Menata Ruang di Hati Kita

0
95

📆 Jumat, 16 Jumadil Akhir 1437H / 25 Maret 2016

📚 Motivasi

📝 Ustadz Umar Hidayat M.Ag

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁

📚Menata ruang di hati kita

Mari sejenak kita menata ruang di hati kita.
Sediakan ruang di hati kita untuk mendaur ulang segala yang negatif.
Sediakan ruang di hati kita untuk di benci, untuk di jelekkan, untuk dinodai, untuk tidak disukai.

💦Apa kata Allah? Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui. (Q.s. al-Baqarah [2]: 216)

💦Berprasangka baiklah agar kita mudah menerima segala kondisi dan agar kita mampu merespons hal-hal dari luar untuk kemudian kita daur ulang dalam hati yang akan menjadi energi untuk membangkitkan kehidupan kita menjadi lebih baik.

Kondisi apa pun yang kita temui, insya Allah tidak akan menjadi masalah sepanjang kita mampu mengambil pelajaran terbaik.

💦Setelah hati ini tertata, maka tahap berikutnya adalah latihan mengelola lalu lintas suara, pikiran, rasa, dan tindakan yang melintasi hati kita.

Benar kata Umar bin Khattab, “Jangan engkau kira sebuah kata yang keluar dari saudaramu yang mukmin adalah keburukan. Sebab, bisa jadi itu adalah kebaikan yang ditangguhkan untukmu.”

💦Salah satu cara menyiasati kehidupan ini agar kita tetap dalam kebaikan adalah dengan menata segala perpaduan atas kondisi yang kita temui. Kegetiran dan kesusahan akan berubah menjadi kenikmatan dan kemudahan. Begitu pula kesenangan dan kelapangan berubah menjadi kesedihan dan kesempitan.

💦Kita tidak boleh terburu-buru menjatuhkan vonis pada keadaan yang kita temui. Ingatlah, segala yang ada di dunia ini, tidak serta-merta bisa di ukur lahiriahnya saja.

💦Sebuah doa yang melapangkan dada dan menyejukkan jiwa dari seorang sahabat Rasulullah yang terkenal begitu cerdas dan tinggi keshalihannya, patut kita baca,
“Ya, Allah jika Engkau tidak menghendaki apa yang aku kehendaki, maka sabarkanlah aku atas apa yang Engkau kehendaki.”

💦Ada cukup banyak alasan mengapa kita harus menjadi pribadi yang elok dalam bersikap, bertutur, merasa, berpikir, dan bertindak, antara lain:

1⃣Pertama, tidak ada manusia yang sempurna. Sesempurna-sempurnanya manusia, tetap saja ia memiliki serangkaian keterbatasan, kesalahan, dan ketidaksempurnaan. Hanya Allah-lah yang sempurna.

Sederet sifat manusia akan terlihat dengan jelas ketika ia menghadapi sesuatu yang tidak diharapkan oleh dirinya, seperti ketika ditimpa musibah atau kesulitan. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita menempatkan diri kita sebaik mungkin, sebagai manusia yang tidak sempurna—meski memiliki kelebihan, tentu juga mempunyai kekurangan.

2⃣Kedua, hidup ini beragam seperti halnya pelangi. Ia indah karena beragam sentuhan warna menghiasinya.
Keragaman ini pula yang selalu menjadi daya tarik kita untuk menikmatinya. Dalam keanekaragaman itulah keserasian dan keharmonisan lebih bisa dinikmati. Begitu juga hati dan pikiran manusia, hanya Allah-lah yang akan menyatukan hati kita. Akan tetapi Allah Telah mempersatukan hati mereka. (Q.s. al-Anfaal [8]: 63)

3⃣Ketiga, bukankah kepuasan manusia adalah kenikmatan yang tidak berujung?
Hidup ini tidak sekadar mengejar kepuasan, kadang kita juga terdorong dan bangkit karena menghindari sesuatu yang menyakitkan atau yang membuat kita menderita.

📚Sekuat positif thinking

💦Sekuat positif thinking dalam menyiasati kehidupan, maka kuatkanlah kita dengan berbagi pada sesama.

💦Emosi negatif sekecil apa pun jika disimpan akan bertambah bahaya. Emosi negatif yang menumpuk pada akhirnya akan merampas “energi positif” yang kita miliki, bahkan menghancurkannya. Maka self-help dengan cara bersikap jujur pada diri sendiri dan berani menghadapi masalah adalah solusi terbaik untuk menghadapinya.

💦Self-help bisa dalam bentuk bicara kepada diri kita sendiri, kepada Tuhan, yang bertujuan mengontrol, menyinergikan dan mengharmoniskan pikiran, emosi, kehendak, dan perilaku kita. Karena terkadang antara pikiran, emosi, dan keinginan tidak bekerja sebagaimana yang kita inginkan.

💦Menyinergikannya memang tidak mudah, butuh latihan dan pembiasaan. Dengan itu, ia akan merasa lebih kuat dalam menghadapi masalah, meskipun persoalannya belum selesai. Sebab, setidaknya beban emosi dan pikiran negatif sudah dikeluarkan melalui self-help tadi.

💦Melalui self-help, kita belajar meneguhkan hati untuk tetap percaya dan selalu mengatakan bahwa ada kebaikan dari setiap kondisi yang kita jalani. Ada hikmah di balik kesengsaraan kita. Kita yakin segala sesuatu sudah ada yang mengaturnya.

Ya, Allah Swt, bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi tanpa seizin-Nya. Tidak ada kejadian yang terjadi hanya kebetulan semata karena semua telah diatur oleh-Nya.

💦Sekuat positif thinking dalam menyiasati kehidupan, coba kita berlatih untuk menyiasati setiap keadaan dengan positif thinking.

💦Misalnya ketika kita mengeluh, “Tuhan, jauhkanlah kesulitan dan masalah ini dari kehidupanku.”

Maka Self-help, ubahlah keluhanmu menjadi sesuatu yang lebih berefek positif; sudahi dan ubahlah keluhanmu menjadi daya dorong untuk meningkatkan kemampuanmu.
“Ya Allah, meski beban hidupku sangat berat, tapi selama Engkau masih mengizinkan diriku untuk mencobanya, maka aku akan tetap menjalaninya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Dan aku yakin bahwa Engkau akan menolong hamba-hamba-Mu yang bersabar,”

Atau ketika kita berucap, “Ya Allah, kenapa Engkau jadikan aku miskin?” maka ubahlah menjadi, “Ya Allah, meskipun aku miskin materi, tapi Engkau telah mengayakanku dengan luasnya kelapangan di hati.” Sejuk rasanya.

💦Seperti setangguh ketakwaan Fudhail bin Iyadh, Ia bercerita:
Suatu ketika di Masjidil Haram, ia didatangi orang yang sedang menangis.

🔹Fudhail bertanya penuh iba “Kenapa engkau menangis, Sahabat?”

🔺Orang itu segera menyahutnya, “Aku kehilangan beberapa dinar dan aku tahu uang itu telah dicuri?”

🔹Fudhail mengatakan, “Apakah engkau menangis karena kehilangan dinar?”

🔺Mengejutkan jawaban orang itu, “Tidak. Aku memang menangis karena aku tahu bahwa kelak aku akan ada di hadapan Allah dengan pencuri itu. Aku kasihan dengan pencuri itu, itulah yang menyebabkan aku menangis.”

Sungguh orang-orang terdahulu sangat luar biasa, membuat kita nyaris selalu malu kala membaca dan mengingatnya.

💦Hati manusia memang satu, tetapi ia mampu menampung segalanya.

Jika hati tidak tertata, maka jadilah kita manusia yang limbung adanya. Jika hati telah tertata, hidup ini akan menjadi indah dan bahagia. Allah ciptakan semuanya tidaklah sia-sia. Baik yang positif maupun yang negatif, semua ada manfaatnya jika kita mampu mengambil pelajaran.

💦Jika mampu menyiasati kehidupan ini dengan baik, tentu kita tidak perlu lagi mencari dalih untuk menyalahkan kondisi yang menimpa kita, apalagi menyalahkan Allah Yang Mahakuasa. Kita hanya butuh menyiasati segala keadaan. Kuasa manusia berusaha, Allah-lah penentunya.

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

💼 Sebarkan! Raih pahala…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here