Penghalang-penghalang mengenal Allah (Keragu-raguan) – lanjutan

0
323

🌼🌿🐝🌿🌼🌿🐝🌿🌼

📝 Ustadzah Prima Eyza

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

💝Adik-adik pemuda Islam harapan umat, semoga hari ini senantiasa dalam kebaikan iman dan Islam serta selalu dalam semangat menggelora untuk membela dan menegakkan kemuliaan Islam di muka bumi. Aamiiiin…

✨Pada rangkaian pembahasan sebelumnya mengenai penghalang-penghalang mengenal Allah SWT, kita telah selesai mengupas satu per satu tentang lima jenis penyakit yang termasuk ke dalam kategori penyakit yang disebabkan oleh dorongan hawa nafsu (مَرَضُ الشَّهْوَةِ).

Kelima penyakit tersebut adalah kefasikan (الْفِسْقُ), sombong (الْكِبْرُ), zhalim/aniaya (الظُّلْمُ), kedustaan (الْكَذِبُ), dan banyak maksiat (كَثْرَةُ الْمَعَاصِي).

✨Mari kita lanjutkan kembali pembahasan hari ini  kepada kategori penyakit yang kedua yang menjadi penghalang-penghalang dalam mengenal/memahami Allah SWT yaitu penyakit karena kecurigaan/keragu-raguan (مَرَضُ الشُّبْهَةِ).

✨ Jenis pertama dari penyakit ini adalah kebodohan (الْجَهْلُ).

1. Kebodohan (الْجَهْلُ)

Secara hakikat, yang dimaksud dengan kebodohan yakni tidak mau memikirkan ayat-ayat Allah Ta’ala, baik ayat-ayat qauliyah (yang tersurat dalam Al Quran) maupun ayat-ayat kauniyah (yang tersirat di seluruh penjuru alam semesta).

🌀Inilah yang menyebabkan terhalangnya manusia dalam mengenal Allah Ta’ala.
Mereka tidak mau menggunakan potensi yang ada pada diri mereka (penglihatan, pendengaran dan hati) untuk memikirkan ayat-ayat Allah Ta’ala, sehingga mereka dicela dalam Al-Qur’an dengan ungkapan,

 وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ ۗ

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu dan berada dalam gelap gulita…”  (QS. Al An’aam [6] : 39).

Padahal Allah Ta’ala telah memberikan kesempatan dan umur yang cukup kepada mereka di dunia untuk memikirkan dan merenungkan ayat-ayat-Nya :

 وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَ

“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang shaleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan’.  Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim seorang penolong pun.” (QS. Fathir [35] : 37)

▪ Permintaan yang Berulang

Firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah [2] : 118,

وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ لَوْلَا يُكَلِّمُنَا اللَّهُ أَوْ تَأْتِينَا آيَةٌ ۗ كَذَٰلِكَ قَالَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِثْلَ قَوْلِهِمْ ۘ تَشَابَهَتْ قُلُوبُهُمْ ۗ قَدْ بَيَّنَّا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

“Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: “Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?” Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.”

لَا يَعْلَمُون
= Tidak mengetahui = Bodoh

🌀Karena bodoh, maka mereka meminta sesuatu yang tidak semestinya, yakni : meminta Allah berbicara kepada mereka secara langsung.
Ini adalah permintaan Rafi’ bin Haramalah (seorang nasrani) kepada Rasul saw agar Allah SWT berbicara kepadanya tentang kebenaran kenabian beliau saw.
Ternyata ini bukan permintaan yang baru pada zaman itu; karena orang-orang sebelum mereka pun pernah meminta hal yang serupa.

Kenapa berulang?
Dalam QS. Al Baqarah [2] : 118 diatas, Allah SWT menyatakan dengan ungkapan  تَشَابَهَتْ قُلُوبُهُمْ (hati mereka serupa).
Permintaan-permintaan yang tidak sewajarnya itu senantiasa berulang dari masa ke masa oleh kaum yang berbeda dikarenakan hati mereka sama; sama-sama berada dalam pengingkaran kepada Allah SWT karena kebodohannya.

▪ Keterlaluan Bodohnya

Ayat-ayat Allah SWT begitu banyaknya, tapi mereka yang ingkar itu tidak dapat menangkap petunjuk dan kebenaran yang terkandung dalam semua ayat-ayat itu.
→  benar-benar keterlaluan bodohnya.

✨Dalam hakikat iman, standar bodoh atau cerdasnya seseorang itu adalah ma’rifatullaah, yakni sejauh mana seseorang kenal dan faham akan Allah SWT. Semakin ia mengenal dan memahami tentang Allah SWT dengan segala ke-Maha Besaran dan kekuasaan-Nya, maka semakin cerdaslah ia. Semakin seseorang tidak mengenal dan memahami Allah SWT, maka pada hakikatnya semakin bodoh lah ia.
Sebab dengan ma’rifatullah  (mengenal/memahami Allah SWT), maka seseorang akan dapat menjawab dan memahami persoalan-persoalan yang sangat mendasar dalam kehidupan ini:

 ► Dari mana kita datang?
 ► Untuk apa kita datang ke dunia?
 ► Mau kemana setelah dunia ini berakhir?

✨Seorang profesor atau orang-orang yang berlatar belakang akademik tinggi sekali pun, akan dianggap bodoh dalam pandangan keimanan jika ia tidak mengenal dan tidak memahami Allah Ta’ala. Sebagaimana misalnya Abu Jahal yang dikenal cerdas oleh kaumnya pada masa kehidupan masyarakat Quraisy jahiliyah, bahkan ia diberi gelar “Abul-Ahkam” (Bapak yang paling mengerti hukum-hukum), tapi ia tidak mengenal Allah. Bahkan ia kafir; tidak mengimani Allah SWT sedikitpun. Dalam pandangan iman, justru ia adalah orang yang sangat-sangat bodoh.

▪ Mengenal Diri

Para ulama berkata,

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ عَرَفَ رَبَّهُ

“Siapa yang mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya.”

Oleh karena itu, Allah Ta’ala mengingatkan kita agar selalu melihat diri kita sendiri.

Allah Ta’ala berfirman,

 وَفِي أَنْفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan ?” (QS. Adz Dzaariyat [51] : 21)

✨Maka hendaklah dalam diri kita ini kita selalu memperhatikan, memikirkan, dan merenungkan segenap proses dan kejadian, diantaranya yang amat penting:

► Proses penciptaan
► Proses kelahiran
► Proses pertumbuhan dari lahir, kecil, hingga dewasa dan akhirnya mati.
Yang kesemuanya itu penuh dengan segala keajaiban yang menunjukkan kekuasaan dan keMaha Besaran Allah SWT.

✨ *Maka fahamlah kita, bahwa kebodohan akan menghalangi kita dari mengenal dan memahami allah SWT* ✨

Wallahu a’lam bishshowab…

Bersambung..

🌼🌿🐝🌿🌼🌿🐝🌿🌼


Dipersembahkan oleh : www.manis.id

Follow IG MANIS : http://instagram.com/majelismanis

Subscribe YouTube MANIS : https://youtube.com/c/MajelisManisOfficial

📱Info & Pendaftaran member : https://bit.ly/Joinmanis

💰 Donasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
An. Yayasan Manis
No Rek BSM : 7113816637
Konfirmasi:
wa.me/6285279776222
wa.me/6287782223130

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here