Ketentuan Pembuatan Liang Lahat

0
69

Pertanyaan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة

Ustadz… Saya mau bertanya perihal pengurusan jenazah; bagaimana ketentuan pembuatan liang lahat (di daerah saya biasa disebut “lubang landakan”/ liang yang dibuat di sisi sebelah kanan bawah dari lubang makam) apakah ada perbedaan satu daerah dengan yang lain, mohon penjelasan, kemudian perihal ucapan imam shalat jenazah yang mengucapkan ” yaa ayyuhal haadiruun, kayfa hadzal mayyit?
Khoyrr? ” … Apakah hal itu ada dalilnya?

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃


Jawaban

Oleh: Ustadz Farid Nu’man Hasan

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاتة

Di kubur itu ada dua rongga, yang tengah adalah Syaqq, ada pun yang sisi kanan mayit adalah Lahad.

Begitulah cara membuat lubang kubur dalam Islam. Mayit dimasukan bagian sisi kanan tersebut lalu ditutup papan atar kokoh. Tidak ada perbedaan di semua negeri Islam.

Dalilnya:

عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِى وَقَّاصٍ، أَنَّ سَعْدَ بْنَ أَبِى وَقَّاصٍ قَالَ فِى مَرَضِهِ الَّذِى هَلَكَ فِيْهِ : أَلْحِدُوْا لِى لَحْدًا وَأَنْصِبُوْا عَلَيَّ اللِّبَنَ نَصْبًا كَمَا صُنِعَ بِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

“Dari ‘Amir bin Sa’d bin Abi Waqqash, bahwasanya Sa’d bin Abi Waqqash ketika sakit yang membawa kematiannya ia telah berkata: Buatkanlah oleh kalian lubang lahad untukku, dan pasanglah di atasku batu bata, sebagaimana yang telah diperbuat kepada kuburan Rasulullah ﷺ.” (HR. Muslim)

Imam al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra, telah meriwayatkan:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ بْنِ الْعَلَاءِ بْنِ اللَّجْلَاجِ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّهُ قَالَ لِبَنِيْهِ: إِذَا أَدْخَلْتُمُوْنِى قَبْرِى فَضَعُوْنِى فِى اللَّحْدِ….

“Dari Abdurahman bin al-‘Ala’ bin al-Lajlaj dari bapaknya, bahwasanya ia telah berpesan kepada para putranya, ujarnya: Jika kalian telah memasukkan aku ke keburanku, maka letakkanlah aku di dalam lubang lahad…”. (HR. al-Baihaqi)

Dalam hadits lainnya:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَللَّحْدُ لَنَا والشَّقُّ لِغَيْرِنَا.

“Dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma ia berkata: Rasulullah ﷺ telah bersabda: Lubang lahad itu untuk kita, sedangkan Syaqq (lubang tengah) untuk selain kita.” (HR. Abu Dawud)

Hadits ini tidak bermakna larangan mengubur di syaqq. Imam an-Nawawi mengatakan:

أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ أَنَّ الدَّفْنَ فِي اللَّحْدِ وَفِي الشَّقِّ جَائِزَانِ لَكِنْ إنْ كَانَتْ الْأَرْضُ صُلْبَةً لَا يَنْهَارُ تُرَابُهَا فَاللَّحْدُ أَفْضَلُ لِمَا سَبَقَ مِنْ الْأَدِلَّةِ وَإِنْ كَانَتْ رِخْوَةً تَنْهَارُ فَالشَّقُّ أَفْضَلُ

Para ulama sepakat bahwa penguburan di lahad dan syaqq dibolehkan, tetapi jika tanahnyya kokoh dan tidak labil maka lahad lebih utama sebagaimana penjelasan dalil-dalil terdahulu. Namun jika tanahnya lembek dan labil, maka syaqq lebih utama. (An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Jld. 5, hlm. 287

Ada pun persoalan kedua yaitu kebiasaan imam shalat menanyakan ke jamaah tentang mayit apakah dia orang baik, lalu jamaah menjawab khair (baik), itu diambil dari hadits Bukhari berikut:

مَرُّوا بِجَنَازَةٍ، فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا خَيْرًا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَجَبَتْ» ثُمَّ مَرُّوا بِأُخْرَى فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا شَرًّا، فَقَالَ: «وَجَبَتْ» فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مَا وَجَبَتْ؟ قَالَ: «هَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا، فَوَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةُ، وَهَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرًّا، فَوَجَبَتْ لَهُ النَّارُ، أَنْتُمْ شُهَدَاءُ اللَّهِ فِي الأَرْضِ

“Sahabat Anas bin Malik berkata, orang-orang lewat membawa satu jenazah, mereka memujinya dengan kebaikan. Maka Rasulullah bersabda, “Wajabat.” Kemudian lewat lagi orang-orang membawa satu jenazah, mereka mencelanya dengan kejelekan. Maka Rasulullah bersabda, “Wajabat.” Sahabat Umar bin Khathab berkata, “Apa yang wajib, ya Rasul?” Rasulullah bersabda, “Jenazah ini yang kalian puji dengan kebaikan wajib baginya surga. Dan rang ini yang kalian cela dengan kejelekan wajib baginya neraka. Kalian adalah para saksinya Allah di muka bumi.” (HR.Bukhari)

Lalu, bagaimana dengan orang yang tidak kenal dengan mayit itu? Dia boleh memilih antara diam saja agar terhindar dari kesaksian palsu, atau dia tanya ke orang lain di situ tentang mayit, lalu dia boleh menjawabnya Khair sebagai wujud husnuzhan kepada mayit.

Demikian. Wallahu A’lam

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here