📚 Khutbah Jum’at
📝 Pemateri: Oleh: KH. Prof. Dr. Tulus Musthofa, Lc, M.A (IKADI DIY)
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹
الْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَكْمَلَ لَنَا الدِّيْنَ وَأَتَمَّ عَلَيْنَا النِّعْمَة، وَجَعَلَ أُمَّتَنَا خَيْرَ أُمَّة، وَبَعَثَ فِيْنَا رَسُوْلاً مِنَّا يَتْلُوْ عَلَيْنَا آيَاتِهِ وَيُزَكِّيْنَا وَيُعَلِّمُنَا الْكِتَابَ وَالْحِكْمَة.
أَحْمَدُهُ عَلَى نِعَمِهِ الْجَمَّة، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، شَهَادَةً تَكُوْنُ لِمَنِ اعْتَصَمَ بِهَا خَيْرَ عِصْمَة، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، أَرْسَلَهُ رَبُّهُ لِلْعَالَـمِيْنَ رَحْمَة، صَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ صَلَاةً تَكُوْنُ لَنَا نُوْرًا مِنْ كُلِّ ظُلْمَة، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كثيرًا.
أَمَّا بَعدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ، أُوصِيكُمْ وَ نَفْسِى بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُونَ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَىٰ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: ((يٰٓأَ يُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا ٱتَّقُوا ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ)).
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ))
Jama’ah Jumat rahimakumullah.
Sudah menjadi pengetahuan kita semua bahwa bahwa inti misi kerasulan yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah menyempurnakan akhlak yang mulia, sebagaimana firman Allah subhanahu wataala:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah orang yang berakhlak sangat mulia.” (QS. Al-Qalam:4).
Pujian Allah ini bersifat individual dan khusus hanya diberikan kepada Nabi Muhammad karena kemuliaan akhlaknya. Penggunaan kata “khuluqun ‘adhim” menunjukkan keagungan dan keanggunan moralitas seorang utusan, yang dalam hal ini adalah Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Banyak Nabi dan Rasul yang disebut dalam Al-Qur’an, tetapi hanya Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang mendapatkan pujian sedahsyat itu. Dengan lebih tegas Allah-pun memberikan penjelasan secara transparan bahwa akhlak Rasulullah sangat layak untuk dijadikan standar model bagi umatnya, sehingga layak untuk dijadikan idola yang teladani sebagai uswah hasanah, melalui firman-Nya:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sungguh bagi kamu pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharapkan hari akhir dan banyak mengingat kepada Allah.”
(QS. al-Ahzab: 21)
Dalam haditsnya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri dengan sangat jelas mengatakan bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Rasulullah bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutuskan hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. al-Baihaqi dan al-Bazzar)
Hadist tersebut menunjukkan bahwa karena akhlak menempati posisi kunci dalam kehidupan umat manusia, maka substansi misi Rasulullah itu sendiri adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia agar dapat mencapai akhlak yang mulia.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak hanya menjadi contoh sebagai orang yang berakhlak mulia akan tetapi juga menjadi contoh bagaimana menanamkan akhlak kepada umatnya. Pembinaan akhlak bagi setiap muslim merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan terus-menerus tanpa henti, baik melalui pembinaan diri sendiri maupun melalui pembinaan orang lain. Dalam ilmu akhlak, salah satu bentuk pendidikan diri sendiri dikenal dengan istilah Tazkiyat al-Nafs, pembersihan jiwa dari kotoran-kotoran penyakit hati seperti sifat hasad, kibr (sombong), ‘ujub, riya’, sum’ ah, rakus, serakah, bohong, tidak amanah, nifaq, syirik dan lain sebagainya. Misi pembersihan diri tersebut merupakan salah satu misi utama para utusan Allah sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an:
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِّنكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُواْ تَعْلَمُونَ
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (Al-Baqarah: 151)
Pembersihan hati dan jiwa hanya bisa dicapai melalui berbagai ibadah dan amal perbuatan tertentu, yang apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai maka akan berdampak pada kejernihan hati, yang pada gilirannya terpancar pada anggota tubuh seperti lisan, mata, telinga dan lainnya. Hasil yang paling nyata ialah adab dan mu’amalah yang baik kepada Allah dan manusia.
Dampak lain yang dapat dirasakan adalah terealisasinya tauhid kepada Allah, ikhlas, sabar, syukur, santun, jujur kepada Allah, mengharap-Nya dan cinta kepada-Nya. Jika seorang hamba mampu mencapai derajat iman tersebut, maka ia akan terhindar dari hal-hal yang bertentangan dengannya berupa sifat dan akhlak tercela seperti riya’, ‘ujub, ghurur, marah karena nafsu atau karena syetan.
Sesungguhya seluruh ibadah yang kita lakukan, -selain menjadi kewajiban ritual kita kepada Allah, ia juga sarana pembentukan akhlak, utamanya pemersihan jiwa. Sebagai contoh:
1. Shalat
Penuaian shalat dapat membebaskan manusia dari sikap sombong kepada Allah Tuhan alam semesta, dan pada saat yang sama bisa menerangi hati dan memberikan dorongan untuk meninggalkan pebuatan keji dan mungkar.
“Sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar”. (QS: Alankabut 45).
Jadi shalat merupakan salah satu sarana tazkiyah.
2. Zakat dan Infaq
Zakat dan infak bisa membersihkan jiwa dari bakhil dan kikir, dan menyadarkan manusia bahwa pemilik harta yang sebenarnya adalah Allah. Oleh sebab itu, kedua ibadah ini termasuk dalam bagian dari tazkiyah. Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah ayat 103 yang artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
3. Puasa
Puasa merupakan pembiasaan jiwa untuk mengendalikan syahwat anggota tubuh, sehingga dengan demikian ia termasuk sarana tazkiyah, “ Wahai orang orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.(QS:Albaqarah:183)
Tujuan dari puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar dari mulai terbit fajar hingga matahari tenggelam, namun lebih dari itu, yaitu melatih kesabaran dan mengekang hawa nafsu dari keinginan-keinginan nafsu duniawi. Sehingga dengan bepuasa setiap hamba dapat mendekatkan diri pada Allah subhanahu wataala dengan khusyu’ tanpa terbebani keinginan-keinginan duniawi.
4. Dzikir dan Pikir
Membaca Al-Qur’an dapat mengingatkan jiwa kepada berbagai kesempurnaan, karenanya ia merupakan salah satu jenis dzikir dan merupakan sarana tazkiyah, “Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya).(QS Alanfal :2)
Berbagai dzikir dapat memperdalam iman dan tauhid di dalam hati, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram”. (QS Arra’du:28)
Dengan demikian jiwa bisa mencapai derajat tazkiyah yang tertinggi, “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya”. (QS Al Fajr 27)
Dzikir dan pikir adalah dua sejoli yang dapat membukakan hati manusia untuk menerima ayat-ayat Allah, oleh karena itu tafakkur termasuk sarana tazkiyah:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat manusia-manusia bagi orang-orang yang berakal.
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun, Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.” (QS Ali Imran :190-194)
Munculnya nilai-nilai positif dalam hati tidak lain adalah melalui perpaduan antara dzikir dan pikir.
5. Mengingat Kematian
Kadang jiwa manusia ingin menjauh dari pintu Allah, bersikap sombong, sewenang-wenang atau lalai, maka mengingat kematian akan dapat mengendalikannya lagi kepada ‘ubudiyah-Nya dan menyadarkannya bahwa ia tidak memiliki daya sama sekali,
“Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya”.
Oleh karena itu, mengingat kematian merupakan salah satu sarana tazkiyah.
6. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Tidak ada hal yang sedemikian efektif untuk menanamkan kebaikan ke dalam jiwa sebagaimana perintah untuk melakukan kebaikan, dan tidak ada hal yang sedemikian efektif untuk menjauhkan jiwa dari keburukan sebagaimana larangan darinya. Oleh karena itu, amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan salah satu sarana tazkiyah, bahkan orang-orang yang tidak memerintahkan yang ma’ruf dan tidak mencegah kemungkaran berhak mendapat laknat .
“Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan yang mereka perbuat, sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka selalu perbuat itu”.
(QS Almaidah:78-79)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS Ali Imran :104)
Itulah berbagai induk sarana tazkiyah secara umum, disamping ada beberapa macam tazkiyah khusus bagi beberapa penyakit khusus. Semakin sempurna sarana ini direalisasikan semakin sempurna pula hasil-hasilnya, dan sebaliknya.
Nilai-nilai bathiniyah dalam hal shalat, zakat, puasa dan tilawah Al-Qur’an telah dilupakan oleh banyak orang, padahal berbagai ibadah utama dalam Islam akan dapat menerangi dan mensucikan jiwa tergantung kepada sejauh mana nilai-nilai tersebut diperhatikan. Ia akan dapat memberikan pengaruh yang sempurna apabila ditunaikan secara sempurna, yakni amal-amal lahiriyah disertai dengan amal-amal bathiniyyah, seperti shalat disertai khusu’, zakat disertai dengan niat yang baik, tilawah Al-Qur’an disertai dengan tadabbur yang baik dan dzikir yang menghadirkan hati. Bentuk penunaian ini merupakan penerang dan pensuci bagi kesempurnaan.
Dengan demikian, akan menjadi sia-sia jika ada orang menginginkan terbentuknya akhlak mulia akan tetapi tidak menjalankan berbagai ibadah dengan baik.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah Kedua
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا.
أَشهَدُ أَن لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَ أَشهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُولُهُ.
صَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ وَمَن تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلٰي يَومِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰه، أُوصِيكُم وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ تَعَالٰى فَقَدْ فَازَ المُتَّقُونَ.
قَالَ اللّٰهُ تَعَاليٰ فِي القُراٰنِ الكَرِيمِ: ((يٰٓأَ يُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَ أَنتُم مُّسْلِمُون))
وَقَالَ أَيْضًا ((إِنَّ ٱللَّهَ وَ مَلٰٓئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّ، يٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيهِ وَسَلِّمُوا تَسلِيمًا))
اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرٰهِيمَ وعَلَى اٰلِ إِبْرٰهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اٰلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرٰهِيمَ وعَلَى اٰلِ إِبْرٰهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اللّٰهُمَّ اغْفِر لِلْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ، وَالمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالْأمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيم.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
رَبَّنَا هَب لَنَا مِن أَزوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
رَبَنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار.
اللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ اْلهُدٰى وَالتُّقٰى وَاْلعَفَافَ وَاْلغِنٰى.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلَامٌ عَلَى اْلمُرْسَلِينَ، وَاْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعٰلَمِينَ، أَقِمِ الصَّلَاة.
🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678