Berlelah yang Indah

0
46

Oleh: ​Bunda Rochma Yulika​

Berlelah itu indah jika kita berlelah di jalan dakwah. Berlelah itu berkah jika kita berlelah untuk raih jannah. Dan berlelah itu ibadah jika kita berlelah karena Allah.

Syaikh Ahmad Yasin menasihati kita semua dalam sebuah kalimat, ”Siapa yang menyerahkan jiwanya untuk hidup demi agamanya, maka ia akan melalui hari-hari dengan kelelahan, akan tetapi ia akan hidup dan mati dalam kemuliaan.”

Mari kita berlelah untuk mengemban amanah. Meski terasa berat, namun akan raih kebahagiaan hingga kehidupan akhirat.
Bila bicara tentang kesuksesan, tak lepas perjalanan ini selalu menghadirkan keletihan. Bahkan kita tahu banyak para salafusshalih menjalani kehidupannya dengan kelelahan.

Tapi bukan kesah dan keluh yang hadir mengiasi wajah mereka selain kepuasan serta kebahagiaan tiada tara.
Berlelah di jalan kebenaran itulah kebahagiaan. Berlelah untuk menegakkan kebenaran itulah kebajikan. Dan berlelah bersama orang-orang beriman itulah kewajiban.

Tetaplah di sini di jalan dakwah ini. Sesulit apapun perjalanan ini, bila selalu bergandengan tangan bersama orang-orang yang beriman untuk menjunjung tinggi kejayaan Islam di muka bumi ini.

Lelah…..
Satu kata yang terlontar kala merasakan beratnya amanah. Satu kata yang hadir sebagai ekspesi yang menggambarkan selemah-lemahnya kondisi dan sisi manusia kita.

Namun perlu kita bersama renungkan. Seberapa lelah para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan dinnullah. Seberapa lelah para salafusshalih untuk menebar kebaikan di muka bumi ini. Dan kita tinggal menapaktilasi jejak-jejak kebaikan yang ditinggalkan oleh mereka.

Lelah itu biasa, namun akan menjadi luar biasa bila kita mampu menikmati setiap lelah karena kita berlelah di jalan dakwah. Jenuh itu biasa, namun akan menjadi luar biasa jika kita tetap bertahan di jalan kebaikan. Sakit itu biasa, namun akan menjadi luar biasa bila kita bisa menikmati rasa sakit karena paham jalan menuju Allah itu sulit.

Keyakinan akan perniagaan yang tak pernah rugi membuat generasi Rabbani tak kenal henti memperjuangkan diin mulia ini. Merenda asa, mengukir prestasi, meneguhkan jati diri, menggenapkan ketaatan pada ilahi begitulah ciri pejuang sejati.
Tak gentar meski harus terlempar. Tak menghindar meski harus terkapar. Tak mundur selangkah meski harus berdarah-darah.

Jiwa-jiwa mereka tangguh meski kadang terjatuh. Keterjatuhan tak membuat mereka merana lantaran baginya dengan keterjatuhan itu mereka bisa belajar tentang hidup sesungguhnya.

Jiwa-jiwa mereka kokoh, sekokoh karang di laut yang tak mudah goyah, yang tak mudah runtuh. Lantaran jiwa mereka telah terisi oleh kecintaan pada sang pemilik alam semesta.

Ibnul Jauzi dalam bukunya, Shifatus Shafwah, dengan sangat baik hati menyebutkan perkataan Syumait bin Ajlan yang menjadi bukti bahwa sejatinya kekuatan orang mukmin ada di hatinya, bukan pada anggota badannya. Syumaith berkata, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menjadikan kekuatan orang mukmin ada pada hatinya, tidak pada anggota badannya. Tidakkah kalian melihat orang tua yang lemah, dia mampu berpuasa di siang hari dan shalat di malam hari sedangkan pemuda tidak bisa melakukannya.” (Shifatus Shafwah : III/341)

Wallahu A’lam


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here