Tips Agar Anak Sholeh dan Sholehah

0
39

Pertanyaan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz… Saya ibu 2 anak. Umur anak saya paling besar 2,5 tahun. Saya ingin sekali anak-anak saya menjadi sholihah khususnya menjadi hafidzah. Setiap hari sudah saya contohkan mengaji, saya ajarkan doa sehari-hari. Saya ajak dia ikut shalat. Semata-mata agar mereka terbiasa melihat lalu ikut andil didalamnya. Tapi ustadz/ustdzah apakah bisa terciptanya anak yang sholihah khusunya menjadi hafidzah sedangkan orang tuanya masih tinggalkan shalat, tidak mengaji (hanya istri yang mengaji)?

🍃🍃🌸🍃🍃🌸🍃🍃


Jawaban

Oleh: Ustadz Slamet Setiawan

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Mendidik anak sholeh dan sholehah adalah tugas bersama ayah dan bunda. Tidak bisa beban mendidik anak sholeh dan sholehah hanya diberikan kepada Ibu saja. Dalam kehidupan modern ini, tantangan untuk mendidik anak semakin besar. Betapa tidak, tayangan media elektronik, internet, media cetak banyak yang mengajarkan budaya yang jauh dari nilai-nilai Islam. Sungguh suatu hal yang tidak kita inginkan bukan, jika anak-anak kita menjadi orang yang durhaka pada kita, bahkan menjadi orang yang mengingkari sunnah serta menentang syariat dari Nya. Naudzabillah min dzalik

Allah SWT akan memberikan keutamaan mendidik anak berupa pahala amal jariyah bagi orang tua yang dapat mendidik anak menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Tentunya hal tersebut menjadi dorongan motivasi tersendiri dalam mendidik anak. Semangat saja tidak cukup, perlu bekal yang cukup dalam mendidik anak sholeh dan sholehah. Diantara point-point dalam mendidik anak sholeh dan sholehah adalah pembinaan keimanan, pembinaan dan pembiasaan ibadah, pendidikan akhlaq, pembentukan jiwa, pembentuka intelektual serta pembinaan interaksi sosial.

1. Membina keimanan anak.

Dalam mendidik anak sholeh dan sholehah, pembinaan keimanan dilakukan dalam dua cara yaitu, mengajarkan keyakinan bahwa Allah senantiasa melihat perbuatan kita dan menanamkan rasa takut kepada Allah SWT. Dengan keyakinan bahwa Allah SWT melihat perbuatan setiap hamba, diharapkan anak akan selalu berbuat sesuai dengan perintah Nya. Tentunya orang tua harus dapat membangun pemikiran yang argumentatif sesuai dengan taraf berikir anak mengenai keberadaan Sang Pencipta terlebih dahulu. Dengan adanya rasa takut terhadap Allah SWT diharapkan anak akan senantiasa menjauhi perbuatan dosa dimanapun dia berada, dalam keramaian maupun sendirian.

2. Membiasakan beribadah pada anak.

Patutlah kita mendengar perkataan Dr. Said Ramadhan al-Buthi dalam mendidik anak sholeh dan sholehah, “Agar akidah anak tertanam kuat dalam jiwanya, ia harus disirami dengan air ibadah dengan segala ragam dan bentuknya. Dengan begitu akidahnya akan tumbuh kokoh dan tegar dalam menghadapi terpaan badai dan cobaan kehidupan.”

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang anak tumbuh dalam ibadah sampai ajal menjemput dirinya, melainkan Allah akan memberi dia pahala setara dengan 99 pahala shiddiq (orang-orang yang benar dan jujur).”

Mengajarkan anak ibadah dilakukan dengan mengajak anak melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan kemudian ibadah-ibadah sunnah. Seperti sholat wajib 5 waktu, puasa ramadhan, sholat sunnah dhuha, puasa senin kamis dan sebagainya. Orang tua harus pandai memberikan keteladanan dalam mengajarkan ibadah kepada anak-anak.

3. Pendidikan akhlak dan adab.

Akhlak adalah perangai yang dibentuk. Anak-anak mencontoh akhlaq dari lingkungan sekitarnya, terutama orang tua. Dalam mendidik akhlaq anak sholeh dan sholehah peranan teladan orang tua sangat besar. Orang tua harus mampu menjadi contoh pertama dalam mengajarkan akhlaq terpuji seperti jujur, bersabar, rendah hati dan sebagainya. Orang tua juga harus bisa mendeskripsikan akhlaq-akhlaq tercela kepada anak, sehingga anak dapat menghindarinya. Orang tua terkadang harus tegas ketika anak melakukan akhlaq tercela, terutama jika hal tersebut terjadi berulang kali. Rasulullah SAW pernah memberi sanksi kepada anak yang mengkhianati amanah dengan menjewer telinga anak tersebut. Imam An-Nawawi menyebutkan dalam kitab Al-Adzkar: Kami meriwayatkan dalam kitab Ibnu Sinni dari Abdullah bin Bisir ash-Shahabi ra. Yang berkata: “Ibuku pernah menyuruh aku menemui Rasulullah saw. dengan membawa setandan anggur. Namun, aku memakan sebagian anggur itu sebelum menyampaikan-nya kepada Rasulullah saw. Tatkala aku sampai di hadapan Rasulullah saw., beliau menjewer telingaku sambil berkata, ‘Wahai yang mengkhianati janji.’”

4. Pembentukan jiwa.

Pembentukan jiwa anak-anak dapat dilakukan dengan memberikan perhatian dan kasih sayang, seperti belaian, bermain dan bercanda bersama, menyatakan rasa sayang secara lisan, memberi hadiah dan sebagainya. Contoh pembentukan jiwa dalam mendidik anak sholeh dan sholehah pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitabnya Al-Adab al-Mufrad bahwa Abu Hurairah ra. Berkata, “Saya mendengar dengan kedua telingaku dan melihat dengan kedua mataku, Rasulullah saw. memegang dengan kedua tangannya kedua telapak cucunya, Hasan dan Husain. Kedua telapak kaki mereka di atas telapak kaki Rasulullah saw. Kemudian beliau berkata, ‘Naiklah.’ Lalu keduanya naik hingga kedua kaki mereka berada di atas dada Rasulullah saw. Kemudian beliau berkata, ‘Bukalah mulutmu.’ Kemudian beliau menciumnya dan berkata, ‘Ya Allah saya mencintainya dan sungguh saya mencintainya.’”

5. Pembentukan intelektual anak.

Allah SWT meninggikan derajat ahli ilmu dibandingkan dengan ahli ibadah. Orang tua bisa memberikan motiavasi menuntut ilmu, baik itu ilmu agama maupun sains dan teknologi. Untuk ilmu agama status mempelajarinya adalah fardhu ain, sedangkan untuk sains dan teknologi statusnya adalah fardhu kifayah. Ketika mendidik anak sholeh dan sholehah, orang tua harus dapat membimbing anak-anak memahami hukum-hukum Islam, mencarikan guru yang tepat, mendorong anak mempelajari bahasa Arab dan bahasa asing lain yang diperlukan, mengarahkan anak sesuai minat ilmiahnya.

Kita mungkin pernah mendengar kisah Imam Syafii yang dapat menghafal Al Quran di usia belia (7 tahun). Hal tersebut tidak lepas dari peran Ibu Imam Syafii kecil dalam mengajarkan Islam kepada beliau, memilihkan guru yang tepat dan memotivasinya. Hingga akhirnya dalam usia belasan tahun Imam Syafii sudah dapat memberikan fatwa dan pengajaran.

6. Mengajarkan interaksi dengan masyarakat.

Dalam mendidik anak sholeh dan sholehah, mengajarkan berinteraksi dengan masyarakat akan menimbulkan kepedulian dan tanggung jawab anak terhadap persoalan umat. Anak dapat diajak untuk melihat kehidupan petani dan diajak untuk peduli dengan mereka. Anak juga bisa sembari diajarkan hukum-hukum Islam tentang pergaulan ketika berinteraksi dengan masyarakat. Diajarkan tentang pertemanan yang baik. Pahamkan juga kepada anak mengenai peran mereka dalam membantu masyarakat sehingga anak-anak kita tidak menjadi generasi yang apatis.

Itulah 6 cara mendidik anak sholeh dan sholehah dengan tepat dalam menghadapi dunia modern saat ini. Mendidik anak memang tidaklah mudah, butuh kesabaran dan ketelatenan. Maka perlu komunikasi yang baik antara ayah dan agar tanggung jawab membimbing anak-anak tidak hanya dipikul oleh bunda saja. Mari duduk bersama dan bicarakan perihal proyek besar ini.

Ayah dan bunda yang sholeh bisa menjadi sebab anak menjadi sholeh. Oleh karena itu suri tauladan dari kedua orang tua adalah keharusan. Namun hidayah tetap milik Allah, sebagaimana anak dan istri nabi Luth yang kafir di bawah asuhan seorang nabi. Dan Asiah yang beriman di bawah naungan Firaun. Maka selain upaya diatas yang kita lakukan, doa kepada Allah selalu kita dawamkan.

Wallahu a’lam.

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here