Hukum Ikhtilath

Ustadz Abdullah Haidir, Lc

Assalamualaikum ustadz/ah….Bagaimanakah hukum ikhtilath itu karena di dalam mengerjakan suatu pekerjaan perlu adanya sebuah kelompok kerja? Apakah istilah ikhtilath itu juga bersumber pada Alqur’an dan Al hadist? Maaf saya blm tahu . # A 43

Jawaban:
—————-

و عليكم السلام و رحمة الله و بركاته
Terkait dgn ikhtilath, pada dasarnya jika tidak ada kepentingan mendesak dan dapat dilakukan, maka tidak perlu ada interaksi laki perempuan yang bukan mahram dalam satu tempat. Namun, jika ada kebutuhan, tidak mengapa berinteraksi sebatas kebutuhan yang ada. Yang penting tetap dijaga adab-adabnya, seperti tidak saling memandangi, bersentuhan, atau khalwat, berduaan di tempat sepi.

Berdasarkan nash tidak ada secara khusus istilah tersebut. Yang ada dalam hadits adalah istilah khalwat. Umumnya para ulama menyebut masalah ikhtilath ini dari beberapa hadits yang memiliki makna larangan berkumpul-kumpul laki-laki dan wanita, seperti hadit terkenal:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ قَالَ الْحَمْوُ الْمَوْتُ

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian masuk ke dalam tempat kaum wanita.” Lalu seorang laki-laki dari Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai ipar?” beliau menjawab: “Ipar adalah maut.” (HR. Bukhari)

Wallahu A’lam

Meneladani Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam

📚 MOTIVASI

📝 Pemateri: Ustadz Abdullah Haidir Lc.

Tidak perlu ditanya tentang kecintaan seorang muslim terhadap Rasulnya.
Sedikit saja keimanan bersemayam di dadanya, cinta kepada Rasululullah saw, niscaya merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupannya.

Cinta yang ada ini seharusnya terus dipelihara, dipupuk dan selalu dihidupkan dari masa ke masa agar tak redup di telan zaman.

Akan tetapi, semestinya permasalahannya tidak berujung pada rasa cinta.

Justeru rasa cinta itulah yang harus dijadikannya sebagai energi kehidupan untuk meneladani Rasulullah saw. Sekaligus inilah bukti paling riil pengakuan cinta seseorang kepada siapa yang dicintainya.

Cinta tanpa bukti nyata, adalah cinta gombal seorang pembual.

Seorang penyair berkata,

لَوْ كُنْتَ تَصْدُقُ حُبَّهُ لأَطَعْتَهُ ****** إِنَّ الْمُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيعُ

Seandainya cintamu kepadanya benar, niscaya engkau akan menaatinya.
Sesungguhnya, seorang pencinta akan taat kepada yang dicintainya.

Cinta kepada Rasulullah saw yang berujung kepada sikap meneladaninya, adalah cinta sejati bukan cinta basa-basi, cinta yang teruji bukan sekedar seremoni, cinta aktual bukan sekedar emosional, cinta abadi, bukan cinta setengah hati.

Jika kita telah sepakat tentang hal ini, hal berikutnya yang penting kita pahami dengan baik adalah bagaimana sesungguhnya cara kita meneladani Rasulullah saw?

Jawabannya ada terkandung pada ayat yang sangat kita hafal,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ – سورة الأحزاب: 21

“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu…” (QS. Al-Ahzab: 21)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa teladan yang harus kita ambil dari Rasulullah saw adalah semua hal terkait dengan kehidupannya.

Tidak hanya terbatas pada satu aspek tertentu dari kehidupannya.

Ketika berbicara tentang teladan Rasulullah saw, sebagian orang ada yang melulu berbicara tentang etika dan hubungannya antara sesama manusia, lupa kalau aqidah dan ibadah adalah masalah prinsip, sebagian lagi fokus kepada masalah ibadah, abai bahwa masalah akhlak tidak boleh terbengkalai, sebagian lainnya konsentrasi pada masalah aqidah, tak peduli dengan ibadahnya yang kering dan akhlaknya yang ‘garing’.

Sehingga sering terjadi munculnya kepribadian yang tidak utuh dalam pandangan Islam dan akhirnya melahirkan pandangan yang tidak utuh terhadap Islam itu sendiri.

Ada yang aqidahnya mantap, tapi lisannya penuh duri suka menyakiti. Ada pula yang akhlaknya begitu lembut, tapi aqidahnya kabur penuh kabut.

Adapula yang ibadahnya getol, namun aqidah jebol dan akhlaknya ambrol.

Yang diinginkan dalam meneladani Rasulullah saw adalah bagaimana agar seorang muslim memiliki sifat
❣ salimul aqidah (aqidah yang bersih),
❣ shahihul ibadah (ibadah yang sahih) dan
❣ matinul khuluq (akhlak yang jernih).

Ini tentu membutuhkan sebuah kesadaran sekaligus proses yang berkelanjutan, serta bimbingan dan pembinaan spartan (terus-menerus) agar kehidupan kita semakin dekat dengan kemuliaan pribadi Rasulullah saw.

Seorang bijak berkata,

تَشَبَّهُوا بِالْكِرَامِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ مِثْلَهُمْ ، فَإِنَّ التَّشَبُّهَ بِالْكِرَامِ فَلاَحُ

“Serupailah orang mulia, meskipun engkau tidak menjadi seperti mereka,
Karena menyerupai orang mulia mengundang keberuntungan.”

Semoga kecintaan kita kepada Rasulullah saw, bukan cuma cinta semusim yang merasa cukup dengan seremoni sesaat dan hanya mengandalkan pengakuan tanpa bukti kuat.

Tapi cinta yang mendorong kita untuk selalu berupaya meneladani semua aspek kehidupan beliau sepanjang hayat.

Aamiin.

Allahumma shalli ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali Muhammad….

Ngomongin Seks

📙 Pengembangan Diri & Motivasi

📝 Ustadzah Heni

ⓞ● Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…bagaimana kabar semuanya? Semoga Allah selalu mencurahkan Rahmat dan hidayah-Nya supaya kita masih berada dalam iman Islam sampai akhir hayat..Aamiinn..

ⓞ● Judul materi hari ini rada ekstrim yaitu ngomongin tentang seks. Yukk merapat sini supaya kita paham dengan baik apakah itu seks..

●■ Apa yang dimaksud dengan seks?

▣ Dari segi bahasa, seks itu berarti jenis kelamin atau lebih tepatnya perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Lebih luasnya lagi, seks juga biasa digunakan untuk menyebut seputar permasalahan yang berhubungan dengan alat kelamin.

■● Apakah seksualitas?

◈ Seksualitas nggak hanya berbicara hal-hal seputar masalah alat kelamin tetapi mempelajari tentang diri kita, tubuh kita, fungsinya serta bagaimana menjaganya dan bagaiman seharusnya bersikap. Sehingga bila telah mempelajari seksualitas akan menjadi benteng untuk kita agar tidak mudah terpengaruh terhadap lingkungan sosial yang tidak baik dan tidak menyimpang dari kodrat kita sebagai laki-laki atau perempuan.

●■ Apakah hubungan seks itu berbahaya?

▣ Jika dilakukan dengan pasangan yang sudah menikah tentu tidak bahaya bahkan hal ini menjadi salah satu bentuk untuk menunjukkan kasih sayang dan keterikatan. Tapi, kalau hubungan seks dilakukan sebelum menikah selain tidak dibenarkan dalam agama, akan membuat perempuan hamil dan lahir anak yang tidak diharapkan.

◈ Hubungan seks yang berganti-ganti pasangan dapat menyebabkan tertularnya penyakit seksual seperti: gonore, sifilis, hingga HIV/AIDS

■● Mengapa seks hanya boleh dilakukan oleh orang yang sudah menikah?

▣ Selain sebagai upaya untuk memiliki keturunan, seks juga diartikan sebagai luapan cinta kasih kepada pasangannya. Menikah adalah tanda bahwa seseorang laki-laki dan perempuan sepakat untuk saling mencintai dan menyayangi dengan mendapatkan restu dari kedua orang tua, Ridha Allah, negara dan masyarakat sekitarnya. Indah banget lhooo….kalau semua pihak merestui cinta kasih yang kita miliki. Beda lhoo dengan cinta kasih yang tak direstui pihak manapun apalagi sampai melanggar ajaran islam. Ada perasaan was-was dan cemas…so cari yang halal saja yaa….

●■ Kalau melakukan hubungan seks hanya sekali bisa hamil nggak?

◈ Bisa saja, karena ada pertemuan sperma dan sel telur yang menjadikan kehamilan terjadi.

■● Apa akibat dari pergaulan bebas?

▣ Pada saat memasuki dunia remaja atau bisa juga dewasa, pergaulan dengan lawan jenis menjadi salah satu hal yang dianggap penting dan sulit untuk dihindarkan. Terpengaruh oleh budaya-budaya asing yang nggak sesuai dengan norma agama dan sosial yang dianut menjadikan orang yang suka bergaul dengan bebas melebihi batas pertemanan. Melakukan seks bebas di luar nikah, obat-obatan terlarang dan.
Akibatnya, banyak terjadi kehamilan yang nggak diinginkan, tertular penyakit HIV/AIDS, rusaknya tatanan sosial juga lingkungan yang nggak nyaman dan nggak menyenangkan.

Amal Penentu Utama

📘 Ibadah – MFT

📝 Ustadzah Lelysia

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ

“Yang mengikuti mayit sampai ke kubur ada tiga, dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di kubur. Yang mengikutinya adalah keluarga, harta dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga dan hartanya. Sedangkan yang tetap bersamanya di kubur adalah amalnya.” (HR. Bukhari, no. 6514; Muslim, no. 2960)

‘Ali bin Muhammad Abul Hasan Nuruddin Al-Mala Al-Harawi Al-Qari (meninggal dunia tahun: 1014 H) menyatakan bahwa seseorang ketika mati ada tiga hal yang mengikutinya hingga ke kuburnya.

💐Pertama adalah keluarganya, yaitu anak dan kerabatnya, begitu pula sahabat dan kenalannya.

💐Kedua adalah hartanya, seperti budak laki-laki atau perempuannya, juga hewan tunggangannya.

💐 Ketiga adalah amalannya, yaitu amal baik atau buruk yang pernah ia lakukan. Keluarga dan hartanya tadi akan kembali. Yang tersisa hanyalah amalnya yang menemani ia di kubur.

Wallahu’alamu bis showab

Masih (Butuh) Berdoa kepadaNya.. (Walau) Khilafah sedang Dihempaskan

📚 TARIKH DAN SIROH

📝 Pemateri: Ustadz Agung Waspodo, SE, MPP

Suasana apel persiapan perang di Ankara, 2 Agustus 1922, untuk menghadapi musuh di empat front: Armenia di timur, Perancis di selatan, Italia di barat-daya, dan Yunani di barat. Turki Utsmani tengah dicabik-cabik. Semua pihak, termasuk Mustafa Kemal, berdoa untuk sebuah pertolongan dari Allah Ta’ala. 

Pada tahun yang sama, empat bulan kemudian, institusi kesultanan Turki Utsmani justru dihapuskan oleh Mustafa Kemal. Ketika keajaiban nampak, ketika musuh justru bertumbangan secepat itu doa berhenti dilantunkan. Ia menggunakan mandat dari Grand National Assembly of Turkey (Türkiye Büyük Millet Meclisi) untuk melaksanakan kejahatan tersebut pada tanggal 1 November 1922. 

Sebuah hari yg naas bagi kesatuan Ummat Islam sedunia. Namun, Mustafa Kemal belum berani merobe-robek institusi terakhir, yaitu kekhilafahan. Khalifah Abdul Majid II masih dihormati, ditaati, dan dielukan oleh sebagian besar masyarakat umum. 

Dua tahun kemudian, datanglah insiden surat dukungan dari dua warga India. Surat ini dianggap Mustafa Kemal sebagai ancaman atas Republik Turki yang ia proklamirkan. Tanpa menunggu waktu, ia hapuskan institusi kekhilafahan pada tanggal 3 Maret 1924.

Padahal sebelumnya, petugas masih diminta oleh Mustafa Kemal untuk melantunkan doa.. Ironis dan tragis secara bersamaan!

Sore yang sendu, Depok di penghujung Dzhul-Qa’dah
26 Agustus 2016

Muslimah Berpergian Sendirian

Ustadzah Nurdiana

Assalamualaikum, kakak afwan bolehkan bertanya sesuatu…akhwat tidak boleh berpergian sendiri?
apakah itu benar? kalau bepergiannya tanpa memakan waktu lama atau tidak sambil menginap apakah boleh? Member A 44 😊

Jawaban :

و عليكم السلام و رحمة الله و بركاته
Idealnya memang setiap keluar rumah di temani mahram khususnya bepergian jauh.
Yang harus kita pahami bahwa aturan yang Allah turunkan adalah merupakan bentuk kasih sayang Allah dalam menjaga hambanya . Apabila seorang perempuan tidak punya keperluan keluar rumah maka Allah berfirman:

{وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ} [الأحزاب: 33]

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu”. [Al-Ahzab: 33]

Dari Abdullah bin Mas’ud; Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إن المرأة عورة فإذا خرجت استشرفها الشيطان ، وأقرب ما تكون من وجه ربها و هي في قعر بيتها [صحيح ابن خزيمة]

“Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, maka jika ia keluar rumah setan akan memuliakannya, dan tempat yang paling dekat bagi wanita dari wajah Tuhannya adalah ketika ia di dalam rumahnya.” [Sahih Ibnu Khuzaimah]

Ummu Humaid istri Abu Humaid As-Sa’idy mendatangi Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: Ya Rasulullah sesungguhnya aku suka jika salat bersamamu. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلَاةَ مَعِي، وَصَلَاتُكِ فِي بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي حُجْرَتِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكِ فِي دَارِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِي

“Aku sudah tau kalau engkau suka shalat bersamaku, akan tetapi shalat di kamarmu lebih baik dari pada di luar kamar, dan di luar kamar lebih baik daripada di luar rumah, dan di luar rumah lebih baik daripada di mesjid kaummu, dan di mesjid kaummu lebih baik daripada di mesjidku.” [Musnad Ahmad: Hadits hasan]

Akan tetapi jika ada keperluan mendesak yang mengharuskan seorang muslimah untuk keluar rumah, maka ia boleh keluar dengan memperhatikan aturan yang telah ditetapkan syari’at.
Dari Abu Hurairah; Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللَّهِ مَسَاجِدَ اللَّهِ، وَلَكِنْ لِيَخْرُجْنَ وَهُنَّ تَفِلَاتٌ [سنن أبي داود: صححه الألباني]

“Jangan kalian melarang hamba Allah (wanita) pergi ke mesjid, akan tetapi hendaklah mereka keluar dengan tidak memakai wangi-wangian.” [Sunan Abu Daud: Sahih]

Aisyah radiyallahu ‘anha berkata:

لَوْ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى مَا أَحْدَثَ النِّسَاءُ لَمَنَعَهُنَّ الْمَسْجِدَ كَمَا مُنِعَتْ نِسَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ [صحيح البخاريٍ ومسلم]

“Seandainya Rasulullah melihat apa yang diperbuat wanita jaman sekarang maka ia akan melarang mereka pergi ke mesjid sebagaimana wanita bani Israil dilarang.” [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ada beberapa kewajiban yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya yang harus dipatuhi oleh seorang wanita ketika keluar rumah. Diantaranya:
Keluar seizin walinya (suami, ayah, saudara laki2 yang baligh, atau paman).

Sebagaimana hadits Abu Hurairah di atas: “Jangan kalian melarang hamba Allah (wanita) pergi ke mesjid”. Kalau seandainya perempuan boleh keluar rumah tampa seizin walinya maka tidak perlu Rasulullah memberi peringatan tersebut. Wallahu a’lam !

Dengan aturan yang Allah buat tidak membuat perempuan tidak produktiv atau jumud. Buktinya di zaman Rasul dan zaman keemasan Islam banyak tinta emas sejarah yang di toreh oleh sahabiat dan sejak awal dakwah Islam Rasul selalu melibatkan dan memberi ruang untuk sahabiat berkontribusi.siapa orang yang pertama beriman? Ibunda khodijah ra. Siapa yang syahid pertama dari kaum muslimin? Seorang perempuan ” Sumayah”. Siapa penyuplai logistik saat Rasul akan hijrah? Dialah Asma binti abu bakar. Dan masih banyak lg wanita- wanita hebat bahkan ada wanita yang ikut berjuang dan jadi pembela Rasul saat perang uhud .

Kesimpulannya:
Didalam konsep ajaran Islam , Islam memberi ruang dan gerak untuk perempuan dengan aturan yang indah yang membuat perempuan terlindungi dan terjaga.

Wa Allahu Alam bisshawab

Hukum Vaksinasi

Ustadz Farid Nu’man Hasan

Ustadz mau tanya diluar pembahasan diatas, terkait dengan vaksinasi/imunisasi utk bayi,bgmna hukumnya menurut syari’at islam? Mohon penjelasannya ust,..syukran (# i44)

Jawaban
—————

وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ada dua pendapat dalam masalah ini:

1.       Mengharamkan
Jika terbukti ada unsur2 yang diharamkan, seperti Babi, baik minyak, daging, atau apa saja darinya. Dalilnya jelas yaitu keharaman Babi itu sendiri, dan  kaidah fiqih yang berbunyi:

إذَا اجْتَمَعَ الْحَلَالُ وَالْحَرَامُ غَلَبَ الْحَرَامُ

“Jika Halal dan haram bercampur maka yang haramlah yang menang (dominan).”

Kaidah ini berasal dari riwayat mauquf dari Ibnu Mas’d sebagai berikut:

مَا اجْتَمَعَ الْحَلَالُ وَالْحَرَامُ إلَّا غَلَبَ الْحَرَامُ الْحَلَالَ

“Tidakah halal dan haram bercampur melainkan yang haram akan mengalahkan yang halal.”

Imam As Suyuti Rahimahullah mengomentari riwayat ini, katanya:

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْفَضْلِ الْعِرَاقِيُّ : وَلَا أَصْلَ لَهُ ، وَقَالَ السُّبْكِيُّ فِي الْأَشْبَاهِ وَالنَّظَائِرِ نَقْلًا عَنْ الْبَيْهَقِيّ : هُوَ حَدِيثٌ رَوَاهُ جَابِرٌ الْجُعْفِيُّ، رَجُلٌ ضَعِيفٌ ، عَنْ الشَّعْبِيُّ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ ، وَهُوَ مُنْقَطِعٌ . قُلْت : وَأَخْرَجَهُ مِنْ هَذَا الطَّرِيقِ عَبْدُ الرَّزَّاقِ فِي مُصَنَّفِهِ . وَهُوَ مَوْقُوفٌعَلَى ابْنِ مَسْعُودِ لَا مَرْفُوعٌ . ثُمَّ قَالَ ابْنُ السُّبْكِيّ : غَيْرِ أَنَّ الْقَاعِدَةَ فِي نَفْسِهَا صَحِيحَةٌ .

Berkata Al Hafizh Abul Fadhl Al ‘Iraqi: “Tidak ada asalnya.” As Subki berkata dalam Al Asybah wan Nazhair, mengutip dari Al Baihaqi: ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir Al Ju’fi, seorang yang dhaif, dari Asy Sya’bi, dari Ibnu Mas’ud, dan hadits ini munqathi’ (terputus). Aku (As Suyuthi) berkata: Abdurrazzaq dalamMushannaf-nya, telah mengeluarkannya dengan jalan ini. Itu adalah riwayat mauquf(terhenti) pada ucapan Ibnu Mas’ud, bukan marfu’(Sampai kepada Rasulullah). Kemudian, berkata Ibnu As Subki: ” “Namun, sesungguhnya kaidahnya sendiri,  yang ada pada hadits ini adalah shahih (benar). (Al Asybah wan Nazhair, 1/194)

Inilah yang dipilih oleh MUI kita, kalau pun mereka membolehkan karena dharurat saja, yaitu dalam keadaan memang tidak ada penggantinya yang halal, atau dalam konteks haji, hanya dibolehkan untuk haji yang wajib bukan haji sunah (haji kedua, ketiga, dst).

2.       Membolehkan.
Ini pendapat dari segolongan Hanafiyah, seperti Imam Abu Ja’far Ath Thahawi. Nampaknya ini juga diikuti oleh ulama kerajaan Arab Saudi.

Alasannya adalah karena ketika sudah menjadi vaksin, maka itu sudah menjadi wujud baru, tidak lagi dikatakan campuran. Sedangkan fiqih melihat pada wujud baru, bukan pada wujud sebelumnya. Dahulu ada sahabat Nabi ﷺ yang membuat cuka berasal dari nabidz anggur (wine). Ini menunjukkan bahwa benda haram, ketika sudah berubah baik karena proses alami atau kimiawi, maka tidak apa-apa dimanfaatkan ketika sudah menjadi wujud baru. Dianggap, unsur haramnya telah lenyap. Hal ini bagi mereka juga berlaku untuk alat-alat kosmetik dan semisalnya. Ini juga yang dipegang oleh Syaikh Al Qaradhawi Hafizhahullah.

Dari kedua pendapat ini, pendapat pertama nampak lebih hati-hati. Di sisi lain, tidaklah apple to apple menyamakan unsur Babi dalam vaksin dengan wine yang menjadi cuka. Sebab, wine berasal dari buah anggur yang halal, artinya memang sebelumna adalah benda halal. Beda dengan Babi, sejak awalnya memang sudah haram.

 Pembolehan hanya jika terpaksa, belum ada gantinya yang setara, dan terbukti memang vaksin itu penting, dan pada haji pertama. Kalau ada cara lain, atau zat lain yang bisa menggantikan vaksin tersebut maka itulah yang kita pakai. Ini sekaligus menjadi tantangan bagi ilmuwan muslim untuk menemukannya.

Wallahu A’lam

Ilmu Allah (Part 2)

📗 Aqidah – MFT

📝 Ustadzah Novria Flaherti

◐•• Ayat-ayat Qauliyah dan Ayat-ayat Kauniyah ••◑

●• Allah SWT menuangkan sebagian kecil dari ilmu-Nya kepada umat manusia dengan dua jalan.

◈• Pertama, dengan ath-thariqah ar-rasmiyah (jalan resmi) yaitu dalam jalur wahyu melalui perantaraan malaikat Jibril kepada Rasul-Nya, yang disebut juga dengan ayat-ayat qauliyah.

◈• Kedua, dengan ath-thariqah ghairu rasmiyah (jalan tidak resmi) yaitu melalui ilham secara kepada makhluk-Nya di alam semesta ini (baik makhluq hidup maupun yang mati), tanpa melalui perantaraan malaikat Jibril. Karena tak melalui perantaraan malaikat Jibril, maka bisa disebut jalan langsung (mubasyaratan). Kemudian jalan ini disebut juga dengan ayat-ayat kauniyah.

▣• Wahyu dalam pengertian ishtilahi adalah: “kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang menjadi hudan (petunjuk) bagi umat manusia”, baik yang diturunkan langsung, dari belakang tabir (min wara’ hijab) maupun yang diturunkan melalui malaikat Jibril, seperti firman Allah SWT: “Tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seseorang (malaikat) lalu diwahyukan kepada-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi maha Bijaksana.” (QS. Asy-Syura: 51)

▣• Pengertian wahyu secara ishtilahi perlu dipertegas karena makna wahyu secara lughawi memiliki pengertian yang bermacam-macam, antara lain:


◐• 1. Ilham Fithri, seperti wahyu yang diberikan kepada ibu Nabi Musa untuk menyusukan Musa yang masih bayi.
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil)…” (QS. Al-Qashash: 7)

◐• 2. Instink Hayawan, seperti wahyu yang diberikan kepada lebah untuk bersarang di bukit-bukit, pohon-pohon, dan dimana saja dia bersarang.
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.” (QS. An-Nahl: 68).

◐• 3. Isyarat, seperti yang diwahyukan oleh Nabi Zakaria kepada kaumnya untuk bertasbih pagi dan sore.
“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (QS. Maryam: 11)

◐• 4. Perintah Allah kepada malaikat, untuk mengerjakan sesuatu seperti perintah Allah kepada malaikat untuk membantu kaum muslimin dalam Perang Badar.
“(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat; Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman…” (QS. Al-Anfal: 12)

◐• 5. Bisikan syaitan
“…Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musrik.” (QS. Al-An’am: 121)
Dalam ayat tersebut ada kata layuhuna (mewahyukan) yang berarti membisikkan.

◐• 6. Hadist Qudsi, juga termasuk dalam wahyu (hadits yang maknanya dari Allah SWT, sedangkan redaksinya dari Rasulullah SAW).

◐• 7. Hadist Nabawiy, (makna dan redaksinya dari Rasulullah SAW) karena pada hakekatnya apa saja yang berasal dari Rasulullah SAW mempunyai nilai wahyu.
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah dia; dan bertakwa-lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr: 7)

◈• Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari ilmu alam semesta (ayat-ayat kauniyah), oleh sebab itu manusia harus berusaha membacanya, mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya, untuk kemudian mengambil kesimpulan. Allah SWT berfirman: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan alam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq:1-5)

● “Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Ar -Ra’du: 3)

● “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian tanah yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ra’du: 4)

● “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 190-191)

▣• Dengan mempelajari, mengamati, menyelidiki, dan merenungkan alam semesta (al-kaun) dengan segala isinya, manusia dapat melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti: Kosmologi, Astronomi, Botani, Meterologi, Geografi, Zoologi, Antropologi, Psikologi, dan sebagainya. Sedangkan dari mempelajari wahyu manusia melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti: Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadits, Ilmu Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih, dan sebagainya.

◈• Dengan memahami bahwa semua ilmu itu adalah dari Allah SWT, maka dalam mendalami dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan pun (Al-Kaun) harus mengacu firman Allah SWT sebagai referensi, sehingga akan semakin meneguhkan keimanan. Selain itu penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terkendali serta mengenal adab.

Allahu’Alam

Sebab-sebab Penyimpangan dari Aqidah Yang Benar (bag-2)

📚 AQIDAH

📝 Pemateri: Ustadz Aus Hidayat Nur

Tulisan sebelumnya bisa di buka disini:

http://www.manis.id/2016/12/sebab-sebab-penyimpangan-dari-aqidah.html?m=1

❣6) Ghaflah (lalai),
terhadap merenungkan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayat kauniyah).

Di antara mereka banyak yang terbuai dengan hasil-hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata.

Mereka mengagung-agungkan manusia serta menisbatkan kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia modern.

Sebagaimana kesombongan Qorun yang berkata, “Innamaa utiituhu ala ilmin iendie “ (Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu , karena ilmu yang ada padaku) (Alqasshas: 78)

Mereka tidak berpikir dan melihat keagungan Allah yang telah menciptakan alam ini dan menambahkan berbagai keistimewaan di dalamnya sebagai penyempurnaan nikmat-Nya.

Bahwa Allah melengkapi manusia dengan keahlian kemampuan untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memfungsikannya untuk kepentingan manusia.

Firman Allah:

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu (Ashshaaffat: 96)
ۚ
يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Dia menambahkan pada ciptaan-nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Faathir:1 )

dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya (An Nahal:8 )

❣7) Lemahnya keluarga dalam menanamkan aqidah sejak dini dari dalam rumahnya sendiri.

Peranan orangtua, ketika para orangtua lalai dari menanamkan aqidah yang menjadi tugas utamanya, maka hancurlah generasi penerusnya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam telah mengingatkan kita,
”setiap bayi dilahirkan atas dasar fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang (kemudian) membuatnya menjadi yahudi, nasrani atau majusi (HR AlBukhari).

❣8) Rusaknya kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah negeri sehingga pendidikan agama diserahkan ke pesantren-pesantren yang dengan susah payah memerangi penyimpangan aqidah ini.

Kaum Muslimin banyak yang kecolongan memasukkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah yang kurikulumnya berasal dari kaum kafirin yang diubahsuaikan oleh orang-orang munafik yang lemah imannya.

❣9) Ghazwul Fikri, atau invasi pemikiran asing yang menyerbu ummat manusia dan khususnya Ummat Islam dengan ideologi dan tradisi materialisme, menyajikan kehidupan yang ibahiyah (serba boleh) dan berorientasi pada dunia.

Ghazwul Fikri masuk melalui media-media yang canggih seperti televisi media sosial, menyajikan kesenangan dan hiburan yang melalaikan manusia dari Allah.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (Luqman: 6)

❣10). Pengaruh pemimpin yang sesat dan sistem kepemimpinan yang menyesatkan.

Ini banyak sekali terjadi di negeri-negeri muslimin yang pemimpinnya sekuler dan tidak beraqidah sahihah. Mereka mengikuti pemimpin fasik dan munafik terhadap Islam dan Kaum Muslimin. Keadaan para pengikut dari pemimpin-pemimpin ini telah digambarkan Al Qur-an dalam beberapa ayat,
Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya.”

Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebahagian dari mereka menghadap kan perkataan kepada sebagian yang lain, orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri,
“Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman.

Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: “Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa.”

Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “(Tidak) sebenarnya tipu daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya.”

Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Saba: 31-33)

Para pengikut pemimpin yang zalim disebut mustadhafuun (orang-orang yang dianggap lemah dari segi akidah dan perekonomian sehingga membebek saja kepada para pemimpin yang membawa pada kesesatan.

Sementara para pemimpin sesat ini disebut Al Qur-an sebagai Al mustakbirun (orang-orang yang menyombongkan diri) dari ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Al mustakbirun mempengaruhi al mustadhafiin untuk mengikuti penyimpangan akidah dan kesesatan al mustakbiruun yang berbuah penyesalan di hadapan Allah di Hari Pembalasan nanti. Itulah sebabnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam menyatakan , “An nas ala diini muluukihim” (Biasanya masyarakat itu mengikuti agama para raja mereka). .

❣11) Salah memilih teman atau lingkungan hidup yang menjauhkan mereka dari Al Qur-an dan Sunnah. Kawan yang buruk menularkan penyakitnya yang berbahaya kepada teman-teman bermain dan bertukar pikirannya.

Karena Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda,
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. (HR. Abu Daud)

Manusia itu mengikuti kecenderungan teman-temannya karena itu hendaknya Kita melakukan pertemanan dengan orang-orang yang saleh dan memperjuangkan Islam .

Wallahu A’lam.

Fenomena “Iman Setengah”

📚 Al-Quran

📝 Pemateri: Ustadz Farid Nu’man Hasan.S.S.

📌 Ada kalangan yang senang dengan ayat:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. (QS. Al Hujurat: 13)

Tapi mereka bermuka masam dengan ayat:

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Kamu tak akan mendapati saling kasih sayang antara kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. (QS. Al Mujadilah: 22)

📌 Ada kalangan yang berbahagia dengan potongan ayat:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ

Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, ..” (QS. Ali Imran: 64)

Seolah ayat ini menunjukkan bahwa antara Islam dan Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) itu sama ..

Tapi mereka menutup mata dengan kalimat selanjutnya yang merupakan ajakan untuk tauhid dan bersyahadat:

أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. Ali Imran: 64)

atau ayat lain:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam .. (QS. Ali ‘Imran: 19)

Juga ayat:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali ‘Imran: 85)

Begitulah pengusung paham bahwa semua agama sama …

📌 Ada kalangan yang berseri wajah dan cepat _loading_nya dengan ayat:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al Baqarah: 62)

Mereka anggap semuanya itu beriman, bukan kafir, baik Yahudi, Nasrani, dan Shabiin (penyembah bintang dan berhala) … , padahal tidak ada satu pun mufassir mengatakan seperti itu.

Tapi lihat .., mereka cemberut bercampur kejang-kejang dan gagal _loading_ ketika ada ayat yang menjelaskan kekafiran mereka semua dan neraka tempat akhirnya:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yaitu ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al Bayyinah: 6)

📌 Ada kalangan yang mengelu-elukan ayat:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tidaklah engkau (Muhammad) diutus melainkan sebagai kasih sayang bagi alam semesta. (QS. Al Anbiya: 107)

Tapi mereka gerah dan panas dalam terhadap ayat-ayat tegas dan perang seperti:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang beriman bersamanya, mereka tegas terhadap orang-orang kafir dan saling berkasih sayang terhadap sesama mereka. (QS. Al Fath: 29)

Atau ayat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ قَاتِلُواْ الَّذِينَ يَلُونَكُم مِّنَ الْكُفَّارِ وَلِيَجِدُواْ فِيكُمْ غِلْظَةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan darimu, dan Ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (QS. At Taubah : 123)

🔑Intinya … mereka hanya akan ikuti dan yakini ayat-ayat yang sesuai keinginan dan hawa nafsu mereka, dengan tafsiran keluar dari koridor para ulama terpercaya. Ada pun ayat-ayat yang bertolak belakang dengan paham dan hawa nafsu mereka, akan mereka buang jauh-jauh, bahkan berani mengatakan TIDAK RELEVAN.

Begitulah kelompok pengusung paham sepilis (Sekulerisme, Pluralisme, dan Liberalisme), dan para pengikutnya, baik yang sudah stadium mengerikan atau yang masih bersin-bersin saja.

Inilah tipe-tipe manusia yang Allah ﷻ sebutkan dalam firmanNya:

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (QS. an-Nisa: 150-151)

🔑Sudah seharusnya seorang muslim mengimani semua ayat, dengan sebenar-benarnya iman dan berserah diri. Semuanya adalah haq (kebenaran), tidak ada ragu dan bimbang.

Wallahu A’lam