📚 Khutbah Jum’at
📝 Pemateri: Oleh: Ustadz Deden Anjar H, M.Hum (IKADI DIY)
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلا سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛
Jama’ah Jumat rahimakumullah.
Setiap peristiwa yang terjadi di dunia ini merupakan ketetapan Allah yang telah ditakar berdasarkan keadilan-Nya. Adapun keadilan Allah bersifat mutlak; tidak berubah dan tidak bisa dipengaruhi oleh apa pun. Allah adalah Hakim (Al-Hakim) yang paling adil, sebagaimana yang telah difirmankan-Nya,
اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ
“Bukankan Allah Hakim yang seadil-adilnya?” (Q.s. At-Tin: 8)
Sungguh, tanpa keadilan Allah tidak ada satu pun makhluk yang dapat bertahan di alam semesta ini.
Ketika menafsirkan surah At-Tin ayat 8 Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah tidak pernah melampaui batas dan tidak melakukan aniaya terhadap siapa pun. Mustahil bagi Allah berbuat zalim terhadap hamba-Nya, meskipun banyak manusia yang menolak untuk tunduk pada ketentuan-Nya. Sayangnya, masih banyak manusia yang meragukan keadilan Allah. Mereka membenci keputusan Allah hanya karena bertentangan dengan kehendak mereka.
Penolakan manusia terhadap keputusan Allah semata-mata karena kejahilan mereka. Tentu saja pengetahuan manusia terhadap hakikat kehidupan tidak bisa menandingi pengetahuan Allah yang meliputi segala sesuatu. Manusia menilai keputusan Allah hanya berdasarkan penglihatan dan pengetahuan mereka yang sangat terbatas. Sedangkan Allah menetapkan kehendak-Nya berdasarkan pengetahuan-Nya yang tidak berbatas.
Demikanlah sikap kebanyakan manusia; hanya mengukur segala sesuatu berdasarkan pada perasaan suka dan tidak suka menurut indra, akal dan hawa nafsu, lalu pada saat yang sama mereka mengabaikan pandangan Allah yang Mahaadil. Padahal Allah telah menegaskan dalam firman-Nya bahwa Allah lebih tahu apa yang baik dan buruk bagi manusia:
وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـٔاً وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـٔاً وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
“Dan boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.s. Al-Baqarah: 216).
Allah memang telah menjelaskan bahwa manusia ada yang menyikapi keputusan Allah hanya berdasarkan perasaan suka atau tidak suka. Dia menyukai keputusan Allah jika sesuai dengan keinginan hatinya, sehingga dia mau memuji Allah. Tetapi dia tidak akan suka terhadap keputusan Allah yang tidak sesuai dengan keinginan hatinya, sampai dia berani mencela Allah.
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: ”Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. (Q.s. Al-Fajr: 15-16).
Sungguh amat sedikit pengetahuan manusia tentang hikmah dan hakikat di balik kehendak Allah. Surah Al-Kahfi telah menyadarkan kita semua tentang hal itu melalui kisah Nabi Khidir yang ada di dalamnya. Menurut akal sehat dan pemahaman pada umumnya apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir tampak seperti sebuah penyimpangan.
Melubangi perahu nelayan miskin, membangun dinding rumah yang akan roboh, dan membunuh seorang anak kecil adalah perbuatan di luar nalar pemahaman manusia pada umumnya. Tetapi Nabi Khidir memiliki alasan tersendiri ketika melakukan ketiga hal tersebut.
Nabi Khidir kemudian menjelaskan bahwa dia melubangi perahu nelayan miskin karena ada penguasa zalim yang hendak merampas perahunya. Perahu sang nelayan akhirnya selamat berkat tindakan Nabi Khidir. Adapun tindakan Nabi Khidir membunuh seorang anak, karena dia mendapatkan pengetahuan bahwa anak tersebut akan berperilaku buruk di masa depannya. Dan yang terakhir, Nabi Khidir membangun dinding rumah yang akan roboh karena rupanya rumah tersebut merupakan milik dua orang anak yatim yang masih kecil. Di bawah dinding itu ada harta yang hendak Allah berikan untuk kedua anak yatim itu ketika usia mereka sudah dewasa.
Demikianlah penjelasan Nabi Khidir kepada Nabi Musa yang mempertanyakan perbuatan yang dilakukannya. Tetapi yang paling penting dari semua penjelasan Nabi Khidir itu dia mengatakan bahwa semua yang diperbuatnya itu bukan menurut kemauannya sendiri. “Wa ma fa’altuhu ’an amri”, (Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri), demikian kata Nabi Khidir. Benar, Nabi Khidir hanya mengikuti perintah dari Allah yang Mahaadil, Mahatahu, dan Mahabijaksana.
Sekali lagi, kisah tentang Nabi Khidir mengajarkan kepada kita bahwa keadilan Allah jauh melampaui pengetahuan manusia. Kesadaran ini perlu terus-menerus ditumbuhkan dalam diri kita. Sebab, adanya keyakinan terhadap keadilan Allah akan menumbuhkan beberapa sikap positif pada diri seorang hamba.
Pertama, dia akan ridha terhadap semua keputusan Allah. Dia yakin bahwa keputusan Allah adalah yang terbaik baginya. Hatinya tenang dan tidak ada kekhawatiran terhadap apa pun yang terjadi, karena dia yakin Allah itu adil, dan tidak mungkin berbuat zalim.
Doa Rasulullah ketika baru saja mendapatkan perlakuan zalim dari penduduk Thaif seakan-akan terngiang kembali. Saat itu beliau baru saja diusir dan dihinakan oleh penduduk Thaif. Kakinya berdarah-darah karena terkena lemparan batu. Dalam kelelahan dan rasa sakitnya beliau berhenti; beristirahat di kebun anggur milik Utbah dan Syaibah bin Rabiah. Di tempat itu kemudian Rasulullah berdoa:
اللَّهُمَّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوَّتِي ، وَقِلَّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النَّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ ! أَنْتَ رَبَّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبِّي ، إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟ إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهَّمُنِي ؟ أَمْ إلَى عَدُوَّ مَلَّكْتَهُ أَمْرِي ؟ إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيَّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي ، وَلَكِنَّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي ،…
“Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maharahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli. Sebab, sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku…” (H.r. Thabrani)
Betapa menakjubkannya sepotong kalimat dalam doa Rasulullah itu: “Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli. Sebab, sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku.” Alangkah indahnya jika kalimat itu menjadi prinsip dalam hidup kita. Pasti tak akan ada keluh kesah. Tak akan ada kerisauan. Yang ada hanyalah kalimat, “Asalkan Allah ridha, asalkan Dia tidak murka, maka aku tidak peduli terhadap apa pun.
Kedua, pengetahuan manusia harus senantiasa tunduk pada hukum Allah. Bagaimanapun manusia harus menyadari bahwa semua pengetahuan bersumber dari Allah. Pada mulanya manusia hanyalah makhluk lemah yang tidak memiliki pengetahuan apa pun. Kemudian Allah memberikan instrumen kepada manusia yang dengannya manusia mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru. Instrumen itu berupa pendengaran, penglihatan, dan hati.
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنْ بُطُونِ أُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـٔاً وَّجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.s. An-Nahl: 78).
Seiring berjalannya waktu semakin bertambah pengetahuan yang dimiliki manusia. Dengan pengetahuan itu ada di antara mereka yang semakin mengenal Tuhannya (ma’rifatullah). Lalu pengetahuan itu menuntunnya menjadi pribadi yang baik. Namun, tidak sedikit pula yang dengan pengetahuannya justru menjadi semakin sombong; merasa lebih hebat dari hukum Allah. Lebih jauh dari itu, bahkan mereka merasa mampu untuk membuat hukum sendiri dan berani menentang hukum Allah. Mereka mengatakan bahwa hukum Allah sudah tidak relevan dan banyak mengandung ketidakadilan. Na’udzubillahi min dzalik.
Demikianlah seharusnya keyakinan terhadap keadilan Allah dapat menundukkan hati dan akal. Hati ridha terhadap semua keputusan Allah dan akal bersujud di hadapan hukum Allah. Agar sikap itu dapat terwujud, maka kita perlu meminta bantuan Allah dengan memanjatkan doa kepada-Nya, sesuai yang telah diajarkan Rasulullah:
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجَلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي
Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu (Adam) dan anak hamba perempuan-Mu (Hawa). Ubun-ubunku di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, qadha-Mu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepada-Mu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diri-Mu, yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu ghaib di sisi-Mu. Hendaknya Engkau jadikan Al-Qur`an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku.
Mudah-mudahan dengan doa tersebut akan hilang karb (kesedihan) dan hamm (kedukaan) pada diri kita, berganti dengan keridhaan. Sikap ridha terhadap keadilan Allah akan memunculkan ketenteraman hati, optimisme, tawakal, dan kebahagiaan. Sesungguhnya kesedihan hanyalah karena ketidaktahuan kita atas hikmah kebaikan yang ada di balik peristiwa. Maka cukup dengan meyakini keadilan Allah kesedihan itu akan sirna.”
“Ya Allah, keputusan-Mu berlaku padaku dan qadha-Mu kepadaku adalah adil.”
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَ دِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ
أَشْهَدُ أنْ لَّا إلَهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وأَشْهدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَكَرِيْمِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ اْلأَوَّلِيْنَ وَاْلأَخِرِيْنَ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنَ . اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَ يُكَافِئُ مَزِيْدَهُ , يَا رَبَّناَ وَ لَكَ الْحَمْدُ وَ لَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَ عَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ
رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ ذُنُوْبَناَ وَ لِوَالِدَيْناَ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَاناَ صِغَاراً
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
وَلَذِكْرُ اللهِ أكبر
🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678