Pertanyaan
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ustadz… Bagaimana hukum menggadaikan barang (emas ) di pegadaian (syariah) dengan jasa titipan (misal 100 rb per 4 bulan). Jatuh tempo pengembalian di bulan ke 5 tambah jasa titipan. Bolehkah?
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸
Jawaban
Oleh: Ustadz Farid Nu’man Hasan
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Gadai pada dasarnya boleh, dan itu tertera dalam Al Qur’an:
وَإِنْ كُنْتُمْ عَلَى سَفَرٍ وَلَمْ تَجِدُوا كَاتِبًا فَرِهَانٌ مَقْبُوضَةٌ فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِي اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آَثِمٌ قَلْبُهُ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ADA BARANG TANGGUNGAN yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian” (QS. Al Baqarah: 283).
Juga tertera dalam hadits Shahih Bukhari:
وعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدِرْعُهُ مَرْهُونَةٌ عِنْدَ يَهُودِيٍّ بِثَلَاثِينَ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ. رواه البخاري
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, berkata: Saat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat, Beliau menggadaikan perisai perangnya kepada seorang Yahudi dengan 30 sha’ biji-bijian.
Yang penting syaratnya terpenuhi..
– barang yang digadai memiliki nilai ekonomi (emas termasuk)
– barang yang digadai mesti dipegang yang memberi hutang
– penghutang mesti melunasi hutang kalo udah tempo
– kalo tidak bisa, maka penghutang berhak menjualnya untuk membayarkan hutang tsb.
– barang gadaian gak boleh dipakai selama masih dalam status gadai ..
– dan tidak boleh ada riba saat pengembalian uangnya
Nah, untuk gadai emas, mayoritas ulama membolehkan.
Syaikh Abdullah Al Faqih mengatakan:
فإنه لا خلاف بين العلماء في مشروعية الرهن أصلا, فيجوز رهن الماشية والعقار والذهب, لقوله تعالى: وَإِنْ كُنْتُمْ عَلَى سَفَرٍ وَلَمْ تَجِدُوا كَاتِبًا فَرِهَانٌ مَقْبُوضَةٌ فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِي اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آَثِمٌ قَلْبُهُ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ{البقرة:283}
Tidak ada perbedaan pendapat para ulama bahwa gadai pada dasarnya dibolehkan, maka dibolehkan menggadaikan ternak, barang, dan emas. (Lalu dikutip Al Baqarah: 283)
(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 112442)
Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid mengatakan:
ولا حرج في أن يكون الرهن من الذهب ، أو الفضة ، أو غير ذلك من الأموال ، لعموم قوله : (فَرِهَانٌ مَقْبُوضَةٌ )
Tidak apa-apa menggadaikan emas, perak, atau harta lainnya. Sesuai keumuman ayat: farihaanun maqbuudhah (maka hendaknya ada barang tanggungan).
(Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 198148)
Hanya saja, jika pengembaliannya kepada pihak yang meminjamkan uang ada nilai tambah, maka itu riba. Maksudnya, saat kita mengembalikan uang yang kita pinjam, ternyata kita memberikan lebih maka itulah riba. Kalau seperti ini bukan hanya gadai emas, barang apa pun digadaikan jika sistem gadainya seperti itu menjadi terlarang. Bukan pada barangnya tapi pada sistemnya.
Maka, perlu diperjelas oleh pihak penggadaiannya, nilai tambah itu kenapa, biaya apa?
Kalo itu fee atas jasa lembaga penggadaian maka ada dua akad minjam (qardh) dan sewa jasa (ijarah).. Ini terlarang menurut umumnya ulama.
Ada pun jika fee tersebut adalah biaya perawatan dan dibayar oleh pemilik emas, maka itu boleh menurut Mazhab Syafi’i.
Demikian. Wallahu a’lam
🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃🌸
Dipersembahkan oleh : www.manis.id
Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis
📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis
💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
+62 852-7977-6222
+62 822-9889-0678