Menurut para ulama Surat At-Tin diturunkan Allah di Makkah setelah Surat al-Buruj([1]). Tema besar surat Makkiyah ini adalah dua. Pertama, pengangkatan Allah terhadap derajat manusia dengan memuliakannya. Kedua, tema iman dan amal serta balasannya. Itulah yang kelak akan membuktikan bahwa Allahlah sebijak-bijaknya hakim yang akan menuntaskan dan mengadili semua permasalahan manusia dengan seadil-adilnya([2]).
©Tempat-Tempat Suci
Dalam surat ini Allah bersumpah dengan beberapa hal.
▪Pertama, ”Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun” (QS. At-Tin: 01)
Sebagian pakar tafsir ada yang mengartikan sumpah pertama ini dengan nama bukit yang ada di Baitul Maqdis, Palestina. Ini pendapat Ikrimah([3]). Sementara Qatadah mengatakan bahwa Tin adalah bukit di Damaskus dan Zaitun adalah nama bukit di Baitul Maqdis([4]).
Namun, tidak sedikit yang menyebutkan bahwa yang dimaksud di sini adalah nama dua buah yang sudah dikenal oleh orang Arab juga manusia secara umum yaitu buah Tin yang sangat manis dan buah Zaitun yang pahit namun banyak manfaatnya. Jika yang dimaksud adalah tempat maka bisa konteksnya dengan menambah penafsirannya menjadi bukit atau tempat tumbuhnya kedua buah tersebut. Yaitu di dataran Baitul Maqdis. Gagasan ini seperti disampaikan Syihabuddin al-Alusy dalam tafsirnya([5]).
▪Kedua, “Dan demi bukit Sinai”. (QS. At-Tin: 02)
Adapun tempat kedua yang dipakai bersumpah di sini adalah bukit Sinai, yang menurut kebanyakan ahli tafsir dimaknai dengan bukit tempat Musa menerima wahyu yaitu di bukit Sinai, Mesir([6]). Menurut Ikrimah, ”sinîn” berarti baik, yaitu dalam bahasa habasyah(Etiophia)([7]).
▪Ketiga, ”Dan demi kota (Makkah) ini yang aman”. (QS. At-Tin: 03)
Makkah yang disebut sebagai tempat yang aman karena dijaga Allah dari sentuhan Dajjal dan karena didalamnya terdapat Baitullah. Di sana Nabi Muhammad saw, utusan pamungkas-Nya dilahirkan dan dibesarkan serta menerima wahyu-Nya yang pertama. Demikian sebagaimana dituturkan sebagian besar para ahli tafsir dan ulama.
Lalu, apa hubungannya ketiga sumpah di atas dengan tema besar yang akan diusung oleh surat At-Tîn ini. Surat yang membawa misi manusia terbaik ini selain memerlukan kaidah yang nantinya akan disebutkan Allah, juga memerlukan contoh.
©Penyebutan ketiga kelompok sumpah tersebut seolah mengindikasikan beberapa hal berikut:
▪Sumpah dengan Buah Tin dan Zaitun yang berarti mengisyaratkan tempat asal kedua buah tersebut mengingatkan kita juga seluruh umat Islam akan perjuangan Nabi Isa yang terlahir tanpa bapak karena titah Allah, sekaligus sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya. Ia tumbuh bersama didikan Allah melalui ibunya yang sendiri.
▪Kedua, bukit Sinai memberikan isyarat tempat Nabi Musa menerima wahyu. Nabi yang juga perjuangannya tak ringan. Sejak kecil harus berpisah dengan keluarganya. Kemudian dididik oleh rezim yang kejam dan bengis tapi ditakdirkan untuk menyampaikan risalah keadilan di depan sumber dan inisiator kezhaliman yang sekaligus sebagai ayah angkatnya. Sebuah dilema yang harus dihadapi. Bahkan kisahnya termasuk cerita yang seirng diulang di dalam al-Qur’an dan dijadikan simbol perlawanan tokoh protagonis yang membela kebenaran, keadilan dan orang-orang tertindas melawan simbol dan icon kezhaliman, Fir’aun dan sekutunya.
Adapun negeri yang aman yang berarti Makkah mengisyaratkan sebuah kisah epik dan kepahlawanan seorang Nabi yatim yang menjadi pamungkas Nabi dan Rasul Allah.
Nabi Muhammad saw yang ditasbihkan sebagai manusia bahkan makhluk terbaik dari yang pernah ada dan akan ada, dengan membawa risalah yang akan kekal sampai hari penentuan, hari kiamat. Bersifat universal, diperuntukkan kepada seluruh manusia dan jin, lintas teritorial, lintas generasi dan lintas waktu.
Penyebutan sumpah di atas tidak dimaksudkan sesuai urutan waktu atau menunjuk-kan kemuliaan satu di atas lainnya. Namun, lebih merupakan penyebutan kolektif. Sebagaimana Allah memuliakan satu tempat di antara yang lainnya, para ulama sepakat bahwa Allah memuliakan Masjidil Haram melebihi masjid-masjid yang lain termasuk Masjil al-Aqsha yang juga memiliki keutamaan dibandingkan yang lainnya. Demikian juga, Nabi Isa diutus setelah Nabi Musa tapi disebut terlebih dahulu. Dan mereka adalah orang terbaik di zamannya.
Penyebutan Nabi Muhammad saw di akhir tetap tidak menutupi kemuliaan beliau sebagai manusia terbaik sepanjang masa. Sekaligus sebagai penegasan kekekalan penjagaan Allah terhadap risalah tauhid hingga akhir zaman. Karena umat Nabi Musa dan Nabi Isa as. yang tadinya mengimani dan memperjuangkan serta mendakwahkan risalah tauhid, kini sebaliknya bukan hanya mengingkari, bahkan memusuhi risalah tauhid yang dibawa Nabi Muhammad saw dan para da’i penerus dakwahnya.
Bersambung