ukuran manusia sangatlah berbeda dengan apa yang dikehendaki Allah.

❣Kita berusaha maksimal untuk menunjukkan bahwa ada keinginan besar dalam mewujudnya sebuah harapan.

❣Terus dan teruslah berencana dan berharap akan masa depan yang penuh kemuliaan.
Dan yakinlah Allah akan jawab setiap harap yang terpanjat.

_”Jangan sampai tertundanya karunia Allah kepada kalian, setelah kalian mengulang-ulamg doa membuat kalian putus asa. Karena Dia menjamin pengabulan doa sesuai pilihan Nya, bukan sesuai pilihan kalian, pada waktu yang diinginkan Nya bukan pula waktu yang kalian inginkan” (Ibnu Atha’illah Al Iskandari)_

❣Ada tahapan yang sedianya kita lewati dengan mujahadah.

❣Hal yang paling mendasar adalah keimanan yang sepenuhnya kepada Allah serta keyakinan bahwa bersama Allah kemudahan akan tercipta, harapan pun akan menjelma.

❣Lantas jangan pernah lalai untuk senantiasa memperbaiki ibadah kita.
Ibadah yang benar yang kan membentuk jiwa-jiwa tegar.

❣Lantas usaha optimal itulah wujud komitmen kita untuk meraih apa yang kita tuju.

❣Namun perlu sebuah tawakal dalam melalui setahap demi setahap apa yang menjadi harapan kita. Dan tentunya sebagai manusia yang beriman harus senantiasa menjaga akhlak terpuji baik kepada manusia apalagi kepada Rabbnya.

❣Semua sudah ditetapkan pada garisnya masing-masing. Keteraturan itulah sunatullah. Bahkan sebab akibat pun sudah Allah atur sedemikian rupa.

❣Sudah selayaknya kita kedepankan baik sangka kepada Allah sembari menjaga semangat agar sekecil apa pun karunia tiada yang terlewat.

Bismillah, Insya Allah, Allahu Akbar…

Khathib Jum’at Melawak

Ustadz Farid Nu’man

Assalamu’alaikum.. Ustadz Farid Nu’man Hasan -semoga Allaah SWT senantiasa menjaga Ustadz sekeluarga. Ana mau bertanya,

1. Bagaimana dengan Khatib Shalat Jum’at yang bercerita lucu sampai membuat sebagian besar jama’ah tertawa (bahkan sampai 2 kali)?

2. Tentang tidak bolehnya memisahkan 2 orang yang sedang duduk pada shalat jum’at, bagaimanakah hukumnya? apakah mutlak, apapun keadaannya tidak boleh atau gimana? soalnya jamaah jum’at banyak yang tidak mengisi shaf depan terlebih dahulu.

Jazakumullaah khairan katsir. (STIS47)

Jawaban:
__________

Wa’Alaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh..

Bismillah wal hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ‘Ala Aalihi wa Ashhabihi wa Man waalah, wa ba’d.

Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

1⃣. Khutbah Jum’at adalah momen yang bagus bagi para du’aat untuk mengingatkan manusia kepada Allah Ta’ala, mengingatkan mereka kepada ukhuwah, ibadah, akhirat, kondisi umat, dan semisalnya, yang bisa menggiring manusia pada opini yang positif dan semangat dalam beragama. Oleh karenanya, mestilah hal itu menggunakan kata-kata yang baik, serius, dan dapat dimengerti.

Hendaknya momen ini tidak diisi dengan hal-hal yang dapat mengaburkan itu semua, dengan selingan-selingan yang tidak perlu bahkan melalaikan, ngawur, dan melantur, dan tidak berbekas di hati manusia, sehingga umat lupa dengan maksud dan materi khutbah. Di sisi lain, membuat nilai khutbah tersebut menjadi rusak dan  tidak sempurna, walau tidak sampai membatalkannya.

⇨ Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلَا صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika berkhutbah, memerah matanya, suaranya meninggi, emosinya begitu nampak, seakan Beliau sedang memperingatkan pasukan yang berkata: siap siagalah kalian pagi dan sore!” (HR. Muslim No. 867)

⇨ Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata:

يستحب كون الخطبة فصيحة بليغة مرتبة مبينة من غير تمطيط ولا تقعير ولا تكون الفاظا مبتذلة ملففة فانها لا تقع في النفوس

“Khutbah disunahkan dengan kata-kata yang fasih dan lancar, tersusun dan teratur rapi, mudah dimengerti jangan terlalu tinggi, dan bertele-tele, atau melantur sebab hal itu tidak berbekas dihati. Seharusnya Khathib memilih kata-kata yang mudah, singkat dan berisi.” (Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab,  4/528)

⇨ Imam Shiddiq Hasan Khan Rahimahullah berkata:

ثم اعلم أن الخطبة المشروعة هي ما كان يعتاده صلى الله تعالى عليه وآله وسلم من ترغيب الناس وترهيبهم فهذا في الحقيقة روح الخطبة الذي لأجله شرعت

“Ketahuilah, bahwa khutbah yang disyariatkan adalah yang biasa dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam, yaitu memberikan kabar gembira dan menakut-nakuti manusia. Inilah hakikat yang menjadi jiwa sebuah khutbah yang karenanya khutbah menjadi disyariatkan.” (Imam Shiddiq Hasan Khan, Ar Raudhah An-Nadiyah, 1/137)

2⃣. Tidak ada larangan kita duduk di antara dua orang, jika memang dua orang itu renggang dan kita pun ada ruang yang cukup untuk duduk di antara mereka. Dengan kata lain, shaff yang ada sangat longgar. Maka, duduknya kita di antara mereka justru   bagus karena mengisi kekosongan shaf. Jika hal itu dilarang, tentu shaff tidak akan pernah penuh karena duduknya mereka  takut dianggap memisahkan di antara dua orang. Tentu tidak demikian.

Yang terlarang adalah jika kita melewati atau berjalan di antara bahu manusia yang berdekatan secara kasar, tergesa-gesa,  atau kita duduk di antara mereka secara paksa padahal tidak ada ruang yang cukup, dan saat itu khutbah sedang berlangsung. Hal itu dilakukan supaya kita bisa dapat shaff yang di depan.  Maka hal itu menyakitkan mereka, oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarangnya.

⇨ Abdullah bin Busr Radhiallahu ‘Anhu, berkata:

  جَاءَ رَجُلٌ يَتَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْلِسْ فَقَدْ آذَيْتَ

Datang seorang laki-laki yang melangkah di antara bahu manusia, pada hari Jumat, saat itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang berkhutbah, maka Beliau bersabda kepadanya: “Duduklah, engkau telah menyakiti (orang lain, pen).” (HR. Abu Daud No. 1118, An Nasa’i dalam As -Sunan Al-Kubra No. 1704, Ibnul Jarud dalam Al-Muntaqa No. 294, Ibnu Khuzaimah No. 1811, Ath Thabarani dalam Musnad Asy-Syamiyin No. 1954. Syaikh Al-A’zhami mengatakan: shahih. Lihat Shahih Ibnu Khuzaimah No. 1811, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak No. 1061, katanya: shahih sesuai syarat Muslim. Disepakati oleh Imam Adz Dzahabi. Imam Al-‘Aini mengatakan: isnadnya jayyid. Lihat ‘Umdatul Qari, 10/101)

⇨ Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr Hafizhahullah menjelaskan:

ولا يجوز لإنسان أن يتخطى رقاب الناس يوم الجمعة وكذلك في غير الجمعة، وعلى الإنسان أن يأتي مبكراً ويجلس في الأماكن المتقدمة دون أن يتخطى رقاب الناس، لا أن يأتي متأخراً ثم يتخطى رقاب الناس من أجل أن يجلس في مكان متقدم، ولتتم الصفوف الأول فالأول، ولا ينشأ الصف الثاني إلا إذا امتلأ الصف الأول، ولا ينشأ الصف الثالث إلا إذا امتلأ الصف الثاني، ولا ينشأ الصف الرابع إلا إذا امتلأ الصف الثالث وهكذا، وبذلك يكون كل من جاء يجلس حيث ينتهي به المجلس، أو يقف حيث ينتهي به الموقف

“Tidak boleh bagi manusia melangkah di antara bahu orang lain pada hari (shalat) Jumat dan juga pada selain Jumat.  Mestinya manusia datang bersegera dan duduk di tempat-tempat terdepan dengan tidak melangkahi bahu manusia, bukannya memperlambat kemudian dia melangkah di antara bahu manusia dengan harapan bisa duduk di tempat terdepan, dan untuk menyempurnakan shaff yang pertama. Janganlah dia mengisi shaff kedua, kecuali jika shaff yang pertama sudah penuh, dan jangan dia memenuhi shaff ketiga, kecuali jika telah penuh shaff yang kedua, dan jangan dia memnuhi shaff keempat kecuali jika telah penuh shaff yang ketiga, begitu seterusnya. Dengan demikian setiap orang yang datang akan duduk ditempat akhir dari majelis, atau berhenti di bagian akhir orang berhenti.” (Syarh Sunan Abi Daud,  6/394)

Demikian. Wallahu A’lam

Tidak Ada Kejayaan Tanpa Hantaman, Tidak Ada Persatuan Tanpa Kesatuan Harapan, Tidak Ada Bangsa Besar Tanpa Pemimpin Besar

Pemateri: *Ustadz Agung Waspodo, SE, MPP*

Kamis, 19 Dzul-Hijjah 804 Hijriah

🌐 Pertempuran di Ankara – 20 Juli 1402

Pertempuran yg terjadi di padang rumput Çubuk, dekat ibukota Turki sekarang yaitu Ankara. Pertempuran ini merupakan baku hantam terbesar antara Khilafah Turki Utsmani dengan Kesultanan Timur.

Pada pertempuran ini kedua pemimpin tertinggi, Sultan Bayezid I dan Sultan Timur (Lang, Lenk, Lame) berhadap-hadapan memimpin pasukannya masing-masing di garis terdepan. Pada era ini, menjadi pemimpin harus siap dituntut maju memimpin perang ke meda laga.

✳ *Lesson #1* pemimpin adalah teladan.

Pertempuran, dimana jumlah pasukan Timur 4 kali lipat lebih banyak tersebut, berakhir dengan kekalahan telak pada pihak Khilafah Turki Utsmani. Bahkan menyebabkan tertangkapnya Sultan Bayezid I. Kekalahan ini juga diwarnai dengan sejumlah pengkhianatan pada barisan Turki Utsmani dari elemen kavaleri Tatar. Turut membelot juga adalah kesatuan berkuda Sipahi lokal dari beberapa beylik Turki.

✳ *Lesson #2* pemimpin yang cakap senantiasa waspada akan potensi pengkhianatan.

Pengkhianatan adalah penyakit bagi setiap peradaban yg hendak maju memimpin dunia. Ia bagaikan sebuah proses untuk menempa masyarakat dan pemimpin dari suatu bangsa. Jika berhasil, maka bangsa tersebut berpeluang menjadi besar. Seberapa cepat dan tangkas mengatasinya merupakan salah satu indikator kertahanan bangsa tersebut. Dengan ketahanan itu maka terpelihara peradaban.

✳ *Lesson #3* pengkhianatan harus diatasi secara cepat dan tangkas.

Namun, pertempuran tidak seimbang ini terus berlanjut, bahkan hampir sepekan kontingen pengawal sultan bertahan dalam kepungan di pebukitan Çubuk. Pada akhirnya, satu-persatu mereka menemui ajalnya hingga sultan jatuh tertawan. Sultan Bayezid I bergelar Yıldırım akhirnya wafat setelah 1 tahun dalam tawanan dan jenazahnya dikirim kembali ke anaknya Mehmed Çelebi setelah Sultan Timur sendiri wafat juga.

✳ *Lesson #4* menyesali suatu keadaan tidak akan mengubahnya, belajar lebih baik untuk membangun masa depan.

Kesedihan adala keniscayaan dalam sebuah kekalahan, namun hal itu tidak perlu terlalu lama bagi bangsa yg besar. Pembelajaran atas sebab-sebab kekalahan menjadi prioritas yg lebih utama ketimbang ratapan kesedihan komunal.

Masa hilanganya kepemimpinan Khilafah Turki Utsmani dikenal dalam sejarah sebagai “interregnum.” Masa ini berlalu dengan konsolidasi ulang oleh salah seorang anak mendiang sultan, yg kemudian dikenal sebagai Sultan Mehmed I. Gelarnya adalah Çelebi, seorang yang cepat dan tangkas sebagai pemersatu. Khilafah Turki Utsmani kembali bergerak, tumbuh, dan terus berkembang sampai 2-3 abad setelah itu.

✳ *Lesson #5* setiap masa memiliki tokohnya, jadilah manusia yang berperan besar di zamannya.

Dari seorang pemimpin yg laju kerjanya sangat “secepat kilat” sesuai gelar Yıldırım-nya lalu lahirlah seorang pemimpin pemersatu yg cerdas mengatasi masa genting seperti Mehmed I bergelar Çelebi yg berarti “cerdas.” Mungkin ada benarnya, bahwa buah tidak jatuh begitu jauh dari pohonnya; kebaikan melahirkan kebaikan.

📚 _*Lalu apa peran kita dalam era keterpurukan Ummat Islam sekarang ini?*_

Agung Waspodo, pagi sebelum silaturrahim di wilayah Depok dan sekitarnya.. 613 tahun kemudian!
Depok, 20 Juli 2015

Hubud dunia, Fasiq & Munafiq

Ustadz Farid Nu’man

Assalamualaikum ustadz/ah..  minta tolong di jelaskan tentang hubuddunia, beda fasiq & munafiq…terima kasih
🐝🐝🐝

Jawaban
—————

Wa’alaikumsalam wr wb
Hubbud Dunia, cinta dunia yaitu sikap mental yg mendahulukan dunia dibanding akhirat. Itu sederhanya. Dunia menjadi pertimbangan utama dlm hal apa pun.

Milih jodoh, dunia yg dipikirkan
Milih sekolah, dunia yg dipikirkan
Milih perumahan, dunia yg dipertimbangkan
Mau dakwah dan jihad, dunia yg jd halangan
Milih pemimpin, dunia yg jd pertimbangan
Dll

Fasiq lebih umum, dia perilaku merusak, tau hukum tp tdk menjalankan, bs dialami oleh muslim dan kafir.

Sedangkan munafiq, zahirnya muslim tp hatinya kafir. Di akhirat mereka neraka, sebagaimana ayat:

وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ هِيَ حَسْبُهُمْ ۚ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُقِيمٌ

“Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.” (Qs. At Taubah: 68)

Wallahu a’lam

SYARAT-SYARAT DITERIMANYA SYAHADATAIN (Lanjutan)

Ustadzah Prima Eyza

_Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh_

Apa kabar adik-adik ?  Mudah-mudahan senantiasa dalam kebaikan iman dan Islam, dalam limpahan kenikmatan dan rahmat Allah SWT, dalam semangat dan kesungguhan di jalan Allah SWT… Aamiin..
Hari ini mari kita lanjutkan kembali pembahasan kita mengenai syarat-syarat diterima syahadat yang pada kesempatan lalu telah selesai membahas syarat yang keempat.

Kali ini kita masuk pada syarat yang kelima.

*SYARAT KELIMA:*

اَلْمَحَبَّةُ اَلْمُنَافِيَةُ لِلْبُغْضِ

*(KECINTAAN YANG MENGHILANGKAN KEMARAHAN/KEBENCIAN)*

Orang yang bersyahadat harus memiliki cinta yang sempurna kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dalam menyatakan syahadat tersebut, ia harus mendasarkan pernyataannya itu dengan cinta. Cinta ialah rasa suka yang melapangkan dada. Cinta merupakan ruh dari ibadah, sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling utama. Dengan berlandaskan rasa cinta, segala beban akan terasa ringan, sehingga segala tuntutan syahadatain akan dapat dilaksanakan dengan mudah.

Cinta kepada Allah yang teramat sangat merupakan sifat utama orang beriman. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah (2) ayat 165 :
 وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
_”Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”_

💠 Mencintai Allah dengan kecintaan yang sama terhadap sesuatu selain Allah saja tidak boleh, apalagi mencintai Allah dengan kecintaan yg lebih kecil dibanding kecintaan kepada sesuatu selain-Nya.

💠 Orang-orang yang beriman mencintai Allah dengan cinta yang amat sangat bersangatan, bukan dengan kecintaan yang biasa-biasa saja, bukan dengan cinta yang tipis dan sekedarnya saja.

💠 Yang dimaksud dengan orang-orang yang berbuat zhalim adalah orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan Allah (mempersekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya).

Demikian pula firman Allah dalam QS. At Taubah (9) ayat 24 :
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
_“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”_

💠 Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya haruslah diatas segalanya (bapak-bapak, anak-anak, istri, kaum keluarga, harta, perniagaan, dan rumah tempat tinggal).

Jadi, mencintai Allah itu haruslah dengan cinta yang sempurna (كَمَالُ الحُبِّ). Yakni bahwa Allah SWT kemudian Rasul-Nya lebih dicintai daripada yang lain.
Artinya:
🔹Tidak boleh SAMA CINTAnya kepada Allah dan Rasul-Nya dengan kecintaan kepada yang lain.
(orang yang menyembah selain Allah →  يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ   “mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah”) [QS. Al Baqarah : 165]

🔹 Tidak boleh LEBIH CINTA kepada yang lain dibandingkan kepada Allah dan Rasul-Nya.
(orang yang lebih mencintai selain Allah dan Rasul-Nya →  أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ   “adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya”) [QS. At Taubah : 24]

🔹 Harus AMAT SANGAT CINTAnya kepada Allah.
(orang-orang beriman →  أَشَدُّ حُبًّا لِلهِ   “amat sangat cintanya kepada Allah”) [QS. Al Baqarah : 165]

Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menyebabkan datangnya halawatul iman (manisnya/lezatnya keimanan), sebagaimana sabda Rasulullah saw :
قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
_”Ada tiga perkara yang barangsiapa pada dirinya terdapat perkara itu akan mendapatkan manisnya iman; (pertama) Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selainnya. (kedua) Mencintai seseorang atau membencinya karena Allah. (ketiga) Dan benci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci jika dilemparkan ke neraka.”_ (Muttafaq Alaihi)

Syaikh Sa’id Hawwa dalam bukunya Tazkiyatun Nafs menulis, Imam Ghazali mengatakan bahwa sesuatu yang berhak dicintai hanyalah Allah SWT. Jika puncak-puncak kecintaan seseorang diberikan kepada selain Allah, maka hal itu merupakan suatu kebodohan dan tanda ketidaktahuannya akan hakikat Allah.

Mencintai selain Allah yang ada hubungannya dengan kecintaan kepada-Nya merupakan cinta yang juga dibenarkan, seperti halnya cinta kepada Rasulullah, para ulama yang sholeh, orang-orang yang bertaqwa. Karena hal itu merupakan buah kecintaan kepada Allah.

Maka kecintaan kita kepada Allah kemudian Rasul-Nya yang menempati tingkatan kecintaan yang tertinggi, akan menghilangkan segala ketidaksukaan/kebencian kita kepada segala apa yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Segala apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah, larangan, arahan, pengajaran, aturan-aturan, semuanya akan kita terima dengan penuh kecintaan dan kemudian dilaksanakan/diamalkan dengan penuh kecintaan pula.

Saat ini banyak sekali kita saksikan fenomena-fenomena kebencian terhadap Islam, yang notabene itu sebenarnya menunjukkan kebencian pula terhadap Allah dan Rasul-Nya. Hal ini yang kita kenal dengan istilah “Islamophobia”.  Misal, kalangan musuh-musuh Islam yang sangat antipati terhadap Islam. Kebencian mereka kepada Islam diwujudkan dengan berbagai tuduhan, seperti menyebut Islam sebagai terorisme, fundamentalisme, kelompok radikal garis keras, dan berbagai cap buruk lainnya dan bahkan mereka memerangi Islam dengan peperangan fisik (Irak, Somalia, Afghanistan, Palestina, dll). Dan sikap ini pun banyak ditiru oleh orang-orang Islam yang ikut-ikutan tidak suka dengan Islam dan umat Islam, padahal mereka sendiri muslim.
Bagaimana jika orang yang bersyahadat tapi tidak menyukai syariat Islam, membenci ajaran-ajaran Islam, curiga terhadap umat Islam sendiri, bahkan ikut mengelompokkan Islam ke dalam terorisme misalnya? Bagaimana syahadatnya?

Maka jangan sampai kita terikut seperti demikian, sebab hal itu adalah salah satu fenomena yang disebutkan dalam Al Quran yakni senang kepada kemusyrikan:
وَإِذَا ذُكِرَ اللهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
_“Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati.”_ (QS. Az Zumar [39] : 45)

Maka, janganlah kita merasa berat dan tidak bersuka hati terhadap Allah dan agama-Nya. Na’udzubillaahi min dzaalik.

Salah satu contoh kecil misalnya, janganlah malu menyebut “الله”, lalu menggantinya dengan sebutan “Yang Di atas”, seperti yang banyak dilakukan oleh orang-orang saat ini.

Banggalah kita dengan Islam kita, cintalah kita kepada Allah dan Rasul-Nya dengan kecintaan yang sempurna. Sehingga dengan demikian syahadat kita diterima di sisi Allah dan semoga menjadi kunci pembuka pintu surga. Aamiiin…

_Wallaahu a’lam bishshowab_

Bersambung…