Risalah Ringan: Puasa Enam Hari Di Bulan Syawal (Syarah Bulughul Maram, Hadits No. 681) Bag. 2โ€‹

0
100

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿ

โœ Pemateri: Ustadz Farid Nu’man Hasan

๐Ÿ“ โ€‹Ringkasanโ€‹

๐Ÿ”‘ Jika kita berpuasa pada bulan Ramadhan, lalu diikuti dengan enam hari bulan Syawal, ditambah lagi melakukan puasa tiga hari setiap bulannya, maka seakan puasa setahun penuh sebanyak dua kali.

๐Ÿ”‘Sangat beragam ulama kita menjelaskan kapan waktu afdhalnya. Jelasnya adalah semua waktu dan  cara itu sah selama dilakukan dalam lingkup bulan Syawal.  Kita bisa melakukannya di awal, pertengahan, atau di akhir, yang penting berjumlah enam hari. Pilihlah waktu yang paling mudah dan lapang bagi kita untuk melakukannya, sebab setiap manusia punya kemampuan dan kelapangan yang tidak sama. Dan, Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam adalah teladan kita, bahwa Beliau akan memilih yang paling mudah jika dihadapkan dua pilihan, selama tidak mengandung dosa.

๐Ÿ”‘  Tidak dianjurkan berpuasa Syawal bagi yang belum menyelesaikan puasa Ramadhannya, baik menyelesaikan secara adaโ€™an (tunai pada waktunya), atau qadhaโ€™an (membayar hutang puasa dihari lain). Tetapi, boleh saja dia melakukannya, sebab โ€“seperti yang kami katakan sebelumnya- tidak dianjurkan bukan berarti dilarang untuk melakukan, hanya saja dia akan kehilangan keutamaannya sebagaimana diterangkan para ulama.

๐Ÿ“š โ€‹Selengkapnyaโ€‹

๐Ÿ“ŒKeutamaannya:

Sesuai yang tertera dalam nash hadits bahwa berpuasa enam hari di bulan Syawal seakan berpuasa setahun penuh.

Bulan Ramadhan ada tiga puluh hari, puasa syawal enam hari, jadi total puasa adalah 36 hari. Dan masing-masing kebaikan   senilai dengan sepuluh kebaikan sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih, jadi ada 360 kebaikan. Maka,  seakan dia berpuasa setahun penuh.

Berkata Syaikh Abdul Muhsin Al โ€˜Abbad Al Badr Hafizhahullah Taโ€™ala:

ู„ุฃู† ุฑู…ุถุงู† ุจุซู„ุงุซูŠู† ูŠูˆู…ุงู‹ุŒ ููŠูƒูˆู† ุงู„ู…ุฌู…ูˆุน ู…ุน ุดูˆุงู„ ุณุชุฉ ูˆุซู„ุงุซูŠู† ูŠูˆู…ุงู‹ ูˆุงู„ุญุณู†ุฉ ุจุนุดุฑ ุฃู…ุซุงู„ู‡ุงุŒ ูุฅุฐุง ุตุงู… ุฑู…ุถุงู† ูˆุณุชุงู‹ ู…ู† ุดูˆุงู„ุŒ ูˆุตุงู… ุซู„ุงุซุฉ ุฃูŠุงู… ู…ู† ูƒู„ ุดู‡ุฑ ูŠูƒูˆู† ุจุฐู„ูƒ ูƒุฃู†ู‡ ุตุงู… ุงู„ุฏู‡ุฑ ู…ุฑุชูŠู†

Karena Ramadhan ada 30 hari, maka jika dikumpulkan bersama puasa Syawal menjadi 36 hari, dan satu kebaikan dilipatkan nilainya dengan sepuluh kebaikan semisalnya, jika dia puasa Ramadhan, puasa enam hari Syawal, dan puasa tiga hari setiap bulannya, maka seakan dia berpuasa  sepanjang tahun sebanyak  dua kali. (Syaikh Abdul Muhsin Al โ€˜Abbad Al Badr, Syarh Sunan Abi Daud, 13/237)

Apa yang dikatakan Syaikh Abdul Muhsin ini sesuai dengan hadits Qudsi:

ุงู„ุตู‘ููŠูŽุงู…ู ู„ููŠ ูˆูŽุฃูŽู†ูŽุง ุฃูŽุฌู’ุฒููŠ ุจูู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู ุจูุนูŽุดู’ุฑู ุฃูŽู…ู’ุซูŽุงู„ูู‡ูŽุง

Puasa adalah untukKu, adan Akulah yang akan memberikan ganjarannya, dan satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kebaikan yang semisalnya. (HR. Bukhari No. 1894)

Dari Umar Radhiallahu โ€˜Anhu, bahwa Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:

ุซูŽู„ูŽุงุซูŒ ู…ูู†ู’ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽู‡ู’ุฑู ูˆูŽุฑูŽู…ูŽุถูŽุงู†ู ุฅูู„ูŽู‰ ุฑูŽู…ูŽุถูŽุงู†ูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ุตููŠูŽุงู…ู ุงู„ุฏู‘ูŽู‡ู’ุฑู ูƒูู„ู‘ูู‡ู

Tiga hari pada tiap bulannya, dan Ramadhan ke Ramadhan, itu semua adalah puasa setahun penuh. (HR. Muslim No. 1162, Abu Daud No. 2425, An Nasaโ€™i No. 2387, Al Baihaqi dalam Syuโ€™abul Iman No. 3844, dll)

๐Ÿ”‘Jadi, jika kita berpuasa pada bulan Ramadhan, lalu diikuti dengan enam hari bulan Syawal, ditambah lagi melakukan puasa tiga hari setiap bulannya, maka seakan puasa setahun penuh sebanyak dua kali.

๐Ÿ“ŒWaktu dan Tata Caranya:

Puasa ini sah dilakukan baik  secara berturut-turut atau tidak. Hanya saja para ulama berbeda pendapat mana yang lebih utama.

Sebagian  ulama mengutamakan dilakukan segera setelah hari raya. Ada pula yang mengutamakan berturut-turut dibanding terpisah, ada pula yang menganggap kedua cara sama saja.

Imam At Tirmidzi Rahimahullah menceritakan:

ูˆูŽุงุฎู’ุชูŽุงุฑูŽ ุงุจู’ู†ู ุงู„ู’ู…ูุจูŽุงุฑูŽูƒู ุฃูŽู†ู’ ุชูŽูƒููˆู†ูŽ ุณูุชู‘ูŽุฉูŽ ุฃูŽูŠู‘ูŽุงู…ู ูููŠ ุฃูŽูˆู‘ูŽู„ู ุงู„ุดู‘ูŽู‡ู’ุฑู ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุฑููˆููŠูŽ ุนูŽู†ู’ ุงุจู’ู†ู ุงู„ู’ู…ูุจูŽุงุฑูŽูƒู ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ู’ ุตูŽุงู…ูŽ ุณูุชู‘ูŽุฉูŽ ุฃูŽูŠู‘ูŽุงู…ู ู…ูู†ู’ ุดูŽูˆู‘ูŽุงู„ู ู…ูุชูŽููŽุฑู‘ูู‚ู‹ุง ููŽู‡ููˆูŽ ุฌูŽุงุฆูุฒูŒ

Imam Ibnul Mubarak memilih berpuasa enam hari itu di awal bulan. Diriwayatkan dari Ibnul Mubarak bahwa dia berkata: โ€œBerpuasa enam hari bulan Syawal secara terpisah-pisah boleh saja.โ€ (Lihat Sunan At Tirmidzi komentar hadits No. 759)

Syaikh Sayyid Sabiq -Rahimahullah rahmatan waasiโ€™ah- berkata:

ูˆุนู†ุฏ ุฃุญู…ุฏ: ุฃู†ู‡ุง ุชุคุฏู‰ ู…ุชุชุงุจุนุฉ ูˆุบูŠุฑ ู…ุชุชุงุจุนู‡ุŒ ูˆู„ุง ูุถู„ ู„ุงุญุฏู‡ู…ุง ุนู„ู‰ ุงู„ุงุฎุฑ. ูˆุนู†ุฏ ุงู„ุญู†ููŠุฉุŒ ูˆุงู„ุดุงูุนูŠุฉุŒ ุงู„ุงูุถู„ ุตูˆู…ู‡ุง ู…ุชุชุงุจุนุฉุŒ ุนู‚ุจ ุงู„ุนูŠุฏ

Menurut Imam Ahmad: bahwa itu bisa dilakukan secara berturut-turut dan tidak berturut-turut, dan tidak ada keutamaan yang satu atas yang lainnya. Menurut Hanafiyah dan Syafiโ€™iyah adalah lebih utama secara berturut-turut, setelah hari raya. (Fiqhus Sunnah, 1/450)

Tertulis dalam Al Mausuโ€™ah:

ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูููŽุฑู‘ูู‚ู ุงู„ู’ุญูŽู†ูŽุงุจูู„ูŽุฉู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ุชู‘ูŽุชูŽุงุจูุนู ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽูู’ุฑููŠู‚ู ูููŠ ุงู„ุฃู’ูŽูู’ุถูŽู„ููŠู‘ูŽุฉู .ูˆูŽุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู’ุญูŽู†ูŽูููŠู‘ูŽุฉู ุชูุณู’ุชูŽุญูŽุจู‘ู ุงู„ุณู‘ูุชู‘ูŽุฉู ู…ูุชูŽููŽุฑู‘ูู‚ูŽุฉู‹ ุŒ ูƒูู„ ุฃูุณู’ุจููˆุนู ูŠูŽูˆู’ู…ูŽุงู†ู

Kalangan Hanabilah tidak membedakan antara berturut-turut atau terpisah dalam hal keutamannya. Menurut Hanafiyah disunahkan enam hari itu secara terpisah-pisah, setiap pekan dua hari. (Al Mausuโ€™ah, 28/93)

Imam An Nawawi mengatakan:

ู‚ุงู„ ุฃุตุญุงุจู†ุง ูˆุงู„ุฃูุถู„ ุฃู† ุชุตุงู… ุงู„ุณุชุฉ ู…ุชูˆุงู„ูŠุฉ ุนู‚ุจ ูŠูˆู… ุงู„ูุทุฑ ูุงู† ูุฑู‚ู‡ุง ุฃูˆ ุฃุฎุฑู‡ุง ุนู† ุฃูˆุงุฆู„ ุดูˆุงู„ ุฅู„ู‰ ุงูˆุงุฎุฑู‡ ุญุตู„ุช ูุถูŠู„ุฉ ุงู„ู…ุชุงุจุนุฉ ู„ุฃู†ู‡ ูŠุตุฏู‚ ุฃู†ู‡ ุฃุชุจุนู‡ ุณุชุง ู…ู† ุดูˆุงู„

Berkata sahabat-sahabat kami (syafiโ€™iyah), yang lebih utama adalah berpuasa enam hari secara beruntun setelah hari raya, seandainya dipisah atau diakhirkan dari awal-awal Syawal sampai akhir-akhirnya tetap mendapatkan keutamaan โ€œmengikutiโ€ sebab dia telah membenarkan (sesuai) dengan โ€œmengikuti puasa enam hari pada bulan Syawal.โ€ (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 8/56)

Syaikh โ€˜Athiyah Shaqr Rahimahullah mengatakan:

ูˆู‡ุฐุง ุงู„ูุถู„ ู„ู…ู† ูŠุตูˆู…ู‡ุง ูู‰ ุดูˆุงู„ ุŒ ุณูˆุงุก ุฃูƒุงู† ุงู„ุตูŠุงู… ูู‰ ุฃูˆู„ู‡ ุฃู… ูู‰ ูˆุณุทู‡ ุฃู… ูู‰ ุขุฎุฑู‡ ุŒ

ูˆุณูˆุงุก ุฃูƒุงู†ุช ุงู„ุฃูŠุงู… ู…ุชุตู„ุฉ ุฃู… ู…ุชูุฑู‚ุฉ ุŒ ูˆุฅู† ูƒุงู† ุงู„ุฃูุถู„ ุฃู† ุชูƒูˆู† ู…ู† ุฃูˆู„ ุงู„ุดู‡ุฑ ูˆุฃู† ุชูƒูˆู† ู…ุชุตู„ุฉ . ูˆู‡ู‰ ุชููˆุช ุจููˆุงุช ุดูˆุงู„

Keutamaan ini adalah bagi yang berpuasanya di bulan Syawal, sama saja apakah diawalnya, di tengah, atau di akhirnya, dan sama pula apakah dengan hari yang berturut atau dipisah-pisah. Hanya saja lebih utama di awal bulan dan secara bersambung. Anjurannya berakhir  jika sudah selesai  bulan Syawal.  (Fatawa Darul Ifta Al Mishriyah, 9/261)

๐Ÿ”‘Demikianlah, sangat beragam ulama kita menjelaskan kapan waktu afdhalnya. Jelasnya adalah semua waktu dan  cara itu sah selama dilakukan dalam lingkup bulan Syawal.  Kita bisa melakukannya di awal, pertengahan, atau di akhir, yang penting berjumlah enam hari. Pilihlah waktu yang paling mudah dan lapang bagi kita untuk melakukannya, sebab setiap manusia punya kemampuan dan kelapangan yang tidak sama. Dan, Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam adalah teladan kita, bahwa Beliau akan memilih yang paling mudah jika dihadapkan dua pilihan, selama tidak mengandung dosa.

Dari โ€˜Aisyah Radhiallahu โ€˜Anha, katanya:

ู…ูŽุง ุฎููŠู‘ูุฑูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฃูŽู…ู’ุฑูŽูŠู’ู†ู ุฅูู„ู‘ูŽุง ุฃูŽุฎูŽุฐูŽ ุฃูŽูŠู’ุณูŽุฑูŽู‡ูู…ูŽุง ู…ูŽุง ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒูู†ู’ ุฅูุซู’ู…ู‹ุง

โ€œSesungguhnya tidaklah  Rasulullah   dihadapkan dua perkara, melainkan  dia akan memilih yang lebih ringan, selama tidak berdosa.โ€ (HR. Bukhari No. 3560, Muslim No. 2327)

โ€‹๐Ÿ“ŒMana dulu; Puasa Syawal dahulu atau Puasa  Qadha?โ€‹

Kalau bicara boleh atau tidak, boleh saja seseorang mendahulukan puasa Syawal dibanding Qadha Ramadhan, apalagi dengan pertimbangan mengqadha Ramadhan memiliki luang waktu yang luas sampai Ramadhan tahun depan, sedangkan puasa Syawal waktunya terbatas, sebagaimana dijelaskan sebagian ulama. Demikian ini jika bicara boleh atau tidaknya.

Tetapi, mana yang lebih utama di antara keduanya? secara logika mudahnya  tentu puasa Qadha lebih  utama ditunaikan, sebab dia hukumnya wajib, sedangkan puasa Syawal adalah sunah, tentunya yang wajib mesti didahulukan dibanding yang sunah. Lalu, jika wafat dalam keadaan belum menjalankan yang wajib tentu akan menjadi hutang. Sedangkan hal itu tidak terjadi pada ibadah sunah, yang jika ditinggalkan dia tidak berdosa, tidak berhutang, namun juga tidak mendapatkan pahala.

Bahkan, jika berbicara fadhilah   puasa enam hari Syawal, sebagian ulama menyatakan tidak akan didapatkan kecuali bagi mereka yang telah sempurna menjalankan puasa Ramadhannya.

Berkata Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih Hafizhahullah  ketika ditanya hal ini:

ูุงู„ุฌูˆุงุจ ู‡ูˆ ุฃู† ุงู„ุซูˆุงุจ ุงู„ู…ุชุฑุชุจ ุฅู†ู…ุง ูŠูƒูˆู† ู„ู…ู† ุตุงู… ุฌู…ูŠุน ุฑู…ุถุงู†ุŒ ูˆู…ู† ุจู‚ูŠ ุนู„ูŠู‡ ูŠูˆู… ู„ุง ูŠุนุฏ ุตุงุฆู…ุง ู„ู„ุฌู…ูŠุน ูƒู…ุง ู‡ูˆ ุธุงู‡ุฑ ุงู„ุญุฏูŠุซ:” ู…ู† ุตุงู… ุฑู…ุถุงู† ุซู… ุฃุชุจุนู‡ ุณุชุง ู…ู† ุดูˆุงู„ ูƒุงู† ูƒุตูŠุงู… ุงู„ุฏู‡ุฑ” .[ ุฑูˆุงู‡ ู…ุณู„ู…]. ูˆุนู„ู‰ ู‡ุฐุง ูุงุจุฏุฃ ุจู‚ุถุงุก ุงู„ูŠูˆู… ุซู… ุจุนุฏ ุฐู„ูƒ ุตู… ุงู„ุณุช… ูˆุงู„ู„ู‡ ุฃุนู„ู…

Jawabnya adalah bahwa pahalanya sifatnya berurut, itu hanya terjadi bagi orang yang berpuasa semua hari Ramadhan, dan bagi yang menyisakan sehari dia tidak puasa, maka dia tidak dihitung puasa seluruhnya sebagaimana zahir hadits: โ€œBarang siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian menyusulnya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka seakan dia berpuasa setahun penuh.โ€ (HR. Muslim) Atas dasar ini, maka mulailah dengan mengqadha yang sehari itu, lalu setelah itu berpuasalah yang enam hari … Wallahu Aโ€™lam. (Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah, No fatwa. 18) 

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al โ€˜Utsaimin Rahimahullah dalam acara siaran radio Nur โ€˜Ala Ad Darb:

ูุฃู…ุง ุงู„ุชุทูˆุน ุงู„ุชุงุจุน ู„ุฑู…ุถุงู† ูƒุตูŠุงู… ุณุชุฉ ุฃูŠุงู… ู…ู† ุดูˆุงู„ ูุฅู†ู‡ุง ู„ุง ุชู†ูุนู‡ ุญุชู‰ ูŠู†ุชู‡ูŠ ู…ู† ุฑู…ุถุงู† ูƒู„ู‡ ุฃูŠ ู„ุง ูŠุญุตู„ ู„ู‡ ุตูŠุงู… ุณุชุฉ ุฃูŠุงู… ุดูˆุงู„ ุญุชู‰ ูŠุตูˆู… ุฑู…ุถุงู† ูƒู„ู‡ ู„ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู‚ุงู„ ู…ู† ุตุงู… ุฑู…ุถุงู† ุซู… ุฃุชุจุนู‡ ุจุณุช ู…ู† ุดูˆุงู„ ูˆู…ุนู„ูˆู… ุฃู† ู…ู† ุนู„ูŠู‡ ู‚ุถุงุก ู…ู† ุฑู…ุถุงู† ู„ุง ูŠู‚ุงู„ ุนู†ู‡ ุฃู†ู‡ ุตุงู… ุฑู…ุถุงู† ูู„ูˆ ุฃู† ุฃุญุฏุงู‹ ู…ู† ุงู„ู†ุงุณ ูƒุงู† ุนู„ูŠู‡ ุนุดุฑุฉ ุฃูŠุงู… ู…ู† ุฑู…ุถุงู† ู‚ุถุงุก ูู„ู…ุง ุฃูุทุฑ ุงู„ู†ุงุณ ูŠูˆู… ุงู„ุนูŠุฏ ุดุฑุน ููŠ ุตูŠุงู… ุฃูŠุงู… ุงู„ุณุช ูุตุงู… ุณุชุฉ ุฃูŠุงู… ู…ู† ุดูˆุงู„ ุซู… ู‚ุถู‰ ุงู„ุนุดุฑุฉ ุจุนุฏ ุฐู„ูƒ ูุฅู†ู†ุง ู†ู‚ูˆู„ ู„ู‡ ุฅู†ูƒ ู„ุง ุชู†ุงู„ ุซูˆุงุจ ุตูŠุงู… ุณุชุฉ ุฃูŠุงู… ู…ู† ุดูˆุงู„ ุจู‡ุฐู‡ ุงู„ุฃูŠุงู… ุงู„ุชูŠ ุตู…ุชู‡ุง ู„ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุงุดุชุฑุท ููŠ ุตูŠุงู…ู‡ุง ุฃู† ูŠูƒูˆู† ุจุนุฏ ุตูŠุงู… ุฑู…ุถุงู† ุจู„ ู„ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุงุดุชุฑุท ู„ู„ุซูˆุงุจ ุงู„ู…ุฑุชุจ ุนู„ู‰ ุตูŠุงู…ู‡ุง ุฃู† ูŠูƒูˆู† ุตูŠุงู…ู‡ุง ุจุนุฏ ุฑู…ุถุงู† ู„ุฃู†ู‡ ู‚ุงู„ ู…ู† ุตุงู… ุฑู…ุถุงู† ุซู… ุฃุชุจุนู‡ ุณุชุงู‹ ู…ู† ุดูˆุงู„ ูˆุจู†ุงุก ุนู„ู‰ ุฐู„ูƒ ูุฅู†ู†ุง ู†ู‚ูˆู„ ู…ู† ุตุงู… ุณุชุฉ ุฃูŠุงู… ู…ู† ุดูˆุงู„ ู‚ุจู„ ุฃู† ูŠู‚ุถูŠ ู…ุง ุนู„ูŠู‡ ู…ู† ุตูŠุงู… ุฑู…ุถุงู† ูุฅู†ู‡ ู„ุง ูŠู†ุงู„ ุซูˆุงุจู‡ุง

 
Ada pun puasa sunah yang menyusul puasa Ramadhan, seperti puasa enam hari Syawal,  tidaklah membawa manfaat bagi dirinya sampai dia menyempurnakan semua puasa Ramadhannya, yaitu tidaklah mendapatkan hasil puasa enam hari Syawalnya itu sampai dia melakukan puasa Ramadhan semuanya, karena Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda:  โ€œBarang siapa yang berpuasa ramadhan lalu mengikutinya dengan puasa Syawal enam hari.โ€ Telah diketahui bahwa siapa saja yang masih memiliki kewajiban qadha Ramadhan, tidaklah dikatakan bahwa dia telah berpuasa Ramadhan. Seandainya ada seorang manusia yang berhutang puasa Ramadhan 10 hari, lalu ketika sampai waktu hari raya,  disyariatkan untuk   berpuasa enam  hari Syawal, lalu   dia melakukan puasa enam hari Syawal, setelah itu melakukan Qadha Ramadhan yang 10 hari itu. Kami katakan, bahwa Anda dengan puasa yang seperti itu tidaklah akan mendapatkan ganjaran puasa Syawal, karena Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam mensyaratkan puasa tersebut setelah puasa Ramadhan, bahkan Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam mensyaratkan untuk mendapatkan ganjarannya itu dengan ketentuan bahwa puasa Syawal itu dilakukan setelah puasa Ramadhan. Sebab Beliau bersabda: โ€œBarang siapa yang berpuasa ramadhan lalu mengikutinya dengan puasa Syawal enam hari,โ€ atas dasar inilah kami katakan: โ€œSiapa saja yang melakukan puasa enam hari Syawal sebelum  menunaikan qadha puasa Ramadhan dia tidak akan mendapatkan ganjarannya.โ€  (Syaikh Muhammad bin Shalih Al โ€˜Utsaimin, Fatawa Nur โ€˜Alad Darb, Bab Az Zakah wash Shiyam, No. 191)
Pandangan ini juga disampaikan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz (Lihat Fatawa Islamiyah, 2/356), Syaikh Salim Al โ€˜Ajmi (Lihat Ash Shiyam Sual wa Jawab, Hal. 18), dan lain-lainnya.  

๐Ÿ”‘  Jadi, tidak dianjurkan berpuasa Syawal bagi yang belum menyelesaikan puasa Ramadhannya, baik menyelesaikan secara adaโ€™an (tunai pada waktunya), atau qadhaโ€™an (membayar hutang puasa dihari lain). Tetapi, boleh saja dia melakukannya, sebab โ€“seperti yang kami katakan sebelumnya- tidak dianjurkan bukan berarti dilarang untuk melakukan, hanya saja dia akan kehilangan keutamaannya sebagaimana diterangkan para ulama.

Sekian. Wallahu Aโ€™lam.


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : https://www.instagram.com/majelis_manis/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

๐Ÿ“ฑInfo & Pendaftaran member : https://bit.ly/gabungmanis

๐Ÿ’ฐ Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here