Memilih Teman

Ustadzah Ida Faridah

Adik-adik MFT yang dirahmati Allah, apa kabar semuaya? Kali ini kita akan membahas tema Berteman dengan Orang Sholeh dan Sholehah.

Adik-adik, dalam kehidupan sangat dibutuhkan yang namanya teman, teman tidak semuanya harus jadi sahabat, bersahabat harus memilih karna tidak semua orang bisa di jadikan teman. Jika salah dalam memilih sahabat akibatnya akan fatal, berteman dengan orang yang salah bisa berdampak buruk pada kita, berteman dengan orang sholeh dan sholehah akan berdampak baik pada kita. Begitu kuat pengaruh seorang sahabat pada diri kita sehingga kita harus selektif dalam memilih orang yang dekat.

Adik-adik MFT, berteman dengan orang yang salah bisa menjerumuskan kita pada jalan yang tidak benar, jauh dari Allah, jauh dari orang tua bahkan akan mudah sekali meninggalkan kewajiban-kewajiban kita pada Allah, begitu mudah meninggalkan sholat dan begitu mudah masuk dunia hitam. Maka jauhilah teman yang akan mengajak kita pada hal yang negatif

Seorang ulama berkata: “Kufur nikmat adalah tercela dan menenmani orang yang dzalim adalah sial (tidak akan diberi berkah)”.

Rasulullah saw bersabda “Putuskanlah persahabatan dengan orang dzalim”.

Adik-adik semuanya, sementara jika kita bersahabt dengan orang-orang sholeh dan sholehah akan mendekatkan kita pada kebaikan, lebih taat pada Allah, ingat akan dosa dan mengerjakan pekerjaan yang baik-baik dan menjauhi maksiat.

“Jika kalian memiliki seorang teman yang membantu dalam ketaatan pada Allah, maka peganglah dia erat-erat dan jangan kalian lepaskan. Karena mencaru teman baik itu susah tetapi melepaskannya sangat mudah sekali”. (Imam syafe’i)

Beruntunglah kita jika ada dalam lingkungan orang-orang sholeha, bersahabat bukan hanya di dunia akan tetapi bersahaabt pula di akhirat, yang bisa membawa kita makin menjadi manususia lebih baik lg

Wallahu a’alam

Sikap Nabi Nuh Dari Penolakan Dan Pendustaan Mereka

Ustadzah Ida Faridah

◈ Ketika Nabi Nuh as melihat sikap mereka dan tidak hentinya mereka mengajak manusia untuk menyekutukan Allah (syirik), yang diaktualisasikan dengan melakukan perbuatan buruk dan merusak, ia berdo’a kepada Rabbnya agar membinasakan mereka, dan bertawassul dengan amal perbuatan yang telah dilakukan kepada mereka, dengan mengatakan:

⇨ Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.

⇨ Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam. Maka, aku katakan kepada mereka: ´Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.

⇨ Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu”.

⇨ Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka,
dan melakukan tipu-daya yang amat besar”. Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa´, yaghuts, ya´uq dan nasr”. Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah.

⇨ Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. (QS. Nuh: 5-27)

◈ Maka dia mengadu kepada Tuhannya: “Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku).” (QS. Al-qamar: 10)

Bunuh Diri Karena Hendak Diperkosa

Ustadz Slamet Setiawan

Assalamualaikum ustadz/ah..Bagaimana hukumnya wanita yg bunuh diri krn tdk ingin kehormatannya dinodai/diperkosa
Terkait kasus aleppo😭😭😭

Jawaban
—————

و عليكم  السلام  و  رحمة  الله  و  بركاته
Hidup dan mati itu ada di tangan Allah SWT dan merupakan karunia dan wewenang Allah SWT. Maka Islam melarang orang melakukan pembunuhan, baik terhadap orang lain (kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh agama) maupun terhadap dirinya sendiri (bunuh diri) dengan alasan apapun.

Allah SWT berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu,” (QS. an-Nisa: 29).

Apapun alasan dan caranya membunuh diri hukumnya adalah syirik. Sedangkan pelaku syirik tidak akan diampuni dosanya oleh Allah, bahkan kekal disiksa dalam api neraka.
Allah SWT berfirman,
 “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya,” (QS. an-Nisa: 116).

Islam tidak mengenal dan mengajarkan bunuh diri. Ajaran bunuh diri hanya dikenal dalam ajaran shinto dari Jepang yang dilakukan para samurai yang gagal melaksanakan misinya (harakiri), juga oleh tentara nippon melawan musuhnya dengan jibaku (menabrakkan pesawat tempur ke kapal musuh). Dalam agama shinto diajarkan bahwa pelaku bunuh diri demi membela keyakinan akan masuk nirwana (syurga).

Rasulullah SAW menerangkan begitu mengerikannya pelaku yang melakukan bunuh diri di akhirat kelak. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,
“Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan racun, maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka, untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka, untuk selama-lamanya,” (HR. Muslim).

Bagi seorang perempuan muslim yang bersetubuh atau berbuat zina karena diperkosa, tidak ada hukuman Hadd baginya. Hal ini berdasarkan atas firman Allah Swt  dalam surah Al Baqarah ayat : 173 Firman Allah SWT,
“Tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Para ulama tidak berbeda pendapat mengenai pemerkosaan yang terjadi karena terpaksa yang dilakukan dengan kekuatan dan atau dengan mengancam korban. bahwasanya tidak ada hukuman dan tidak pula ada dosa bagi perempuan yang diperkosa.

Rasulullah SAW Bersabda,
“Hukum itu tidak dibebankan kepada umatku yang keliru, lupa dan yang dipaksa”

Beliau SAW juga bersabda,
“Sesungguhnya Allah menghilangkan dari umatku dosa karena keliru, lupa, atau dipaksa

Wallahu a’lam.

Belajar Memaafkan

Ustadz Farid Nu’man

Assalamualaikum ustadz/ah…
mau nanya ttg bagaimana supaya bisa memaafkan orang lain..saya sering memaafkan tp kalo terlalu sering jd tidak mau memaafkan lg. Syukron

Jawaban

و عليكم  السلام  و  رحمة  الله  و  بركاته
Memaafkan atau tdk memaafkan, kita yg berhak, jika memang kita pd posisi yg benar. Mau memilih membalas, itu boleh …, mau memilih memaafkan, itu lebuh baik dan berpahala ..

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Qs. Asy Syura: 40)

Dalam konteks memberikan pelajaran, agar org itu berubah, bs jd tidak memaafkan lebih pas sampai nanti dia berubah barulah dimaafkan .. hal inu sama dgn kejahatan yg mesti dihukumm walau pelakunya sudah tobat, hukuman tetap jalan, barulah dia mendapatkan remisi ..

Tp, kalau mau memilih selalu memaafkan, khususnya dalam kesalahan2 ranah pribadi, bukan kesalahan pd agama … maka sangat bagus memaafkan itu ..

Wallahu a’lam

Larangan Memakai Atribut Natal Bagi Muslim dan Muslimah

Pemateri: Ustadz Farid Nu’man Hasan.S.S.

_Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya._ (QS. Al Isra: 36)

📚 *Muqadimah*
 
Biasanya menjelang perayaan Natal, marak para pelayan mall, pertokoan, dan penginapan, menggunakan atribut natal. Biasanya mereka menggunakan topi Sinterklas. Umumnya mereka muslim dan muslimah, bahkan bisa jadi ada yang rajin shalatnya, muslimahnya pun ada yang berjilbab. Jilbab yes, Sinterklas Ok.   Entah karena paksaan atasan, atau memang ketidaktahuannya. Yang jelas, dari sudut pandang apa pun, baik aqidah, akhlak, dan hukum, Islam melarang tegas hal ini. Baik ikut-ikutan apalagi menyerupai. Bukan ini saja, tapi lainnya seperti April Mop, Valentine, Hallowen, dan sebagainya.
 
Allah Ta’ala berfirman:
 
📌Wahai orang-orang beriman, jika kalian ikuti sekelompok orang-orang yang diberikan Al Kitab (Yahudi dan Nasrani) nisaya mereka akan memurtadkan kamu menjadi kafir lagi setelah kamu beriman. (QS. Ali Imran: 100)

📚 *Isyarat Kenabian*
 
Sejak 15 abad lalu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah mengisyaratkan akan datangnya masa-masa umat Islam mengekor kehidupan Yahudi dan Nasrani. Pemikiran, budaya, mode, dan sebagainya. Minimal   umat Islam sudah kehilangan identitasnya, tidak bangga dengan Islamnya, justru malu, dan lebih suka dan senang dengan identitas khusus kekufuran, dan paling  tinggi adalah murtad.
 
Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Kalian benar-benar akan mengikuti jalan hidup orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai mereka masuk ke lubang biawak pun kalian tetap mengikuti mereka.” Kami bertanya: “Apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Siapa lagi?” (HR. Bukhari No. 3456, 7320, Muslim No. 2669)
 
Isyarat ini begitu mengerikan. Sebab, umat Islam akan mengikuti mereka sebegitu jauh. Sampai walau mereka masuk lubang biawak, umat Islam akan mengikuti juga. Artinya, walau tidak layak, tidak pantas dan tidak patut diikuti, tetaplah diikuti. Tentunya lubang biawak dengan tubuh manusia lebih besar tubuh manusia, namun tetap kita akan memasukinya karena mengikuti mereka. Artinya, begitu memaksakan untuk tetap mengikuti mereka walau tidak pantas dan menyakitkan, sebagaimana tubuh manusia yang tidak pantas dan tidak pas untuk memasuki lubang biawak.
 
Asy Syaikh Al Ustadz Mushthafa Al Bugha menjelaskan:

Betapa indah pemisalan ini, yang menunjukan benarnya mu’jizat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kita menyaksikan generasi umat ini begitu taklid (ikut-ikutan) terhadap bangsa-bangsa kafir di dunia. Baik berupa akhlak yang tercela, kebiasaan yang rusak, yang memancarkan bau yang busuk yang berputar dalam hidung manusia, di rawa penuh lumpur yang kotor, jahat lagi berdosa, dan menjadi peringatan bagi manusia di mana-mana. (Syarh wa Ta’liq ‘Alash Shahih Al Bukhari, 3/1283)

📚 *Mengikuti dan Menyerupai Mereka (Orang Kafir) Maka Bukan Golongan Kami*

Kami sampaikan dua hadits untuk menegaskan hal ini.

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

📌“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk kaum tersebut.” (HR. Abu Daud No. 4031, Ahmad No. 5115, Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf  No.33016, dll) (1)

Dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

📌Bukan golongan kami orang yang menyerupai selain kami, janganlah kalian menyerupai Yahudi dan Nasrani.(HR. At Tirmdizi No. 2695, Al Qudha’i, Musnad Asy Syihab No. 1191) (2)

Ketika menjelaskan hadits-hadits di atas, Imam Abu Thayyib mengutip dari Imam Al Munawi dan Imam Al ‘Alqami  tentang hal-hal yang termasuk penyerupaan dengan orang kafir:

🔹“Yakni berhias seperti perhiasan zhahir mereka, berjalan seperti mereka, berpakaian seperti mereka, dan perbuatan lainnya.” (Imam Abu Thayyib Syamsul ‘Azhim, ‘Aunul Ma’bud, 11/51)

Imam Abu Thayyib Rahimahullah juga mengatakan:

🔹Lebih dari satu ulama berhujjah dengan hadits ini bahwa dibencinya segala hal terkait dengan kostum yang dipakai oleh selain kaum muslimin.(Ibid, 11/52)

🔑 Demikianlah keterangan para ulama bahwa berhias dan menggunakan pakaian yang menjadi ciri khas mereka –seperti topi Sinterklas, kalung Salib, topi Yahudi, peci Rabi Yahudi- termasuk makna tasyabbuh bil kuffar – menyerupai orang kafir yang begitu terlarang dan dibenci oleh syariat Islam.

*Ada pun pakaian yang bukan menjadi ciri khas agama, seperti kemeja, celana panjang, jas, dasi, dan semisalnya, para ulama kontemporer berbeda pendapat apakah itu termasuk menyerupai orang kafir atau bukan.*  Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani Rahimahullah menganggap kostum-kostum ini termasuk menyerupai orang kafir, maka ini hal yang dibenci dan terlarang, bahkan menurutnya termasuk jenis kekalahan secara psikis umat Islam terhadap bangsa-bangsa penjajah. Sedangkan menurut para ulama di Lajnah Daimah kerajaan Saudi Arabia seprti Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, Syaikh Bakr Abu Zaid, Syaikh Abdurrazzaq ‘Afifi, dan lainnya, menganggap tidak apa-apa pakaian-pakaian ini. Sebab jenis pakaian ini sudah menjadi biasa di Barat dan Timur. Bukan menjadi identitas agama tertentu.

🔑Pendapat kedua inilah yang lebih tepat, sebab Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam riwayat shahih, pernah memakai Jubah Romawi yang sempit. Sebutan “Jubah Romawi” menunjukan itu bukan pakaian kebiasaannya, dan merupakan pakaian budaya negeri lain (Romawi), bukan pula pakaian simbol agama, dan Beliau memakai jubah Romawi itu walau agama bangsa Romawi adalah Nasrani.

Dari Mughirah bin Syu’bah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memakai jubah Romawi yang sempit yang memiliki dua lengan baju.(HR. At Tirmidzi No. 1768, katanya: hasan shahih. Ahmad No. 18239. Al Baghawi, Syarhus Sunnah No. 3070. Dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth, Syaikh Al Albani, dan lainnya)

Sementara dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mengenakan Jubbah Syaamiyah (Jubah negeri Syam).  Riwayat ini tidak bertentangan dengan riwayat Jubbah Rumiyah. Sebab, saat itu Syam termasuk wilayah kekuasaan Romawi.

Syaikh Abul ‘Ala Al Mubarkafuri Rahimahullah menjelaskan:

Banyak terdapat dalam riwayat Shahihain dan lainnya tentang Jubbah Syaamiyah, ini tidaklah menafikan keduanya, karena Syam saat itu masuk wilayah pemerintahan kerajaan Romawi. (Tuhfah Al Ahwadzi, 5/377)

Syaikh Al Mubarkafuri menerangkan, bahwa dalam keterangan lain,  saat itu terjadi ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang safar. Ada pun dalam riwayat Malik, Ahmad, dan  Abu Daud, itu terjadi ketika perang Tabuk, seperti yang dikatakan oleh Mairuk. Menurutnya hadits ini memiliki pelajaran bahwa bolehnya memakai pakaian orang kafir, sampai-sampai walaupun terdapat najis, sebab Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memakai Jubah Romawi tanpa adanya perincian (apakah baju itu ada najis atau tidak). (Ibid)

📚 *Mengambil Ilmu Dari Mereka (Orang Kafir) Bukan Termasuk Tasyabbuh (penyerupaan)*

Begitu pula mengambil ilmu dan maslahat keduniaan yang berasal dari kaum kuffar, maka ini boleh. Dahulu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menggunakan cara Majusi dalam perang Ahzab, yaitu dengan membuat Khandaq (parit) sekeliling kota Madinah. Begitu pula penggunakaan stempel dalam surat, ini pun berasal dari cara kaum kuffar saat itu, dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mengikutinya.
 
Oleh karena itu, memakai ilmu keduniaan dari mereka, baik berupa penemuan ilmiah, fasilitas elektronik, transportasi, software, militer, dan semisalnya, tidak apa-apa mengambil manfaat dari penemuan mereka. Ini bukan masuk kategori menyerupai orang kafir. Sebab ini merupakan hikmah (ilmu) yang Allah Ta’ala titipkan melalui orang kafir, dan seorang mu’min lebih berhak memilikinya dibanding penemunya sendiri, di mana pun dia menjumpai hikmah tersebut.
             
🔑Jadi, tidak satu pun ketetapan syariat yang melarang mengambil kebaikan dari pemikiran teoritis dan pemecahan praktis non muslim dalam masalah dunia selama tidak bertentangan dengan nash yang jelas makna dan hukumnya serta kaidah hukum yang tetap. Oleh karena hikmah adalah hak muslim yang hilang, sudah selayaknya kita merebutnya kembali. Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan –dengan sanad dhaif- sebuah kalimat, “Hikmah adalah harta dari seorang mu’min, maka kapan ia mendapatkannya, dialah yang paling berhak memilikinya.”

Meski sanadnya dhaif, kandungan pengertian hadits ini benar. Faktanya sudah lama kaum muslimin mengamalkan dan memanfaatkan ilmu dan hikmah yang terdapat pada umat lain. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr, bahwa Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu pernah berkata, “Ilmu merupakan harta orang mu’min yang hilang, ambil-lah walau dari orang-orang musyrik.” (3) Islam hanya tidak membenarkan tindakan asal comot terhadap segala yang datang dari Barat tanpa ditimbang di atas dua pusaka yang adil, Al Qur’an dan As Sunnah.

Wallahu A’lam wa Lillahil ‘Izzah

***

*Catatan:*

1] Imam As Sakhawi mengatakan ada kelemahan dalam hadits ini,   tetapi hadits ini memiliki penguat (syawahid), yakni hadits riwayat Al Bazzar dari Hudzaifah dan Abu Hurairah, riwayat Al Ashbahan dari Anas bin Malik, dan riwayat Al Qudha’i dari Thawus secara mursal.(Imam As Sakhawi, Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 215).

Sementara, Imam Al ‘Ajluni mengatakan, sanad hadits ini shahih menurut Imam Al ‘Iraqi dan Imam Ibnu Hibban, karena memiliki penguat yang disebutkan oleh Imam As Sakhawi di atas.(Imam Al ‘Ajluni, Kasyful Khafa, 2/240). Imam Ibnu Taimiyah mengatakan hadits ini jayyid (baik). Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan sanadnya hasan.(Imam Abu Thayyib Syamsul ‘Azhim, Aunul Ma’bud, 11/52). Syaikh Al Albani mengatakan hasan shahih. (Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 4031)

2] Sebagaimana kata Imam AtTirmidzi, Pada dasarnya hadits ini dhaif, karena dalam sanadnya terdapat Ibnu Luhai’ah seorang perawi yang terkenal kedhaifannya. Namun, hadits ini memiliki berapa syawahid (penguat), sehingga Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menghasankan hadits ini dalam berbagai kitabnya. (Shahihul Jami’ No. 5434, Ash Shahihah No. 2194). Begitu pula yang dikatakan Syaikh Abdul Qadir Al Arna’uth, bahwa hadits ini memiliki syawahid yang membuatnya menjadi kuat.(Raudhatul Muhadditsin No. 4757)

3] Hadits: “Hikmah adalah kepunyaan orang mukmin yang hilang, di mana saja dia menemukannya maka dialah yang paling berhak memilikinya.”

Hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi dalam sunannya, pada Bab Maa Ja’a fil Fadhli Fiqh ‘alal ‘Ibadah, No. 2828. Dengan sanad: Berkata kepada kami Muhammad bin Umar Al Walid Al Kindi, bercerita kepada kami Abdullah bin Numair,  dari Ibrahim bin Al Fadhl Al Makhzumi, dari Sa’id Al Maqbari, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda: …. ( lalu disebut hadits di atas).

Imam At Tirmidzi mengomentari hadits tersebut: “Hadits ini gharib (menyendiri dalam periwayatannya), kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini. Ibrahim bin Al Fadhl Al Makhzumi adalah seorang yang dhaif fil hadits (lemah dalam hadits).”

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah, Kitab Az Zuhud Bab Al Hikmah, No. 4169. Dalam sanadnya juga terdapat Ibrahim bin Al Fadhl Al Makhzumi.

Imam Ibnu Hajar mengatakan, bahwa Ibrahim bin Al Fadhl Al Makhzumi adalah Abu Ishaq Al Madini, dia seorang yang Fahisyul Khatha’ (buruk kesalahannya). (Al Hafizh Ibnu Hajar, Lisanul Mizan, 1/14. Mawqi’ Al Warraq). Sementara Imam Yahya bin Ma’in menyebutnya sebagai Laisa bi Syai’ (bukan apa-apa). (Imam Ibnu Hibban, Al Majruhin, 1/105. Mawqi’ Ya’sub)

Sederetan para Imam Ahli hadits telah mendhaifkannya. Imam Ahmad mengatakan: dhaiful hadits laisa biqawwifil hadits (haditsnya lemah, tidak kuat haditsnya). Imam Abu Zur’ah mengatakan: dhaif. Imam Abu Hatim mengatakan: dhaifulhadits munkarulhadits (hadisnya lemah dan munkar). Imam bukhari mengatakan: munkarul hadits. Imam An Nasa’imengatakan: munkarul hadits, dia berkata ditempat lain: tidak bisa dipercaya, dan haditsnya tidak boleh ditulis. Abu Al Hakim mengatakan: laisa bil qawwi ‘indahum (tidak kuat menurut mereka/para ulama). Ibnu ‘Adi mengatakan: dhaif dan haditsnya boleh ditulis, tetapi menurutku tidak boleh berdalil dengan hadits darinya.

Ya’qub bin Sufyan mengatakan bahwa hadits tentang “Hikmah” di atas adalah hadits Ibrahim bin Al Fadhl yang dikenal dan diingkari para ulama. Imam Ibnu Hibban menyebutnya fahisyul khatha’ (buruk kesalahannya).  Imam Ad Daruquthni mengatakan: matruk (haditsnya ditinggalkan), begitu pula menurut Al Azdi. (Lihat semua dalam karya Al Hafizh Ibnu Hajar, Tahdzibut Tahdzib, 1/131 .DarulFikr. Lihat juga Al Hafizh Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, 2/43.Muasasah ArRisalah. Lihat juga Imam Adz Dzahabi, Mizan Al I’tidal, 1/52.Darul Ma’rifah. Lihat juga Imam Abu Hatim ArRazi, Al JarhwatTa’dil, 2/122. Dar Ihya AtTurats. Lihat juga Imam Ibnu ‘Adi Al Jurjani, Al Kamilfidh Dhu’afa, 1/230-231.Darul Fikr. Imam Al ‘Uqaili, Adh Dhuafa Al Kabir, 1/60. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)

Syaikh Al Albani pun telah menyatakan bahwa hadits ini dhaif jiddan (sangat lemah), lantaran Ibrahim ini. (Dhaiful Jami’ No. 4302. Dhaif Sunan At Tirmidzi, 1/320)

Ada pula yang serupa dengan hadits di atas:

“Hikmah adalah kepunyaan orang mukmin yang hilang, di mana saja seorang mukmin menemukan miliknya yang hilang, maka hendaknya ia menghimpunkannya kepadanya.”

Imam As Sakhawi mengatakan, hadits ini diriwayatkan oleh Al Qudha’i dalam Musnadnya, dari hadits Al Laits, dari Hisyam bin Sa’ad, dari Zaid bin Aslam, secara marfu’. Hadits ini mursal. (Imam AsSakhawi, Al Maqashid Al Hasanah, 1/105. Imam Al ‘Ajluni, Kasyful Khafa’, 1/363)

Ringkasnya, hadits mursal adalah hadits yang gugur di akhir sanadnya, seseorang setelah tabi’in. Kita lihat, riwayat Al Qudha’i ini, Zaid bin Aslam adalah seorang tabi’in, seharusnya dia meriwayatkan dari seorang sahabat nabi, namun sanad hadits ini tidak demikian, hanya terhenti pada Zaid bin Aslam tanpa melalui sahabat nabi. Inilah mursal. Jumhur (mayoritas) ulama dan Asy Syafi’i mendhaifkan hadits mursal.

Ada pula dengan redaksi yang agak berbeda, bukan menyebut Hikmah, tetapi Ilmu. Diriwayatkan oleh Al ‘Askari, dari‘Anbasah bin Abdurrahman, dari Syubaib bin Bisyr, dari Anas bin Malik secara marfu’:

“Ilmu adalah barang mukmin yang hilang, dimana saja dia menemukannya maka dia mengambilnya.”

Riwayat ini juga dhaif. ‘Anbasah bin Abdurrahman adalah seorang yang matruk (ditinggal haditsnya), dan Abu Hatim menyebutnya sebagai pemalsu hadits.(Taqribut Tahdzib, 1/758)

Ibnu Abi Hatim bertanya kepada ayahnya (Abu Hatim) tentang ‘Anbasah bin Abdurrahman, beliau menjawab: matruk dan memalsukan hadits. Selain itu, Abu Zur’ahjuga ditanya, jawabnya: munkarul hadits wahil hadits (haditsnya munkar dan lemah). (Al JarhwatTa’dil, 6/403)

Ada pun Syubaib bin Bisyr, walau pun Yahya bin Ma’in menilainya tsiqah (bisa dipercaya), namun Abu Hatimdan lain-lainnya mengatakan: layyinulhadits. (haditsnya lemah). (Imam Adz Dzahabi, MizanulI’tidal, 2/262)

Ada pula riwayat dari Sulaiman bin Mu’adz, dari Simak, dari ‘ikrimah, dariIbnu Abbas, di antara perkataannya:

“Ambillah hikmah dari siapa saja kalian mendengarkannya, bisa jadi ada perkataan hikmah yang diucapkan oleh orang yang tidak bijak, dan dia menjadi anak panah yang bukan berasal dari pemanah.”

Ucapan ini juga dhaif. Lantaran kelemahan Sulaiman bin Muadz.

Yahya bin Ma’in mengatakan tentang dia: laisa bi syai’ (bukan apa-apa). Abbas mengatakan, bahwa Ibnu Main mengatakan: dia adalah lemah. Abu Hatim mengatakan: laisa bil matin (tidak kokoh). Ahmad menyatakannya tsiqah (bisa dipercaya).Ibnu Hibban mengatakan: dia adalah seorang rafidhah (syiah) ekstrim, selain itu dia juga suka memutar balikan hadits. An Nasa’i mengatakan: laisa bil qawwi (tidak kuat). (Mizanul I’tidal, 2/219)

Catatan:

Walaupun ucapan ini dhaif, tidak ada yang shahih dari RasulullahShallallahu ‘AlaihiwaSallam. Namun, secara makna adalah shahih. Orang beriman boleh memanfaatkan ilmu dan kemajuan yang ada pada orang lain, sebab hakikatnya dialah yang paling berhak memilikinya. Oleh karena itu, ucapan ini tenar dan sering diulang dalam berbagai kitab para ulama. Lebih tepatnya, ucapan ini adalah ucapan dari beberapa para sahabat dan tabi’in dengan lafaz yang berbeda-beda.

Dari Al Hasan bin Shalih, dari ‘Ikrimah, dengan lafaznya:

“Ambil-lah hikmah dari siapa pun yang engkau dengar, sesungguhnya ada seorang laki-laki yang berbicara dengan hikmah padahal diabukan seorang yang bijak, dia menjadi bagaikan lemparan panah yang keluar dari orang yang bukan pemanah.” (Al Maqashid Al Hasanah, 1/105)

Ucapan ini adalah shahih dari ‘Ikrimah, seorang tabi’in senior, murid Ibnu Abbas. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, Al Hasan bin Shalih bin Shalih bin Hay adalah seorang tsiqah, ahli ibadah, faqih, hanya saja dia dituduh tasyayyu’ (agak condong ke syi’ah). (Taqribut Tahdzib,  1/205)

Waki’ mengatakan Al Hasan bin Shalih adalah seseorang yang jika kau melihatnya kau akan ingat dengan Said bin Jubeir.  Abu Nu’aim Al Ashbahani mengatakan aku telah mencatat hadits dari 800 ahli hadits, dan tidak satu pun yang lebih utama darinya. Abu Ghasan mengatakan, Al Hasan bin Shalih lebih baik dari Syuraik. Sedangkan Ibnu ‘Adi mengatakan, sebuah kaum menceritakan bahwa hadits yang diriwayatkan dari nya adalah mustaqimah, tak satu pun yang munkar, dan menurutnya Al Hasan bin Shalih adalah seorang yang ahlushshidqi (jujur lagi benar).  Ibnu Hibban mengatakan, Al Hasan bin Shalih adalah seorang yang faqih, wara’, pakaiannya lusuh dan kasar, hidupnya diisi dengan ibadah, dan agak terpengaruh syi’ah (yakni tidak meyakini adanya shalatJumat). Abu Nu’aim mengatakan bahwa Ibnul Mubarak mengatakan Al Hasan bin Shalih tidak shalat Jumat, sementara Abu Nu’aim menyaksikan bahwa beliau shalat Jum’at.  Ibnu Sa’ad mengatakan dia adalah seorang ahli ibadah, faqih, dan hujjah dalam hadits shahih, dan agak tasyayyu’. As Saji mengatakan Al Hasan bin Shalih adalah seorang shaduq (jujur). Yahya bin Said mengatakan, tak ada yang sepertinya di Sakkah. Diceritakan dari Yahya bin Ma’in, bahwa Al Hasan bin Shalih adalah tsiqatun tsiqah (kepercayaannya orang terpercaya). (Tahdzibut Tahdzib, 2/250-251)

Hanya saja Sufyan Ats Tsauri memiliki pendapat yang buruk tentangnya. Beliau pernah berjumpa dengan Al Hasan bin Shalih di masjid pada hari Jum’at, ketika Al Hasan bin Shalih sedang shalat, Ats Tsauri berkata: “Aku berlindung kepada Allah dari khusyu’ yang nifaq.” Lalu dia mengambil sendalnya dan berlalu. Hal ini lantaran Al Hasan bin Shalih –menurut At Tsauri- adalah seseorang yang membolehkan mengangkat pedang kepada penguasa (memberontak). (Ibid, 2/249) Namun, jarh (kritik) ini tidak menodai ketsiqahannya, lantaran ulama yang menta’dil (memuji) sangat banyak.

Selain itu, telah shahih dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

“Ilmu adalah barang mukmin yang hilang, maka ambil-lah walau berada di tangan orang-orang musyrik, dan janganlah kalian menjauhkan diri untuk mengambil hikmah itu dari orang-orang yang mendengarkannya.” (IbnuAbdil Bar, Jami’  Bayan Al ilmi wa Fadhlihi, 1/482. Mawqi’ Jami Al Hadits)

Selesai

Repost http://www.manis.id/2015/12/larangan-memakai-atribut-natal-bagi.html#ixzz4TK6PvoA4

Fatwa Imam Ibnul Qayyim Tentang Mengucapkan Selamat Natal

Pemateri: Ustadz Farid Nu’man Hasan.S.S.

Berikut ini fatwa  Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah Rahimahullah tentang sekedar mengucapkan selamat hari raya agama lain –yang sebenarnya lebih ringan dibanding ikut merayakannya:

وأما التهنئة بشعائر الكفر المختصة به فحرام بالاتفاق مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم فيقول عيد مبارك عليك أو تهنأ بهذا العيد ونحوه فهذا إن سلم قائله من الكفر فهو من المحرمات وهو بمنزلة أن يهنئه بسجوده للصليب بل ذلك أعظم إثما عند الله وأشد مقتا من التهنئة بشرب الخمر وقتل النفس وارتكاب الفرج الحرام ونحوه. وكثير ممن لا قدر للدين عنده يقع في ذلك ولا يدري قبح ما فعل فمن هنأ عبدا بمعصية أو بدعة أو كفر فقد تعرض لمقت الله وسخطه

“Adapun memberi ucapan selamat (tahniah) pada syiar-syiar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, imlek, waisak, dll, pen) adalah  hal  yang diharamkan berdasarkan  kesepakatan  kaum muslimin.  

Misalnya memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan yang semacamnya.  Kalau memang orang yang mengucapkan itu bisa selamat dari kekafiran, namun  itu termasuk dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan itu lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dimurkai Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya. Banyak orang yang kurang paham agama terjatuh dalam hal tersebut, dan dia tidak mengetahui kejelekan dari amalan yang mereka perbuat.

Oleh karena itu, barangsiapa memberi ucapan selamat pada seseorang yang berbuat maksiat, bid’ah atau kekufuran, maka dia  layak mendapatkan kebencian dan murka Allah Ta’ala.”

📚 Imam Ibnul Qayyim, Ahkam Ahlu Adz Dzimmah, Hal. 162. Cet. 2. 2002M-1423H. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah

Najiskah Kucing?

Najiskah Kucing?

Ustadzah Nurdiana

Assalamu’alaikum ustadz/ah… Mau menanyakan sejauh mana ke”najis”an kucing..
Jika dia menginjak atau menduduki sajadah, mukena, atau memegang Quran. Mengingat kucing tidak cebok  maaf😅 🅰4⃣3⃣

Jawaban
————–

و عليكم  السلام  و  رحمة  الله  و  بركاته
Kucing binatang yg bersih dan tidak najis. Sekalipun nampaknya tdk cebok.ceboknya kucing adalah dengan  menjilati .air liurnya yang membersihkan

Rasulullah SAW bersabda, “Ia(kucing) tidak najis. Ia binatang yang berkeliling.” Aisyah pernah melihat Rasulullah Saw berwudhu dari sisa jilatan kucing.” (H.R Al Baihaqi, Abd Al-Razzaq, dan Al-Daruquthni).

Hadits ini diriwayatkan Malik, Ahmad, dan imam hadits yang lain. Oleh karena itu, kucing adalah binatang, yang badan, keringat, bekas dari sisa makanannya adalah suci, Liurnya bersih dan membersihkan, serta hidupnya lebih bersih daripada manusia. Mungkin ini pula-lah yang menyebabkan mengapa Rasulullah SAW sangat sayang kepada Muezza, kucing peliharaannya.

Wallahu a’lam.

Kemuliaan Dan Keagungan Tawhidullah

Kemuliaan Dan Keagungan Tawhidullah

Pemateri: Ustadz Aus Hidayat Nur

Seringkali timbul pertanyaan, “Manakah yang lebih baik orang kafir yang bersih dari korupsi atau orang Islam (beriman) yang  korupsi?”

Ataukah pernyataan serupa “Kan lebih baik memilih pemimpin kafir yang jujur tidak korupsi dibandingkan pemimpin Islam yang korupsi”.

Untuk menjawab pertanyaan dan pernyataan di atas marilah Kita menggunakan nilai-nilai aqidah dan akhlak Islam bersumber dari Al Qur-an Sunnah. Jangan menggunakan logika dan perasaan semata tetapi gunakan akal yang dibimbing oleh naqal (wahyu) sehingga jawaban kita benar-benar dapat dipertanggungjawabkan Dunia Akhirat…

1⃣ Pertama, benarkah ada orang kafir yang  bersih dari korupsi atau benarkah ada orang kafir yang jujur?

Secara realitas ternyata kebanyakan pelaku korupsi adalah orang-orang kafir. Karena kekufuran itu dasar semua penyakit hati dan membuat pelakunya berbuat aneka ragam dosa dengan seenaknya.

Betapa tidak, ketika dia tidak percaya dengan pengawasan Allah dan tuntutan Akhirat sudah pasti pelanggaran pun sering dilakukan. Namun di antara orang-orang kafir ada yang  pandai menipu manusia lain dan memunculkan citra diri yang baik di hadapan manusia. Di zaman sekarang ini manipulasi seperti itu  mudah sekali dilakukan.

2⃣Kedua, keimanan yang murni lahir dari sikap jujur, atau membenarkan nilai-nilai kebenaran yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya.
Maka jika ada orang beriman yang korupsi hal ini dilakukan ketika imannya melemah atau sedang diganggu kemunafikan tetapi secara umum orang-orang beriman kepada Tauhidullah tidak akan korupsi.

Jadi jawaban pertanyaan di atas adalah ketika ada pilihan antara orang kafir yang tidak korupsi dengan orang beriman yang korupsi Kita memilih orang yang beriman dan insya Allah orang beriman itu tidak korupsi. Memilih orang-orang beriman (baca Islam) sebagai pemimpin adalah pilihan Allah dan ajaran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam , itulah pilihan untuk menghindarkan Kita memilih pemimpin korupsi.

Ada banyak kaum muslimin yang kagum dengan bangsa-bangsa musyrikin karena dalam pandangan mereka kaum musyrikin itu nampak lebih jujur, kotanya bersih, penduduknya ramah, dan negeri mereka pun mencapai kemakmuran seperti Jepang , New Zealand, negara-negara di Eropa dan sebagainya.  Bahkan ada yang berani mengatakan bahwa negeri-negeri itu lebih islami dari negeri-negeri Muslimin yang sekarang ini carut marut dilanda perang dan pertikaian.

Jawabannya: Keislaman tidak dinilai dengan keberhasilan pembangunan material seperti kekayaan, kesejahteraan, kebersihan dan lain-lain. Sebab Allah telah menyatakan di dalam Al Qur-an:

(وَلَوْلَا أَنْ يَكُونَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً لَجَعَلْنَا لِمَنْ يَكْفُرُ بِالرَّحْمَٰنِ لِبُيُوتِهِمْ سُقُفًا مِنْ فِضَّةٍ وَمَعَارِجَ عَلَيْهَا يَظْهَرُونَ * وَلِبُيُوتِهِمْ أَبْوَابًا وَسُرُرًا عَلَيْهَا يَتَّكِئُونَ * وَزُخْرُفًا ۚ وَإِنْ كُلُّ ذَٰلِكَ لَمَّا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَالْآخِرَةُ عِنْدَ رَبِّكَ لِلْمُتَّقِينٌَ)

Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah loteng- loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya. Dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka dan (begitu pula) dipan-dipan yang mereka bertelekan atasnya. Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan (dari emas untuk mereka). Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Azzukhruf: 33-35)

Karena itu Kaum Muslimin jangan terperdaya dengan tampilan keberhasilan Duniawi dari orang-orang musyrikin di negeri-negeri kafirin, karena bagi Allah hal itu bukan keutamaan dan perbuatan mereka sama sekali tidak bernilai di Akhirat. Inilah pernyataan Allah:

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Aad?  (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain, dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak), yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab, sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (Al Fajr: 6-14).

Jika orang-orang musyrik Jepang itu jujur , maka kejujuran tersebut bukan karena mereka islami atau karena didasari iman. Hal tersebut tidak lain karena citra diri atau negeri mereka. Berapa banyak kejahatan terjadi disana yang mereka tutup-tutupi, apalagi jika diukur dengan pelanggaran syariat seperti judi, pelacuran, LGBT, penipuan terhadap bangsa lain, dan sebagainya.

📒 Kemuliaan Orang-orang Beriman

Tahukah Anda bahwa keimanan kepada tauwhidullah (Keesaan Allah) yang menjadi fondasi dan pilar utama ajaran Islam merupakan kekuatan yang paling dahsyat di alam semesta?

Memang, sungguh beruntung Kaum Muslimin yang diperkenankan Allah untuk mengimani dan menghayati Tawhidullah . Dengan tawhid ini mereka menjadi mulia dan utama , bernilai tinggi di sisi Allah. Hal ini telah menjadi jaminan-Nya di dalam Al Qur-an.
Firman Allah:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.  (Albayyinah : 6-7).

Ayat di atas menggambarkn bahwa orang-orang kafir akan dihinakan Allah dan kedudukan mereka di dunia ini adalah “Syarrul Barriyah” (seburuk-buruk makhluk). Karena mereka tidak menggunakan hati pikiran, mata dan telinganya untuk mengimani Allah.

Sebaliknya orang-orang yang beriman di sisi Allah merupak “Khairul Barriyah” (sebaik-baik makhluk). Iman kepada Tauhidullah ini menjadikan pemiliknya hamba Allah yang berharga dan bernilai tinggi di sisi Allah. Mereka akan selamat dari kehinaan di Dunia dan neraka jahannam di Akhirat nanti.

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (Attiin: 4-6).

Demikian pula Ummat Islam dengan aktifitas amar ma’ruf nahi munkar dan keimanannya kepada Allah menjadi ummat terbaik di sisi Allah

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ [آل عمران : 110]

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imran: 110)

Wallahu A’lam.

Kisah Musaikah

Pemateri: *Ustadzah Eko Yuliarti Siroj*

Kisah Musaikah

وَلا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ عَلَى الْبِغَاءِ إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِتَبْتَغُوا عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
_”Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. (QS An Nuur:33)._

💫Musaikah adalah budak perempuan milik Abdullah bin Ubay bin Salul penghulu orang-orang munafiq. Abdullah bin Ubay memaksanya untuk melacurkan diri. Ia menawarkan Musaikah, saudara perempuannya dan beberapa orang lain kepada para pemabuk dari orang-orang Yahudi. Ia membuatkan tempat khusus untuk itu.Musaikah pergi menghadap Rasulullah Saw dan menceritakan apa yg ia alami. Maka turunlah ayat diatas.
❄Suatu pagi Musaikah pergi ke luar rumah. Di perjalanan ia mendengar kaum perempuan yang sedang berbincang tentang Islam dan diantara mereka ada yang sedang membaca Al-Qur’an. Hatinya bergetar dan cahaya iman mulai merasuki jiwanya. Ia mendekati mereka, berharap cahaya iman membanjiri jiwanya. Salah seorang mereka mencegahnya untuk mendekat, namun seorang yg lain berkata:”Biarkan dia mendekat. Semoga masuk Islam, beriman dan menjauhi tindakan yang buruk.”

💫Demikianlah ketentuan Allah. Musaikah mengucapkan dua kalimat syahadat disaksikan para muslimah itu. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Dengan air mata berlinang, ia bertanya seperti meratap:”Apakah Allah akan menerima taubatku?” Apakah Allah akan memaafkan apa yang telah aku lakukan?” Mereka mengatakan:”Sesungguhnya2 Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.”

 ❄Orang yang paling tua diantara mereka berkata:”Ayo kita menghadap Rasulullah! Agar beliau mengajarkanmu urusan agamamu dan agar beliau mengajarkanmu cara beristigfar. Agar beliau mendo’akanmu dengan taubat dan agar Allah menerima taubatmu dan menerangimu dengan cahaya iman.” Musaikah berkata:”Baiklah…dan aku akan bersuci untuk menghadap Rasulullah.”

💫perempuan solihah itu mengajaknya ke rumahnya agar Musaikah mandi dan bersuci. Kemudian keduanya pergi menghadap Rasulullah Saw.

❄Rasulullah menguatkan keislaman Musaikah. Dan saat pergi meninggalkan Rasulullah, ia seperti memiliki jiwa yang baru. Jiwanya terbang ke angkasa menyambut petunjuk dan cahaya iman.

💫Musaikah pulang ke rumah majikannya dengan cahaya iman dan dia telah melarang dieinya untuk melakukan hal yang haram. Beberapa hari kemudian, seseorang mencarinya untuk melakukan perbuatan dosa seperti biasa. Akan tetapi Musaikah menolak. Ia mengatakan bahwa ia sudah masuk Islam dan Islam mengharamkan perbuatan seperti itu. Majikannya merayunya dengan iming-iming akan diberi harta yang banyak tapi Musaikah tetap menolak. Maka Musaikah dipukul dengan sangat kuat hingga ia terjatuh dan bibirnya berdarah. Kemudian majikannya menawarkan harta yang lebih banyak lagi namun Musaikah tetap menolaknya. Ia bahkan bersumpah tidak akan melakukan hal-hal yang dibenci Allah….selamanya.

❄Abdullah bin Ubay putus asa. Ia meninggalkan Musaikah dengan darah bercucuran dan ia berjanji akan kembali dengan siksa yang lebih pedih.

💫Dengan terseok-seok, Musaikah berjalan menuju rumah Rasulullah Saw. Diperjalanan ia bertemu dengan Abu Bakar kemudian ia dipapah dan diantar oleh Abu Bakar menemui Rasulullah Saw. Ia pun menceritakan apa yang terjadi hingga turunlah ayat yang sangat jelas

وَلا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ عَلَى الْبِغَاءِ إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِتَبْتَغُوا عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. (QS An Nuur:33)

*Hikmah kehidupan :*
💫Hidayah itu tidak bisa dipaksakan untuk didapat oleh orang tertentu. Juga tidak bisa ditolak saat ia sampai kepada orang tertentu.
❄Hidayah adalah anugrah Allah yang teramat mahal. Seyogyanya ia dirawat, dipelihara, dijaga, dipupuk agar menumbuhkan buah-buah iman dan amal soleh yang banyak.
💫Hidayah kadang sulit untuk didapat. Tapi kadang begitu mudah datang. Hanya Allah Yang Maha Tahu rahasia hidayah.
❄Pintu taubat terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin kembali kepada Allah dengan kesalahan sebesar apapun.
💫Jangan pilih-pilih objek dakwah. Karena kita tidak tahu siapa yang lebih dekat dengan hidayah Allah.
❄Diantara tugas para da’i adalah membimbing para muallaf untuk memahami agamanya. Jangan tinggalkan mereka mencari sendiri.
💫Penderitaan fisik sangat lekat dengan para pejuang aqidah. Demikian sunnatullah sejak zaman nabi Adam As.
❄Seburuk apapun masa lalu seseorang, saat ia benar2 bertaubat maka ia akan kembali pada kesucian.

Wallohu a’lam bis showwab

Pengasuhan Usia Batita dlm Islam

Ustadzah Nurdiana

Pengasuhan Usia Batita dlm Islam

Assalamualaikum, saya member Manis A4, saya ibu newbie, mau tanya. Bagaimana cara Rasulullah menyikapi anak usia 1-2 tahun (toddler ).

Mengingat anak saya usia 14 bulan suka memukul orang. Saya bingung bagaimana caranya berkomunikasi dengan anak saya supaya dia mengerti dan patuh.
Terimakasih. ♢ Manis_A44

Jawaban:
—————

Wa’alaikum salam wr wb
Dalam konsep Islam, anak adalah:
1.🌹 Perhiasan atau kesenangan
Firman Alloh SWT :
“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” ( QS.18 Al Kahfi : 46 )

2. 🌹Musuh
Firman Alloh SWT :
“ Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS.64 Ath-Taghobun : 14 )

3. 🌹Fitnah
Firman Alloh SWT :
“ Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan disisi Allah-lah pahala yang besar.” ( QS.64 Ath-Taghobun : 15)

4. 🌹Amanah Firman 8Alloh SWT :
(27) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
(28) Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. ( QS.8 Al Anfal : 27-28 )

5. 🌹Penentram dan penyejuk hati. Firman Alloh SWT :
“ Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” ( QS.25 Al Furqon : 74 )

Beberapa metode mendidik anak  menurut  Alquran adalah :

1. Menanamkan Nilai Tauhid melalui pembiasaan dan uswah (keteladanan). Hal ini dapat diterapkan antara lain dengan menciptakan lingkungan kondusif bagi tumbuh kembang nilai tauhid dalam lingkungan anak , Qs 14 :35-36  doa agar diberikan lingkungan tempat tinggal yang berkah ada pada :
“ Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah Sebaik-baik yang memberi tempat.” ( QS. 23 Al Mu’minun : 29 )

2. Mendekatkan anak ke Rumah Alloh (masjid) (Qs 14 ayat 37)

3. Senantiasa Mendirikan shalat ( Qs 14 ayat 37 dan 40)

4. Mendidik pola habluminanaas (hubungan dengan lingkungan) atau pendidikan etika islami yang baik (Qs 14 ayat 37)

5. Mendidik menjadi manusia yang bersyukur (Qs 14 ayat 37)

6. Menanamkan nilai kejujuran (Qs14 ayat 38)

7. Menanamkan keyakinan dan kebiasaan berdoa (Qs14 ayat 39)

8. Senantiasa mendoakan orang tua dan memiliki kepekaan serta semangat menyebarkan kebaikan (Qs 14 ayat 41)

Secara tekhnis kita juga harus memperhatikan usia tumbuh kembang anak. 1-5 tahun ini di kenal dengan golden age. (Masa ke emasan) dan saat emas ini ortu prioritas menanamkan nilai tauhid dan keteladan. Karena semua yang dilakukan ortu atau orang-orang yang terdekatnya akan terekam oleh anak.

Untuk ibu newbie anak usia 1-2 tahun adalah masa dimana anak belum paham mana yang baik dan buruk, juga belum mampu mengotrol emosi, sehingga ortu harus sabar membimbing dan mengarahkannya, idealnya 1-3 tahun anak jangan dihardik dibentak atau di marahin secara kasar karena masa masa itu adalah masa dimana anak akan  banyak bertanya dan bila di bentak maka akan banyak syaraf kecerdasan yang putus .

Di usia anak ibu 14 bulan, ibu tidak bisa berharap banyak untuk dia mengerti dan patuh, yang bisa ibu lakukan adalah ibu harus memahami sifat dan karakter anak sehingga ibu bisa memperlakukannya dengan lembut mengarahkan dengan baik dan harus sabar dengan ketidak pahaman anak. Sikap itu bukan berarti harus menuruti semua kemauan anak, justru ortulah sebagai pengendali. Kalau sudah bersikap jangan luluh dengan rengek dan tangisan anak, karena sekali saja kita tidak konsisten ini akan jadi terus berulang. Dan jadi senjata anak disaat marah.

Sabar ya bu.. in sya Allah anak akan jadi investasi masa depan buat ortu sehingga besarkanlah mereka dengan cinta dan selalu doakan mereka, Semoga apa yang kita harapkan dikabulkan Allah.

Wallahu a’lam