Kaidah Fiqih Dalam Ibadah dan Muamalah

0
126

Pertanyaan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz… Mohon pencerahan terkait kaidah: “Setiap ibadah adalah haram sampai ada dalil yang menghalalkan/menjelaskan. Dan setiap muamalah halal sampai ada dalil yang mengharamkan.”? Bagaimana penerapan dari kaidah ini? Jazakumullah khairan. Wa baarakallahu fiikum.

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Jawaban

Oleh: Ustadz Farid Nu’man Hasan

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

– Kaidah urusan dunia baik pada makanan, minuman, hewan, benda, pakaian, pekerjaan, akad muamalah, adat kebiasaan, adalah boleh sampai adanya dalil yang shahih dan kuat yang menunjukkan haram.

Para ulama membahasakanya sbb:

– Imam Thawus bin Kaisan Rahimahullah

أن الأصل في الأشياء المخلوقة الإباحة حتى يقوم دليل يدل على النقل عن هذا الأصل

Sesungguhnya hukum asal dari segala ciptaan adalah mubah, sampai tegaknya dalil yang menunjukkan berubahnya hukum asal ini. (Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir, 1/64. Mawqi’ Ruh Al Islam)

– Imam Abul Abbas Syihabuddin al Hanafi

الْأَصْلُ فِي الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ حَتَّى يَدُلَّ الدَّلِيلُ عَلَى عَدَمِ الْإِبَاحَةِ

Hukum asal dari segala hal adalah mubah sampai adanya dalil yang menunjukkan hilangnya kemubahan tersebut. (Imam Abul ‘Abbas Syihabuddin al Hanafi, Ghamzu ‘Uyun al Bashaa-ir, 1/223)

– Imam Ibnul Qayyim

والأصل في العقود والمعاملات الصحة حتى يقوم دليل على البطلان والتحريم

Hukum asal dalam berbagai perjanjian dan muamalat adalah sah sampai adanya dalil yang menunjukkan kebatilan dan keharamannya. (Imam Ibnul Qayyim, I’lamul Muwaqi’in, 1/344)

– Imam Ibnu Taimiyah

والأصل في العادات لا يحظر منها إلا ما حظره الله

Hukum asal dari adat adalah tidak terlarang kecuali apa-apa yang Allah larang. (Imam Ibnu Tamiyah, Majmu’ Al Fatawa, 17/29)

– Syaikh Zakariya bin Ghulam Al Bakistani

الأصل في الأشياء الإباحة إلا إذا أتى ما يدل على تحريم ذلك الشيء

Hukum asal dari segala hal adalah mubah kecuali jika ada dalil yang menunjukkan haram hal tersebut. (Syaikh Zakariya bin Ghulam al Bakistani, Min Ushul al Fiqh ‘ala Manhaj Ahli al Hadits, hal. 166)

Dalil kaidah ini adalah:

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا …

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu …” (QS. Al Baqarah (2): 29)

Allah ﷻ berfirman:

وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ ..

Dan Allah telah halalkan jual beli .. (QS. Al Baqarah: 275)

Dalil As Sunnah:

الحلال ما أحل الله في كتابه والحرام ما حرم الله في كتابه وما سكت عنه فهو مما عفا عنه

“Yang halal adalah apa yang Allah halalkan dalam kitabNya, yang haram adalah yang Allah haramkan dalam kitabNya, dan apa saja yang di diamkanNya, maka itu termasuk yang dimaafkan.” (HR. At Tirmidzi No. 1726, hasan)

Ada pun makna “sampai adanya dalil yang menunjukkan haram, batil”, yaitu dalil yang KUAT dan LUGAS baik dari Al Quran, As Sunnah, Ijma’ dan Qiyas yang menunjukkan itu terlarang baik dengan kata: laa (jangan), nahaa/yanhaa (melarang), haram, hurima (diharamkan), hazhr (larangan), juga karena mengandung dharar (bahaya). Maka jika dalilnya lemah, atau tidak jelas, tidak lugas, serta bebas dari unsur-unsur larangan maka tidak cukup sebagai hujjah untuk mengubahnya menjadi terlarang. Kembali ke hukum asal (Bara’atul Ashliyah) bahwa segala hal pada asalnya dibolehkan.

Contoh penerapan:

– Seseorang memakan hewan yang memang sama sekali tidak ada dalil yang menyatakannya haram. Dan, tidak ada juga korelasi apa pun yang menyebabkannya masuk dalam kategori hewan yang diharamkan, seperti: tidak membahayakan bagi kesehatan, bukan hewan yang dilarang untuk dibunuh, bukan hewan buas bercakar dan bertaring, bukan hewan yang mengganggu dan menakutkan manusia, dan bukan pula hewan kotor dan menjijikkan. Maka, hewan tersebut tetap halal dikonsumsi walau hewan tersebut secara penampilan ‘tidak enak’ dilihat.

– Semua bentuk akad jual beli, hutang piutang, pinjam meminjam, pada asalnya adalah SAH dan MUBAH, sampai adanya bukti yang SAH, KUAT, JELAS, TEGAS, atas kebatilan dan keharamannya, Atau didalamnya mengandung UNSUR-UNSUR keharaman yang nyata dalam transaksi jual beli. Unsur-unsur tersebut seperti: riba, ghisy (penipuan), zhulm (zalim), ihtikar (penimbunan), judi, dll.

– Berbagai tradisi di masyarakat hukum asalnya adalah boleh, sampai ada dalil yang menunjukkan haram atau mengandung unsur haram, seperti syirik, zina, buka aurat, judi, dharar (bahaya), dll.

Demikian. Wallahu A’lam

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here